Mulai ah.. Cerita tentang bocah-bocah Gundam Seed Destiny yang nongol di sekolah. Tidak ada lagi mobile suit atau peperangan frontal besar seperti di anime-nya. Di sini, mereka hidup sama sebagai manusia ciptaan Tuhan yang tengah menuntut ilmu di ZAFT High School kelas tiga. Kehidupan mereka adalah kehidupan kawula muda zaman sekarang. Ada pertemanan, persaingan, cinta, dan sebagainya yang mewarnai hari-hari.

Pokoknya ni fic buat ShinnLuna fans.. Tapi tenang saja, character lain juga bakalan nongol dengan porsi tidak sedikit.. Just enjoy it..

DISCLAIMER : I don't own GSD ! Forever ! Hiks...


Semester baru sekolah sudah di mulai. Hari baru untuk memulai pelajaran baru. Hari pertama masuk sekolah menjadi permulaan yang mantap untuk mengembalikan semangat belajar dan jajan di kantin. Hari pertama yang penuh kharisma. Wajah teman-teman yang satu bulan sulit dijumpai pun kini muncul lagi. Termasuk juga di kelas 3B yang paling nyentrik di se-SMA Zaft. "Waahh, senang sekali bisa melihat kalian lagi..", ujar Flay sembari memeluk erat Cagalli dan Lacus.

"Apa-apan sich ? Seperti anak kecil saja..", tukas Cagalli yang nyaris sekarat mendapat pelukan maut Flay. "Le..lepasin dong.", imbuh Lacus.

"Aku kira nggak bisa ketemu semua lagi.", kembali Flay menunjukkan kemampuannya sebagai ratu lebay dan hiperbola se-sekolah. "Ah, kita 'kan cuman libur satu bulan.. Lagian masih bisa fb-an.", jelas Cagalli.

"Cagalli, kalo kamu yang ngomong kayak tadi rasanya agak aneh…", sahut Lacus dengan raut muka bak pemikir kelas atas macam Plato. "Lho, emangnya kenapa?", Cagalli yang tidak mengerti bertanya dengan deg-degan.

"Kamu 'kan nggak punya facebook.", ucap Lacus datar mengejek Cagalli. Checkmate on Cagalli !

"La…Lacuuusss!", Cagalli merasa nggak terima langsung saja mencubit-cubit pipi Lacus dengan gemasnya. Sedangkan Flay menyemangati Cagalli untuk terus melakukan KDRT kepada Lacus. "Ayo, Cagalli. Aku mendukungmu !", ucapnya diselingi cekikian panjang.

Selagi tiga sahabat tadi bercanda dan melepas rindu, sesosok lelaki terlihat masuk kelas dengan aura kemalasan yang akut. Tanpa banyak tingkah, cowok berambut hitam acak-acakan itu lekas meletakkan tas di atas meja. Kemudian duduk.. dan tidur. Ya, siapa lagi kalau bukan Shinn Asuka. Kehidupannya di sekolah benar-benar seenaknya sendiri. Belum lagi jam pelajaran dimulai, anak satu ini sudah melayang-layang di alam mimpi. Dia datang sekolah hanya untuk tidur dan sesuka hatinya saja. Saat pelajaran pun ia lebih sering tidur atau paling minimal melamun dan melamun. Hanya sedikit hal yang bisa membuatnya semangat.

"Lihat..lihat. Masih membawa kebiasaan burukmu ke sini ?", ujar seorang cowok lain yang duduk di depan Shinn. Tidak ada jawaban. Sepertinya ucapannya tadi belum cukup untuk menculik Shinn dari dunia pribadinya. Membuat cowok berambut biru tadi hanya bisa mendesah saja. Ia pun juga memlih asyik dengan aktivitasnya sendiri : membaca komik. Dialah si kutu komik Ahtrun Zala. Jangan salah, tas miliknya hanya berisikan komik saja. Tidak ada buku pelajaran, buku catatan, atau pun alat tulis. Hanya komik. Saat pelajaran dia selalu membaca komik. Tidak peduli ber-genre apa itu, jika terlihat bagus pasti akan dia sewa dan baca. Ya, disewa… tanpa pernah mengembalikannya lagi.

