"HYUNG! GAWATTTTTTTTTTTTT!" Jongdae menerobos pintu kamar Luhan tanpa permisi. Mengabaikan Luhan yang hampir menjatuhkan gelas di tangannya. Luhan tahu Jongdae itu pemilik suara paling tinggi di antara semua member EXO. Tapi itu juga tidak berarti menambah haknya untuk berteriak-teriak di kamarnya.

"HOSH! HOSH! HOSH! Luhan-hyung! Ada masalah besar! HOSH! HOSH! HOSH!" Nafas Jongdae tersenggal-senggal. Seolah ia baru saja mengikuti Lomba Marathon. Padahal sebenarnya ia hanya berlari dari seberang kamar Luhan.

"Tenanglah Jongdae! Kau bisa membunuhku dengan suaramu itu." Luhan mengusap pelan punggung Jongdae. Membantu lelaki teman satu grupnya itu menyambung nafasnya.

"Ini bukan masalah suaraku. Tapi Yifan-hyung. Dia tidak ada di kamarnya." Mungkin Luhan akan benar-benar menjatuhkan gelasnya jika tadi Jongdae tidak merebut dan menghabiskan isinya dalam satu tegukan.

"Kau jangan bercanda Kim Jongdae! Satu jam lagi dia akan menikah dan kau bilang dia tidak ada di kamarnya! Ya Tuhan!" Luhan adalah tipe orang yang suka bercanda. Ia juga suka ketika Jongdae berusaha menghibur para member di sela-sela latihan atau ketika mereka beristirahat di dorm. Tapi jika sekarang dia sedang bercanda, Luhan tidak segan-segan memberi tendangan penalty gratis pada adik kesayangannya itu.

"Aku sudah mencarinya kemana-mana. Lima menit lagi kita akan berangkat ke tempat pemberkatan. Buat apa aku ber..."

"LUHAN-HYUNG! BAHAYA!" Hanya satu yang bisa dibayangkan Luhan saat suara Jongdae dan suara Baekhyun bersatu.

KIAMAT!

.

.

.

Title : I Though They Were A Ghost Couple Who Making Out

Author : Ben-Xing

Pairing : KyungMyeon, slight FanXing, KaiHun, LuMin

WARNING : BL, typo(s) bertebaran, EYD amburadul

Pemainnya milik diri mereka masing-masing, tapi fic ini milik Ben-Xing

.

.

.

"Apa tidak ada cara lain untuk membunuhku selain dengan suara kalian?" Luhan tidak bisa percaya bagaimana ia dulu bisa tahan hidup satu atap bersama dua orang yang ada di hadapannya ini.

"Itu masalah gampang. Aku bisa membunuhmu kapan saja. Sekarang masalahnya adalah Yixing-hyung. Dia menghilang." Baekhyun sudah tidak perlu mencari cara lain untuk membunuh Luhan. Ia sekarang sudah berhasil membunuh lelaki asal Cina itu.

"Aku tahu kalian suka bercanda. Tapi tolong jangan sekarang. Lebih baik kita segera berangkat ke tempat pemberkatan." Luhan mencoba bersabar sedikit. Baekhyun dan Jongdae itu sangat rusuh. Apalagi jika ditambah Chanyeol. Meski yang berbicara hanya tiga orang, tapi pasti akan terasa seperti tawuran satu kampung.

"Dengar, hyung. Jika aku bercanda aku tidak mungkin sampai menumpahkan eyeliner kesayanganku. Ya Tuhan! Padahal aku hanya mengambil eyeliner di kamarku tidak ada lima menit. Tapi Yixing-hyung sudah lenyap dari kamarnya." Baekhyun berjalan mondar-mandir di depan Luhan dan Jongdae. Membuat lelaki yang yang paling muda di antara mereka menggerutu kesal karena ulah Baekhyun yang membuatnya pusing.

"Apa kalian sudah menghubunginya?" Luhan berusaha mencari jalan keluar. Berhadapan dengan Jongdae dan Baekhyun itu sama saja dengan merebut permen kapas anak umur tiga tahun yang sedang menangis karena kehilangan balonnya.

