"Hah! Hanya seperti itu kemampuanmu, Bakagami?!"
"Sial kau Ahomine! Siapa yang kau sebut 'baka' hah?!"
"Kau! Tentu saja, bodoh!"
"Kau yang 'bodoh', bodoh!"
"Lihat siapa yang kalah di sini? Kau berani mengataiku bodoh?"
"Oh yeah? Kau kira aku kalah? Kau ingin menyelesaikannya sekarang?"
"Cih! Siapa takut! Orang lemah sepertimu!"
"Sialan kau Aomine!"
"Ayo sini! Kupastikan wajahmu tak berbentuk lagi pulang nanti, Kagami!"
"Arrggh!"
"Arrghh!"
.
.
.
"Housemate"
Kuroko No Basuke © Tadatoshi Fujimaki
Warning : AU! Klise. Typo(s). OOC. And Anything.
Story by : Suki Pie (Sukikawai-chan)
.
.
.
Chapter 0 : Prologue
.
.
Happy Reading XD
.
Kagami Taiga mendengus keras sambil mengacak rambutnya frustasi. Burger kelimanya sudah ia lahap beberapa menit yang lalu, sehingga kesepuluh jarinya meremas kertas bungkusannya secara asal, setelah itu melemparkannya tepat ke arah tong sampah. Ya, layaknya bermain di bawah ring basket, kertas remasan asal tadi masuk dengan telak.
"Kagami-kun,"
Kagami kembali mendengus, mengambil bungkusan yang baru di antara tumpukan burger di depannya, lalu membukanya dengan terburu-buru.
"Kagami-kun,"
Kagami melahapnya dalam satu kunyahan, membuat kedua pipinya menggembung seperti tupai dengan sepasang alisnya menukik tajam.
"Kagami-kun, Aomine-kun bilang padaku kalau dia menyukaimu,"
Uhuk!
Kagami tersedak. Mengangkat satu tangannya secara refleks dan memukul dadanya berulang kali. Iris merahnya melotot, mulutnya sedikit menyemburkan serpihan-serpihan daging asap dan selada, mengotori ujung bibirnya. Namun untungnya tidak mengenai pemuda di depannya, apalagi sampai mengotori wajah bagai triplek itu.
"Sial! Kuroko teme! Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh!" sunggut Kagami—nyaris berteriak. Menatap tajam sang subjek di depannya. "Kau pikir aku percaya, hah?!"
"Tidak," Kuroko menyahut kalem, kembali menyesap vanilla milkshake-nya dengan tenang. "Aku hanya bercanda."
Bercandanya tidak lucu!
"Kau!" kali ini tangan Kagami berpindah pada puncak kepala Kuroko. Meremasnya jengkel. "Apa kau sadar kalau aku nyaris mati tadi?"
Iris biru muda itu mengerling ke arahnya, datar. "Orang tidak akan mati hanya karena tersedak, Kagami-kun," bibirnya kembali menyesap vanilla milkshake, setelah itu melanjutkan. "Lagipula aku yang seharusnya marah. Sejak tadi Kagami-kun tidak mendengar panggilanku,"
Kagami kembali mendengus, sebal. Mendengar frasa itu terucap dari bibir Kuroko sedikit membuat sikap Kagami kembali melunak, satu tangan yang hinggap di kepalanya terlepas. Setidaknya, di sini juga Kagami yang salah karena tidak mendengar panggilan pemuda bersurai biru muda itu. Ya Tuhan, lagipula sejak kapan seorang Kagami Taiga bisa melamun?
"Tch! Terserah! Dan jangan pernah mengucapkan nama itu di depanku, menyebalkan!" tandas Kagami jengah, mengibaskan tangan kanannya di depan wajah Kuroko. Seolah-olah nama seorang Aomine Daiki itu racun baginya.
"Kau tahu Kagami-kun, setiap hari aku berpikir, apa yang akan terjadi jika seandainya kau dan Aomine-kun menjadi sahabat yang baik?"
Lagi, Kagami tersedak. Kali ini dengan ludahnya sendiri.
"Kau! Kuroko Tetsuya! Bisa tidak jangan membicarakan orang itu di depanku, hah!? Memangnya tidak ada obrolan lain apa?!"
Kuroko menatapnya datar, dan Kagami dibuat kesal karenanya.
"Sial! Berhenti membicarakan si bodoh itu!"
"Aku tidak membicarakannya, Kagami-kun saja yang ribut sendiri,"
"Kau—sial! Arrgh!"
Apa saja, ingin rasanya Kagami membuang wajah triplek—bahkan melemparkannya sekalipun—pemuda dengan hawa keberadaan tipis itu agar tidak lagi mengganggunya seperti ini. Well, jika boleh dijelaskan pun, Kagami itu benci Aomine Daiki! Orang bodoh yang terpaksa satu kelas dengannya itu adalah laki-laki yang paling menyebalkan sedunia—jika boleh Kagami katakan seperti itu. Ditambah lagi dengan sikap arogan dan gegabahnya itulah yang membuat hubungan mereka berdua terbilang tidak baik. Ya, mungkin dalam bahasa kerennya, mereka berdua adalah rival.
Rival yang bodoh, tapinya.
