Part 1 "I BET YOU"

Seorang gadis tampak keluar dari mobil sport putih keluaran terbaru tahun ini. Kakinya yang terbalut flat shoes pink melenggang pergi setelah sebelumnya mengambil tas samping bergambar kartun kucing hello kitty kesayangannya dari jok belakang. Dirinya terlalu mencolok dengan pakaian feminim berjenis rok selutut, dan baru saja keluar dari mobil sport yang lebih pantas dikemudikan lelaki dibandingkan gadis itu sendiri. But, so what?! Gadis itu sengaja berjalan lurus tanpa ekspresi. Langkah kakinya begitu ringan, mengabaikan beberapa pasang mata yang melihatnya dalam pandangan yang berbeda.

Matanya yang sayu layaknya rusa berpendar mencari tempat yang sekiranya ada dua gadis lain yang ia kenali. Tingkahnya yang celingak-celinguk tetap menjadi obyek 'penelitian' bagi orang-orang disana, mengharuskan gadis itu ingin segera menemukan kedua temannya sebelum ia meledak karena jengah oleh tatapan-tatapan itu. Heol! Dirinya bahkan bukan artis, model, ataupun sejenisnya yang patut menjadi pusat perhatian, meskipun secara fisik ia berhasil membuat kaum sejenisnya iri setengah mati.

"LUHAN!"

Suara cempreng dan lambaian tangan berhasil menghentikan kegiatan 'Mari-mencari-dimana-temanku' si gadis bernama Luhan itu. Seketika ia menghembuskan nafasnya ke atas, memberantakkan poninya yang menutupi dahi.

"Sialan. Seharusnya kalian memanggilku dari tadi.", gerutu Luhan setelah mengambil tempat di samping gadis blasteran Korea-Amerika, Tiffany. Gadis itu mengambil minuman Yoona –satu temannya yang lain- tanpa meminta izin, meminumnya dalam sekali teguk dan menghapus sisa-sisa jus jeruk di sudut bibirnya menggunakan punggung tangannya. Sedangkan si pemilik minuman mendengus sembari menggumam kata-kata seperti 'sudah seperti perempuan tapi tetap saja preman' dan sejenisnya.

"Itu karena kami takjub dengan penampilanmu. Benarkan, Yoong?"

Lupakan tentang minuman, Yoona mengangguk setuju. Jujur ia dan Tiffany sangat terkejut melihat perubahan fisik gadis keturunan China itu. Gadis yang terkadang 'lupa'dengan segala tetek bengek berbau perempuan.

"Jangan menggodaku!"

"Siapa yang menggodamu? Kau benar-benar terlihat berbeda dengan dandanan seperti itu." Telunjuk lentik Tiffany mengarah pada rambut, wajah, dan badan Luhan lalu memandang Yoona untuk membantu argumennya.

"That's right! Mungkin itu juga yang menyebabkan mereka tidak berhenti melihatmu." Yoona melirik beberapa mahasiswa yang masih diam-diam mengamati Luhan.

"Kalian menyebalkan!"

Yoona dan Tiffany bertoss ria, membuat si subyek pembicaraan mengerucutkan bibirnya kesal. Ughh,tapi sayangnya lebih terlihat menggemaskan.

"Menyebalkan sekali. Mereka melihatku seolah-olah aku adalah manusia aneh yang harus diberantas dari bumi. Aku benci menjadi pusat perhatian!"

"Kau tau, mulai detik ini kau harus menikmati hidupmu. Well, aku tidak tahu sampai kapan penampilanmu seperti sekarang, tapi di luar itu semua kau akan tetap menjadi pusat perhatian. Kekasihmu adalah model terkenal yang berkuliah disini, kau ingat?", ucap Yoona santai.

Tentu saja Luhan ingat. Luhan tidak bodoh untuk mengetahui popularitas kekasihnya yang semakin naik akhir-akhir ini. Bukan hanya diluar sana, melainkan juga di kampus tempat ia berkuliah dan disinilah tempatnya. Tempat yang sama dengan Luhan, meskipun berbeda jurusan. Semenjak ia dan kekasihnya resmi berpacaran –sekitar seminggu yang lalu-, Luhan merasakan adanya perbedaan nyata terutama saat orang-orang mulai membicarakan dirinya sebagai kekasih model terkenal yang menjadi pujaan setiap gadis. Xi Luhan yang notabene seorang gadis biasa, merasakan ketidaknyamanan saat puluhan orang yang kebanyakan mahasiswi melihatnya dengan tatapan setajam pisau. Ada kedengkian, iri, benci dan apapun itu yang mampu menguji kesabaran Luhan untuk tidak mencongkel mata-mata itu dan berteriak lantang jika dirinya benci menjadi pusat perhatian.

