Halo, adakah yang mengingat saya? Umm, Author HACHIBI YUI? Ituloh yang nulis MY LOVELY WITCH, TWIN GOLDEN LOCK, dll? Sebenarnya itu saya. Maafkan saya karena saya sudah lama tidak melanjutkan fic itu sehingga fic itu terbengkalai. Masalahnya karena saya lupa password di akun itu jadi saya dengan berat hati harus merelakannya hilang -_- #hiks, selamat tinggal akun lama ku~

Nah, berhubungan dengan itu, maka saya kembali lagi untuk readers ku tercinta. Dengan fic ini sebagai tanda minta maaf saya.

Buat readers ku tercinta, ini kupersembahkan untuk kalian sebagai tanda permintaan maafku. And now, Hachi is Back!

NOTE: buat readers yang pengen ngereviews, sertain nama yang jelas ya. Kalo bisa sih ada alamat buat balesnya. Aku pengen ngucapin secara langsung rasa terima kasihku :) bisa ngobrol loh sama aku tukeran cerita. Bisa tukeran nomer juga loh XD #halah abaikan.

.

.

.


SECRET ADMIRER


SECRET ADMIRER

2013

Secret AdmirerHachi Breeze2013

Original CharacterNarutoMasashi Kishimoto

#pinjem karekternya ya om!

SASUHINA

NOTE: Maaf jika tulisan saya berantakan dan TYPO, saya gugup dan grogi kembali menulis. Untuk yang tidak suka bisa reviews


.

.

.

"Hei kamu! Ngapain kamu disitu?" suara melengking dan menyeramkan itu membuat gadis dengan nametag Matahari berhenti dan menunduk takut.

"Ngapain kamu bengong disitu? Siapa namamu?" tanya gadis itu seraya memincingkan mata untuk membaca nama di samping foto yang ada di nametag berbentuk Matahari. "Hyuuga Hinata, eh? Adiknya Neji dong?"

"A-Ano, K-Karin-senpai..g-gomen." suara kecilnya membuat gadis yang berpangkat sebagai senior kelas MOS tahun itu menoleh. Gadis bernama Karin itu menoleh ke arah si Matahari.

"Apaan?" bentak Karin membuat Matahari menggeleng lemah. 'Lumayan nih buat balas dendam ngerjain Neji. Untung-untungan dah.'

"Eh Lo!" Matahari hanya terkejut mendengar suara Karin. Ia memejamkan matanya takut.

"Berhubung ini hari terakhir MOS. Lo lakuin sesuatu yang menarik buat senior kelas kayak gue!" ucap Karin yang akhirnya membuat Matahari mendongakkan wajahnya. Karin Nampak berpikir sejenak untuk memberi sedikit pelajaran atau mungkin 'balas dendam' kecilnya ke Hyuuga Neji-kakaknya.

"Lo! Lo, cabutin rumput di dekat gerbang depan dan gerbang belakang sekolah. Gak boleh balik sebelum semua rumput udah tuntas dicabut! Paham?!" bentak Karin lagi yang sukses membuat Matahari mengangguk cepat.

"Yaudah sono! Sekarang!" bentak Karin pada akhirnya membuat Matahari berlari menjauhi Karin. Karin bernafas lega dan terkikik geli.

"Belum tahu aja kalo rumput yang ada di deket gerbang belakang itu aujuhbileh dah." kikik Karin seraya berjalan menuju halaman sekolah.

Tiba-tiba matanya menangkap sosok gadis berambut pirang yang memakai nametag bergambar Saturnus, yang merupakan kelas junior yang dibawahinya. "Heh kamu! Ngapain disitu?! Hei! Hei berhenti!"

"Kyaa, nenek sihir datang!" teriak gadis Saturnus itu berlari.

"A-Apa kau bilang?! Hei berhenti kau!" Karin berlari mengejar si Saturnus yang menuju halaman utama sekolah.

"Kyaaaaaaaaaa!" dan itulah momen Karin yang selalu mengejar-ngejar Saturnus untuk dihukum.

.

.

.

