Ugly
.
.
Title :: Ugly
Genre :: Drama, Romance
Pairing :: YunJae
Author :: Moonlite444 (translatedbyme)
Rating :: Teens-Mature (contains a little smut)
Length :: ...shoot
Disclaimer :: All story belong to Moonlite444 (translatedbymedenganperubaha nseperlunya) [TELAH DIBERI IZIN OLEH MOONLITE444]
Warning :: Typo(s), Genderswitch, NC.
.
.
Characters ::
*Kim Jaejoong : 18 y.o, Girl, Baru lulus High School, Pintar, Gendut, Jelek.
*Jung Yunho : 35 y.o, Man, Bisnisman, Kaya, Tampan.
*Mr. Kim : Ayah Jaejoong, Supir Yunho.
*Mrs. Kim : Ibu Jaejoong.
.
.
Summary ::
Jaejoong adalah gadis yang gendut dan jelek. Karena penampilannya, tidak ada seorang pun yang mau menjadi temannya. Dia sering sekali dibully, dan mendapat diskriminasi.
Keluarganya bukanlah keluarga berada. Ayahnya hanya seorang supir. Jadi dia tidak mempunyai cukup banyak uang untuk operasi plastik.
Jaejoong tidak memiliki siapapun di kehidupan sosialnya. Tapi, dia adalah gadis yang amat pintar. Sepanjang hari ia gunakan untuk belajar. Dia menerima banyak penghargaan di kompetisi sains. Tapi, semua itu tetap membuatnya tidak memiliki teman.
.
Suatu hari, bos ayahnya datang kerumah. Setelah melalui percakapan singkat, bos ayahnya tiba-tiba melamarnya.
.
.
.
.
Jaejoong sedang mengamati formulir untuk mendaftar di universitas. Dia benar-benar ingin untuk bisa melanjutkan pendidikannya. Dia ingin menjadi dokter.
Sesungguhnya dia telah mengisi formulir itu. Dan dia hanya memerlukan tanda tangan orangtuanya untuk melengkapi formulir itu. Dengan ragu ia beranjak ke dapur tempat ibunya sedang memasak, "Umma, Jongiie.. Jongiie ingin berbicara."
Mrs. Kim sedang sibuk memasak, jadi dia menjawab Jaejoong tanpa melihat kearahnya, "Ada apa, Joongie?"
"Euumm.. Jongiie ingin mengetahui pendapat umma. Jongiie ingin kuliah," jawab Jaejoong.
Mrs. Kim menghentikan masaknya dan melihat ke arah Jaejoong. "Umma bangga denganmu Jaejoongiie, tapi umma tidak bisa bilang apa-apa. Kita harus menunggu ayahmu untuk mendiskusikan semua ini."
"Baiklah umma," jawab Jaejoong tersenyum.
*Ding ding
"Jongiie, bisakah buka pintu? Sepertinya itu ayahmu," kata Mrs. Kim sambil melanjutkan masaknya kembali.
"Baiklah umma."
Apakah appa tidak membawa kunci sampai harus membunyikan bel? ucap Jaejoong dalam hati. Dia pikir itu ayahnya, tapi ketika ia membuka pintunya ia mendapati seorang yang tampan yang berdiri di depan pintu, dan tersenyum padanya.
"Apakah ini rumah Mr. Kim?" tanya pria itu pada Jaejoong.
Jaejoong bisa mengenali pria itu, dia adalah bos ayahnya, Jung Yunho. Dia tidak pernah bertemu dengan bos ayahnya itu sebelumnya, tapi siapa yang tidak tahu pria itu. Dia adalah bisnisman terkenal di negara itu. Dia sangat kaya dan tampan. Banyak wanita yang mau menikah dengannya, tapi dia tetap belum mempunyai istri dan tidak ada yang tahu kenapa dia tetap sendiri diusianya sekarang.
"Ya benar, tapi ayahku sedang tidak ada di rumah. Dia belum pulang. Mungkin sebentar lagi dia akan pulang. Apakah kau mau menunggu?" tanya Jaejoong pada Yunho.
"Terima kasih," sahut Yunho sambil memasuki rumah kecil tersebut.
Didalam rumah Yunho melihat banyak sertifikat penghargaan serta piala yang berjejeran, "Apakah semua ini milikmu?" tanyanya pada Jaejoong yang baru saja kembali dari dapur dengan membawakan minuman.
