A NARUTO FICT

BY NAMIKAZE MUTIARA HANA

ARTI CINTA

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Pairing: Namikaze Minato & Uzumaki Kushina

Genre: masih dengan Romance, tragedy, dll

Warning: lebih aneh, ga je, de el el

DON'T LIKE DON'T READ


Dalam balutan kimono merah, Kushina menari di depan para tamu dengan gemulai. Ia memutar tubuhnya yang ramping, tanpa berpindah barang sejengkal dari tempatnya berdiri. Dan "crak!", ia kepakkan dengan keras kipas kertas di genggaman jemarinya.

Wajah putihnya pun tertutup separo. Perlahan, ia membuka lebar tangannya. Sorot matanya lurus, tanpa gurat senyum, meski ia menyadari tengah tenggelam dalam alunan lembut petikan shamisen (gitar tradisional Jepang).

Malam itu bukanlah pertama kalinya gadis 19 tahun itu tampil. Sudah lebih dari tiga tahun ia melakukan profesi sebagai seorang geisha.

Karena kepandaiannya dalam berbicara berbagai bahasa, Kushina selalu banyak mendapat tamu asing. Bahkan sudah ada yang sampai berkali-kali menjadi tamu Kushina.

Kali pertama ia manggung saat masih berusia 16 tahun. Kushina butuh waktu yang cukup lama untuk menjadi seorang geisha seutuhnya. Ia belajar dengan sungguh-sungguh mengenai bentuk seni, yang tak hanya untuk menghibur, namun merasuk dalam kehidupan pribadi sehari-hari.

Bagaimana ia menuangkan teh dari teko dengan tangannya yang gemulai, tutur katanya yang lembut nan cerdas, dan bagaimana ia melayani tamu yang kebanyakan dari kelas menengah ke atas itu.

Ini bukan suatu pilihan bagi Kushina. Kemiskinan menjadi suatu alasan pembenaran untuk ia menjadi seorang geisha. Jauh sebelum ia benar-benar menjadi seorang geisha, ia belajar pada Tsunade, guru geisha-nya di Okiya. Karena kebaikan Tsunade, hasil kerja keras Kushina tak perlu ia berikan pada gurunya. Ia simpan lalu dikirim untuk penghidupan kedua orang tuanya di desa.

Kushina terus menari. Tariannya yang begitu anggun dan menggoda membuat tamu terkagum. di ruang tersebut Kushina tak sendiri. Ia bersama dengan gurunya, Tsunade dan sahabatnya Mikoto. Tsunade begitu menghayati permainan shamisennya. Sedangkan Mikoto memainkan tsutsumi. Alunan musik jepang sangat terasa di ruangan tersebut. Menghipnotis semua tamu yang ada didalamnya.

Sejenak ia melontarkan pandangannya pada tamu yang ada di hadapannya. Empat pria bule yang asik memperhatikan penampilan mereka dan satu pria jepang. Semua terlihat sedang dipengaruhi oleh alkohol yang mereka minum, kecuali si pria berambut jabrik pirang bermata biru. Ia dengan santai memperhatikan penampilan khusus mereka.

Selesailah pertunjukan oleh ketiga geisha itu. Mereka para geisha langsung menghampiri tamunya. Tsunade bercengkrama dengan dua pria bule. Sepertinya mereka berasal dari prancis karena aksen bahasa inggris mereka tidak terlalu bagus. Lalu mikoto melakukan hal yang sama dengan dua pria bule juga. Dan Kushina malam ini hanya melayani pria berambut jabrik pirang bermata biru itu. Ketika kushina mendekatinya, pria itu tersenyum sangat menawan.

"tarianmu indah sekali". Katanya sambil memperhatikan Kushina.

Entah mengapa, kalimat yang terlontar dari pria itu membuat jantung Kushina berdebar kencang. Ia mencoba mengendalikan dirinya untuk tak terbawa oleh perasaannya sendiri.

"terimakasih tuan". Kushina berusaha tersenyum semanis mungkin. Baru kali ini ia merasa sanjungan dari seorang pria yang membuatnya sangat senang. Kushina lalu menuangkan sake ke dalam gelas kecil yang terbuat dari keramik untuk ia berikan pada tamu khususnya itu. Ia berusaha untuk tidak gugup dan melakukan gerakan sensualitas.

"oh maaf, aku tidak menyukai minuman beralkohol itu". Pria itu menolak secara halus.

"maaf tuan. Saya akan membuatkan teh untuk anda". Kushina lalu membersihkan mangkuk yang ukurannya pas segenggaman tangan. Sebuah teko berisi air panas kemudian masuk ke dalam mangkuk tersebut. Gerakannya memutari bagian dalam mangkuk dan sangat perlahan. Dengan sengaja, Kushina menarik kimononya, sehingga keindahan kulit lengannya dapat dilihat oleh lelaki yang menjadi tamunya. Pria itu menarik ludah ketika mendapat pemandangan seperti itu. Setelah dua menit berlalu, Kushina menyerahkan teh itu pada tamunya.

"apakah kau bisa memberitahuku bagaimana cara meminum teh ini?". Pria itu mengenyitkan dahinya.

"tentu saja tuan". Kushina tersenyum geli melihat tamunya yang satu ini. Berwajah jepang tapi tidak tahu bagaimana cara meminum teh yang benar. Kushina lalu membuat kembali teh untuk dirinya. Setelah selesai ia mempraktikannya langsung. Kushina memiringkan sedikit tutup mangkuk, kemudian ia langsung meminum teh tersebut. Si priapun mencoba untuk melakukan hal yang sama seperti Kushina. Namun ia malah menelan daun tehnya.

"ueeee, daun tehnya tertelan". Kata pria itu sambil menjulurkan lidahnya. "pahit sekali". Sambungnya.