Walaupun sebelum ia berbuat nekad seperti itu, ia lantas menyadari bahwa inilah konsekuensinya menerima ungkapan cinta kekasihnya seminggu yang lalu. Kebencian yang mau tidak mau harus ia dapatkan setelah berhasil memacari salah satu idola kampus dengan fans yang tak terhitung jumlahnya.

"Be patient honey! Hanya sehari, dan besok kau sudah bebas.", ucap seseorang dari arah samping dengan tangan yang merangkul pundak gadis itu. Kehadiran sosok bergender laki-laki itu sontak membuat Luhan tersentak kaget dan tersadar dari lamunan singkatnya. Akan tetapi, tak lama kemudian ia kembali ke mode 'kesal'nya.

"Sabar bokongmu!"

Si laki-laki itu meledak dalam tawa. Melihat kefrustasian kekasihnya menjadi hiburan tersendiri bagi dirinya. Jarang-jarang ia bisa melihat sang kekasih tampil cantik, feminim, dan menggemaskan sekaligus tampang kesalnya seperti sekarang.

Sekian detik kemudian, laki-laki itu menghentikan tawanya. Memandang kekasihnya yang tampak cantik dalam balutan sweater kebesaranberwarna pink soft di padu dengan rok lipatan krem selutut yang ia belikan kemarin. Untuk wajahnya, Luhan hanya menaburkan bedak tipis dan lip balm pink beraroma cherry. Udara dingin di musim gugur mampu membuat pipinya memerah alami tanpa sapuan blush on. Rambut cokelat sebahu yang tampak halus berkilau semakin memenjarakan tatapan laki-laki itu dan berusaha merekam dengan baik di otaknya. Luar biasa! Kecantikan Xi Luhan semakin terlihat jelas tanpa bisa tertutupi oleh tingkahnya yang masih terlihat tomboy.

"Wae? Aku aneh kan? Silahkan tertawakan aku sesuka hatimu, Oh Sehun!"

Merasa tidak ada tanggapan dari laki-laki yang dipanggilnya Oh Sehun itu, Luhan kembali cemberut. Tatapan yang ia dapatkan sejak dari parkiran tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan tatapan tajam Sehun yang mampu menembus hatinya. Membuatnya berdebar dan titik-titik kemerahan timbul di pipi putihnya. Gugup. Luhan berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain selama tidak memandang Sehun.

"Kau cantik." Sehun mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi kemerahan yang menguar di pipi gadisnya. Tatapannya melembut, dan ia-pun tersenyum setelahnya. Sementara Luhan berusaha mati-matian untuk tidak membalas senyuman itu sebab dirinya masih sangat kesal pada kekasihnya yang membuatnya harus berdandan berbeda untuk hari ini.

"Ouh sepertinya kami harus pergi. Mr Sam will killed us if we late for a second. Mr Oh, I borrow your deer for 2 hours okay?" Tiffany melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Mengingatkan bahwa mereka bertiga harus memulai jam kuliah mereka.

"Okay, you have to bring her to me 2 hours from now on!"

"Aku tidak mau bertemu denganmu dua jam nanti!" Luhan melangkah kesal mendahului kedua temannya dan kembali mengabaikan puluhan pasang mata yang tidak bosan mengamati gerak-geriknya, ditambah lagi Sehun sedang ada disekitarnya.

"Wait a minute, Honey!" Sehun menahan pergelangan tangan kanan Luhan, membuat si pemilik tangan malas-malasan membalikkan badan. "You forgot something."

"I think no. I only brought my bag and I didn't forget it."

"I am not asking, Honey!"

"So?"

"You forgot this!"

Sehun lantas membawa Luhan ke dalam pelukannya. Luhan yang tidak siap dengan perlakuan Sehun nyaris limbung, namun Sehun dengan cepat meraih pinggangnya. "You forgot a hug for me, and…"

"…a kiss!"