"Sas, bantuin gue dong.., rame banget nih disini. Bantuin gue beli air mineral sepuluh dus ya. Vending machine disini lagi rusak. Anak-anak MOS udah pada kepanasan. Lo kan lagi gak jadi Senior kelas MOS. Bantuin gue ya." Si pemuda bertato segitiga merah di pipinya masih setia dengan telepon genggamnya.

"Sas..?" ia memanggil nama temannya yang masih terdiam diseberang. Ia melirik layar handphone nya memastikan jika panggilannya tidak terputus.

"Sas, lo dengerin gue gak sih? Entar gue trakt-"

"Iya gue dengerin dari tadi. Ini gue lagi di toko." Jawab pemuda di sambungan pada akhirnya.

Dan sedetik kemudian, sambungan diputus secara sepihak dari si si penerima telefon.

"Neji-senpai.., Sasuke akan mengantarkan airnya kesini!" teriak si penelpon dengan girang ke KETOS yang bertanggung jawab untuk MOS tahun ini.

.

.

.

Sudah hampir empat jam si Matahari mencabuti rumput di dekat gerbang belakang. Tangannya sudah memar memerah karena sudah mencabuti banyak rumput yang tertanam kuat di tanah. Ia mengusap peluh yang menetes dari pelipisnya. Awalnya ia senang ketika rumput yang ada di dekat gerbang depan bisa ia cabut dengan jumlah cabutan yang bisa ia hitung dengan jari. Tapi begitu ia melangkah ke gerbang belakang, ia menelan ludah ketika melihat hamparan luas rumput itu. Ini sih namanya sehalaman rumput!

Dan sekarang disini dia. Masih berjongkok untuk mencabuti rumput. Nametag Matahari nya tadi ia geletakkan di dekatnya. Hingga ia tak menyadari seseorang yang berjalan dari belakangnya.

"Hei kamu.., ngapain disitu?" suara baritone berat itu mengagetkannya. Ia berdiri dari posisi awalnya.

"A-Ano.., a-aku mencabuti rumput." Lirik si Matahari kea rah pemuda yang menggunakan pakaian bebas.

"Rumput punya salah apa sama kamu sampai-sampai kamu mengakhiri hidupnya dengan cara itu?" pertanyaan dingin itu sukses membuat Matahari meremas ujung roknya takut.

"I-Ini d-disuruh s-sama senpai.., g-gomen." Jawabnya dengan bergetar.

"Kamu anak MOS? Mana nametag mu?" tanya pemuda itu. Matahari melihat sekelilingnya. Mencari nametagnya yang mungkin terbawa angin.

"A-Ano.., t-tadi sih aku l-letakkan disini. T-Tapi.., m-mungkin hilang. Y-Ya.., aku sedang MOS." Jawab Matahari menyibakkan rambut panjangnya ke belakang telinganya.

"Cih, mendingan kamu berhenti saja. Kamu udah dikerjain. Ikutin aja deh saranku," kata pemuda itu hingga membuat Matahari menatapnya lekat-lekat. Pemuda berambut hitam legam yang mencuat kebelakang. Kulitnya yang putih dan tubuhnya yang tinggi. Matanya yang bagaikan lubang hitam sehitam malam. Ia terpana.

"Ini untukmu, bayaran dari mengantarkan air mineral kesini. Dasar Kiba tengik." Gumam pemuda itu seraya melempar sebotol air mineral ke Matahari. Matahari yang tidak siap, menangkap air mineral itu dengan tiba-tiba. Ia memandangi punggung yang menjauh darinya. Punggung malaikat penolongnya.

.

.

.

Seusai MOS, kelas mengalami system acak siswa. Yaitu system dimana siswa yang sudah resmi menjadi siswa akan di fix dengan mengacak nama-nama siswa itu dalam satu kelas. Dan disini kita sekarang. Gadis berambut panjang dengan mata indigo sepucat lavender ini sedang duduk sendirian. Ia berdebar dengan siapa ia akan duduk sebangku. Ia melirik sekelilingnya yang sudah ramai. Karena faktor sama sekolah ketika kelulusan dan meneruskan sekolah di tempat yang sama, dan belum lagi si gadis berambut panjang ini sangat pemalu maka wajar jika ia masih duduk sendirian.