Kushina hanya tersenyum. "mau saya tambahkan gula?".

"tidak usah, ah sudah cukup". Pria itu menaruh kembali mangkuknya. Ia memperhatikan Kushina.

"apa aku boleh tau siapa namamu?"

"panggil saja aku Shina". Jawab Kushina selembut mungkin.

"Shina, ya panggil saja aku Minato. Kau tak perlu seformal itu terhadapku Shina".

"maaf tuan, ini memang sudah menjadi tugasku sebagai seorang geisha".

"hmm begitu. Aku baru pertama kali kemari dan aku cukup terkesan. Kau tau, mereka berempat menculikku setelah rapat itu". Pria bernama Minato melihat ke empat rekannya yang sedang asik mengobrol dengan Tsunade dan Mikoto. Kushina hanya tersenyum mendengarnya.

"ayahku berasal dari Amerika dan menikahi seseorang dari negeri ini. Kami tinggal disana. Jujur saja, baru kali ini aku mampir ke Jepang karena ada yang mesti kuurusi. Perusahaan dan pertunangan sialan itu". Minato membuang muka. Ia nampak kesal karena kembali teringat perjodohan yang sangat ia tidak suka. Lalu ia mengambil gelas berisi sake yang di tuang Kushina tadi dan meminumnya.

"apa alasan tuan untuk menolak pertunangan tersebut?". Kushina berusaha selembut mungkin. Ia tidak ingin tamu yang ada di hadapannya merasa tersinggung.

"ya wanita yang akan bertunangan denganku memang cantik, ah tetap saja dia bukan pilihanku". Minato kembali menatap Kushina dengan tajam.

Jantung Kushina begitu berdetak kencang. Mata biru itu seperti menghipnotisnya. Ia berusaha untuk menutupi kecanggungannya di hadapan tamunya ini.

"apa kau tau bagaimana rasanya jatuh cinta Shina?. Di usiaku yang sudah cukup dewasa ini aku belum tau apa artinya itu cinta". Minato mulai sedikit mabuk. Ia menyandarkan kepalanya pada bahu Kushina.

Kushina sontak kaget dengan tingkah tamunya. Namun ia berusaha untuk tetap tenang.

"untuk mengenalnyapun tidak diperbolehkan, apalagi untuk mengetahui bagaimana rasanya".

"benarkah seorang geisha tidak boleh tahu apa itu cinta?". Minato kembali menatap Kushina.

Kushina hanya mengangguk pelan.

"seorang geisha baru diperbolehkan jatuh cinta apabila ia telah mempunyai seorang Danna, pria yang akan menjadi kekasih akhirnya. Yang akan membiayai seluruh kebutuhan hidup dari geisha. Akan tetapi jika seorang geisha menikah, maka ia tidak di perbolehkan untuk menjadi geisha kembali"

"benarkah? Apa kau mau aku menjadi Danna-mu Shina?". Minato kembali menatap Kushina. Ia kini terlihat serius.

Kushina tersenyum. "anda sedang mabuk tuan, saya mengerti".

"tidak tidak, aku serius. Aku hanya mabuk sedikit". Minato masih memandang Kushina lekat-lekat.

"apa anda yakin? Saya hanya seorang geisha yang tidak ada apa-apanya dengan gadis yang akan bertunangan dengan tuan". Kushina bertahan untuk tetap tersenyum.

"kau jangan berkata begitu. Kau menurutku lebih cantik. Kau tahu mengapa aku menanyakan demikian?".

Kushina hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"karena, saat ini aku merasakan apa yang sering orang bilang padaku".

"maksud tuan?"

"kata orang, jika seorang pria berdekatan dengan seorang wanita, lalu ada sesuatu perasaan yang aneh yang timbul di sini". Minato menunjuk ke dadanya. "di hati ini, mereka bilang itu cinta. Dan aku merasakannya sejak kau menari dengan indah".

Sontak jantung Kushina berdetak lebih kencang. Pengakuan dari tamunya membuat ia gelagapan. Ia tiba-tiba merasa dadanya sesak. Rasa haus akan kasih sayang kini mulai memenuhi relung hatinya. Pria yang jadi tamunya kali ini benar-benar membuat Kushina tak berdaya.

"aku tahu ini sangat terlalu cepat. Tapi aku akan memberikanmu waktu untuk berfikir. Satu minggu lagi aku akan kembali kesini". Minato kembali tersenyum. Lalu mengalihkan pandangannya ke teman-temannya. Ternyata mereka mabuk berat dan mulai kehilangan kesadarannya.

"ah mereka itu merepotkan, kau bisa panggilkan supirku yang ada di luar Shina?"

"baik tuan, apa anda akan segera pulang?".

"ya, kau bisa lihat sendiri mereka sudah pingsan begitu". Minato kembali tersenyum. Kushina langsung keluar dari ruang minum teh tersebut dan memanggil supir Minato. Supir minato langsung membawa satu persatu teman Minato ke dalam sebuah mobil. Mereka telah berada di luar ruangan dan mengantarkan sampai ke depan pintu.

"ku harap kau tidak mengecewakanku Shina". Minato membisikan kalimat itu dekat dengan telinga Kushina. Cukup membuat Kushina merinding mendengarnya.

Kushina hanya tertunduk. Ia tidak berani melihat mata Minato. Minato masuk ke dalam mobil dan merekapun berlalu. Tsunade dan Mikoto langsung kembali masuk. Sedangkan Kushina masih termenung dengan perkataan Minato tadi.


tekadnya untuk menjadi seorang geisha seumur hidupnya sedikit demi sedikit membuyar. bagaimana keputusan Kushina selanjutnya? tunggu saja yaa.


waaa selesai juga chapter satu. mohon reviewnya ya. Arigatou :*