"Bagaimana aku bisa menghubunginya? Hpnya saja ada di atas ranjangnya." Seingat Luhan, Yixing tidak memiliki masalah sebelumnya. Ia hanya merasa gugup menghadapi pernikahannya ini. Tapi Luhan juga sudah menenangkannya. Lalu kenapa dia tiba-tiba menghilang?

"Lulu-ge, Yifan-ge tidak ada dimana-mana. Aku hanya menemukan hpnya di atas meja." Lapor Tao dengan mata berkaca-kaca. Ternyata umurnya yang semakin bertambah tidak mengubah sifat cengengnya. Yifan itu gege kesayangan Tao dan dalam waktu kurang dari satu jam sebelum pernikahannya ia malah menghilang. Tentu saja Tao pasti akan dibanjiri dengan air mata.

"Apa mungkin mereka diculik? Atau mungkin ini ulah fans? Oh God! OH NO!"

"Jangan gila Jongdae! Pernikahan ini rahasia. Publik tidak ada yang tahu. Kita hanya mengundang para keluarga kita." Baekhyun membentak Jongdae. Ia tidak mau terhasut pikiran-pikiran aneh Jongdae. Menurutnya imajinasi Jongadae itu terlalu tinggi. Meski sebenarnya imajinasinya sama dengan Jongdae, atau mungkin malah lebih tinggi.

"Aku tidak menemukan kunci mobil Yifan. Seingatku, aku meletakkannya di atas meja." Nada bicara Junmyeon tenang. Tapi langkahnya saat memasuki kamar Luhan sangat terburu-buru.

"Ck! Sebenarnya apa mau naga gila itu! Dulu saat promosi Overdose tiba-tiba dia menghilang, dan malah vakum dari EXO. Sekarang satu jam sebelum acara pernikahannya dia juga tiba-tiba menghilang. Entahlah! Aku menyerah!" Luhan terduduk lemas di sofa kamarnya. Tangannya memegang kepalanya yang sepertinya beberapa detik lagi akan pecah. Padahal ia kira duo BaekChen yang akan membunuhnya. Ia tidak pernah berpikir malah lelaki yang ia hormati sebagai leader itu yang memecahkan kepalanya.

Getaran dari hpnya membuat Luhan merogoh saku celananya. Mengerutkan dahinya heran saat mendapati tulisan di layar hpnya.

'Baozi is calling...'

"Lu, kau dimana sekarang?" Luhan memang tidak melihat Minseok. Tapi ia bisa merasakan kekhawatiran dalam suaranya.

"Aku masih di hotel dengan yang lainnya. Bukankah kau seharusnya menjemput para orang tua?"

"Iya. Aku sudah menjemput mereka semua. Bahkan aku sekarang sudah di tempat acara. Tapi aku bingung. Bukankah seharusnya aku di antar ke Haesindang Park? Tapi kenapa aku malah sekarang berada di Hotel Park Hyatt?"

"Maksudmu? Mungkin saja sopir..."

"Tidak, Lu! Disini bahkan sudah ada dekorasi pernikahan yang pernah diceritakan Yifan padaku."

"Ya Tuhan! Apalagi ini? Ya sudah! Aku akan segera kesana!"

Luhan menutup hpnya dengan kasar. Mata rusanya menatap tajam pada empat lelaki yang berdiri di hadapannya.

"Ada apa, hyung? Kau tahu 'kan tatapanmu itu mengerikan." Luhan memang manis. Tidak bisa dikatakan sedikit pula yang mengatakan ia cantik. Ia juga bukan tipe orang yang mudah marah. Tapi jika sudah melayangkan tatapan seperti itu. Bahkan manajer-hyungpun langsung kikuk.

"Siapa yang memesan tempat pernikahan kemarin?" Suara Luhan terdengar sangat tegas. Bukan nada-nada santai yang bisanya ia gunakan.

"Aku dan Chanyeol-hyung yang kemarin pergi memesan. Tapi aku hanya mengantarkannya. Yang mengurusi semuanya Chanyeol-hyung. Aku tidak mengerti apa-apa." Ucap Tao pelan. Meski ia bisa menghajar habis-habisan preman yang mengganggunya. Tapi ia paling takut pada para gege-nya. Apalagi jika sedang marah.

