Curhatan
.
Boo Seungkwan
Choi Hansol
Yoon Jeonghan
Choi Seungcheol
Cast lain akan bermunculan sesuai alur cerita
.
Rate: T
.
Warning: Yaoi, typo(s), bxb
DLDR!
.
.
.
-gimmelatte-
.
.
.
Chapter 1
.
.
.
Pemuda bertubuh berisi itu berjalan memasuki pelataran sekolahnya. Dengan langkah santai, ia berbelok menuju ruang kesenian, tepatnya ruang divisi vokal. Setengah jam lagi bel sekolah berbunyi, namun dirinya butuh tempat sepi dan mata bulat itu masih butuh istirahat. Saat tangan yang tadinya ia ingin gunakan untuk menurunkan knop pintu di tarik oleh pemuda bertubuh tinggi.
"YAK! HYUNG! SEBENARNYA KITA MAU KEMANA?!" pemuda bertubuh berisi itu berteriak, membuat orang yang lalu-lalang di sekitar mereka berdua, menatap keduanya dengan pandangan sebal dan tanda tanya. Pemuda bertubuh tinggi itu masih berlari dengan menarik tangan sang adik kelas yang mengikuti arah kakinya menuju tempat yang sudah di rencanakan.
Langkah demi langkah, keduanya berlari kecil menaiki setiap anak tangga menuju atap gedung sekolah –tempat dimana siswa selalu membolos-. Pemuda bertubuh tinggi itu menutup pintu atas gedung sekolah dan menguncinya dari dalam. Pemuda bertubuh berisi yang melangkahkan kakinya ke sofa itu tak heran jika sang kakak kelas yang menariknya ini mempunyai duplikat kunci –karena pita biru yang terikat di kemeja putih itu menandakan kalau pemuda bertubuh tinggi itu merupakan anggota organisasi siswa atau yang biasa di bilang OSIS-.
"Heol, hyung hhh.. kita mau apa disini?" tanya pemuda bertubuh berisi itu sambil mengatur deru nafasnya yang bak habis melakukan lari marathon.
"Aku hanya ingin bersembunyi hhh.. tidak ada yang ingin ikut denganku hhh.. jadi hhh… aku menarikmu saat kau ingin masuk ke hhh.. ruang kesenian untuk tidur." Ucap pemuda bername tag kan 'Yoon Jeonghan' pada kemeja putihnya.
"Tapi kenapa harus kesini?" pemuda bertubuh berisi yang bername tag kan 'Boo Seungkwan' pada almamater hitamnya itu menghempaskan tubuhnya pada sofa yang memang berada di atap gedung sekolahnya.
"Aku tak tahu lagi harus kemana, dia sudah tau persembunyianku disana."
"Aku tak ingin di cap sebagai seorang pembolos saat kita tertangkap basah disini, hyung. Heol apa jadinya jika ada kabar 'Boo Seungkwan, si anak unggulan yang mencoba membolos'?" Jeonghan mendecih setelah mendengarkan kata-kata tersebut.
"Kau terlalu berlebihan, dewi tidur."
"Aku ini pria, bukan wanita, harusnya dewa bukan dewi." Seungkwan menatap sebal kearah kakak kelas yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya ini.
Seungkwan meringkukkan badannya di sofa guna mencari posisi nyaman untuk tidur. Namun saat pemuda bertubuh berisi itu hendak memejamkan matanya, kedua telinga tajamnya mendengar derap langkah menuju atap gedung sekolah dan hal itu sungguh membuat kedua pemuda yang berada d atap gedung sekolah itu kebakaran jenggot.
"Ottoke?" ucap Jeonghan tanpa suara. Mata oval milik Jeonghan mengikuti arah pandang Seungkwan menuju lemari kayu di pojok ruangan. Dengan langkah perlahan, Seungkwan menghampiri sang kakak kelas.