"Ya," jawab Jaejoong sambil meletakkan minuman itu di meja dan mulai beranjak pergi.
"Hey, kau mau kemana? Temani aku mengobrol sampai ayahmu datang."
Jaejoong lalu duduk di kursi di depan Yunho. "Apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya.
"Apa saja." jawab Yunho. "Aku dengar dari ayahmu kalau kau baru saja lulus high school, apakah kau akan melanjutkannya ke universitas?"
Jaejoong menggelengkan tangannya, "Aku tidak tahu. Aku akan membicarakannya dulu dengan orang tuaku. Aku tidak yakin mereka sanggup membaya uang kuliahku," ucap Jaejoong sedih.
"Tapi bukankah dengan semua penghargaan dan nilai-nilaimu kau bisa mengajukan beasiswa?"
"Pasti banyak sekali peminat untuk beasiswa itu. Kesempatanku sangat kecil."
"Apakah kau selalu pesimis?" tanya Yunho dengan dahi yang dikerutkan.
"Aku bukannya pesimis. Aku hanya berpikir realistis," jawab Jaejoong. "Aku tidak ingin berharap terlalu banyak. Itu akan membuatku sangat kecewa kalau ternyata gagal."
"Apakah kau benar-benar ingin melanjutkan pendidikanmu?" tanya Yunho lagi.
Jaejoong mengangguk, "Tentu saja. Aku benar benar ingin menjadi dokter. Aku senang sekali bisa menolong orang-orang." Jaejoong tersenyum saat membayangkan dirinya menjadi dokter. Namun senyumannya langsung hilang ketika dia mengingat realita hidupnya.
"Kau adalah orang yang langka. Kebanyakan orang-orang berpikir tentang uang yang akan diterimanya. Beberapa dokter berpikir tentang bagaimana mengambil keuntungan dari pasien-pasiennya," kata Yunho.
Jaejoong tidak mengatakan apapun. Dia hanya menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan kesedihannya.
"Omong-omong apa yang akan kau lakukan kalau tiba-tiba kau mendapatkan banyak uang?" tanya Yunho lagi.
"Tentu saja aku kan membaya uang untuk kuliah."
"Apakah kau serius? Kau tidak akan menggunakan uangmu untu operasi plastik?" tanya Yunho lagi. "Maaf, aku bukan bermaksud menyinggungmu, tapi banyak orang yang melakukannya."
"Dan membuat diriku menjadi palsu seperti yang lain? Untuk apa?" Jaejoong merasa sedikit tersinggung dengan ucapan Yunho. "Aku tahu aku jelek Yunho-ssi, tapi tidak. Aku dapat menerima diriku apa adanya. Menjadi cantik tidak akan membuat diriku menjadi lebih baik daripada yang lainnya."
"Tapi banyak pria yang menyukai wanita cantik," kata Yunho lagi.
Jaejoong tertawa, "Kalau begitu aku tidak akan menyukai pria jenis itu. Mereka pastilah mempunyai otak yang kecil, hanya memerhatikan penampilan."
"Lalu menurutmu apakah aku jenis pria yang seperti itu?" Yunho bertanya lagi. "Kau tahu, aku mempunyai wajah yang kecil."
Jaejoong berhenti tertawa lalu menatap Yunho, "Mianhae, aku tidak bermaksud seperti itu."
"Gwenchana, omong-omong apakah kau mempunya namjachingu?" lanjut Yunho.
Jaejoong menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak bisa menemukan pria dengan otak yang besar. Ooppss~ mianhae," Jaejoong menutup mulutnya dengan tangannya. "Dan aku tidak berpikir akan menemukannya."
"Kau menjadi pesimis lagi. Percaya padaku, Tuhan sudah menyiapkan seseorang untukmu," ucap Yunho sampil menepuk lengan Jaejoong.
.
Mr. Kim membuka pintu dan memasuki rumah. "Aku pulang!" serunya. "Mian aku terlambat. Aku kehilangan dompetku, jadi aku berjalan karena tidak ada uang untuk membayar uang bus."
Dia terkejut saat melihat bosnya di rumahnya. "Yunho-ssi, kau disini?"