Oh Sehun memang gila! Dia memang diajarkan untuk selalu percaya diri dimanapun ia berada. Namun ia benar-benar gila! Luhan belum sempat bertanya pada Sehun apa yang ia lupakan, tetapi tiba-tiba laki-laki itu melepas pelukannya dan kembali menariknya untuk mempertemukan kedua bibirnya. Di depan Tiffany dan Yoona, di depan puluhan orang yang mengunjungi café di depan kampus ini, dan juga mahasiswi-mahasiswi yang tidak bisa mengalihkan pandangannya pada Sehun ataupun Luhan sejak awal. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang memekik kaget melihat adegan live yang membuat iri dan terpesona secara bersamaan.

Sehun cukup tahu diri dengan melepaskan ciumannya dua puluh detik kemudian. Ia bisa melakukan French kiss lain waktu, dan tentu saja tidak di depan banyak pasang mata seperti sekarang. Menyadari Luhan yang masih melotot dan belum bergerak sedikitpun, Sehun mencuri satu kecupan singkat dari bibir tipis Luhan. Bibir yang terasa manis dan rasa cherry dari lip balm yang Luhan pakai.

"I like your lips. But, Mr Sam will killed you if you late for a second." Sehun menirukan perkataan Tiffany seraya mengusap lembut rambut kecoklatan Luhan. "So, see you Honey!"

Sehun melambaikan tangannya sekilas dan berjalan menjauh dari si manusia patung Luhan. Tentu saja Luhan sangat terkejut mendapat perlakuan romantis dari Sehun barusan. Ini pertama kalinya sejak seminggu yang lalu, Sehun menciumnya di depan umum. Seolah menegaskan bahwa mereka benar-benar 'resmi', dan menunjukkan bahwa Luhan hanya milik Sehun seorang. Tidak ada seorangpun selain Luhan yang dipilih Sehun, meskipun gadis-gadis cantik mengerubunginya setiap waktu.

"Ughh, Oh Sehun, you're so…" Bahkan Yoona yang cukup dekat dengan Sehun dari iklan yang mereka bintangi bersama, tidak percaya dengan penglihatannya. Oh Sehun, si pria dingin yang bertekuk lutut pada gadis tomboy Xi Luhan.

"Oh ya Honey, aku sungguh suka penampilanmu saat ini. Besok kau harus mengajakku bertaruh lagi, dan aku tidak akan melewatkan kesempatan itu."

Sehun kembali berbalik dan mengedipkan sebelah matanya.

"AAAA! SEHUN OPPA!" Dan pingsan massal terjadi, beruntung Luhan tidak menjadi salah satu 'korban pingsan' ketampanan kekasihnya.

Flash back~

"Tim Manchester United pasti akan menang!", seru Luhan bersemangat. Ia mengikat rambutnya asal-asalan, dan pandangannya terpusat pada layar televise super besar yang menghuni ruang tengah apartemennya. Tangannya meraih setoples cookies cokelat yang selalu menjadi temannya ketika menonton pertandingan bola favoritnya.

"Kurasa tidak, musim lalu tim kesayanganmu itu bahkan tidak lolos semi final.", ujar suara lelaki yang menjadikan paha Luhan sebagai bantal. Oh Sehun, ia baru saja tiba setelah pemotretan dan langsung mengunjungi apartemen kekasihnya untuk menemani Luhan menonton pertandingan sepak bola. Lelahnya berkurang saat tangan halus Luhan mengelus lembut rambut hitamnya.

"Mau bertaruh?"

"Apa keuntungan yang aku dapatkan?" Sehun terlihat tertarik.

"Kalau tim kesayanganku menang, kau harus menuruti semua permintaanku."

"Kalau kalah?"

"Aku yang akan menuruti permintaanmu. Oh, tapi tim kesayanganku tidak akan kalah kali ini.", ucapnya percaya diri.

Sehun bangkit dari paha Luhan, menyetujui taruhan yang di tawarkan kekasihnya. "Baiklah, Call!"

"Kau percaya diri sekali.", decih Luhan.

"I'm not! Tapi kalau kau benar-benar kalah, aku ingin kau menjadi seorang gadis dalam satu hari. Bagaimana?"

BUKK!

"Ya! Kau fikir selama ini aku bukan gadis? Lalu kau seorang gay begitu?"