"Memangnya ada apa, hyung? Kenapa kau menanyakan Chanyeol?" Meski seperti apapun suasananya. Suara Junmyeon pasti terdengar sangat halus dan lembut. Terlihat sekali ia berusaha menenangkan orang-orang di sekitarnya.

"Apa yang akan kalian lakukan jika aku mengatakan bahwa tempat yang Chanyeol pesan itu salah?" Wajah Luhan terlihat datar. Ia sudah lelah dengan semua berita yang ia terima pagi ini.

"Maksud, gege? Tempat yang kemarin kami pesan itu salah?" Tao menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Baekhyun dan Jongdae masih menatap Luhan penasaran. Ekspresi Junmyeon sudah tidak perlu ditebak lagi. Ia sudah bisa menebak apa yang terjadi dari wajah datar Luhan

"Seharusnya dia memesan tempat di Haesindang Park. Tapi ia malah memesan di Hotel Park Hyatt. Bahkan semua dekorasi dan peralatan sudah siap disana."

"Yeah. Hanya kurang pengantinnya saja." Tambah Junmyeon datar. Sedangkan Baekhyun sudah berteriak-teriak keluar kamar Luhan.

"SIAPAPUN! BAWAKAN AKU KEPALA CHANYEOL YANG TERPISAH DARI TUBUHNYA SEKARANG JUGA!"

.

.

.

Kyungsoo memijat pelipisnya pelan. Ia sudah lelah sejak tadi berdebat dengan kepala catering yang menangani pernikahan dua hyungnya itu. Tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi tanggung jawabnya.

Ia baru sampai di Korea tadi pagi. Baru saja ia ingin mengunjungi teman-teman satu grupnya. Tapi ia malah dilimpahi tanggung jawab mengurus makanan. Mereka pikir perjalanan Jepang-Korea ini tidak jauh.

Sebenarnya ia tidak masalah mengurusi konsumsi acara yang diselenggarakan secara tertutup ini. Yang menjadi pokok pikirannya sejak ia diberi tanggungan ini hanyalah penanggung jawab dekorasi.

"Maafkan kami, Tuan. Tapi kami sudah memastikan semua makanan yang kami sajikan ini adalah makanan yang dipesan." Lelaki yang berstatus sebagai kepala catterring ini berkata dengan mimik yang lebih dari sopan. Terlihat sekali bahwa ia tidak berbohong. Sebenarnya Kyungsoo ingin mengelaknya lagi. Tapi percuma. Ia tidak punya cukup bukti. Ia hanya diberi tahu Baekhyun daftar makanan yang dipesan lewat telepon. Bukan berupa bukti pemesanan.

Getaran yang dihasilkan hpnya membuat Kyungsoo mengalihkan perhatiannya dari lelaki berusia sekitar 40 tahunan itu. Tangannya menggeser pelan tombol hijau di layar yang bertuliskan 'ByunBaek is calling...'

"Yobos..."

"Soo! Kau ada dimana sekarang?"

"Apa maksudmu? Tentu saja aku ada di tempat acara pernikahan."

"Maksudku, apa kau berada di Hotel Park Hyatt?"

"Iya. Baek! Disini ada masalah!"

"Huh? Masalah? Masalah apalagi?"

"Tadi kau memberitahuku bahwa makanan yang dipesan adalah masakan Korea dan Cina. Tapi saat aku tiba disini, semua meja sudah dipenuhi dengan masakan Italia! Eh! Apa maksudmu? Apa ada masalah lain?"

"Asal kau tahu saja! Kita sekarang akan menghadiri sebuah pernikahan tanpa mempelai pengantin. Dan tempat yang sedang kau injak itu salah!"

"Apa maksudmu, Baek? Pernikahan tanpa pengantin? Tempat yang salah? Aku sama sekali tidak menger..."

"Aku juga sama sekali tidak mengerti. Yang jelas, sekarang Yifan-hyung dan Yixing-hyung menghilang. Dan tempat yang seharusnya Chanyeol pesan itu Haesindang Park, bukan Hotel Park Hyatt!"

"Tapi bagaimana bi...?"

"Aku sendiri juga tidak tahu. Sekarang kami sedang menuju kesana. Oh Ya! Apa kau melihat Chanyeol?"

