Yahoooooo! comeback again~ dengan fandom baru. Yah walau telat :3 tapi kan hawanya masih terasa.
oke...
disclaimernya pastinya mbak Yana Toboso yang Lahirnya sama kayak Author...
HALLUCINATION
Seorang anak laki laki sedang berjalan di tumpukan salju. Dan sampai sekarang pun salju itu masih turun. Ia melihat sosok yang dia kenal. Bukan. Laki laki ini tidak pernah melihat dia sebelumnya. Tapi— dia serasa mengenalnya. Sosoknya yang kini melihat ke langit dengan memejamkan matanya terlihat sangat indah. Sangat indah.
Anak Laki laki ini tetap menatap kearahnya. Seakan tidak ingin kehilangan pemandangan indah itu. Entah apakah dia hanya halusinasi anak laki laki ini saja. Dia tetap disana tidak bergerak.
Tiba-tiba matanya mulai melirik kearah laki laki ini dalam diam. Rambut hitamnya yang panjang sebahu itu terhembus angin musim dingin yang indah. Lalu bibirnya menyunggingkan senyum.
Halusinasnya mungkin tambah melonjak. Laki laki seindah ini bisa berada di dunia ini. Bukannya tinggal di surga.
Dia merapikan baju yang ia kenakan. Sebuah suit berwarna hitam dan dasi berwarna merah. Bisa menyimpulkan bahwa dia adalah seorang konglomerat.
Laki laki ini belum bisa membalas senyumannya, Anak laki laki ini masih terdiam, terpesona dengan sosoknya yang indah.
Dia mulai berjalan kearah dimana anak laki laki ini berdiri. Mendekat. Halusinasi ini benar benar gila. Sangat terlihat nyata. Lalu bibirnya mendekat. Dia mengatakan
"bangunlah"
Tik tik tik..
"HUAAAAAAAAAAAA!" Laki laki kecil ini terbangun dari tidurnya. Laki laki kecil ini berhalusinasi dalam mimpi bertemu dengan pria yang entah kenapa dia sangat ingin bertemu denganya
"Sudahlah" ia beranjak untuk pergi bekerja.
Laki laki ini bernama Akira Ito seorang anak sebatang kara karena kejadian perampokan dirumahnya yang mewah 3 tahun lalu telah merenggut semuanya. Orangtuanya juga menjadi korban disana. Dia sekarang tinggal sendiri. Untuk anak berumur 13 tahun hidup sendiri bukanlah hal yang gampang. Tapi untuknya ini menjadi sesuatu yang menantang. Akira tidak ingin terus berada di kesedihan yang menyebalkan. Mereka hanya menghambat.
Akira berjalan keluar setelah sarapan beberapa gigit roti dan mandi dengan minum the hijau coklat kesukaannya. Dia adalah anak laki laki yang perkasa jadi ia bisa melakukan semuanya sendiri. Walau dulu semua buttler maid melayaninya. Tapi kini tidak.
Musim salju yang tidak ada bedanya dengan musim salju yang sebelum-sebelumnya. Semuanya sama saja. Membuat Akira muak. Membuatnya ingat tentang hal yang sangat menyebalkan itu. Hari dimana ia kehilangan semuanya.
"tch. Anak sombong sok konglomerat ini ternyata sudah enggak sekolah lagi ya." Ejek salah satu anak yang dulunya pernah menjadi teman dekatnya saat di sekolah.
"ahahahaha anak jalanan ya. Dia dikeluarkan karena tidak bisa membayar sekolah. Menyedihkan"
"itulah karma dari Tuhan untuk anak sombong sepertimu."
Semua ejekan itu ia terima. Semuanya, dia sudah terbiasa.
"ibumu dan ayahmu pun tidak peduli denganmu. Dan mungkin mereka rela mati karena punya anak sepertimu"
Tapi satu ini ia tidak bisa terima. Orangtuanya saangat peduli padanya.
"apa kau katakan?" Akira mengeratkan genggamannya dan ingin memukul mereka. Tapi, ya seperti pada cerita cerita sebelumnya. Akhirnya Akiralah yang di pukuli. Di zaman semodern ini pun masih ada saja pembullyan.
Benci? Marah? Untuknya saat ini tidak penting yang terpenting adalah bertahan hidup. Balas dendam? Akira tidak ingin mati dalam kenistaan. Membuat perjanjian dan kontrak pada orang orang yang nista untuk membalaskan dendam. Tuhan tidak menyukai itu. Jadi lebih baik ia diam, dan menunggu mereka terkena balasan dari Tuhan.