"Hei, kamu dari gugus Tata Surya, kan?" suara halus disampingnya membuat ia mendongak. Wajahnya berbinar ketika melihat gadis yang ia kenal ketika MOS.

"Ah, S-Saturnus-san!" pekik gadis itu senang.

"H-Hei! Sudah! Masa MOS sudah berakhir, mimpi buruk juga berakhir! Jangan sebut-sebut aku dengan nama itu. Ya, memang kau mengenalku dengan nama itu. Aku Saturnus, namaku Yamanaka Ino." Gadis berambut pirang itu mengenalkan dirinya yang awalnya disambut dengan si gadis berambut panjang berdiri menghormati.

"A-Aku, H-Hyuuga Hinata. Si M-Matahari." Jawab Hinata dengan tersenyum lembut.

"Baiklah, aku duduk disini ya?" Ino bertanya seraya melepaskan tasnya dari punggungnya.

"S-Silahkan." Hinata hanya tersenyum.

"Ino? Itu kau?" suara lembut pemilik orang lain membuat Ino dan Hinata mengalihkan pandangannya.

"Sakura!" teriak Ino dengan memeluk gadis berambut pink bernama Sakura itu.

"Kita sekelas nih?! Kyaaa. Kamu darimana?" tanya Ino dengan memandang Sakura.

"Aku dari gugus makanan. Nama MOS gue nyebelin banget tau gak. Masa nama MOS gue Permen Karet?!" gerutu Sakura yang hanya membuat Hinata tertawa kecil.

"A-Ah, g-gomen. Hyuuga H-Hinata.." Hinata membungkuk hormat ketika pandangannya bertemu dengan jamrud Sakura. Sakura hanya membungkuk hormat membalas Hinata. "Haruno Sakura.."

Dan yah, itu adalah awal mereka menjadi murid di hari pertama. Sebagai Kohai.

.

.

.

"Sas, nih buat kamu. Udah mau bantuin aku dan bisa terhindar dari amukan Neji-senpai!" Kiba-si pemuda bertato segita- menyodorkan roti melon fresh yang baru masak dari kantin.

Orang yang masih diam memandangi jendela itu tak merespon.

"Sasuke, lo denger gak sih?" tanya Kiba lagi.

"Urusai." Jawab Sasuke masih dengan kegiatannya.

"Astaga ini anak kok ya seret amet sih. Lo seret-seret gini kok banyak yang ngefans sih? Bagi tips dong. Aku denger kohai tahun ini cakep-cakep loh." Kiba mendekatkan tubuhnya ke jendela dan menghadap Sasuke. Sasuke masih sama diam. Pandangannya masih tertuju di halaman sekolah dimana Neji, si KETOS menghukum seniornya yang berambut merah dengan kacamata.

"Hei bocah! Dengerin kalo orang ngomong!" teriak Kiba pada akhirnya membuat Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah Kiba.

"Just stay cold." Jawab Sasuke sekenanya dengan berdiri dari duduknya keluar kelas.

Sepeninggal Sasuke, Kiba hanya mendengus. "Mentang-mentang tahun lalu dapet nama MOS 'Es Batu' aja bangganya sampai di bawa-bawa. Duh, kok ada sih anak kayak dia." komplain Kiba entah kepada siapa.

.

.

.

Satu bulan sudah berlalu sejak hari itu. Sakura, Ino dan Hinata sudah berteman dekat sekarang. Sakura dan Ino menceritakan tentang senior kelas yang setidaknya Hinata tahu sekarang. Sakura selalu bertanya kepada Hinata tentang Sasori, ketua klub fotografi yang di ikutinya. Walaupun tak jarang Skura selalu menanyakan tentang Neji, kakaknya. Sementara Ino selalu menceritakan tentang Gaara, senior yang disukainya sejak pertama kali MOS. Tapi sayang Gaara sudah menjalin asmara dengan wakil KETOS, Matsuri. Mereka bertiga selalu menghabiskan waktu istirahat di dekat pohon plum di halaman belakang. Udaranya memang sangat enak jika berada di bawah sana.