Seiring waktu berjalan, semakin banyak murid yang memasuki kelas tersebut. Kira Yamato pun akhirnya menjejakkan kaki di sana. "Kyaaa ! Kira-kun datang !", ujar salah seorang siswi dengan histeris. Bagai genderang perang yang menyatukan semangat juang, sebagian cewek di kelas pun serentak mengenok ke arah pria berambut cokelat itu. "Kiiiraa !", teriak-teriakan yang menggema hampir-hampir meruntuhkan seluruh sekolah. Kira hanya membalas dengan lambaian tangan dan senyum terbaiknya sembari melangkah untuk duduk di depan Shinn. Sontak cewek-cewek yang kagak tahan langsung pingsan melihat senyum sang idola sekolah. "Met pagi, Kira-kun.", ucap Lacus dengan raut manisnya meski pipinya babak belur memerah disiksa Cagalli tadi.

"Selamat pagi Lacus. Lama tak bertemu ya? Kau tambah cantik saja…", ujar Kira menunjukkan kebolehannya dalam merayu wanita. Dan ternyata mampu membuat Lacus jadi tersipu malu. "Be..benarkah?", balas Lacus berusaha meyakinkan bahwa apa yang diucapkan Kira tadi bukanlah mimpi belaka. "Tentu saja.", balas Kira pendek.

"Sepertinya kau mulai melupakanku, Kira-kun. Hiks…", eh tiba-tiba Flay merasa jengkel juga Kira belum menyapanya dari tadi. Sifat lebay-nya pun kumat lagi. "Kira, kenapa kau tidak menyapaku duluan sih?", ucapnya sembari menampilkan wajah memelas dengan mata berkunang-kunang.

"Ah ,maaf Flay. Tapi jika kau cemberut seperti itu jadi semakin manis saja. Senang rasanya bisa menatap mata indahmu lagi..", gombalnya mengalihkan pembicaraan. Gombalan pasaran untuk digunakan. Dan sayangnya Flay pun terjatuh juga dalam rayuan kuno abad pertengahan itu. "Beneran nih? Aku semakin sayaang deh..", balas Flay sambil mengelus-elus, atau tepatnya mencubit-cubit pipi Kira.

"Kalau begitu siapa yang lebih kau pilih, Tuan Playboy Murahan?", tiba-tiba Cagalli ikut dalam perbincangan. Membuat cowok berambut cokelat di dekatnya tadi menoleh ke arahnya. "Disitu kau rupanya..", sahut Kira datar.,"apakah kau tak bisa menyapa saudaramu ini dengan lebih baik?".

"Nggak.", jawaban yang simpel dan jelas dari Cagalli. Sebuah kata yang cukup untuk membangkitkan kembali semangat 45 pada diri Cagalli. Semangat untuk bercekcok tanpa batas tanpa alasan yang jelas. Namun tampaknya pagi ini Kira agak malas meladeni saudarinya itu. "Terserahlah.", balas Kira sembari meninggalkan tiga cewek tadi menuju bangkunya. Beberapa langkah melangkah, Kira sejenak berbalik memandang Lacus,Flay, dan Cagalli lagi. "Soal pertanyaanmu tadi…", Kira berhenti sejenak menghela napas,"jika bisa memunyai dua bidadari, kenapa harus punya satu?", tukasnya sembari menunjuk ke arah Lacus dan Flay. Sudah barang tentu membuat keduanya berbunga-bunga dan hampir-hampir meleleh. Sementara Cagalli hanya sewot saja melihat dua sahabatnya terlena oleh omongan saudaranya yang menurutnya 'nggak banget'.

Tak berapa lama bel berbunyi. Pertanda semester baru dimulai. Tahun terakhir di SMA Zaft. Murid-murid yang tadinya nongol-nongol di parkiran bergegas berlarian menuju kelas. Begitu pula dengan mereka yang sudah menjajah kantin di pagi hari. Langsung cabut begitu saja tanpa membayar meski tahu sudah melahap soto. "Dasar murid sialan!", ibu kantin hanya bisa mencak-mencak saja.

