Hanbin memandang Jiwon dari atas hingga bawah dengan mata yang berbinar-binar. Sesekali iya berdecak kagum melihat penampilan sahabatnya yang semakin hari semakin Keren. "jangan kau tatap terus sahabatmu ini. Aku tau kau menyukaiku" ucap Jiwon percaya diri sambil merapikan rambutnya. "huh dasar kelinci sok" Hanbin melempar bantal yang ia peluk ke arah Jiwon yang meresponnya dengan kekehan "Aku merindukan orang tuaku..." tiba-tiba raut wajah Hanbin menjadi sedih berpisah dengan Orang tuanya yang berada di kota yang berbeda karena Hanbin lebih memilih sekolah yang jauh dari tempat tinggalnya dan kini ia berbagi apartement dengan teman sekelasnya, orang pertama yang ia kenal di kota tersebut yaitu Kim Jiwon
"haha sudahlah, aku merasakan hal yang sama. Tapi mau apa lagi? kita sendiri yang memilih sekolah disini jadi jangan bersedih. Jika kau ingin membuat orang tuamu bahagia, buatlah prestasi sebanyak mungkin selama kau bersekolah" ucap Jiwon yang tumben agak waras Jika menyangkut orang tua. Siswa yang sudah duduk di kelas 3 menengah akhir itu hanya mengerjap setelah mendengar ucapan namja di depannya.
"kau dapat darimana kata-kata seperti itu kimbab?" Jiwon hanya tersenyum menampilkan wajah sok dewasanya. "Yak!apa-apaan wajahmu itu" teriak Hanbin kesal sambil menyerang Jiwon dengan bantal yang sedari tadi ia pegang. . .
"Kimbaaab!" teriak Hanbin dari arah dapur membuat Jiwon yang sedang menonton tv di ruang tengah terloncat dari sofa dan segera berlari menghampiri asal suara tersebut. "kenapa bi- bwahahahahhah" Hanbin menutupi wajahnya dengan kedua tangan untuk menyembunyikan wajahnya dari cipratan air yang menyembur dari kran air yang bocor.
"yak! Kim Jiwon, cepat bantu aku! bajuku basah" Hanbin melempar semua benda yang ada didepannya ke arah Jiwon mulai dari sapu,sendok, hingga pisau/?
"Kau mencoba membunuh ku kim?!" teriak Jiwon yang hampir terkena lemparan pisau dari Hanbin, sang pelaku tak perduli dengan perkataan Jiwon dan lebih memilih menikmati air yang keluar dari kran itu-_-
"Siapa yang menyuruhmu bediri di depan kran air Kim pabbo Hanbin?! Minggir kau, biar ku perbaiki" Hanbin terdiam sejenak mencerna perkataan Jiwon 'bener juga ya. Kenapa tidak kepikiran' pikir Hanbin sambil berpindah tempat untuk menghindari hujan lokal tersebut sedangkan Jiwon hanya memasang wajah datarnya.
"sekarang jelaskan padaku. Kenapa kran ini bisa bocor?" tanya Jiwon pada Hanbin yang sibuk memeluk dirinya karena kedinginan.
"hehe, tadi airnya tidak mau keluar jadi aku mencabut krannya, tiba-tiba saja air yang keluar begitu deras. mungkin dia tau kalau aku belum mandi" Jelas Hanbin. Jiwon hanya menggelengkan kepalanya sambil memperbaiki kerusakan yang dibuat namja penyuka mickey mouse itu.
. .
"Kimbab!" Hanbin berteriak di depan pintu kamar Jiwon agar segera bangun tetapi tidak ada jawaban dari dalam kamar.
"Kim Jiwon menyebalkan! Ada yang bertamu!" teriak Hanbin tanpa putus semangat untuk membangunkan kelinci tidur didalam sana.
"Demi boneka pooh kesayangan ku ini sudah 11 malam, orang gila mana yang bertamu di jam segini?!"
"CEPAT KELUAR KAU ANAK DURHAKA ATAU AKU AKAN MENSTOP JATAH UANG BULANAN MU!" teriak seseorang yang kini telah berdiri disamping Hanbin membuat ia sedikit terloncat karena kaget. Pintu kamar Jiwon pun langsung terbuka menampilkan senyuman bodoh dari wajah Jiwon.
"Bogoshipeo umma hehe, kenapa kau tidak mengabari ku terlebih dahulu jika ingin berkunjung?" Jiwon memeluk ummanya yang kini memasang wajah datar.
"Dasar anak durhaka, apakah itu penting? sana kau datangi appamu di ruang tengah" Jiwon pun mengangguk dan segera menghampiri appanya.
"Apakah kau yang bernama Hanbin?"
"Ne ahjuma, Hanbin teman satu kelas dan satu apartemen dengan Jiwon" ucap Hanbin sambil membungkuk sopan.
"Aigoo, wajahmu terlihat manis dan tampan sekaligus, jangan panggil ahjumma panggil saja hyung, bukan kah aku terlihat muda dan tampan?"
"Sepertinya aku harus melaratnya ahjumma, kau terlihat sangat cantik dan bukan tampan" ucap Hanbin tanpa dosa.