Badan kecilnya masih terasa sakit. Mereka memukulinya habis habissan. Akira berusaha untuk bangun. Tapi apa daya? Ia tidak bisa berdiri. Apa ini akhir?
"okaa-sann oto-san hari ini aku akan menjemput kalian di surga. Selamanya" matanya terpejam dengan sendirinya. Badannya terasa terangkat. Mungkin malaikat sudah membawa jiwanya pergi dari raganya, itu yang ia fikir.
Akira merasa sesuatu yang dingin menyetuh keningku. Dan merasa tangan yang hangat sedang mengelus elus kepalanya. Hangat. Tangan itu besar seperti tangan seorang Ayah, Ayah yang ia rindukan.
"Ayah" gumamnya dalam tidur. Akira berusaha membuka mataku
"Akhirnya Tuan sadar" suara baritone yang sangat lembut itu memberikannya tenaga penuh untuk bangun dan sesegera melihat siapa dia.
Akira membuka matanya sepenuhnya. Cahaya lampu diatas itu sangat menyilaukan. Ia melihat laki laki dengan jaket hitam panjang sedang memegangi kepalanya dengan lembut.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriaknya sembari meloncat dari kasur. "k..kau siapa?!"
Laki laki ini memasang senyum yang manis, dan tidak menjawab apapun dari pertanyaan Akira. Akira tetap berdiri, kaku. Laki laki ini, Akira mengenalnya. Bukan. Akira pernah melihatnya.
Halusinasi kah ini?
Dia berdiri, berjalan kearah Akira. Tangannya ingin meraih wajahnya. Akira menutup mataku. Takut. Siapa dia?
Tapi setelah menunggu lama Akira tidak merasa apapun. Derap kaki yang ia dengar tadi juga sudah tidak bersuara. Apa dia berhenti?
Akira membuka kedua matanya dengan pelan. Tapi, KOSONG. Dimana dia? Kenapa Akira selalu saja. Menghalusinasikan seseorang yang akan membantunya, membantu hamba Tuhan yang tak pernah diinginkan oleh dunia ini.
"halusinasikah?. Tapi. Aku yakin dia ada. Dia menolongku. Laki-laki itu. Yang ku lihat dalam mimpiku setiap malam"
Dadanya terasa sesak. Dia, dia sosok yang sangat kubutuhkan saat ini. Kenapa? Akira tak pernah bertemu dengannya. Halusinasi ini sudah mencandu kah dalam dirinya?
Akira meneteskan air matanya, sakit. Ia ingin menyudahi semuanya. Tapi, ia takut. Takut akan kematian. Dan tidak lagi berhalusinasi, melihat wajahnya.
"ha~h hari ini aku tidak bisa bekerja dan mendapatkan makanan. Kalau begini bagaimana dengan makan malamya" Akira terduduk sambil memegangi perutnya yang sangat sakit. Kelaparan pastinya.
Akira memutuskan mengambil jaketnya dan berjalan keluar. "kalau lapar makan angin aja" kesalnya
"dinginn~ dingin~" sesekali Akira menggosokkan kedua tangannya. Ini sangat dingin. Salju turun dengan lumayan lebat.
"Akira-kun!" teriak seorang ibu ibu dari kejauhan.
"ahh Hana Baa-chan. Ada apa?" dia adalah seseorang yang peduli pada Akira, memberikannya pekerjaan yang Akira suka yaitu melukis. Ya Akira ini hebat melukis. Ini semua berkat kehidupan mewahnya dulu.
"syukurlah kau tak apa nak" Baa-chan memeluknya dengan erat. Beliau khawatir. "kau dipukuli oleh anak nakal itu ya kan?. Untung saja ada pria yang membantu mu tadi. Dia berkata kalau dia kenal denganmu. Jadi aku perbolehkan dia untuk mengantarmu kemari." Pria? Akira terdiam. Matanya terbelalak. Apa dia adalah Pria yang ia anggap halusinasi selama ini? "dan. Dia menyuruhku untuk memberikan sebuah jaket hangat untukmu. Setelah dia melihat lemarimu yang isinya baju baju tipis."
"kemana dia perginya Baa-chan?" Tanya Akira serius. Akira harus bertemu dengannya.