Seorang guru terlihat memasuki kelas Shinn cs. Semua mata terbelalak. Mengetahui sosok yang mereka lihat adalah sang legenda di seluruh sekolahan. Ya, legenda yang ditakuti oleh semua siswa. Bahkan kepsek di sana pun tak kuasa menandingi kehebatan guru ini dalam memberi hukuman kepada anak didk.

"Ya ampun..", gumam Kira lirih.

"Sial..sial..sial..", Athrun dengan secepat kilat menyembunyikan komiknya ke dalam laci.

"Tahun terakhir yang pasti menyebalkan.",Dearka pun ikut-ikutan terkena sindrom mengeluh. "Sama seperti di neraka..", bisik Cagalli kepada Flay. "Si guru-tanpa-kompromi, kok bisa ada di kelas kita?", ujar Shinn yang mendadak bangun kepada Sting. Cowok berambut hijau itu hanya menggeleng saja. Memang hebat guru di depan tersebut, Shinn yang juara tidur di kelas pun seketika bisa bangun hanya dengan merasakan aura kuat dan mengerikan sang pengampu.

"Perkenalkan anak-anak. Namaku Talia Gladys. Sebagian dari kalian pasti sudah mengenalku. Mulai sekarang aku adalah wali kelas kalian selama setahun ini.", ujar guru perempuan itu. Singkat dan jelas. Cukup jelas bagi kelas 3-B untuk membayangkan penderitaan yang akan menimpa mereka. Setahun bersama guru itu bagaikan seribu tahun! Terasa lama dan penuh tekanan. "Aduh, kenapa tahun terakhir masa SMA harus bersama dia sih?", batin Cagalli penuh kesewotan.

Tanpa perlu basa-basi. Pelajaran langsung dimulai oleh Bu Talia. Kebetulan perempuan itu juga merupakan guru matematika. Dan bisa ditebak, baru lima menit pelajaran dimulai, sudah banyak siswa angkat tangan. Bagaimana tidak? Materi trigonometri yang diberikan sangat menguras otak. Belum lagi cara mengajar Bu Talia yang secepat kilat tanpa kompromi. Ditambah lagi tekanan yang harus dirasakan semua murid 3-B menghadapi guru galak itu. Tingkah sedikit, hukuman menanti. Kedua bola mata Bu Talia bagaikan radar yang bisa mendeteksi keberadaan "siswa malas dan pembangkang".

Menit kesepuluh. Yzak mendapat teguran karena terlihat menggerutu. Dearka juga kena disebabkan sibuk bermain-main dengan bolpoinnya.

Menit keduabelas. Shinn diancam akan dikeluarkan dari kelas karena suka menguap. Kira pun dihadiahi ultimate deathglare-jurus andalan Talia untuk memberi intimidasi kepada murid bandel. Jurus yang kata orang-orang lebih kuat dari mangekyo sharinggan-nya Itachi Uchiha.

Menit kelimabelas. Flay disuruh maju mengerjakan soal sulit karena mengobrol dengan Lacus. Beruntung Bu Talia tidak melihat polah Lacus, jadi dia selamat. "Lacuusss, curang!", gerutu Flay dalam hati. Betapa sadisnya cewek berambut pink panjang itu pura-pura tidak terlibat 'kejahatan'. "Ya ampun. Baru seumur jagung tapi penderitaan ini sangatlah mengerikan.", ucap Kira pada dirinya sendiri. Untungnya sang pengajar tidak mendengarnya.

"Nah, sekarang kalian kerjakan latihan di halaman 31. Jika ada masalah atau belum paham silakan bertanya.", komando Talia sebelum duduk manis di singgasana guru. "Lebih baik nggak usah bertanya deh..", batin Cagalli yang duduk dibarisan terdepan dan berhadapan langsung dengan Talia. Suasana hening pun tercipta ketika para murid sibuk mengerjakan soal-soal itu. Bahkan Shinn pun larut dalam mengerjakan alih-alih tidur. Atrhun juga tidak terlihat membaca komik. Dan karena dia tidak membawa buku, terpaksa meminjam punya Shinn dulu.

