Warning : AU, gaje, OOC, Typo yang menular.

RnR ^^

shingeki no kyojin (c) hajime isayama

Murid murid SMP rose ternyata tidak se elit SMPnya.

"Kau ingin aku melakukan apa?"

"heh? Tung- tapi,"

"Bagaimana jika aku mencium bibir mu, Petra?"

"Ta-tapi, Levi-kun, aku- hmmpp"

Lagi lagi Mikasa mendengar obrolan menjijikan yang disebabkan oleh teman sekelasnya, Levi. Dia sedang berada di wc perempuan yang ada di sekolahnya. Mikasa sering heran bagaimana seorang laki laki dapat lolos masuk begitu saja kedalam kamar kecil perempuan. Walaupun Levi itu adalah orang populer, bukankah berlebihan untuk membiarkannya atau 'mengundangnya' masuk kedalam tempat yang terlarang bagi kaum laki laki?

Setelah mencuci tangannya di wastafel, Mikasa begegas meninggalkan lokasi tempat terjadinya perbuatan nista yang dapat membuatnya claustrophobia.

Mikasa segera kembali ke kelas karena bel pertanda pelajaran akan dimulai sudah berdering. Mikasa memasuki kelasnya yang berpopulasi 97,5 % murid perempuan dan 2,5% murid laki laki dari 40 orang siswa. Yah, itu berarti hanya ada 1 orang murid laki laki didalam kelas Mikasa. Orang itu adalah si pendek mesum brengsek yang suka mencicipi rasa bibir para perempuan yang ada di kelas satu persatu, siapa lagi kalau bukan Levi. Mikasa sering berpikir, mengapa hanya kelasnya yang miskin akan murid laki laki.

Setelah Mikasa duduk di bangkunya, pria hasil dari pembonsaian yang nampak sok seksi dengan dua buah kancing atas terbuka, membuka pintu kelas dengan gerakan eksotis seraya menjilat bibir atasnya. Hal itu mengundang sejumlah teriakan dari kaum perempuan buta yang ada di kelas Mikasa. Teriakan menjijikan yang bisa membuat telinga mengalami kerusakan pun berlanjut untuk beberapa saat. Mungkin hanya Mikasa yang masih mampu untuk mempertahankan harga dirinya sebagai perempuan yang tidak murahan.

Levi melangkah kearah bangkunya yang terletak dibelakang Mikasa. Levi meniup telinga Mikasa dari belakang sebelum ia tepat mendaratkan bokongnya diatas kursi. Seperti biasa, Mikasa hanya menaikan alisnya 1mm tanpa perlu menghapus wajah dingin dan datar miliknya.

Tak lama kemudan, bu Hanji yang merupakan guru matematika memasuki kelas dengan wajah nyentriknya.

"baiklah, langsng saja ibu mulai pelajaran hari ini. Oh, ibu lupa memberi kalian tugas. Ibu minta agar kalian membentuk kelompok yang terdiri 2 sampai 3 orang untuk membuat 80 soal matematika tentang kesebangunan dan perpangkatan tak sebenarnya. Kelompoknya akan ibu bacakan."

Bu Hanji mengeluarkan secarik kertas dari sakunya.

"ehm! Baiklah, mulai dari kelompok 1, Annie leonhardt dan Petra ral."

Mikasa tidak perduli dengan nama nama yang disebutkan oleh wanita kuncir kuda tersebut. Dia hanya ingin pulang dan menguras air yang ada di sumur (?).

"kelompok 2, ymir, Hannah, dan cristha lenz."

Mikasa semakin mengantuk.

"kelompok 3, mina Carolina dan shasa braus."

Mikasa sukses tertidur di bangkunya.

"kelompok 4, Mikasa ackerman dan Levi."

Mikasa mengangkat kepalanya secara tiba tiba. Sebenarnya hal itu dapat menyebabkan patah leher. Berhubung daya tahan dan kekuatan Mikasa melampaui batas manusia biasa, dia masih sehat,segar,bugar,bahagia.

Mikasa merasakan aura tidak sedap yang dikeluarkan oleh jiwa teman teman sekelasnya. Mereka sepertinya tengah terbakar api cemburu lantaran Levi ditakdirkan untuk satu kelompok dengan wanita tercantik sekaligus terpendiam di kelas.

Mikasa hanya berdecak kesal saat mendengar Levi bersorak senang dibelakangnya. Sepertinya Levi memang berniat membuat hati setiap gadis yang ada di kelasnya terkuras. Sialnya, yang menjadi objek kecemburuan adalah Mikasa. Tentu hal itu membuat perempuan berwajah keasia-asiaan itu repot.

Sepulang sekolah...

"Mi-ka-saaa!"

Mikasa merasakan orang yang memanggilnya tadi memeluk dari belakang. Gadis itu segera menendang kaki orang yang memeluknya dan segera berbalik untuk melihat pelakunya.

oh,

ohh,

oh si bonsai ternyata.

Levi yang terjatuh lantaran terkena tendangan maut Mikasa segera berdiri dan membersihkan pakaiannya. Levi memamerkan satu jari telunjuknya ke depan wajah Mikasa lalu menggoyang goyangkannya.

"Ck ck ck Mikasa, kau tidak boleh seperti itu. Jika kau menendangku, aku tidak bisa menciu-

DUAAKK

Mikasa menendang Levi sampai terjatuh lagi sebelum lelaki bonsai tersebut menyelesaikan perkataannya. Mikasa hanya berair wajah datar dan segera pergi meninggalkan lelaki malang yang tergolek mengenaskan di depan kelasnya.

Levi segera bangkit dan mengejar Mikasa.

"o-oy Mikasa! Tunggu! Bagaimana dengan kelompok kita? Kau mau nilaimu kosong heh?"

Mikasa terdiam setelah mendengar ucapan Levi. Dia membalik tubuhnya dan memperhatikan Levi yang ngos-ngosan dan sedikit berantakan.

"Mikasa, hari ini kita akan mengerjakannya bersama. Di ru-mah-ku. Mengerti?"

Mikasa masih terdiam mendengar pernyataan tersebut dengan wajah yang masih datar seperti piring. Gadis itu menghela nafas panjang lalu berjalan mendekati Levi.

"Baiklah, dimana rumahmu? Semakin cepat selesai, semakin bagus."

"Oke Mikasa, ikut aku. Rumahku didekat sini."

Levi menarik lengan Mikasa dengan riang. Setelah 10 menit kemudian, mereka sampai disebuah rumah besar dan mewah. Levi membuka pintu dan mempersilahkan Mikasa untuk masuk. Mikasa agak terkejut melihat barang barang mahal terpampang didalam rumah si kecil Levi. Tetapi ada yang menjanggal di pikiran Mikasa.

'Lebih baik ibunya membeli alat alat peninggi badan atau semacamnya untuk 'tanaman bonsai' tercintanya dari pada membeli barang mahal untuk pajangan.'

Levi membuka pintu kamarnya. Sangat bersih dan rapi. Sangat luas dan mewah, Sangat.

Mikasa memasuki kamar Levi dengan ragu ragu. Levi mempersiapkan meja untuk belajar.

"Silahkan duduk disini Mikasa."

Levi menunjuk sebuah sofa berwarna biru tua. Mikasa segera duduk ditempat yang disediakan Levi.

"Mikasa, apa kau mau minum teh?"

Mikasa menggeleng.

"Tidak, aku tidak suka teh."

Levi tersenyum licik.

"Aku juga. Aku lebih suka meminum dirimu dari pada minum teh."

-TBC-

Review nya tolong yah ^^