Hyaaaaah... uda lama sekali nggak ngutak-atik fanfic. (Dan dia seenaknya bikin cerita baru lagi kaya nggak ngerasa bersalah aja bikin serial-nya hiatus en nggak menghiraukan para pembaca yang dengan setia nungguin alert-an). Sudahlah, maklum sudah tua... (APA?? Itu bukan alasan yang bisa dikatakan dengan nada nggak bersalah!!)
(sekian perdebatan si author vs instingnya author)
Tetangga
Sakura meletakkan kunci dan tas laptopnya ke atas meja kerjanya sambil menghela nafas, hari yang melelahkan. Kemudian dia melepaskan jaketnya dan melemparkannya ke lengan sofa berwarna abu-abu di dekatnya lalu berjalan ke kamar mandinya tanpa menyalakan lampu apartemennya. Ruangan itu setengah gelap, hanya cahaya lampu jalan yang masuk melalui sebuah jendela besar yang menerangi setengah apartemen, tetapi Sakura terus berjalan dalam kegelapan tanpa terantuk apapun seolah kakinya mampu melihat dalam kegelapan dan membimbingnya ke tempat yang diinginkannya.
Beberapa saat kemudian Sakura sudah muncul memakai tank top putih dan bawahan piama panjang bergaris pelangi. Handuk menggantung di lehernya, air menetes dari ujung rambut Sakura yang basah dan meninggalkan titik air di lantai kayunya yang berwarna coklat tua. Suara selopnya terdengar menggema di seluruh ruangan tetapi Sakura sama sekali tidak mau ambil pusing dengan suara langkah kakinya yang terdengar berat dan terseret, dia terus berjalan ke dapur kecilnya yang diterangi lampu jalan dan menuangkan secangkir kopi di cangkir kecil berwarna hitam. Dia menghirup kopinya dan membawanya ke sofa abu-abunya yang menghadap ke satu set home teaternya. Sakura menatap remote tv-nya, dia menatapnya tanpa ada keinginan untuk mencapainya, akhirnya dia meletakkan cangkirnya dan duduk bersandar pada bahu sofa lalu memejamkan matanya.
Sudah hampir pukul 10 malam saat Sakura menghabiskan kopinya dan berdiri dari sofa untuk melihat-lihat keluar jendelanya. Sakura berdiri memegang cangkir di sebelah tangannya sambil menatap keluar di depan jendela besarnya yang menerangi sebagian apartemennya dengan cahaya lampu jalan. Di bawah, di jalan, sebuah truk chevy berwarna abu-abu dan merah berhenti di depan apartemen di seberang Sakura. Kemudian seorang laki-laki memakai topi hitam dan jumper hitam bergaris putih di lengannya turun dari dalam truk sambil menyandang sebuah ransel di bahu kanannya dan masuk ke dalam apartemen. Beberapa saat kemudian, lampu menyala di sebuah jendela tepat di seberang kamar Sakura dan siluet laki-laki yang sama tampak melemparkan topi, jumper dan ranselnya sembarangan. Setelah menghilang sebentar, siluet itu muncul lagi dengan rambut mencuat sedang memegangi telepon di telinga kirinya. Sakura hanya tersenyum menatap sosoknya yang hilang dan muncul dari jendela, itulah pemandangan yang hampir setiap malam mengantarnya tidur.
Hari masih pagi, belum lewat pukul 6 pagi saat Sakura terbangun. Terlalu pagi padahal hari ini dia tidak perlu terburu-buru bangun pagi untuk pergi bekerja, tetapi sepertinya tubuhnya memang sudah terbiasa mengeset jam tidurnya. Yah, apa boleh buat, sudah bangun ini. Sakura melemparkan selimutnya ke samping dan berjalan ke dapur kecilnya untuk menuangkan kopi untuknya. Sambil menguap Sakura merenggangkan tubuhnya sambil berjalan tetapi dia terhenti di depan jendelanya. Jendela yang sama yang dipandanginya tadi malam, di sana tampak seorang gadis berambut pirang panjang sedang melepaskan jaketnya. Sakura berdiri menatapnya. Gadis itu sering terlihat di apartemen si laki-laki asing itu, tanpa penyelidikan pun sudah ketahuan kalau mereka berdua berpacaran. Hmm... Sebenarnya, mereka pasangan yang cukup serasi. Gadis itu cukup cantik, hampir sempurna malah. Sedangkan laki-laki itu terlihat sangat menarik, wajahnya tampan yang agak misterius karena rambut dan matanya yang hitam kelihatan kontras dengan kulit putihnya.