"eh… kalau tidak salah ke utara."
Dengan jawaban itu Akira segera berlari. Akira tidak menghiraukan teriakan dari Baa-chan yang mengkhawatirkannya. Akira harus bertemu dia, halusinasinya.
Akira tiba tiba terjatuh karena perutnya terasa masih sakit setelah di pukuli mereka. "kuso" umpatnya. Ia berusaha berdiri. Apa daya. Akira masih terjatuh lagi. Sakit ini sangat sakit. Tapi masih sakit hatinya. Entah kenapa Akira merasakan hal seperti ini dengan seseorang yang tidak ia kenal.
"kau.. tolong. Tolong aku" tangisnya di jalan yang sepi. Akira meminta Pria yang datang dan menolongnya. Akira menangis sangat keras. "Kau.. tolong aku"
Tiba tiba Akira merasakan tubuhnya diangkat oleh seseorang. Dan dia memakaikanya jaket besarnya ketubuh kecilnya, merengkuhnya dengan kedua tangannya yang panjang.
"Sebelum tuan suruh, saya akan selalu akan menolong tuan. Saya akan selalu ada disisi tuan" bisikan kecil dengan suara baritone yang sama seperti siang tadi.
"siapa kau sebenarnya?" Tanya Akira.
"anda mencarinya tapi anda tidak mengenalnya ataupun mengingatnya. Inilah Boochanku"
Akira membalikkan badannya. Melihat kearah wajah pucat pria didepannya. Dan mata merah yang ada disana. Ya wajah yang tak asing, tapi tetap Akira tidak bisa mengingat kenangan apa yang pernah mereka jalani bersama. Sampai bisa membuat ia selalu datang di mimpi Akira
"katakan siapa kau? Kenapa kau membuatku tersiksa. Selalu muncul dalam mimpiku. Apa kita pernah bersama sebelumnya. Apa kau—ughh" Akira merasakan tubuhnya mulai sakit lagi.
"lebih baik Tuan kembali kerumah. Saya akan mengantarkan Tuan"
Digedongnya Akira. Dan dibawa kerumahnya. Kerumahnya yang kecil, kotor, lusuh. Rumah ini adalah rumah kosong pemberian Baa-chan untuk Akira. Rumah yang ia cintai sudah tidak ada.
Akira terbaring di kasurnya. Hari ini adalah hari yang panjang. Melelahkan. Tapi,
"oyasuminasai Boochan" laki laki itu masih saja berdiri disana dari 3 jam lalu. Menunggunya untuk terlelap.
Boochan. Boochan. Siapa yang boochan? Akira sekarang hanyalah anak biasa yang tak mempunyai tahta maupun harta. Anak yang tidak diinginkan oleh dunia.
"Sebastian. Bunuh mereka"
Akira melihat anak kecil memakai pakaian bangsawan inggris. Dan ada laki laki dengan pakaian ala pelayan berwarna hitam. Wajah mereka tidak terlalu jelas.
"yes My Lord"
"kita terikat kontrak. Dan kau harus bersamaku sampai akhir. Selamanya. Walaupun aku ini sekarang adalah seorang iblis. Kau mengerti Sebastian?"
"dimengerti tuan"
Percakapan macam apa ini? Sebastian? Iblis? Kontrak? Mimpi apa ini. Kenapa hal seaneh ini mengalir dalam mimpinya. Ada apa?
Suara suara burung burung yang terdengar itu membangunkannya. Badannya juga sudah lumayan enak.
"oke waktunya beker—"
Akira terdiam. Orang itu. Dimana orang berwajah pucat dan matanya yang merah.
"aku berhalusinasi lagikan" Akira tersenyum pahit. "menyedihkan".
TO BE KONTINYUE~~
RNR ^^ PLEASE~ :3 THANKS BEFORE
"Akira-kun. Bisa kau melukis bunga bunga. Terserah bunga apa saja. Ini pesanan dan harus selesai hari ini. Bisa kan?" pinta Baa-chan yang tak mungkin Akira tolak.
"ahahaha. Pastinya bisa lahhhh baa-chan" Akira tersenyum. senyum ikhlas tentu saja. Akira tak pernah memberikan senyum palsu pada semuanya. Itu akan menyakitkan
Bunga yang ia gambar adalah bunga mawar merah. Merah, semerah mata pria itu. Dimana dia?
