Star of Destiny (Gate Rune War)

Disclaimer:

Characters: Suikoden © Konami

Story Concept: Dissidia Final Fantasy ©Square Enix

Fanfic Disclaimer © Wyvern Bob


Chapter: Prologus

Disebuah tempat dimana kedamaian mulai terusik oleh kejahatan,

"Leknaat, saudariku.. Serahkan dirimu padaku. Sekarang!" teriak Windy kearah Leknaat yang terduduk dengan wajah yang membuang muka. Ekspresinya datar, tidak merespon segala gerak gerik Windy sama sekali,

"Lady Windy, mungkin wanita ini tuli juga?" Ejek seseorang yang berdiri dibelakang Windy,

"Fufufu..." tawa kecil wanita dibelakang Windy malah membuat salah satu dari mereka menjadi emosi.

"Jangan menghina Lady Leknaat! Aku tidak akan memaafkan dirimu!" bentak seorang pria ke arah pria yang tadi mengolok- olok Leknaat,

"Oh ya? Lalu, kenapa kau berada di pihak kami, bocah angin?"

"DIAM! Troy, Luc.. Aku tidak perlu mendengar respon dari kalian." Teriak Windy sambil menyibakkan jubahnya kepada Luc dan Troy, sedangkan Troy hanya memandang Luc dengan tatapan angkuh dan meremehkan.

"Lady Leknaat, aku..."

"Sudahlah Luc, jika itu jalan yang kau pilih..." Leknaat masih tetap membuang muka sambil terus terduduk. Luc yang mendengar respon penolakan oleh Leknaat merasa tidak enak hati, namun takdir yang telah digariskanlah yang membuat Luc harus memihak Windy ketimbang Leknaat,

"Aku hanya ingin mencegah masa depan kosong itu terjadi. Lady Leknaat, percayalah padaku." Jawab Luc lesu,

"Luc, kau tak perlu..."

"Lepaskan tanganku Sarah!" Luc melepaskan genggamannya dari Sarah, dia merasa tidak enak hati kepada Leknaat, sekarang berbalik ke Luc yang tidak berani memandang wajah Leknaat, bahkan menatap jubahnya sekalipun Luc tidak mau.

"Sekarang, serahkan Back Gate kepadaku. Sebelum aku dan para prajurit Front Gate milikku memaksamu. Saudariku..."

"Windy, tidak usah bicara dengan nada menghina, aku memang buta dari segala cahaya. Namun, aku tidak buta dalam hal kebenaran. Dan takdir yang digariskan olehmu, adalah kalah olehku!"

"JANGAN MENGHINAAAKU!"

"Lady Leknaat!" Tiba- tiba sebuah teriakan dari langit memecah suasana tegang yang berada disitu. Pria yang meneriaki nama Leknaat, menghujamkan tongkatnya kearah tanah, dan menciptakan sebuah ledakan besar dan membuat perisai api diantara Windy dan para anak buahnya, dengan dirinya dengan Leknaat.

"Siapa kau?!" teriak Luc ke sosok pria tersebut,

"Siapa aku? Mereka, para Grasslanders, memanggilku... Flame Champion." Jawab sosok tersebut sambil menuding Windy dengan tongkatnya, Luc yang merasa dapat menandinginya segera berlari ke sebelah Windy, dan membuat sebuah sekat udara yang membuka tirai api yang diciptakan oleh sosok yang mengaku Flame Champion. Tapi, sebelum Luc sempat membuka jalan bagi Windy, Flame Champion merapal suatu mantra dan menciptakan sebuah bola api dengan nyala bagaikan matahari.

"Sial..." jawab Luc sambil meloncat mundur,

"True Fire Rune.."

...***...***...***...

"Kita sudah jauh dari mereka. Kau masih tidak mau melakukan hal yang kau lakukan padaku?" tanya Flame Champion setelah selesai menyelamatkan Leknaat,

"Memanggil mereka?"

"Sama seperti Windy memanggil mereka." Jawab Flame Champion

"Dengan kekuatan Gate Rune mu. Kau dapat membuka dimensi sama seperti yang Windy lakukan." Flame Champion melanjutkan kata- katanya untuk menyakinkan Leknaat, maka dengan yakin, Leknaat pun membuka 11 dimensi, dan memanggil 11 ksatria yang akan menyelesaikan konfliknya dengan Windy. Serta mencegah masa depan dimana semua yang Windy inginkan tercapai.

"Flame Champion, apa perlu aku memanggil dia?" tanya Leknaat sambil mengadahkan wajahnya ke langit,

"Bukankah, cukup 1 bearer True Fire Rune saja? Haha!" balasnya dengan nada bercanda. Maka dengan kemampuan Leknaat, serta sangkakala perang yang telah dibunyikan oleh Windy, membuka peperangan antar jaman untuk memperebutkan dan mempertahankan Gate Rune.

...***...***...***...

"Uuuh, palaku pusiing!"

"Hei, bangun!"

"Hum, aku sepertinya mengenalmu." Pria yang tersungkur itu tiba- tiba merasa familiar dengan wajah orang yang membangunkannya,

"Humm, mungkin pernah, tapi aku juga sepertinya tidak asing denganmu." Ucap pria satunya sambil menarik tangan pria yang dibangunkannya.

"Oke, namaku Riou! Riou Genkaku, mungkin kau pernah dengar nama itu?" tanya Riou ke pria yang sudah membangunkannya,

"Tidak."

"..." mendengar respon pria yang didepannya, Riou hanya bisa tersenyum maksa sambil mengeluarkan keringat. Kirain dia kenal,

"Aku Tir, Tir McDohl. Dan mungkin kau pernah mendengar namaku?" jawab Tir sambil menyalami tangan Riou.

"Hmm, tidak juga, hahaha berarti ini memang pertemuan pertama kita!" jawab Riou dengan jujur dan polos,

"Oh ya, ini punyamu?" Tir mengambil sepasang tonfa kayu yang berujung besi. Benda itu tergeletak di sebelah Riou yang tadi tertidur cukup lama. Entah bagaimana caranya, yang jelas saat Tir berjalan, dia melihat Riou yang tergeletak dan berusaha memastikan bahwa orang yang ditemukannya masih hidup.

"Oh ya! Haha, benar ini punyaku." Riou pun memasang tonfa yang ditemukan Tir di tangannya.

"..."

"Kenapa Riou, ada masalah?" tanya Tir,

"Kenapa, aku Cuma mengingat nama ku.. Tapi aku tidak bisa mengingat hal lain selain namaku?"

"Hah?!"

"Kenapa Tir?"

"Aku merasakan hal yang sama. Sejak aku berada di tempat ini, aku tidak pernah ingat lain hal selain namaku, semakin aku berusaha mengingat, ingatan itu semakin jauh dariku."

"Dan Leknaat, hanya nama itu yang kuingat.." Riou menggengam tonfanya dan memandang ke arah langit yang ditiangi oleh cahaya putih keungu-unguan. Tir pun juga mengatakan hal yang sama. Dan mungkin, orang- orang yang dipanggil Leknaat hanya akan mengingat nama mereka sendiri, dan tentunya nama Leknaat, yang membimbing mereka ke tempat ini.