"Hm?... Ya. Aku melihatnya. Dia berdiri cukup jauh dariku. Aku juga bisa melihat ada malaikat maut berdiri di belakangnya."

.

.

.

"Hyung, cepatlah! Ternyata Chanyeol juga salah memesan makanan. Aku tidak mau kalah start dengan Kyungsoo yang ingin menguliti Chanyeol. Aku ingin mendapatkan giginya. Pasti bisa berguna untuk bel rumahku." Baekhyun menepuk-nepuk punggung Junmyeon yang tengah menyetir. Membuatnya sedikit kuwalahan menghadapi lelaki yang lebih muda darinya itu.

Junmyeon jadi mulai tidak yakin apa mereka bisa sampai di tempat tujuan dengan selamat jika Baekhyun masih saja menggoyang-goyangkan badannya dengan keras.

"Tenanglah, Baekhyun! Sekarang lebih baik kita memikirkan kemana perginya Yifan dan Yixing. Pernikahan ini tidak mungkin bisa berjalan tanpa mereka berdua." Junmyeon berusaha berkonsentrasi menyetir meski Baekhyun dan Jongdae sedang berulah di belakang. Tao yang berada di tengah-tengah mereka hanya bisa diam dan sedikit menyahuti. Ia akan dimarahi Baekhyun jika ia menyetujui usul Jongdae. Tapi ia juga akan dihabisi Jongdae jika ia mendukung ide Baekhyun. Sedangkan lelaki paliang tua di antara mereka yang duduk di samping Junmyeon sedang sibuk dengan ponselnya.

"Sudahlah, hyung! Itu masalah nanti. Lagipula kita juga tidak tahu tanda-tanda keberadaan mereka. Sekarang masalahnya aku ingin sekali menjadikan rambut Chanyeol itu kemoceng di rumahku." Junmyeon tidak bisa membayangkan bagimana keadaan Chanyeol jika sudah bertemu degan Duo BaekChen ini. Ia hanya bisa mendoakan keselamatan Chanyeol, meski kemungkinannya sangat kecil.

Sebenarnya Junmyeon memilki tanggung jawab lain di tempat acara. Tapi dua maknae mereka terlalu baik untuk menolak permintaan Junmyeon agar menggantikannya. Ia berkilah ada urusan yang harus ia selesaikan dengan Yifan.

.

.

.

Chanyeol bisa merasakan bulu kuduknya mulai berdiri. Ini masih pagi. Lagipula dia juga tidak sedang sendirian. Jadi tidak mungkin ada mahluk yang selalu membuat Tao berteriak-teriak ketakutan berkeliaran di sekitarnya. Kecuali, mahluk itu juga ingin ikut menjadi saksi pernikahan Yifan dengan Yixing.

Chanyeol melangkah keluar, ia baru menyelesaikan urusan dengan orang yang akan menikahkan Yifan dengan Yixing. Untung saja orang tersebut mau menikahkan pasangan sesama jenis. Kalo tidak, bisa-bisa ia kehilangan lehernya karena Yifan pasti akan menggorok leher siapapun yang merusak acaranya ini.

Baru saja ia kan menghubungi Jongdae untuk menanyakan persiapan kedua mempelai pengantin. Tapi tangannya sudah ditarik paksa oleh seseorang.

"YAH! APA YANG KAU LAKUKAN? SIAPA-" Chanyeol langsung menutup mulutnya saat melihat orang yang menyeretnya itu.

"Baekhyun! Apa yang...AWWWW PUNGGUNGKU!" Chanyeol bisa merasakan punggungnya mencium manis dinding yang ada di belakangnya ini. Ia tidak mungkin marah pada lelaki di hadapannya ini. Meski Baekhyun membunuhnya, ia tidak akan memarahinya. Tentu saja, nyawanya saja sudah dicabut lebih dulu oleh Baekhyun. Bagaimana ia bisa memarahinya.

Indra keenam Chanyeol bisa merasakan ada empat pasang mata yang menatapnya tajam. Seakan ia adalah playboy gadungan yang tertangkap basah sedang bercumbu dengan anak presiden. Bagaimanapun juga, ia sudah menghabiskan hidupnya separuh lebih bersama empat lelaki yang ada di hadapannya ini. Jadi ia sudah sangat hafal setiap sifat para membernya.