"Lihat, lihat! Itu Gaara-senpai dan Matsuri-senpai!" pekik Sakura seraya menutup mata Ino agar tidak sakit hati. Ino hanya merengek mendengar ucapan Sakura. Hinata hanya terkikik geli melihatnya. Untungnya Hinata membawa kamera sehinga ia bisa mengabadikan Gaara walau harus sedikit meng-crop Matsuri.

"Hyuuga-san," Hinata menoleh. Begitupun Sakura yang mendongakkan kepalanya dan juga Ino yang mengintip dari balik jemari Sakura. Itu Kurenai-sensai. Guru muda dan cantik yang baru saja menikah.

"A-Ah, K-Kurenai-sensei.." Hinata segera berdiri dari duduknya.

"Ini titipan dari Hyuuga Neji, maaf ya mengganggu acara makan kalian." Katanya ramah dengan tersenyum.

Sepeninggal itu, Hinata melihat amplop kecil bertuliskan 'Hasil Manga Terbaru' dari Neji. Sakura dan Ino yang penasaran ketika Hinata kembali duduk langsung mendekati.

"Apa itu Hinata-chan?" tanya Sakura begitu Hinata duduk.

"Ah, t-tidak. Hanya h-hasil gambaran yang a-aku ki-kirim akhir-akhir i-ini." Hinata tersenyum kecil.

"Gambaranmu bagus sih!" pekik Ino bangga.

Hinata terdiam seketika saat matanya menemukan sosok yang selama ini ia cari. Jadi dia adalah salah seorang senpai disini juga? Tangannya bergerak mengambil kamera di sampingnya dan menghidupkan kameranya. Obyek yang dipandanginya kini tengah berjalan sendirian menuju kantin. Walaupun sendirian, banyak gadis-gadis yang mengekor dibelakangnya. Hinata ingin mengetahui nama malaikat penolongnya itu. Hanya ingin tahu.

"A-Ano, a-apakah kalian t-tahu n-nama pemuda i-itu?" Hinata mulai mengarahkan lensanya kea rah pemuda yang selama ini membuatnya penasaran. Sakura dan Ino hanya mengikuti arah kamera Hinata bergerak.

"Oh itu? Namanya Uchiha Sasuke. Keren sih. Banyak loh yang menyukainya. Tapi sayang kayaknya kaku banget itu senpai." Ino mengamati senpai yang ia kenal dengan nama Sasuke.

"Denger-denger juga sih, katanya dia itu sedingin es." Tambah Sakura ketika Hinata sudah menekan shutter shootnya beberapa kali ke arah Sasuke.

Oh jadi begitu.., jadi namanya..

Uchiha Sasuke, ya?

.

.

.

Hinata berlari ke lorong yang sepi karena ia sudah terlambat mengingat bel telah berdering beberapa menit yang lalu. Hinata membawa tasnya dengan tergesa-gesa. Bahkan uwabakki yang di pakainya pun masih belum ia kenakan dengan benar. Hinata berlari ke ujung lorong dan hendak belok ke kanan untuk menuju tangga dimana ia harus menuruni satu lantai menuju kelasnya.

Begitu Hinata akan berbelok, ia membatalkan niatnya dengan membanting tubuh kecilnya ke tembok dengan keras. Wajahnya memerah seketika saat ia berusaha meyakinkan apa yang baru saja dilihatnya barusan.

Well, Hinata menemukan Sasuke berdiri dengan serius memilih minuman di depan vending machine. Begitu sudah memutuskan, suara benda jatuh dari vending machine membuat Sasuke berjongkok untuk mengambil apa yang sudah ia inginkan. Hinata mempertajam matanya untuk membaca minuman kaleng itu.

Cappuccino.

Sasuke berdiri lama hanya untuk memilih minuman yang pada akhirnya cappuccino? Hinata hanya tersenyum kecil memandang sosok itu. Sasuke masih berjongkok dengan membuka segel kemasan kaleng itu. Ia baru menyesap rasa cappuccino itu sedikit hingga suara berisik gadis-gadis dari belakang membuatnya berdiri dan berlari dari tempatnya sekarang. Hal itu membuat Hinata yang sedari tadi mengintip di balik dinding persembunyiannya ikut berlari mengejar sosok Sasuke.