"Ya terserah kau sajalah, lebih baik kita mengobrol di ruang tengah"
"Appa! Aku merindukanmu" teriak Jiwon langsung menerjang appanya yang sedang duduk disofa.
"Yak! Anak durhaka, badan mu itu berat" ucap Yunho menyingkirkan anaknya yang kini memeluknya dengan sangat erat. Jiwon hanya mengerucutkan bibirnya yang terkesan tidak cocok.
"Umma, appa memanggil ku anak durhaka. Ia juga tidak mau ku peluk. Sebenarnya siapa yang durhaka? Dia atau aku?" tunjuk Jiwon tepat didepan hidung Yunho.
Pletak
Jitakan Jaejoong terasa sangat nikmat dijidat Jiwon. Yunho tertawa puas diatas penderitaan anaknya sendiri. Hanbin yang sedang mengekor di belakang Jaejoong pun ikut menertawakan Jiwon.
. .
Saat ini Hanbin dan Jiwon tidur dalam satu kamar, karena kamar yang ditempati Hanbin kini dipakai oleh orang tua Jiwon. Mereka menginap di apartemen Jiwon dikarenakan Jaejoong merindukan putra semata wayangnya. Yunho yang sebenarnya masih memiliki banyak tugas hanya bisa pasrah mengikuti keinginan istrinya. Siapa suruh anaknya itu tidak mengunjungi mereka.
"Hah, aku ingin tidur ditengah-tengah mereka. Tapi appa mesum tidak mengijinkanku dan berakhir tidur berdua dengan manusia menyebalkan seperti dirimu" keluh Jiwon menaiki ranjangnya yang kini dengan terpaksa harus ia bagi berdua dengan Hanbin sedangkan Hanbin hanya menutup matanya tanpa berminat mendengarkan perkataan tidak penting yang keluar dari mulut Jiwon. Tidur lebih penting pikirnya. Jiwon yang kesal karena tidak dapat tanggapan dari sahabatnya itu berniat mengerjainya. Dipeluknya tubuh Hanbin "bagaimana kalau kita membuat adik?" Bisiknya ditelinga Hanbin yang masih setia dengan mata tertutupnya.
"Huh, kau tidak seru sekali Kim" Jiwon melepaskan pelukannya dan memunggungi Hanbin, tak taukah ia jika Hanbin saat ini setengah mati menahan malu. Aw -_-
Jiwon membuka matanya dan menoleh kesamping memperlihatkan tempat tidurnya yang kosong. Kemana perginya Hanbin? Biasanya anak itu tidak mungkin bangun di pagi hari walaupun mereka akan bersekolah. Bangun di pagi hari pada hari libur? Tidak ada peristiwa tersebut dalam hidup Hanbin. Dengan mata yang masih tertutup-atau mungkin matanya selalu tertutup-ia berjalan ke arah dapur menghampiri ummanya yang sedang memasak.
"Pagi umma" Jiwon memeluk ummanya dari belakang sambil mencium pipinya.
Plak.
"Yak!Kimbab! Aku bukan umma mu" Hanbin memukul tangan Jiwon yang berada di perutnya, seenak Jiwon saja memeluk dan memberi ciuman di pipinya.
"lebih baik kau mencuci muka mu terlebih dahulu sebelum mencium seseorang" Jaejoong yang berdiri disamping Hanbin hanya tertawa geli melihat anaknya.
"Kau kan memang umma, umma dari anak-anak kita nanti" ucap Jiwon asal yang mendapat tinjuan gratis dari Hanbin.
"Aww, jangan galak gitu dong sayang" Jiwon mengelus pipinya.
"Muka mu sayang. Pagi-pagi sudah bikin emosi" omel Hanbin meninggalkan dapur dan lebih memilih duduk bersama Yunho didepan Tv.
"Rasakan, siapa suruh genit" ucap Jaejoong santai sambil melanjutkan acara memasaknya bersama Hanbin tadi. Jiwon hanya menyengir dan membantu ummanya, lebih tepatnya membantu mencicipi.
. .
Yunho melirik Hanbin yang sedang memasang wajah kesal di sampingnya. Ia jadi teringat dengan perkataan istrinya tadi malam.
Flashback On
"Yun"
"Hm"
"Aku ingin Hanbin menjadi menantuku" ucap Jaejoong yang kini sedang dipeluk oleh Yunho.
"Apa kau yakin? Kau belum terlalu mengenalnya kan?" Yunho balik menatap istrinya yang sedang menatapnya serius.
"Kurasa dia anak yang baik, kau meragukan feeling ku hah?"
"Tidak sayang, tapi anak kita belum tamat sekolah dan belum bekerja. Mau makan apa cucu kita nanti?" "Aku hanya ingin menjodohkannya saja, tidak menyuruh mereka menikah sekarang yun. Lagipula aku tau siapa orang tua Hanbin"
"Ya sudah, lebih baik kita istirahat atau kau mau aku menyerang mu
Flashback Off
.
.
.
.
.
.
TBC
Maaf jika dalam penulisan terdapat Typo dan bahasa yang tidak sesuai