Tao yang akan memukulkan tongkat wushunya pada siapapun secara tidak sadar jika ia terlalu kesal.

Junmyeon yang akan mengucapkan kata-kata dengan nada terlalu tenang tapi sangat pedas jika kesabarannya sudah di ujung batas.

Jongdae yang bisa membunuh dengan suaranya yang terlampau jauh di atas rata-rata.

Baekhyun yang bisa melempar sepatunya saat berada di depan presiden jika ia rasa perlu. Dan masalahnya perasaan Baekhyun sedang rusak karena baru saja putus dengan kekasihnya.

"Aku kira kalian belum datang. Baru saja aku mau menghubungi Jongdae. Yifan-hyung dan Yixing-hyung mana? Bukankah seharusnya kalian berangkat bersama mereka?" Chanyeol tersenyum lebar. Melupakan rasa ngilu yang membakar punggungnya. Baekhyun sangat kuat. Ia bahkan bisa menggendong Kyungsoo dari lantai satu ke lantai dua dorm. Jadi tidak menutup kemungkinan ia bisa meremukkan tulang punggungnya.

Chanyeol menjulurkan leher panjangnya, menolehkan kepalanya ke segala arah. Mencari keberadaan dua lelaki yang seharusnya akan menjadi sepasang suami-suami itu.

"Kau mau darimana dulu? Dari atas atau bawah? Dengan tangan atau gigi?" Suara Baekhyun berdengung keras di telinga Chanyeol. Bayangan Baekhyun yang memulai dari atas dengan giginya, sedangkan tangannya berada di rambut Chanyeol. Atau bayangan Baekhyun berada di bawah dengan gigi dan tangannya yang bekerjasama dalam satu bagian benar-benar membuat tubuh Chanyeol terasa panas.

"Kenapa bahasamu terdengar sangat ambigu? Sebenarnya kau ingin menguliti Chanyeol atau bercumbu dengannya?" Suara Jongdae hanya dibalasi tatapan tajam oleh Baekhyun. Sedangkan telinga Chanyeol bisa merekam kata 'menguliti' dengan sangat baik.

"Huh? Menguliti?" Chanyeol hanya bisa menatap tak percaya lelaki di hadapannya ini.

"Iya. Makanya kami bertanya, kau mau dikuliti darimana dulu?" Suara Jongdae terdengar sangat ringan. Tidak mempedulikan bahwa apa yang akan ia lakukan bisa membuatnya menginap di kantor polisi.

"Junmyeon-hyung..." Suara Chanyeol sangat lirih. Wajahnya dibuat semelas mungkin, membuat Jongdae yang melihatnya ingin muntah.

Chanyeol masih tidak percaya ucapan Jongdae. Jongdae dan Baekhyun itu adalah orang yang nekat. Mereka tidak memikirkan kapan dan dimana mereka berada untuk melakukan kegilaannya. Dan orang yang paling waras di ruangan ini hanya Junmyeon. Mengingat tidak ada harapan agar Tao membelanya.

Junmyeon mendesah pelan. Bagaimanapun juga ia bukan lagi leader EXO. Jadi tidak ada tanggung jawab lagi untuk mengurus para lelaki yang hampir membuatnya mati karena darah tinggi di setiap detiknya. Tapi kenapa mereka masih saja bergantung padanya?

"Waktu itu kau disuruh Yifan untuk memesan tempat dimana?" Junmyeon berusaha sabar. Ia menyimpan energinya. Berjaga-jaga jika akan ada kejutan lagi.

"Hotel Park... Park... Park..." Chanyeol berusaha mengingat nama hotel tempat ia dan teman-temannya berada sekarang.

"Yang jelas bukan Park Chanyeol!" Ucapan Jongdae benar-benar tidak membantu.

"Kau tahu, hyung? Kita salah memesan tempat. Seharusnya kita memesan di Haesindang Park. Bukan di Hotel Park Hyatt." Ucapan Tao hanya bisa membuat mulut Chanyeol membuka lebar. Ia tidak mengira Tao bisa membuat detak jantungnya hampir berhenti.

"Dan sekarang Yifan dan Yixing juga menghilang." Junmyeon menyandarkan tubuhnya ke dinding di belakangnya. Tidak mempedulikan mata Chanyeol yang hampir keluar.