Gadis-gadis yang lewat membuat pandangan Hinata tertutupi melihat punggung Sasuke yang sekiranya menghilang di balik pintu bertuliskan XI IPA-4. Sekarang Hinata tahu dimana kelas Sasuke. Hinata berjalan kembali ke tempat dimana Sasuke terakhir berdiri. Hinata merogoh sakunya berharap menemukan koin yang bisa ia masukkan kedalam vending machine ini. Setelah memastikan koin itu masuk, Hinata menekan tombol untuk membeli brand yang sama dengan Sasuke. Setelah selesai, ia beranjak pergi dari tempat itu.

.

.

.

"Fans lo tuh. Urusin gih." Kiba tertawa mengejek ketika Sasuke baru masuk kedalam kelas dengan nafas yang terengah-engah.

"Mereka sakit gitu." Jawab Sasuke asal dengan mendudukkan dirinya di kursi dekat jendela.

"Ngomong-ngomong, kopi itu gak baik buat kamu. Apalagi ini pagi." Nasehat Kiba membuat Sasuke menatap tajam dirinya.

"Ini cappuccino, dan yah, lo gak punya hak buat ngatur." jawab Sasuke dingin membuat Kiba melemparkan buku ke wajah Sasuke.

.

.

.

Sudah berbulan-bulan sejak Hinata mulai mengikuti apa saja yang dilakukan Sasuke. Dan sejak pertemuannya dengan Sasuke di vending machine, Hinata jadi sering mengumpulkan foto Sasuke yang sering ia abadikan secara diam-diam. Terkadang Hinata mencetak foto itu diam-diam di gedung kecil klub fotografinya setelah ia memilih. Lalu ia menempelkan semua foto Sasuke di buku dimana hanya berisi tentang Sasuke.

Tiga bulan sebelum kenaikan kelas. Hinata membuka lembaran demi lembaran.

Namanya Uchiha Sasuke. Rambutnya hitam. Kulitnya putih. Tingginya mungkin 175cm. Lahir tanggal 23 Juli. Sangat menyukai tomat dan membenci natto (tempe). Golongan darahnya AB, apa benar ya? Dia suka membeli cappuccino di vending machine dan membeli roti melon di kantin. Sasuke-senpai suka berdiri berlama-lama di depan vending machine walaupun pada akhirnya ia selalu membeli sesuatu yang sama dari vending machine. Aku hanya terkikik geli melihatnya. Warna kesukaannya putih, hitam dan biru. Suka berjalan sendirian. Dan sering melihat ke jendela. Apa yang dilihatnya? Dia memiliki banyak sekali fans. Apakah aku bisa masuk dengan tandingan fans sebanyak itu? Apakah Sasuke-senpai sudah memiliki kekasih?

Hinata berhenti membaca tulisan tangannya yang penuh dengan foto Sasuke. Foto foto kecil Sasuke dimana ia berdiri di depan vending machine, foto Sasuke berjalan sendirian, foto Sasuke ketika olahraga, foto Sasuke mengantri, foto Sasuke dari jauh. Ya, mungkin sebagai stalker, Hinata sangat ahli.

Hinata berhenti ketika ia melihat Sasuke berdiri di tengah halaman sekolah dengan fans yang mengerubunginya. Sasuke terdiam disana. Ia tak bisa bergerak karena terlalu banyak gadis yang berada di sisinya. Hinata hanya memeluk erat buku yang dibawanya.

"Hinata-san." Suara berat Sasori membuat Sasuke yang berada jauh di halaman utama sekolah menoleh padanya. Dan detik itu, pandangan Sasuke dan Hinata bertemu. Onyx nya dan Lavender nya pun bertemu. Hinata menyembunyikan dirinya di balik dinding dengan menjatuhkan dirinya cepat dan keras di lantai.

"Hinata-san!" pekik Sasori kemudian.

