CASSIOPEIA

Story by

Daun Momiji

Warning: ceritanya rada dewasa. Pastiin lo bisa nyaring ini cerita. Gue ragu harus masukin ini cerita ke T atau M sebenarnya.

Otak gue lagi gesrek, tapi gue ragu. Aku teh kudu kumaha?

#abaikan

Happy satnight. #geretEunwoobuatdating

Happy reading

Karena bagi Moon Bin, Cha Eunwoo adalah definisi dari keindahan

Dan keangkuhan laksana taburan bintang di langit malam

Pelengkap keindahan itu sendiri

0~0~0~ CASSIOPEIA ~0~0~0

Moon Bin menutup matanya. Kepalanya bergerak sesuai dengan irama musik yang berdentum memenuhi seisi ruangan. Pekerjaannya sebagai seorang artis tidaklah menyenangkan. Agensi menuntutnya menciptakan skandal dengan berkencan dengan anggota girl group agensinya. Pria berusia 22 tahun itu terkekeh geli. Agensi semakin memperketat pengawasan terhadapnya sejak ia mengakui bahwa dirinya menyimpang dalam salah satu acara variety show. Tentu saja agensi kalang kabut untuk melenyapkan berita itu dan menjaga nama baik mereka.

Ada rasa pahit sekaligus hangat di kerongkongan begitu Moon Bin menyesap minuman yang disaikan bartender di hadapanya yang kini berdecak kesal.

"Kalau sampai wajahmu terekspos di media dalam keadaan mabuk, jangan salahkan aku, tuan artis."

Moon Bin terkekeh kembali. Ditatapnya bartender bertubuh pendek di balik meja bar yang cukup tinggi.

"Aku cukup yakin bahwa kau sangat menjaga privasi di tempat ini, MJ-hyung."

Si bartender berdecak kesal lagi. Tangannya dengan lihai mengelap gelas kaca berkaki tinggi yang kemudian diisinya dengan racikan minuman berkadar alkohol cukup tinggi, mengangsurkannya ke arah Moon Bin.

"Kau ingin minum berapa gelas? Kuharap masih dalam taraf waras."

"Sampai mabuk. Sampai benar-benar mabuk. Ah, aku benar-benar muak."

"Kau benar-benar gila waktu itu, Bin. Jelas saja agensi tidak akan melepaskanmu begitu saja."

MJ menggeleng prihatin. Ia lalu melangkah pergi untuk melayani tamu yang lain. Meninggalkan Moon Bin yang malah tertawa dengan riangnya.

Moon Bin mengedarkan pandangannya ke berbagai arah. Suasana bar tidak seramai weekend. Untunglah ia datang hari ini. Hanya ada beberapa pria paruh baya yang duduk di sofa bersama dengan perempuan-perempuan penggoda yang melaksanakan tugasnya, memeras kantung-kantung pria hidung belang itu.

"Tidak berminat untuk mencari teman?" Sebuah suara mengusik Moon Bin. Seorang laki-laki duduk di sampingnya, memasang senyuman yang begitu menawan. Ah, Moon Bin sudah cukup mabuk sepertinya. Ia khawatir pandangannya mulai salah melihat.

"Kau bahkan tidak berminat untuk menjawab pertanyaanku?" Moon Bin menyipitkan matanya, lantas terkekeh geli.

"Aku hanya khawatir aku mulai mabuk dan menganggap pria tua sebagai orang yang menawan."

"Kau belum semabuk itu kurasa."

"Benarkah? Lalu, apa kau memang semenawan di dalam pandanganku?"

Laki-laki di sampingnya tertawa.

"Memangnya seperti apa aku terlihat di matamu?"

"Kau cantik."

"Tapi aku laki-laki."

"Memang. Aku sendiri tidak bisa menjelaskan kenapa mataku melihat seperti itu."

"Kalau begitu, terma kasih atas pujiannya."

Moon Bin bermaksud mengobrol lebih jauh, tetapi kedatangan seorang pria paruh baya yang langsung menarik teman bicaranya megurungkan niatnya. Ia melihat pemuda yang mengobrol dengannya tadi memutar matanya, lantas bergerak menjauh ketika si pria paruh baya mendekatkan wajah ke lehernya.

"Berhenti menggangguku, tuan." Si pemuda yang belum Moon Bin ketahui namanya terdengar marah. Matanya berkilat tajam, tetapi tidak membuat si pria paruh baya menyerah.

"Berapa banyak lagi aku harus membayarmu agar kau bersedia tidur denganku?"

Moon Bin mengernyitkan alisnya. Ia tatap MJ di balik meja meminta penjelasan.

"Dia salah satu pekerja disini." MJ berbicara. Matanya mengawasi adu mulut yang terjadi, khawatir akan mengganggu tamu lain.

"Dia favorit orang-orang. Kau lihat sendiri, tubunya memang menarik."

Moon Bin menyetujui kalimat terakhir MJ. Pemuda itu memang menarik. Kulitnya yang putih bersih dan terlihat lembut, senyumnya yang menawan, dan mata yang berbinar jenaka seperti kerlipan bintang, serta bibir yang berwarna merah muda, Moon Bin bahkan tertarik untuk menyentuhnya.

"Sayangnya, dia tidak pernah melayani tamunya dengan benar. Standarnya sangat tinggi, tapi itulah nilai jualnya. Aku untung besar karena dia." Moon Bin mendengar MJ terkekeh. Entah kenapa ia tidak menyukainya.

"Berapa tarifnya?"

"Kau berminat? Tidak takut terkena skandal yang besar?" MJ tertawa usai mengatakannya. Ia tidak menyangka teman lamanya akan tertarik pada hal seperti ini. Merasa tidak akan mendapat jawaban, MJ melanjutkan.

"Kau ingin berapa malam? Semalam?"

"Bagaimana kalau kau melepaskannya saja? Berapa harganya?"

MJ merasa bahwa Moon Bin pasti sudah gila.

Tbc

A/N:

Oke, gue bersambung disini... wkwkwk

Kenapa? Gue berencana bikin ini ff jadi chaptered. Because gue mau nyoba bikin rated M, dan itu perlu tahapan. Berminat? Silahkan review. Tidak berminat, akan gue hapus lagi dan rombak ulang ini cerita jadi mellow kayak biasa.

Ini cuman opening, konfliknya belum keliatan.

Oke, happy satnight semuanya. Gue dating dulu sama Eunwoo #digorokBin

Sampai jumpa

Ini ff sebenernya gara-gara guru gue nyuruh bikin cerpen perkelompok. Nah, gue kan maju buat dikoreksi. Ide cerita gue emang lagi gesrek, dikomen, katanya jangan kayak gini. Ini gak mungkin kejadian. Judulnya ganti. Posisi paragrafnya ubah.

Yakali gue harus nulis ulang. Setress gue. Ceritanya tentang narkoba, terus gue ngambil sudut pandang si tokoh yang emang kehidupannya ancur banget. Anak koruptor, anak pelacur, terus nyandu lagi. Dia jadi sosok yang gak percaya Tuhan.

Nah, guru gue ngomennya, jangan kayak gini, nanti kamu dosa.

Iyain aja sama guenya. Tapi gue mikir keras, ada gitu orang yang hidupnya ancur masih inget Tuhan?

Gue setress kawan. Gue setress.

Malah curhat.

Bye bye

Salam tjintah

Daun Momiji