Sehun mencubit pipi Luhan gemas, hitung-hitung sebagai balas dendam karena gadis itu baru saja melempar bantal sofa dengan cukup keras ke arahnya. "Mulutmu, Miss Xi!"

"Aku hanya bercanda Mr. Oh!"

"So, kau harus dandan seperti seorang gadis normal. Memakai rok, ataupun segala hal yang bisa membuatmu terlihat lebih 'girly'. Bagaimana?"

"Okay, call!" Luhan menyanggupi tanpa berpikir panjang. "Tapi kalau aku menang, kau harus mengosongkan jadwalmu seharian, lalu mengajakku kencan sampai aku puas. Bagaimana?"

Sehun terkikik geli, menyadari maksud lain dari permintaan Luhan. Ia tahu kekasihnya itu sedang merindukannya karena mereka tidak pernah berkencan semenjak Sehun 'menembak' Luhan seminggu yang lalu. Sehun-pun sebenarnya menginginkan hal serupa, tapi mau bagaimana lagi dirinya benar-benar sibuk dalam pekerjaannya sebagai model. Mungkin Sehun masih bisa menahan diri seandainya Luhan tidak meminta hal yang cukup sulit ia lakukan itu, tapi sekarang Luhan yang memintanya. Ia akan melakukan apapun demi bisa mewujudkan keinginan Luhan yang satu itu.

"Wae?Kau tidak setuju?", tanya Luhan menyadari Sehun hanya terdiam memandang dirinya. "M-maksudku kapan-kapan. Aku tidak memaksamu meninggalkan pekerjaanmu yang sangat banyak. Jadi-"

"Ani. Aku setuju! Setelah ku pikirkan, ternyata kita belum berkencan semenjak kita jadian. Call!"

Tanpa sadar pipi Luhan merona. Mendadak ia ingat kejadian seminggu lalu yang entah mengapa masih sulit diterima akal sehatnya. Oh Sehun, model terkenal yang tampan, mengungkapkan perasaannya kepada Luhan yang tidak lebih dari mahasiswi semester tiga yang polos dan cuek.

"Oh, lihat pertandingannya sudah di mulai!", seru Sehun lalu kembali menyamankan posisinya di paha Luhan.

"Aku tidak menyangka tim kesayanganku akan kalah." Luhan menghela nafas sedih, sembari melirik paperbag berisi pakaian yang dibelikan oleh Sehun untuknya. Luhan kalah taruhan, itu berarti dirinya harus menuruti permintaan Sehun yang memintanya berpenampilan layaknya gadis normal yang feminim.

Setelah malam menegangkan dimana Luhan kalah taruhan, Luhan masih terlihat murung dan tidak bersemangat bahkan saat ia harus berangkat kuliah. Ia mengeringkan rambutnya dan mengoleskan vitamin rambut yang membuat rambutnya semakin berkilau. Yoona yang menyarankan itu setelah Luhan dengan cueknya membiarkan rambut cokelat madunya menjadi kering dan bercabang. Bahkan saat dirinya sudah memakai pakaian yang dipilihkan Sehun dan tinggal berangkat, dirinya malah kembali terduduk di ranjang.

Sebenarnya cukup membingungkan dimana Luhan yang biasanya tidak semurung ini setelah timnya kalah, tetapi sekarang bagaikan ditinggal tim kesayangannya tidak bertanding lagi selama-lamanya.

"Seharusnya kalian menang, dengan begitu aku bisa mengeksploitasi Sehun seharian. Sial!", gumamnya.

Oh ternyata bukan tim kesayangannya yang membuat Luhan menjadi uring-uringan. Melainkan Oh Sehun, pria tampan yang seharusnya mengajak Luhan berkencan jika timnya menang. Tapi sayang sekali, itu tidak terjadi dan Sehun kembali harus menyelesaikan jadwalnya dari pukul lima pagi tadi.

Drrt… Drrt…

Luhan mengambil ponselnya yang bergetar, mendapati panggilan dari salah satu teman dekatnya.

"Hallo?"

'Lu, aku tunggu di café biasa. Oke?"

"Hmm. Aku berangkat sekarang."

KLIK!

Menghembuskan nafas dan mengambil kunci mobilnya. "Setidaknya aku harus terlihat kesal karena timku kalah, dan menutupi kekesalanku yang sebenarnya."

END OF THIS CHAPTER!