Sai tersenyum. Aroma kue menyebar di segala ruangan.

Kue Untuk Sang Diktator (c) bruderup

Naruto (c) Masashi Kishimoto

"Selamat ulang tahun, Tuan Sai!"

Semua jenderal, pasukan, pembantu, menteri, dan lain-lain, nampak agak bahagia sekarang, atau pura-pura nampak bahagia, senyuman mereka lebar, memberi ucapan selamat singkat kemudian sibuk lagi dengan wilayah luar, Sai membalas dengan lengkungan tajam, sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan.

Ah.

Apa kuenya sudah matang?

"Sai, keadaan begini dan kau masih bisa tenang? lihatlah keluar!" ujar seseorang, nadanya marah seperti membentak, membuka tirai lebar-lebar, ada reruntuhan, pesawat hilir mudik, maupun pelontar api, sang pria pucat tidak peduli.

Kuenya matang?

Cepat-cepat diambilnya, pakai kain, masih panas sekali, aroma lembutnya menyebar di segala ruangan. Sai memperhatikan, kalau menggambar dan memimpin sebuah negara saja dirinya hebat luar biasa, apalagi membuat kue seperti ini.

Satu potong, dua potong, ini cukup.

"Sai?"

"Ya?"

Sai pura-pura buta?

"Kau tahu kan, kalau wilayah barat dan timur di negara kita sudah direbut pihak musuh?"

Sai mengangguk, mengolesi sedikit buah potong. "Mau coba? Ini kue buatanku sendiri, spesial di hari ulang tahun-" Dan mungkin perayaan atas kehancuran negeri pimpinannya, ujar sang pemimpin dalam hati, kuenya masih panas, masih enak.

Tapi kalau mendengar dari laporan Sasuke, tentang serangan beruntut, tentang pasukan musuh yang hampir menaklukan semua kota, tentang negerinya kesulitan bertahan, tentang rakyatnya menjadi sengsara kembali...

Apa masih sempat merayakan ulang tahun?

"Duduklah," ujar Sai pelan, mencium aroma kuenya, enak sekali, meski ada pahit menusuk.

"Aku punya kue spesial, kau mau? Enak diminum sambil pakai teh."

Diambilnya sepotong, kue itu biasa saja, tapi dia lihat cara pembuatannya, kalau Sai mencampurnya dengan sesuatu, yang biasa dibawa pasukannya, dan kalau tertangkap oleh sekutu, harus cepat diminum supaya rahasia tetap terjamin.

Sai tersenyum, dan dia ikut tersenyum.

Sepotong kue memasuki kerongkongannya. Sedikit terasa aneh, sebelum membisikkan sesuatu, "Selamat ulang tahun, Sai."

Sekarang giliran sepotong lagi ditangan sang pria pucat, masih dengan lengkungan tajam, Sai menggigitnya, lagi dan lagi.

Hadiah menyenangkan di hari ulang tahun terakhir, Sai berujar, kekalahan dari sekutu, juga kue spesial yang mengandung sianida.

End.

Ah~ sekuel dari Si Pelukis Gagal, tentang Sai yang dapat hadiah di hari ulang tahunnya :3

Silakan cantumkan saran di kolom komentar, terimakasih bagi yang udah menyempatkan buat baca~