Disclaimers: Semua karakter yang dipakai dalam fanfiksi ini bukanlah milik saya. Mereka adalah milik Hideaki Sorachi. Namun karya fanfiksi ini adalah sepenuhnya milik saya.

Setting: Alternate Universe; School Life

Rating: M

Genre(s): Fantasy, Supernatural, Romance, Humor

Status: Chaptered

Peringatan: Boys Love, Yaoi. Out Of Characters. Beastiality. M for GORE; yang lain akan bertambah seiring jalan cerita. Jangan bilang saya tidak memperingatkan kalian. Tidak menerima apresiasi negatif atas semua hal yang sudah saya peringatkan.

Inspired by: komik Harlem Beat Until Dawn karya Kazusa Takashima (Ada sebagian setting, ide cerita, dialog dan paragraf, yang saya ambil dari komik tersebut dan disesuaikan ke dalam fanfiksi ini sesuai keinginan saya).

.

Jeanne's notes:

Fanfiksi ini sudah pernah saya publikasikan di WordPress di tahun 2014-2015. Saya membuat versi Real Person Fanfiction dengan pair SiBum. Kemudian saya putuskan untuk me-remake-nya menjadi fanfiksi HijiGin untuk meramaikan Fandom Gintama Indonesia. ^^

Well, enjoy~ :)


.

#

.


PROLOG

Gemuruh suara terdengar mengisi bangunan yang dapat menampung sampai ratusan ribu penonton itu. Di arena besar yang ada di lantai dasar, pertandingan gladiator antara binatang buas dengan tahanan, terus menjadi tontonan seru para pengawal, begitu juga dengan sang raja dan pangeran yang duduk di singgasana mereka.

Arena kematian itu sudah seperti lautan darah karena dipenuhi oleh puluhan mayat—dari para binatang buas dan para tahanan—yang berserakan dengan tubuh yang sudah tidak utuh lagi. Bagi siapa saja yang tidak tahan melihatnya, pastinya akan merasa mual dan muntah. Tapi reaksi seperti itu jelas tidak akan terlihat di antara para penonton di bangunan itu, karena semua yang ada di sana adalah—para penghuni neraka.

Sang Pangeran Neraka, Toshi, menguap untuk yang kesekian kalinya melihat hiburan yang selalu dinontonnya setiap hari bersama ayahnya, sang raja. Awalnya, Toshi menikmati pertandingan gladiator di dalam bangunan—yang nyaris mirip dengan Colloseum yang ada di dunia manusia—ini, tapi semakin hari melihat hal yang monoton seperti ini, sang Pangeran Neraka akhirnya bosan. Dan berpikir untuk menghilang dari dunia neraka ini.

Pemikiran itu tadinya hanya dianggap iseng oleh Toshi. Tapi semakin hari memikirkannya, dia jadi semakin penasaran dengan dunia manusia. Akhirnya, rutinitasnya yang biasanya berlatih pedang berubah menjadi membaca buku di perpustakaan. Buku-buku tentang dunia manusia selalu menjadi bacaan favoritnya, bahkan sesekali dia berkhayal bisa pergi ke dunia itu.

Toshi mematung, memikirkan khayalannya itu adalah ide paling brilian yang baru terpikirkan olehnya. Semakin memikirkan ide itu, semakin membuatnya bertambah ingin pergi ke dunia manusia. Merasakan kebebasan—tanpa perlu memikirkan lagi tahtanya sebagai pengganti ayahnya kelak—yang tidak bisa dia rasakan di dunia neraka. Ide itu akhirnya berkembang menjadi rencana yang akan disusunnya matang-matang.

Berbekal tekad dan nekat, sang Pangeran Neraka itu mencari tahu bagaimana dia bisa pergi ke dunia manusia. Meski enggan membaca sejarah dunianya sendiri dari buku-buku tebal, lembar demi lembar buku itu pun ditelitinya satu per satu. Berhari-hari dia mengunjungi perpustakaan hanya untuk mencari cara bagaimana dia bisa pergi ke dunia manusia. Dan akhirnya, tepat di minggu ketujuh—setelah konsisten mencari—Toshi akhirnya menemukan apa yang dicarinya.