"Apa maksudmu Junmyeon?" Suara Minseok menggema memenuhi ruangan. Ia berjalan masuk dengan Luhan di sampingnya. Langkahnya terburu-buru. Ekspresi wajahnya langsung berubah saat mendengar ucapan Junmyeon.

"Yifan dan Yixing tiba-tiba menghilang. Kami sudah mencarinya, tapi kami tak menemukan sehelaipun rambut blondenya. Dan sepertinya mereka melarikan diri." Junmyeon mengangkat bahunya. Seolah menyerah dengan semua hal yang terjadi di hadapannya ini.

"Bagaimana bisa? Kenapa mereka melarikan diri?" Suara yang sangat Junmyeon kenal itu menyapa indra pendengarannya. Membuat ia memandang tepat ke arah pintu masuk. Tidak. Ia tidak memandang pada tiga lelaki yang tengah berdiri di ambang pintu. Tapi ia hanya memandang tepat pada lelaki yang berada di antara dua maknaenya.

Junmyeon sudah lama sekali tidak mendengar suara selembut sutra itu-menurut Junmyeon. Terakhir kali ia bisa menikmati suara itu adalah dua bulan lalu. Saat merayakan ulang tahun Tao. Bahkan saat di hari ulang tahunnya ia juga tidak bisa mendapatkan hadiah yang menurutnya sangat spesial itu.

Mata Junmyeon tepat menatap mata Kyungsoo yang juga tengah menatapnya. Terlihat sekali Kyungsoo juga terkejut mendapati Junmyeon menjadi salah satu orang yang berada dalam ruangan itu. 'Tidak diharapkan' batin Junmyeon.

"Aku sendiri juga tidak tahu. Waktu ku tinggal mereka masih ada. Tapi waktu aku kembali mereka sudah lenyap." Kicauan Baekhyun menyadarkan Junmyeon bahwa Kyungsoo sekarang sudah berdiri beberapa meter di sampingnya. Tepatnya di samping Jongdae.

"Lalu apa yang akan kita lakukan dengan acara ini? Pernikahan ini tidak mungkin berjalan tanpa adanya pengantin." Minseok menghembuskan nafas besar. Sepertinya ia sangat tersiksa meski ia baru mengetahui masalah ini. Menjadi paling tua mungkin membuat ia lebih bertanggung jawab.

"Sebaiknya aku berbicara dengan orang yang akan menikahkan mereka. Mungkin dia bisa memberi jalan keluar." Junmyeon sadar ia hanya berdalih. Ia tidak akan membiarkan dirinya berada di ruangan ini terlalu lama. Tidak. Tidak saat ia benar-benar ingin berlari ke arah lelaki bermata bulat itu dan menciumnya coret, memeluknya hingga kehabisan nafas. Mengatakan betapa ia merindukan lelaki berpipi gembil itu. Mengenyahkan segala masalah yang berhubungan denga pernikahan Yifan.

"Ide bagus, hyung. Sebaiknya kau cepat bertanya. Aku yakin dia pasti pernah menangani masalah sepeti ini." Junmyeon segera pergi. Ia hanya melemparkan senyum pada teman-temannya. Berusaha mengontrol diri agar tidak melompat ke arah Kyungsoo saat mendapat tatapan datar darinya.

Kyungsoo hanya diam. Ia tahu Junmyeon sedang beralibi. Jadi lelaki bermarga Kim itu benar-benar berusaha menjauhinya. Setidaknya itulah pikiran Kyungsoo.

Kim Junmyeon sangat tidak pandai berbohong. Dan Kyungsoo terlalu tahu itu. Meski beberapa tahun terakhir mereka sudah tidak tinggal bersama lagi. Tapi Kyungsoo masih sangat ingat bagaimana kerutan di dahi Junmyeon muncul, matanya yang agak menyipit, serta jempolnya dan jari kelingkingnya yang ia gesek-gesekkan setiap ia sedang berbohong.

"Sebaiknya aku menyelesaikan urusan konsumsi dulu. Aku belum mengecek bagian minuman. Aku yakin mereka pasti membanjiri setiap gelas dengan Latte." Kyungsoo langsung berlalu pergi tanpa menghiraukan tatapan aneh dan jawaban dari teman-temannya.