Di saat ketenangan dalam keterpaksaan itu tengah berlangsung. Brek! Suara pintu terbuka dengan segera memecah suasana kondusif tersebut. Semua mata yang ada di kelas pun refleks menengok ke arah pintu. Tak terkecuali dengan Bu Talia yang ingin tahu siapakah biang kerok tersebut. Dan didapatinya sesosok cewek berseragam sekolah tampak ngos-ngosan dan masih berupaya mengatur napasnya. "Maaf. Bu ..Ta..Ta..Talia-sensei ? Aku telat.", ujar gadis itu sembari mendekat ke arah guru itu. Tentu saja ini menjadi bulan-bulan murid lain. Mereka pun tanpa dikomando langsung tertawa bersama. "Lebih baik nggak usah berangkat saja. Telat banget.", teriak Flay yang segera mendapat backing vocal tawa teman-teman lain.

"Diam semua! Bukan waktunya bercanda!", teriak Talia-sensei dengan menggelegar. Seketika juga seluruh kelas bungkam dan kembali beraktivitas menyelesaikan soal. Walau diam-diam tetap memperhatikan dan membayangkan apa yang akan dilakukan Talia-sensei kepada siswi terlambat tadi.

"Tiga puluh menit. Kau terlambat tiga puluh menit, Lunamaria..", ujar Bu Talia datar dengan tatapan sinis. Sementara gadis berambut magenta di hadapannya masih sibuk mengatur detak jantungnya yang berdegup kencang. "Maaf, sensei. Tidak akan kuulangi lagi.", balasnya singkat.

"Kau pikir bisa bebas dan duduk seenaknya saja tanpa mendapat hukuman? Kenapa bisa terlambat?", tukas guru berambut pendek itu.

"Mati kau Luna., hukumannya pasti berat.", batin Shinn cekikikan sendiri. Luna, cewek berambut pendek yang terlambat tadi terlihat memutar otaknya. Mencari-cari alasan terbaik dan tepat untuk menyelamatkan diri. Atau setidaknya membuatnya tidak dihukum sendiri. Matanya pun seketika segera tertuju kepada Shinn yang tengah menikmati Luna yang menderita dan nelangsa. Hal itulah satu-satunya yang membuat Shinn semangat di kelas. Luna pun terlihat tersenyum sinis dan penuh akal bulus.

Shinn pun mulai merasakan hawa tak enak. "Apa-apaan yang dia rencanakan?", batinnya penasaran.

"Jawab Luna! Jangan diam saja.", Talia-sensei membentaknya karena gadis itu belum juga memberi tahu alasan kenapa dirinya terlambat. "A...Anu Talia-sensei, sebenarnya... ini semua salah Shinn!", pekiknya dengan mengacungkan telunjuknya mantap ke arah pemuda bermata merah ruby itu. Sontak Shinn yang sama sekali nggak tahu masalahnya pun kaget dan nyolot,"Eh? Apa hubungannya denganku? Jangan asal fitnah!".

Suasana kelas pun mendadak menjadi meriah bagai pasar malam. "Wah..wah.. mulai lagi nih pertengkaran suami isteri..", celoteh Flay yang mendapat aplaus meriah seisi ruangan, kecuali Shinn, Luna, dan Talia-sensei tentunya. "Sudah, diam semua.", pinta Talia-sensei. Kemudian ia kembali meminta penjelasan Luna tentang keterlambatannya.

"Begini, Talia-sensei. Sudah sejak kemarin malam ,Death kucing kesayanganku hilang entah kemana. Aku yang sangat khawatir mencari-carinya hingga larut malam. Aku kelelahan dan singkat cerita pun bangun kesiangan. Dan bahkan sampai sekarang Si Death belum ketemu juga..", jelas Luna dengan raut memelas berusaha mendapat simpati gurunya.

"Lalu apa hubungannya dengan Shinn?", tanya Talia-sensei lagi.

"Sebenarnya kucingku itu kutitipkan kepada Shinn sejak pagi hari karena keluargaku pergi menjenguk nenek yang sakit. Tapi Shinn teledor dan membuat Death kabur !", tukas Luna lagi.