"Gantungkan kuncinya disana, kalau kunci tergantung dari dalam, ia tak akan bisa membukanya dari luar." Bisik Seungkwan dan akhirnya Jeonghan mengangguk, lalu berjalan mendekati pintu dan menggantungkan kunci tepat di lubang kunci.
"Siapa disana?!" Jeonghan langsung berlari saat suara yang sangat ia hapal menyapu indera pendengarannya. Pemuda betubuh tinggi dengan surai bob berwarna hitam itu mendorong Seungkwan untuk masuk kedalam lemari kayu.
"Ppalii!" Jeonghan terus saja mendorong tubuh sang adik kelas hingga keduanya berhasil masuk kedalam lemari.
"Apa ada orang disana?" Suara knop pintu di turunkan sangat jelas dan hal itu membuat Seungkwan dan Jeonghan membatu.
"Kenapa di kunci? Biasanya juga tidak." Suara pintu di tending terdengar sebelum derap langkah yang mulai menjauh.
"Apa dia sudah tidak ada di depan?" Jeonghan mengangguk pasti. Keduanya langsung keluar dari lemari dan berjalan perlahan menuju pintu utam.
"Heol, hyung, sebenarnya kau ada masalah apa dengan ketua osis tak tahu diri itu?" Seungkwan berujar sambil menunjuk pintu dengan dagunya.
"Kau taku kan kalau dirinya itu menyukaiku?" pemuda bertubuh berisi itu mengangguk. "Kau juga tahu kan selama ini ia mengejarku?" lanjutnya, dan Seungkwan juga lanjut menganggukkan kepalanya. "Kau tahu juga kan kalau ia sangat terobsesi denganku dan sangat ingin menjadi kekasihku?" Lanjut Jeonghan dengan nada tak suka. Seungkwan memutar bolamatanya jengah.
"Terus apa masalahnya sekarang?"
"Aku takut dengan sikapnya yang seperti itu padaku." Iris cokelat milik pemuda berumur 17 tahun yang duduk di bangku kelas dua sekolah menengah akhir –berkat akselerasi- itu mendelik kearah Jeonghan.
"Bukannya setiap orang menginginkan itu?"
"Kalau di beri perhatian lebih dari seorang teman, siapa yang tidak mau sih? Namun kalau menurutmu sudah kelewat batas, itu akan menjadi hal yang mengerikan." Seungkwan hanya ber-oh ria.
Mendengar suara bel berdering, Jeonghan membuka pintu atap gedung sekolah dan menguncinya kembali. Namun saat keduanya ingin menuruni tangga, dehaman seseorang terdengar dari belakang keduanya.
"Oh, nice, rupanya ada dua orang baru yang akan mencoba membolos hmm?" Jeonghan dan Seungkwan seketika membatu. Pemuda bertubuh berisi itu mendengus sebal kearah pemuda di belakangnya yang bername tag kan 'Choi Seungcheol' pada almamater hitamnya itu.
"Aku bingung, kenapa aku harus terlibat di kucing-kucingan kalian?! Kalau Seungcheol hyung menyukai Jeonghan hyung, tembak langsung saja tanpa pendekatan, dan kalau Jeonghan hyung memang tidak menyukai Seungcheol hung, tolak saja ia mentah-mentah. Begitu saja kok repot." Pemuda bertubuh berisi itu langsung berjalan menuruni anak tangga meninggalkan dua pemuda yang tertegun dengan kalimat-kalimat yang terlontar dari bibir ranum Seungkwan dengan entengnya.
"YAK! KAU!" Seungcheol menunjuk Seungkwan dengan sebal.
"WAE?! URUSI SAJA URUSAN KALIAN BERDUA!" Seungkwan menuruni anak tangga dengan langkah yang di percepat. Jeonghan yang di tinggal berusaha mengejar langkah Seugkwan.
"Kwannie, tunggu!"
