Halo… Masih inget ga sih sama Templar? Kwkwkwk… Plis jangan tanyain tentang 'Secret' dolo yak, gue lagi pengen muncul dengan fic baru soale *digeplak*. Ya, gitu deh, gue lagi sibuk *ngapain* jadi gue lagi ga bisa nulis fic yang alurnya agak berat dan ga nyenengin, jadi gue nulis fic yang ringan dulu aja sekarang.
Yaudah, enjoy yak. Chap ini pendek banget karena kan baru pembukaan, oke?
.
.
.
Hari ini tepat hari ke empat Itachi bertugas ke luar daerah. Dan selama empat hari itu pula jelas ia meninggalkan adik kesayangannya yang masih sekolah. Sebenarnya, ia ingin sekali mengajak sang adik ikut bersamanya, tapi Sasuke sendiri tak bisa meninggalkan sekolahnya terlebih di akhir tahun seperti ini, akan banyak sekali ujian-ujian sebelum dimulainya liburan.
Resiko punya adik-kekasih yang masih sekolah.
Kekasih? Ya, kekasih. Tepat ketika Sasuke, adik kandungnya yang manis dan polos ini memasuki usia tujuh belas tahun, dan di hari ulang tahunnya tersebut ia meminta sang kakak untuk menjadi 'kekasih' nya. Tidak heran, Sasuke tak pernah berhenti berkata "Nii-san, aku sayang padamu" sejak kecil. Itachi hanya mendengus dan tersenyum sambil mencium puncak kepala adiknya saat ia meminta hal itu.
Awalnya, Itachi tak menyangka bahwa pernyataan adiknya itu ternyata serius dan berlanjut sejauh ini. Jauh sekali. Mereka tersesat ke tempat dimana mereka sudah tak mungkin bisa kembali. Hubungan sedarah, sesama jenis, adik kakak, dalam konteks yang terlarang, mungkin kotor.
.
.
.
Itachi frustrasi. Ia merindukan Sasuke. Sangat. Tapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan hari ini ia harus menghadiri rapat antar perusahaan. Selalu sibuk dan nyaris tak ada waktu untuknya menghela nafas selain ketika malam tiba dan ia kembali ke hotelnya untuk istirahat. Itupun, ia selalu mendapatkan pesan singkat yang berisi bombardier manja sang adik. Juga puluhan panggilan tak terjawab dari si bungsu yang nakal ini.
Sebenarnya Itachi terhibur jika ia melihat pesan singkat Sasuke yang penuh rajukan dan sedikit marah, ia mengerti adiknya juga merindukannya. Tapi, kadang jika ia membaca ulang pesan-pesan singkat itu, rasa rindunya pada Sasuke semakin tidak tertahankan. Jangankan hari ini yang memasuki hari ke empat. Malam pertama ia menginap di hotel saja, pikirannya penuh dengan Sasuke dan ia merasa hampa berbaring sendirian di tempat tidur yang besar itu.
.
.
.
Di tengah rapat yang cukup-sangat membosankan itu, Itachi mendengus berat dengan tangan yang menopang dagunya. Ia merasa waktu berjalan begitu lambat, ia ingin menghubungi Sasuke dan sudah berencana untuk meneleponnya nanti malam. Namun tiba-tiba, ponselnya bergetar di dalam kantong kemejanya.
Pesan singkat. 'Sasuke'.
Senyum Itachi merekah tipis dan segera membuka pesan teks tersebut.
'Nii-san, aku kangen…'
Itachi menahan senyumnya melihat pesan yang sangat singkat namun cukup untuk membuatnya terhibur. Padahal hampir setiap jam Sasuke mengirimkan pesan singkat seperti itu, tapi Itachi tak pernah bosan.
'Aku juga, Sasuke…'
Setelah membalasnya, Itachi memasukkan kembali ponselnya namun kali ini ke dalam kantong celananya. Suasana hatinya sedikit berubah berkat pesan singkat dari yang tersayangnya. Dan kembali ia merasakan ponselnya bergetar. Ia pun kembali mengambilnya.