Tiba-tiba gadis itu menghilang dari jendela dan sekarang berganti dengan si laki-laki pemilik apartemen yang terlihat. Dia hanya memakai celana panjang piama berwarna gelap, rambutnya yang mencuat kelihatan lebih acak-acakan, sepertinya dia baru saja bangun. Sambil menguap dia berjalan melewati jendela, kemudian gadis berambut pirang panjang itu muncul lagi dengan sebelah tangannya menempel di pinggangnya. Sakura semakin asik memandangi mereka, sepertinya mereka sedang bertengkar. Tetapi beberapa saat kemudian mereka menghilang cukup lama membuat Sakura bosan, baru sekitar 15 menit kemudian mereka muncul lagi di jendela. Gadis itu dengan marah-marah dan si laki-laki dengan cuek. Dan beberapa saat kemudian gadis itu terlihat memakai jaket hitam panjang di depan apartemen memanggil taxi, saat Sakura mengalihkan pandangannya ke jendela si laki-laki asing, matanya menatap laki-laki asing itu juga sedang berdiri menatapnya. Sakura hanya tersenyum kaku lalu cepat-cepat menghindari jendela. Penampilannya pasti memalukan sekali, rambut acak-acakan, tank top dan piama garis-garisnya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan si cewek sexy berambut pirang cantik yang baru saja meninggalkan apartemennya.
"Haaaaah...", kemudian Sakura pergi ke kamar mandinya, sudah lupa dengan keinginannya untuk minum kopi.
"Kau mau makan sesuatu Sakura?" gadis bermata abu-abu terang tersenyum menatap Sakura yang duduk membelakangi jendela di sebuah restoran kecil di dekat apartemennya. Sakura meletakkan cangkir kopinya dan tersenyum lalu dia berpikir sebentar kemudian memesan seporsi pancake. Beberapa menit kemudian seporsi pancake dengan wangi pancake yang masih hangat tentunya diletakkan oleh seorang laki-laki yang juga bermata abu-abu terang dan berambut panjang yang dengan kaku menyapa Sakura.
"Pagi! Silakan! Selamat menikmati!"
"Heh? Neji? Kemana Hinata?", Neji dengan bosan dan sebal menunjuk Hinata dengan dagunya sementara kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Melihatnya seperti itu Sakura hanya tersenyum, Hinata dengan wajah bersemu merah sedang mencatat pesanan seorang laki-laki berambut pirang mencuat yang tersenyum lebar. Si Neji ini memang agak kelewatan siscon-nya, dia paling sebal kalau ada laki-laki yang mendekati adik tercintanya, tapi apa boleh buat, Hinata yang kalem itu bisa marah kalau Neji sampai mengurusi satu-satunya cowok pujaannya Hinata, si pirang itu. Dengan maklum Sakura membiarkan Neji duduk di sebelahnya sambil terus menatap tajam si cowok pirang yang dengan tampang..(gomen..) agak baka masih mengajak Hinata ngobrol. Sakura dengan santai menuangkan madu ke atas tumpukan pancakenya dan mulai memakannya, tidak menghiraukan Neji yang masih saja dengan tegang duduk di sampingnya.
Di luar, di perempatan jalan di bawah lampu lalu lintas sebuah truk chevy berwarna abu-abu dan merah dihentikan sebuah lampu merah. Pengemudinya yang memakai topi dan jumper putih meletakkan sikunya di atas jendelanya yang terbuka dengan bosan menunggu lampu berganti hijau. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke sebuah kaca restoran keluarga Hyuuga yang sedang menampilkan cewek berambut pink si tetangga seberang apartemennya yang sedang memakan pancake di samping laki-laki ..(ehemm..) di sampingnya. Tanpa terasa, perutnya juga mengeluh ingin diisi. Tapi dia sudah terlambat harus segera berangkat ke kantor, beli saja nanti di kafe dekat kantor.
Hahahaha...
Sekian... ah.. ada kata-kata bukan Indonesia yang umum tapi nggak umum...(apa maksutnya tuh??) Sperti..
siscon : artinya sister complex, dimana seorang brother terlalu menyayangi sister-nya dengan kadar agak berlebihan.
baka : kata populer dari stupid a.k.a bodoh!
Kehidupannya kayanya asik ya... ini ambisi pribadinya author yang pingin punya aprtemen enak sndiri tapi karena gajinya yang segitu, dia gagal mendapatkan apartemen asik yang pemandangannya seru. Tapi... sementara tempetku tinggal udah cukup asik en kegiatan sepulang kerjanya Sakura itu... hehehe... bener-bener pengalaman pribadi... :D
ah!
Kebanyakan cerita nggak pentingnya nih! Adakah yang suka kepada fic saia ini?? Uda lama vakum jadi mumpung masih semangat bikin fic, diriku mau pol-polin nih... Review yahh kalo suka... :D