…
Pemuda berwajah blasteran itu memasuki ruang kelasnya dengan santai, padahal sudah ada Kang ssaem disana.
"Choi Hansol." Pemuda blasteran yang di panggil namanya itu menghentikan langkah kakiya, dan teman-teman sekelasnya itu mengalihkan pandangan mereka kepada tersangka.
"Ikut saya." Kang ssaem berdiri dari duduknya, sedangkan Hansol melemar tasnya kearah meja kemudian mengikuti langkah Kang ssaem menuju kantor.
Pemuda blasteran yang tadinya menundukkan kepalanya itu menoleh saat ia melihat pemuda berpipi tembam tak sengaja lewat di depannya. Hansol mengerutkan keningnya saat melihat wajah pemuda itu dengan sekilas. Pemuda berumur 17 tahun itu mengendikkan bahunya, kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruang guru.
Kang ssaem langsung mendudukkan tubuhnya pada kursi nyamannya sedangkan Hansol berdiri dengan kepala tertunduk.
"Choi Hansol, kau kenapa berani masuk ke kelas di jam pelajaranku setengah jam setelah bel masuk berbunyi? Kau kan sudah mengetahui aturanku saat mengajar." Hansol memutar bolamatanya jengah. Ini bukan kali pertamanya terkena masalah seperti ini dengan guru matematikanya.
"Jeosonghamida, ssaem." Hansol membungkukkan badannya hormat kemudian berbalik hendak keluar dari ruang guru.
"Yak kau! Mau kemana?" Kang ssaem kembali meneriaki Hansol dan membuat guru yang berada di ruangan semua berdiri dan menatap kearah Kang ssaem dan Hansol.
"Kembali ke kelas."
"Kerjakan seluruh soal yang berada di bab yang kita bahas, besok pagi sebelum saya datang, buku sudah ada di meja saya, mengerti?"
"Ne, ssaem." Ucap Hansol santai. "Annyeong." Hansol membungkukkan badannya kearah guru-guru yang berada di ruangan tersebut, kemudian melangkahkan kakinya menuju kantin.
Pemuda blasteran itu membatalkan niatnya untuk ke kantin saat ia mlihat mesin cola. Hansol memasukkan uang sebesar 5 won kemudian menekan tombol '3' yang berarti cola, dan tak lama, sekaleng cola menggelinding keluar. Pemuda blaseran itu memasukkan tangannya dan merogoh kaleng cola. Hansol mengeluarkan ponsel miliknya kemudian mengirimi pesan kepada seseorang yang sudah sangat di kenalnya.
'Gyu hyung, bisa kemari? Aku di depan ruang kelas 1-3, bawa kunci atap gedung sekolah sekalian.' Kemudian pemuda bertubuh tegap itu menyentuh tombol 'send' pada layar datar ponselnya.
Hansol bersandar pada dinding sekolah yang dingin, menunggu kehadiran salah satu sunbae yang sangat dekat dengannya. Ia membuka kaleng colanya kemudian menegaknya dengan perlahan. Ia melirik kearah tangga menggunakan ekor matanya, dan ia mendapatkan sang kakak kelas berjalan kearahnya.
"Jangan bilang kau berniat untuk membolos lagi, Choi Hansol?"
"Pelankan suaramu, bodoh." Hansol mendecih di akhir kalimatnya. Mingyu mengayunkan tangannya dan melempar kunci yang di inginkan pemuda blasteran itu. Dengan sigap, Hansol menangkap kunci itu, kemudian memasukkan kunci kedalam saku almamater hitamnya.
"Mau ikut, hyung?"
"Gyu, naik." Hansol melirik ke belakang tubuh tinggi Mingyu sedangkan pemuda berkulit tan di depan Hansol membatu.
"Wonwoo hyung, annyeong." Hansol membungkukkan badannya kepada anggota osis divisi kedisiplinan yang berada di belakang Mingyu. Dengan langkah terburu-buru, Hansol melewati keduanya menaiki anak tangga darurat menuju atap gedung sekolahnya.