'Nii-san, kapan kau akan pulang? Aku sudah tak tahan ingin bertemu denganmu, kau tahu? Setiap malam aku selalu tidur di kamarmu dengan selimut yang penuh dengan bau tubuhmu menutupi seluruh tubuhku. Dan itu hanya membuatku semakin rindu dan seandainya mungkin, aku ingin menyusul ke tempatmu'
Wow, jujur sekali. Biasanya Sasuke selalu malu-malu dan gengsi mengutarakan apa yanga da di dalam pikirannya, namun kali ini sama sekali berbeda. Mungkin karena ia tak berhadapan langsung dengan sang kakak, atau memang perasaan rindunya sudah membuncah. Itachi menutup mulutnya untuk menyembunyikan senyumnya yang merekah lebar. Dan mulai mengetik.
'Kau kan tahu aku akan pulang hari Sabtu besok, bersabarlah, nanti akan kuganti selimut itu dengan tubuhku untuk menghangatkanmu'
Tiba-tiba Itachi di panggil oleh salah satu presentator rapat dan diminta melakukan evaluasi di depan. Buru-buru Itachi memasukkan ponselnya ke dalam kantong lagi dan segera beranjak dari duduknya dengan beberapa map di tangannya.
Tentu saja setelah itu ia tak bisa membalas pesan Sasuke. Bersyukur Itachi masih mampu menjaga konsentrasinya walaupun entah sudah berapa kali ia merasakan getaran di bagian pahanya.
Dua puluh lima menit dan akhirnya Itachi menyelesaikan presentasinya lalu kembali dipersilakan duduk. Ia menghela nafas panjang dan buru-buru membuka ponselnya lagi. ia yakin adik manjanya ini pasti sudah marah-marah.
Dan benar saja, ada sekitar tiga belas pesan singkat yang memenuhi kotak masuk ponsel Itachi.
'Aku sudah tak sabar, percepat jadwal kepulanganmu'
'Nii-san, mengapa kau tak membalas?'
'Nii-san, kau mengabaikanku?'
'Kau sedang bersama siapa, Kuso Aniki?'
'Cepat balas pesanku, atau aku akan pergi ke tempat Naruto dan menginap disana'
'Itachi, kau menyebalkan. Aku sudah tak mau tahu lagi'
Sedikitnya, itulah yang tertangkap oleh perhatian Itachi. Ia mendengus berat sambil menggelengkan kepalanya pelan. Adiknya ini pencemburu, curiga, nakal dan kelewat manja. Tapi, inilah Sasuke. Itachi menyayanginya.
'Aku sedang rapat, Sasuke. Maaf. Nanti kalau aku sudah selesai, aku akan meneleponmu'
Tak perlu menunggu tiga menit, balasan kembali datang.
'Nii-san, kau mau lihat sesuatu?'
Itachi mengernyitkan alisnya. Tidak biasanya. Ada apa dengan Sasuke? Apa dia berbuat aneh-aneh selama ia tak ada?
'Apa?'
Kali ini balasan dari si pantat ayam yang manis itu agak lama, dan Itachi penasaran. Hingga ia tak memasukkan ponselnya ke dalam kantong melainkan terus menggenggamnya.
Ponselnya kembali bergetar dalam waktu tiga menit, dan Itachi langsung membukanya.
'Pesan gambar'. Itachi langsung membukanya. Apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan Sasuke padanya?
Itachi memejamkan matanya menerima tiga buah pesan gambar dari Sasuke. Satu gambar dengan foto Sasuke yang mengedipkan satu matanya sambil menggigit jari telunjuknya, yang kedua foto jarak dekat dimana hanya terlihat lidahnya saja yang sedang menjilat bibirnya sendiri-oh lidah merah yang basah dan bibir yang licin itu-dan gambar terakhir berupa foto Sasuke dengan tangan membentuk seolah sedang menggenggam sesuatu yang bulat dan panjang dan ditempelkan di bibirnya-pose blowjob.
Nyaris membanting ponselnya, Itachi akhirnya hanya menutup matanya rapat-rapat dan menahan nafasnya, berusaha tidak meledak saat itu juga di ruang rapat yang khidmat. Keringat mengalir di pelipisnya saking ia lelah menahan dirinya untuk bersikap 'baik-baik saja'.
'Kau itu sedang apa, Sasuke?'
'Jelas sedang membayangkan menghisap penismu, Nii-san'
'Jangan bercanda, Sasuke. Aku sedang bekerja'
'Kau mau melihat yang lain lagi, Nii-san?'