Sebenarnya, hanya Kagami dan Aomine-nya saja yang terlalu mempermasalahkan hal sepele. Misal, dalam hal one-on-one, mungkin? Yang terkadang berakhir dengan saling baku hantam dan menjadi pusat tontonan para murid di sekolahnya. Termasuk ceramah guru setelahnya. Mereka sama-sama bodoh, memang.
"Lalu, kenapa kau tampak murung hari ini, Kagami-kun?" tanya Kuroko, kembali ke pertanyaan yang sebenarnya ingin Kuroko tanyakan. "Terjadi sesuatu?"
Helaan napas terdengar sebagai awal jawaban. Kagami menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Tumpukan burger yang hampir sedikit di atas meja terabaikan sejenak, nafsu makannya melenyap seketika.
"Kagami-kun?"
Kagami mendecak kesal, "Aku akan pindah apartemen,"
"Hah?"
.
.
.
.
Kagami Taiga mendengus, lagi.
Pintu apartemen dengan nomor 10 itu tampak asing di matanya. Meski warna dan teksturnya tidak jauh berbeda dengan apartemen sebelumnya, namun Kagami masih merasa ragu untuk mengetuknya. Mengingat gedung apartemen yang menjadi pijakannya saat ini bukan lagi gedung apartemennya.
Kagami tak habis pikir, mengapa Ibunya bersikeras memintanya untuk tinggal di apartemen orang lain? Maksudnya, ia diminta agar tidak tinggal sendirian selama di Jepang. Mengingat angka kejahatan yang sering terjadi di Negara Sakura itu bisa terbilang tinggi. Hell, ia sudah SMA! Mendekati umur 17 tahun di bulan Agustus nanti. Lagipula Kagami bisa menjaga dirinya sendiri. Ia bukan tipe orang yang dengan mudah bisa terseret dengan hal-hal yang melanggar norma hukum. Kecuali bertengkar dengan Aomine, tentunya. Jika itu bisa disebut dengan norma hukum.
Tidak, tidak. Kagami menggeleng keras. Mengapa tiba-tiba jadi nyasar ke Aomine, sih?
Satu tangannya terangkat, hingga jari telunjuknya terulur memencet interkom samping pintu apartemen.
Ting tong
Hening. Tak ada balasan.
Kagami berdecak, lalu memencetnya kembali secara monoton.
Ting tong ting tong
Tetap tak ada tanda-tanda pintu terbuka.
Ck! Orang seperti apa yang akan menjadi housemate-nya ini? Bahkan membuka pintu saja untuk tamu lama sekali. Ibunya bilang, orang yang akan menjadi teman satu apartemennya ini adalah anak dari sahabat baik Ibunya. Ya, terserah, Kagami malas memikirkannya. Yang jelas, ia hanya ingin segera mengistirahatkan seluruh tubuhnya yang lelah karena sebelumnya ia harus mengepak beberapa barang bawaannya. Sebagian barang-barang yang besar akan diantarkan esok hari oleh petugas apartemen.
"Halo? Siapa di sana?"
Kagami tersentak pelan. Suara interkom di samping pintu apartemen terdengar.
"Ah, ya, aku yang akan pindah ke apartemenmu hari ini,"
"Oh, kau anak dari sahabat Ibuku itu bukan?"
Kagami mengerutkan kening samar. "Ng, ya, begitulah."
"Baiklah, tunggu sebentar,"
Kerutan di kening Kagami semakin dalam. Aneh, ada yang aneh. Mengapa hatinya tiba-tiba merasa gelisah? Atau cemas? Entahlah. Karena entah perasaannya atau bukan, ia pernah mendengar suara berat dibalik interkom tadi. Dan, mengapa rasanya tidak enak didengar?
Klek!
Kagami bernapas lega, membiarkan badan pintu di depannya berderit terbuka secara perlahan-lahan. Ah, akhirnya menampakan diri juga. Seperti bayangannya, orang itu—
"Ya, silakan—eh?"
—tunggu! Bisa tidak ia dilemparkan begitu saja ke ujung dunia sana?
"Ahomine!?"
"Bakagami!?"
Jari telunjuk itu saling terangkat, menuding satu sama lain dengan sepasang bola matanya melebar. Terkejut, tentu saja. Hell, tak pernah terbayangkan dalam benak seorang Kagami Taiga bahwa orang yang akan menjadi housemate -nya untuk beberapa bulan nanti—
"Sedang apa kau di sini?!"
"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu, bodoh!"
"Siapa yang kau sebut bodoh, Aho!"
"Sialan kau Bakagami!"
—adalah seorang pemuda urakan bersurai biru tua itu.
Aomine Daiki? A-o-mi-ne-Da-i-ki?!
Klise? Sepertinya iya.
Tapi untuk Kagami Taiga? Sepertinya tidak. Sama sekali tidak. Semua itu bencana baginya.
Oh, dear...
.
.
.
To Be Continued?
A/N : Haloo! Ada yang tahu siapa saya?#plak. Ya, Suki baru ganti penname/gak nanya juga/. Ah, ya, jangan tanya Suki kenapa bikin Multichap baru :'D AoKaga lagi~ Well, salahin lagi aja Beta reader Suki yang suka AoKaga. Aliceee! Kapan kau kembali ke peradabann?/digiles/ Awalnya mau dibuat JeanEren, tapi jadinya AoKaga *gelindingan*/dor/ Ah, sudahlah. Terima kasih sudah menyempatkan baca sampai akhir ya~
Akhir kata,
Review please? ^o^