"Hei..hei, aku sudah menjaganya baik-baik. Dasar kucingmu sendiri yang suka buat onar.", belas Shinn untuk dirinya sendiri. Luna tak mau kalah. Sebagai pihak yang merasa dirugikan Shinn, ia terus menekan pria berambut hitam acak-cakan itu. "Kucing tidak bisa berbuat salah! Kau itu yang tidak bisa menjaga amanah orang lain! Padahal cuma beberapa jam saja 'kan?".

"Jadi kau menyesal menyerahkan Death kepadaku? Kenapa nggak kau kurung saja di rumah?", balas Shinn dengan sewotnya.

"Diam, kalian berdua ! Jika masih ingin meneruskan keributan ini, keluar!", bentak Talia-sensei yang tidak tahan lagi kelas yang semula hening mendadak ramai oleh 'pertunjukan' Shinn dan Luna. Kedua tersangka itu pun bungkam. Begitu pula siswa-siswa lain yang sempat ikut-ikutan memanas-manasi suasana. "Shinn..Luna… keluar.", ujar Talia-sensei. Singkat tapi tegas. Keduanya berusaha memberi pembelaan masing-masing, tapi urung melakukannya karena jika Talia-sensei sudah memvonis maka presiden sekalipun tidak akan sanggup membatalkannya. Luna dan Shinn pun keluar dari kelas dengan gontai. "Yang mesra ya, di luar sana..", goda Athrun kepada Shinn. "Diam..", balas Shinn dengan wajah kelam.

Empat jam kemudian…..

Luna dan Shinn masih belum diijinkan mengikuti pelajaran. Mungkin hingga bel pulang berbunyi, keduanya tidak akan sempat mengenyam rasanya hari pertama dengan KBM. Luna memilih menenangkan diri di bawah pohon rindang taman sekolah. Sementara Shinn juga ada di sana, hanya berusaha menjaga jarak dari gadis berambut magenta tadi. Aneh memang, walau keduanya sering sekali bercekcok atau bertengkar karena alasan sepele, namun tetap saja bareng terus.

"Semua gara-gara kamu, tahu! Seharusnya Talia-sensei tidak menghukumku.", protes Shinn jengkel.

"Salahkan dirimu sendiri yang menghilangkan kucingku!", balas Luna dengan pandangan sinis. "Jangan jadikan masalah kecil itu sebagai alasan terlambat. Kau sengaja ingin menjatuhkan imej-ku ya?", tukas cowok bermata ruby tersebut.

"Ma..masalah kecil? Kau bilang Si Death hilang itu masalah kecil? Aku nggak bakalan memaafkanmu Shinn, sampai Death-ku ketemu..!", pekik Luna dengan nada tinggi. Memang pantas dia marah, sebab Shinn terlihat tidak serius apalagi bertanggungjawab mencari kucing hitamnya.

"Oke. Aku juga nggak bakalan memaafkanmu karena sudah membuatku diusir dari kelas.", giliran Shinn turut menebar ancaman. "Terserah..", sahut Luna sembari memalingkan wajahnya dari Shinn. Suasana pun menjadi lebih sepi. Hanya sepoi angin yang kini menjadi BGM di taman itu.

Begitulah hari pertama kelas 3-B untuk Shinn dan Luna. Selalu saja terjadi silang pendapat yang menjurus adu mulut mempertahankan ego masing-masing. Kebiasaan lama yang sudah mereka lakoni sejak sekolah dasar dulu. Ya, mereka bersahabat sejak kecil dan bermusuhan sejak kecil juga. Mereka seperti saingan selalu. Baik dalam pelajaran, olahraga, maupun hal-hal kecil. Bahkan tidak afdol rasanya bagi Shinn jika tidak bertengkar dengan Luna, begitu pula sebaliknya. Dan sepertinya itulah yang akan mewarnai suasana kelas dalam setahun ke depan.


Well, gimana ? Chapter 1 ini kayaknya pendek deh.. Tapi gak apa-apa. Pasti lanjut ke chapter-chapter selanjutnya..

Shinn dan Luna kubuat suka ribut, soalnya karakter Shinn dan Luna sangat cocok buat diadu berantem sih. Pokoknya paling seneng kalau keduanya tuh lagi gontok-gontokan ! I hope you enjoy 1st chapter and review yach...