…
Seungkwan melangkahkan kakinya menuju kantin, diikuti oleh kakak-kakak kelas yang satu ekstrakurikuler dengannya. Pemuda bertubuh gemuk itu mengambil nampan nasi kemudian menyendokkan nasi dan beberapa lauk serta sayuran.
"Tumben makanmu sedikit, Kwan." Ujar pemuda berdarah China yang jelas lebih tua satu tahun darinya.
"Diet." Wonwoo, Jihoon, Jeonghan dan Minghao menahan tawa setelah mendengar ucapan dari bibir ranum pemuda bertubuh berisi itu.
"Yak! Aku serius!" Mood pemuda bertubuh berisi itu belum kembali rupanya. Kejadian tadi pagi membuatnya tak begitu selera makan. Pemuda bermarga Boo itu menuju salah satu meja kosong yang kebetulan memang pas untuk mereka berlima. Seungkwan menaruh nampan nasinya kemudian duduk tepat di depan Minghao.
Minghao yang melihat porsi makannya lebih banyak dari Seungkwan hari ini segera menyendokkan daging ham untuk pemuda di depannya.
"Aku mengambil banyak daging, jadi makanlah ini." Minghao menaruh daging ham tersebut tepat di atas nasi milik Seungkwan.
"Kwan." Kini Jihoon yang angkat bicara. Seungkwan yang sedang menyantap makanannya langsung menoleh kearah Jihoon yang berada di sampingnya. "Kau kenapa diam saja? Biasanya kau yang paling heboh meminta makanan kami di saat kami kekenyangan." Lanjut Jihoon.
"Aku hanya sedang malas berbicara saja." Seungkwan melirik pemuda bersurai pendek yang berada di samping Minghao, sedangkan pemuda yang ia tatap mengucapkan permohonan maaf tanpa suara. Seungkwan hanya menanggapinya dengan anggukkan.
"Ini lebih untukmu." Jeonghan memberikan 2 botol kecil banana milk kepada Seungkwan.
"Kau bercanda hyung?" Seungkwan mendelik kearah pemuda bersuarai pendek tersebut.
"Memang biasanya juga kau meminum 4 botol bukan?" ucap Wonwoo to the point.
"Ya memang sih." Seungkwan menopang dagunya pada meja makan.
"Hannie hyung." Jeonghan berdeham ringan menyahut panggilan Seungkwan.
"Terima saja Seungcheol hyung."
"Uhuk.." Jeonghan langsung terbatuk setelah mendengarkan perkataan pemuda yang berada di samping Jihoon.
"Jadi selama ini gossip yang beredar itu benar?" Jihoon membelalakkan matanya tak percaya.
"Yoon Jeonghan!" Ucap Jihoon, Wonwoo dan Minghao kompak dan hal itu membuat Seungkwan cekikikkan. Pemuda bertubuh berisi itu berdiri meraih nampan nasi –yang masih ada isinya- dan 4 botol banana milk miliknya lalu pergi dari meja.
"YAK! BOO SEUNGKWAN!" sedangkan yang di teriaki melangkahkan kakinya dengan cepat menuju tempat pencucian nampan lalu berlari meninggalkan kantin.
tbc
Hallo~
Gim bawain ff lagi nih, sebenernya ini ff lama. Awalnya gim ragu buat publish, tapi karena gim liat banyak banget ff verkwan yang cuma slight, akhirnya gim publish ff ini. Sumpah, gatau kenapa bisa kepikiran pilih genre school life gini. Semoga kalian suka ya walau Hansolnya out of character banget di sini.
Kalau banyak yang review atau ninggalin jejak di ff ini, gim bakal lanjut, kalau ngga, ya gatau deh. Semua ada di tangan yang baca.
Sampai ketemu di chapt selanjutnya *kalau banyak yang review *kabur*
Bye~