"Mereka aneh sekali. Perasaan tadi baik-baik saja. Tapi kenapa tiba-tiba mereka berlomba keluar. Apa ruangan ini akan segera meledak?" Jongdae hanya tersenyum saat mendapat tatapan dari Luhan yang seolah mengatakan 'tutup mulutmu atau kau mau ku bunuh!'

"OH! AKU PUNYA IDE!" Sebuah pukulan telak mendarat manis di kepala Chanyeol. Ia hanya meringis dan mengusap kepala imutnya-menurut Chanyeol.

"BISAKAH KAU MENGONTROL SUARAMU ITU! KAU BISA MEROBOHKAN BANGUNAN INI! !" Chanyeol hanya tersenyum lebar. Memperlihatkan deretan giginya yang berlebih itu.

"KAU PIKIR KAU BISA MENGONTROL SUARAMU, BYUN!"

"KAU JUGA TIDAK BISA MENGONTROL SUARAMU, KIM!" Suara Luhan yang sangat tegas membuat Jongdae menunjukkan dua jarinya membentuk tanda V ke arah Luhan. Sepertinya ia terlalu banyak berurusan dengan hyungnya yang satu itu.

"Sudahlah! Kenapa gege malah bertengkar? Sekarang apa yang harus kita lakukan? Masalah ini tidak mungkin selesai jika kita hanya diam disini." Tao sukses membuat ketujuh lelaki yang ada di sekelilingnya menatapnya dengan mulut menganga.

Sejak kapan anak panda itu dirasuki setan? Tumben sekali ia bisa menjadi dewasa. Biasanya saja ia tidak peduli pada apapun. Yang ada di kepalanya hanya panda-Gucci-makan-panda-Gucci-makan-panda-Gucci-makan dan kembali berputar lagi.

"Ucapan Tao benar. Kita harus melakukan sesuatu. Apalagi para orang tua juga belum tahu acara apa sebenarnya ini." Minseok mengambil tempat duduk kosong yang ada di ruangan itu. Ia perlu istirahat. Ia merasa umurnya semakin bertambah tua, tapi kenapa masalahnya tidak habis-habis dan malah semakin bertambah.

"Maksud hyung, para orang tua belum tahu jika ini adalah acara pernikahan Yifan dan Yixing. Berarti mereka berdua tidak meminta restu orang tua mereka?" Jongdae yang memang terlalu penasaran pada apapun langsung berjongkok di hadapan Minseok.

"Aku rasa mereka sudah meminta restu. Mungkin mereka ingin membuat sebuah kejutan. Dan sekarang mereka berhasil memberi kita kejutan yang sangat hebat!" Luhan ingat Yixing pernah bercerita bahwa orang tuanya dan orang tua Yifan sudah menyetujui pernikahannya dengan Yifan.

"Tenang saja. Lagipula aku juga belum memberi tahu mereka bahwa ini acara pernikahan Yifan dengan Yixing. Aku hanya memberi tahu mereka bahwa ini pernikahan leader EXO." Ucapan santai Minseok malah membuat yang lain menatapanya heran.

"Kalau begitu nikahkan saja Junmyeon-hyung." Nada datar yang dikeluarkan sang maknae sangat sesuai dengan wajahnya. Ia tidak mempedulikan tujuh pasang mata yang hampir keluar dari tempatnya.

.

.

.

***TBC***

Oke, sebelumnya maafkan Ben yang sudah lama tidak muncul. Terimakasih untuk para reader yang berkenan membaca fic yang tiadak karuan ini. Fic ini sebenarnya sudah selesai dan terlalu lama berada di dalam laptop saya, sejak Luhan dan Tao masih aktif di EXO dulu. Karena saya pikir fic ini terlalu panjang, jadi saya memutuskan untuk membaginya menjadi dua atau tiga chapter. Saya juga ingin mengetahui bagaimana kesan para reader terhadap fic ini agar saya bisa memperbaiki beberapa kesalahan di chaper selanjutnya. Saya tidak akan banyak bicara karena saya juga bingung akan bicara tentang apa, jadi menurut kalian bagaimana?