"Oh Mr. Kim, selamat datang! Aku kesini untuk mengembalikan dompetmu. Kau meninggalkannya dirumahku. Mian, karena ini kau jadi harus berjalan untuk pulang." kata Yunho sampil meminta maaf.
"Omo! Thanks God! Yunho-ssi nan jeongmal kamsahamnida! Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada keluargaku jika aku benar-benar kehilangan dompetku ini," jawab Mr. Kim.
"Cheonmaneyo Mr. Kim," jawab Yunho. "Okay, urusanku sudah selesai disini. Aku pikir sudah saatnya untuk pulang. Aku tidak ingin mengganggu waktumu dengan keluargamu."
"Yunho-ssi, bagaimana kalau kau ikut makan malam bersama kami? Aku tebak kau belum makan malam. Aku sudah menyiapkannya. Meskipun itu hanya makanan sederhana," Mrs. Kim yang baru saja datang dari dapur menawarkan Yunho untuk makan bersama.
"Oh! Dengan senang hati, Mrs. Kim," jawab Yunho.
"Mr. Kim, aku dengar putrimu ingin menjadi dokter?" ucap Yunho memulai percakapan saat makan bersama.
"Ya, kami sangat bangga dengannya. Tapi sayang sekali kami tidak punya cukup uang untuk membayar uang kuliah." Mr. Kim melirik anaknya yang menundukkan kepala.
"Anakmu itu sangat pintar, akan sangat sia-sia jika ia tidak melanjutkan pendidikannya."
"Tapi kami tidak bisa melakukan apa-apa, Yunho-ssi," Mr. Kim terlihat sedih saat mengucapkannya.
Yunho meletakkan sumpitnya di meja. Dia melihat ke arah Mr. Kim. "Mr. Kim, jika kau tidak keberatan, aku ingin meminta izinmu untuk menerimaku untuk menikahi putrimu."
Semuanya mendadak beku saat mendengarnya.
"Ma... maaf?"
"Aku ingin kau mengizinkanku untuk menikahi putrimu," ulang Yunho. "Aku berjanji akan membantunya untuk meraih mimpinya."
Jaejoong yang sejak tadi hanya diam, tiba-tiba berbicara, "Yunho-ssi, kau tidak harus mengasihaniku. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Mungkin aku tidak kuliah tahun ini, tapi aku akan bekerja keras dan menabung uangku untuk mendaftar kuliah. Aku yakin aku akan bisa kuliah beberapa tahun kedepan."
"Aku tidak mengasihanimu. Aku tidak pernah mengasihanimu. Aku bahkan yakin kau bisa menjadi dokter tanpa bantuanku. Tapi kau juga adalah wanita yang selama ini kucari," jawab Yunho menjelaskan.
"Tapi... aku jelek," kata Jaejoong lirih.
Yunho tertawa, "Meskipun wajahku kecil, tapi otakku tidak. Aku tidak seperti apa yang kau pikirkan."
"Aku tidak mengatakan kau punya otak yang kecil," balas Jaejoong.
"Lalu? Apa masalahnya?"
"Kita bahkan baru bertemu beberapa saat yang lalu."
"Kita bisa belajar mengenai satu sama lain nanti."
"Bagaimana jika kau merasa kecewa saat mengetahui aku yang sebenarnya?"
"Aku sudah mengetahui hal-hal yang utama dari dirimu. Yang lain tidaklah terlalu penting."
"Kau hanya memikirkan tentang dirimu. Bagaimana denganku? Kau tidak peduli dengan perasaanku?"
"Jadi? Bagaimana dengan perasaanmu?"
Jaejoong tidak bisa menjawab. Dia tidak tau bagaimana perasaannya. Dia baru saja bertemu dengan Yunho, dan tidak mengetahui banyak hal tentang Yunho. Tapi, dia merasa senang dengan Yunho karena pria itu tidak mempunyai otak yang kecil seperti kebanyak pria lainnya.
"Kau tidak harus menjawabnya sekarang," kata Yunho. "Aku pikir ini sudah terlalu lama. Aku harus pergi. Terimakasih untuk makan malam yang menyenangkannya Mr. Kim, Mrs. Kim, dan juga Jaejoongiie."
*TBC*
YAY SAYA COMEBACK DISAAT SEPERTI INI !
Sebentar lagi saya UN dan demi Tuhan saya masih buta angka -_-"
P
L
E
A
S
E
Review :)
AIrzantiHuang_
