Milik Fujimaki Tadatoshi dan saya hanya memiliki fic ini... Kepikiran gara2 memikirkan hal2 yang aneh (?) dan jadilah seperti ini
Kemungkinan banyak OOC dll... "orz
~~~Prologue~~~
~After death~
Tidak terasa sudah 2 tahun lamanya semenjak kepergian sang ibunda, lelaki berambut hijau pendek yg senada dengan matanya dan berkacamata itu tetap mengerjakan pekerjaannya yg biasa Ia lakukan sehari-hari dari pagi sampai malam hari. Ya, pekerjaannya sebagai dokter umum yang tugas utamanya untuk menyelamatkan pasien yang sedang menantang maut. Dia mempunyai 2 anak bernama Seiri dan Airi yang masih berusia 11 tahun, mereka adalah anak kembar yang tidak identik. Jadi tidak heran kalau sifat keduanya sangat berbeda walau fisik mereka sama.
Setiap harinya, mereka tidak merasa kesepian walau ditinggal pergi kerja oleh sang ayah yang selalu pulang malam tanpa ditemani oleh sang ibunda mereka yang tercinta. Tiap kali lelaki berkacamata itu pulang, Airi anak perempuannya menyambut ayahnya itu.
"Shin-chan, okaeri!" Sambil membawakan tas kerjanya berwarna hitam yg tumben kali ini ringan. Biasanya berat dan kadang harus diseret. Airi lalu meletakkan tas tersebut di tempat biasanya, setelah itu dia berlari kearah lelaki itu dan menarik-narik lengan bajunya.
"Tumben Shin-chan pulang awal, jangan-jangan membolos?" Tanyanya polos sambil mengedip-ngedipkan mata.
Namun sepolos apapun, lelaki yg bernama Midorima Shintarou itu menjitak pelan kepala anaknya.
"Jangan menebak yang tidak-tidak, dan berhenti memanggilku seperti itu nodayo" Jawabnya sambil menghela nafas lalu menepuk-nepuk kepalanya yang dia jitak barusan. Tentu saja Midorima tidak mau kelak anaknya menjadi cerewet seperti ibunya.
"Selama ini apa yang diajarkan oleh ibumu?" Jujur saja Midorima tidak punya waktu untuk mendidik, yg mendidik Seiri dan Airi adalah sang ibunda yang tidak bekerja dan memilih untuk mengurus anak berhubung kasihan saja kalau mereka berdua ditinggal bekerja.
"Aw!" Airi mengusap-usap kepalanya yang dijitak dan menggembungkan kedua pipi karena ngambek. Dia paling tidak suka dijitak seperti itu apalagi oleh ayahnya yang tingginya melebihi dari manusia normal.
"Tapi kata ibu, Shin-chan senang kalau dipanggil seperti itu!" Midorima hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Terserah nanodayo, dan alasanku pulang awal... Tanggal 6 Desember ini adalah tanggal dimana..." Dia diam sebentar lalu melanjutkannya lagi, sebenarnya terlalu sakit untuk mengatakannya namun apa boleh buat?
"...Ibu kita meninggal bukan? Jangan bilang kau lupa" Menatapnya sambil mengendorkan dasinya.
"Ah!" Airi menepukkan kedua tangannya.
"Iya.. Airi hampir lupa... Gomen Shin-chan" Tiba-tiba perempuan itu menunjukkan wajahnya yg sedih.
"...Kangen"
"Hmm?"
"Aku kangen ibu... Kangen melihat senyumnya... Dan—Dan—" ...Midorima hanya bisa menepuk-nepuk kepala anaknya itu. Airi langsung memeluk tubuhnya walau tidak sampai.
"Aku juga, tapi aku yakin... Kazunari sedang bersama dengan kita sekarang, Airi"