Sasuke yang melihatnya dari jauh hanya mendecih kesal ketika Sasori berlari kemudian menghilang ketika ia berjongkok di balik dinding.

.

.

.

Sudah sebulan lamanya Hinata tidak melihat Sasuke. Ia mengedarkan pandangannya kemanapun, Sasuke tak bisa ia temukan.

Hinata berjalan di lorong yang masih sepi pagi ini. Ia memasukkan sepatunya ke loker dan memakai uwabakki seperti biasanya. Tiba-tiba terbesit pikiran di benak Hinata. Dengan cepat gadis itu mengambil post-it dari tasnya dan bullpen. Ia menuliskan sesuatu dan menggambar dengan cepat di kertas kecil itu. Ia berlari menaiki tangga dan melewati lorong-lorong sepi dengan langkahnya yang terburu-buru. Sesampainya di pintu kelas XI IPA-4, ia menempelkan post-it itu di pintu dan pergi secepat yang ia bisa.

.

.

.

Sasuke mengernyit. Kiba mengendus. Lee menerawang. Shikamaru tertidur. Siapa yang tidak kaget jika kau baru datang dan teman-teman sekelasmu menyoraki dan menggodamu dengan kata-kata manis untuk dirimu yang tertempel di pintu. Itu yang dirasakan Sasuke. Ia menerima post it yang baru saja di terawang Lee dan di endus aromanya oleh Kiba. Shikamaru yang menemukannya ketika ia datang pertama kali ke kelas untuk tidur.

Ohayou Sasuke-senpai, ganbatte iru yo!

H.

-secret admirer, your biggest fans-

Post it itu digambari dengan beberapa gambar kecil dan gambar wajah animasi Sasuke yang seperti biasa.

"Aromanya vanilla dan musk lavender no 25. Ditulis dengan cepat dan terburu-buru." Ujar Kiba setelah mengendus. Ajib gile.., kok bisa tahu atuh mas?

"Ngibul!" timpal Lee.

Sasuke hanya berjalan melewati kedua teman sekelasnya yang selalu bertengkar. Ia duduk dengan membaca ulang kertas yang ada di tangannya. Pandangannya beralih ke jendela ketika ia melihat gadis itu berlari dengan membawa kardus.

.

.

.

Sasuke berjalan mengitari lorong-lorong dimana koridor lantai untuk kohainya. Banyak teriakan yang memanggil nama Sasuke. Sasuke mengabaikannya. Ia hanya penasaran dengan si pengirim post-it. Walaupun tidak tahu, Sasuke juga ingin menemukan seseorang di lantai ini. Sudah sekali putaran di lantai ini, Sasuke beranjak pergi. Langkahnya terhenti ketika ia menemukan sosok yang dicarinya kini sedang berdiri di depan vending machine dengan memasukkan beberapa koin. Ia menggeser kardus yang tadi dibawanya. Baju yang menyelimuti tubuh mungilnya basah. Ia berjongkok ketika suara dari vending machine menyahuti kemauannya. Sasuke mencoba mendekati gadis berambut panjang itu dengan hati-hati.

Tapi niatan Sasuke terhenti ketika gadis itu mengambil minuman kaleng dari vending machine dan berlalu pergi. Sasuke berjalan mendekat ke vending machine, ia apa isi kardus yang tadi diseretnya. Sasuke melihat anak kucing di dekat vending machine yang sudah terbungkus kain hangat di dalam kardus kecil. Sasuke tersenyum tipis.

.

.

.


T.B.C


Well, saya bener-bener grogi dan gugup setelah lama tidak menulis.

Jujur nih ya, pengalaman Hinata nyabutin rumput sehalaman itu pengalaman saya loh waktu MOS tahun 2012-2013 dan pengalaman Ino yang dikejar-kejar Karin itu juga pengalaman teman sebangku saya.

Bayangin lho! Nyabutin rumput sehalaman sendirian itu rasanya… TT_TT

Well, berhubung kepanjangan jadi aku jadiin two-shoot. Ini buat readers ku tercinta. Maaf ya saya baru kembali setelah 2 tahunan mungkin.