'Aku akan mematikan ponselku, Sasuke'
'Hn'
Adiknya ini tahu persis kalau Itachi tak mungkin mematikan ponselnya, terlebih jika ditengah pekerjaan seperti ini, ponsel Itachi mati kalau ia tidur di malam hari. Karena itulah, si bungsu ini sama sekali tak peduli dengan ancaman itu. Ia tetap 'melaksanakan' niat mulianya pada sang kakak.
Tentu sejak itu, Itachi tak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaan dan rapat pentingnya. Pikirannya penuh dengan ia ingin segera kembali ke hotel dan menghubungi adiknya yang nakal. Ia frustrasi dan kesal karena tak bisa menghukum kenakalan Sasuke yang kelewat manis. Anak ini benar-benar tahu bagaimana caranya menggoda pasangannya dan itu menyebalkan.
Getaran di ponselnya seolah tak berhenti dan Itachi berusaha mati-matian untuk mengabaikannya dan tidak terpancing untuk membuka pesan-pesan berbahaya dari adiknya.
Syukurlah, rapat selesai lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Seluruh staff bubar dan Itachi buru-buru keluar ruangan dan masuk ke kamar mandi kantor untuk membuka pesan yang sudah membanjiri ponselnya.
Benar saja, lagi-lagi Sasuke mengirimkan beberapa foto dirinya.
Foto pertama adalah Sasuke yang berpose sedang membuka dasi seragam sekolahnya dengan kancing leher kemejanya yang terbuka.
Foto kedua terlihat Sasuke sudah menurunkan kemejanya dan ia sengaja memfoto dadanya dengan lensa yang mungkin hanya berjarak lima sentimeter dari dadanya-tepatnya di puting susunya. Ia memperlihatkan puting susunya yang kemerahan itu di depan kamera.
Itachi memutar bola matanya dan memijat keningnya. ini terlalu menggoda, tapi bagaimana caranya ia menghukum bocah bandel ini dengan jarak mereka yang terlampau jauh?
Foto ketiga berisi pemandangan area perut hingga celana seragam Sasuke yang masih menempel namun kancing dan retsletingnya sudah turun dan terlihat celana dalam putihnya menyembul keluar.
Dan foto terakhir adalah foto dimana dua jari Sasuke terselip di antara kulit perut dan karet celana dalamnya dengan tambahan pesan teks :
'Ku tunggu di hotel, Itachi-kalau kau ingin melihat lebih dari ini… Cepatlah, aku menunggumu'
"Bocah sialan itu…" Gerutu Itachi.
Ia sudah merasakan celananya mulai mengetat. Hanya dengan melihat pemandangan seperti itu saja ia sudah bereaksi hebat. Tentu saja, Itachi laki-laki normal yang butuh kepuasan biologis minimal satu atau dua kali seminggu. Dan terima kasih atas pekerjaannya yang memaksanya jauh dari sang tercinta, kini Itachi berada dalam rasa frustrasi yang hebat karena sudah empat hari ia tak merasakan kehangatan apapun, jangankan mencium bau manis Sasuke, lupakan tentang ia menyentuh Sasuke karena itu tak mungkin, bahkan Sasuke tidak datang ke dalam mimpi basahnya. Itu memuakkan.
Tak berlama-lama, ia segera mencuci mukanya, berharap ia bisa melupakan sebentar saja pemandangan barusan karena ia masih harus menyetir mobilnya dari kantor menuju hotel. Ia tak mau berhalusinasi mobil dan motor yang berlalu-lalang di jalan nanti berubah menjadi ratusan Sasuke telanjang yang sedang berjalan mondar-mandir.
"Anak itu harus ku hukum. Lihat saja nanti…"
Dengan sedikit kesal, Itachi turun dan keluar dari kantornya menuju parkiran mobil dan segera masuk ke dalam mobilnya setelah membanting pintu mobilnya sedikit keras lalu menginjak pedal gas seperti orang kesetanan.
.
.
.
TBC.
Jangan timpuk gue plis, gue tau gue nyebelin karena gue kebiasaan ngegantungin fic di scene yang plislahnanggungbanget. Kwkwkwk.
Thanks for reading.
Please leave your review(s)
Regards.