Sebuah kunci gerbang yang menghubungkan ke dunia manusia; yang hanya bisa disentuh oleh raja dan keturunannya.

Toshi menyeringai senang begitu dia tahu di mana letak kunci gerbang tersebut. Tanpa membuang waktunya lagi, dia berjalan menuju balkon, dan merentangkan sayap hitamnya lebar-lebar. Dengan satu hentakan, dia terbang menuju bangunan yang letaknya terpisah dengan istana—tapi masih berada di area istana—yang selalu dijaga oleh para pengawal neraka 24 jam secara bergiliran.

Dua pengawal yang berjaga di depan pintu kembar besar bangunan itu kompak berlutut dengan satu kaki begitu sang Pangeran Neraka terbang turun dan berjalan menuju ke arah mereka. Sayap hitamnya kembali terlipat dan masuk ke dalam punggungnya begitu dia berhenti melangkah.

Dengan dagu terangkat angkuh dan kedua tangan berkacak pinggang, dia berkata, "Buka pintunya, aku mau masuk."

Kedua pengawal itu mengerjap dan saling berpandangan. Salah satu pengawal akhirnya membuka mulut untuk bertanya, "Tapi Pangeran Toshi, apakah Raja sudah mengizinkan Anda untuk bisa masuk ke sini?"

Toshi menggeram. Kemudian dengan gerakan tiba-tiba dia mengeluarkan pedangnya yang setinggi perutnya dan menodongkannya ke arah leher pengawal yang berkata itu. Pengawal itu menelan ludah paksa, jika saja sang Pangeran Neraka tidak menahan diri, pasti lehernya sudah ditusuk atau dipenggal pedang besar itu.

"Apa kalian berdua masih berani melawan perintahku?" Aura berbahaya yang keluar dari tubuhnya membuat kedua pengawal itu semakin gemetar ketakutan. "Cepat buka pintunya!"

"Ba-Baik!" seru kedua pengawal itu hampir bersamaan. Dengan panik keduanya membuka pintu besar itu.

"Tutup kembali pintunya," kata Toshi begitu dia sudah melangkah masuk. "Dan buka kembali jika aku berseru dari dalam."

Kedua pengawal itu mengangguk patuh dan kembali menarik pintu. Begitu pintu tertutup, obor-obor yang ada di setiap dinding berkobar menyala, dan menerangi jalan. Untunglah hanya ada satu jalan, hingga Toshi tidak perlu khawatir dia akan tersesat. Hanya suara ketukan langkah kakinya yang mengisi sepanjang koridor yang dilewatinya. Langkahnya berhenti begitu sampai di depan pintu yang nyaris mencapai langit-langit. Dan begitu dia berkata 'Buka pintunya' dalam bahasa latin, pintu di depannya terbuka otomatis.

Jantung Toshi bergemuruh tanpa sadar begitu dia melihat kunci gerbang itu di dalam kotak kaca berbentuk persegi panjang, yang tergeletak di atas meja di tengah-tengah ruangan. Beruntung, dia sudah mempelajari sebuah mantra agar bisa mengecilkan kunci setinggi 90 sentimeter itu, agar bisa ditentengnya dengan mudah. Begitu kunci itu berubah sebesar jari kelingkingnya, dia mengantonginya di dalam saku celananya, dan berbalik keluar.

Kedua pengawal yang bersiaga di depan pintu terburu-buru membuka pintu begitu mendengar suara sang Pangeran Neraka berseru dari dalam. Seakan tidak terjadi apa-apa, Toshi kembali mengeluarkan sayap hitamnya, dan terbang menjauh dari bangunan itu dengan bibir menyeringai lebar. Meninggalkan kedua pengawal itu, tanpa dicurigai kalau sebenarnya dia sudah mengambil kunci gerbang yang menuju ke dunia manusia.

.

.

.


Bersambung…