Azure disini. Fuhhh... banyak fic yang harus Azure tamatin tapi semangat gax luntur malah lagi semanag2nya nulis sampai jari merah2 sakit. Tapi inilah hasil semanga Azure, BM SEQUEL muncul! Semoga readers BM masih menanti fic ini dan menyempatkan baca. Oke, selmata membaca dan REVIEW jangan lupa. Soalnya review itu semangat Azure.
permatadian : Dian-chan. BM sequel dah muncul. jangan lupa review dan cerita Dian-chan lagi di proses kok sama Azure. tenang ja.
Virgo Shaka Mia: ahha~ Azure lagi seneng2nya dengan cliff hanger. soal y mendebarkan gimana gitu. wah, suka bahasa gaul Azure? padahal bahasa sms Azure pas-pasan loh. ahah~ jangan lupa review.
durarawr: Hei! reader tercintaku! makasih atas review2 y yg rutin. aku udah persembahkan new story buatmu, KyPD. moga suka. Tapi karena BM banyak yang mau sequel jadi Azure harus bikin.
Guest; Kelanjutannya udh muncul. Jangan lupa review.
Blu Kira;makasih udah fav cerita ini. Jangan lupa review.
WIPED THE PAST [Bloody Momento SEQUEL]
Chapter one: Tekad Kuat
Dua anak kecil berpakaian bebas berjalan bersama dipinggir trotoar, dari tinggi badan mereka sepertinya mereka masih menduduki bangku sekolah dasar. Mereka tersenyum gilang dan tertawa-tawa bersama. Mereka berdua sama-sama memasukan satu tangan disaku celana pendek mereka, menggenggam sesuatu didalam sana, uang kertas. Mereka saling memandang satu sama lain, menyeringai girang. Kelihatannya kedua anak itu terlihat biasa-biasa saja, hendak bermain diluar rumah. Tapi tahukan bahwa keadaan dan tindakan mereka berdua adalah sesuatu yang tidak pantas? Mereka berdua berjalan melewati sebuah toko, toko itu mempunyai jendela kaca yang transparan, jam dinding disana menunjukkan angka setengah sembilan. Jika melihat keluar sana, kedua anak sekolah dasar itu dipayungi oleh langit-langit yang gelap dengan beberapa cahaya kecil, menandakan saat ini adalah malam. Jadi sekarang adalah jam setengah sembilan malam. Anak kecil tidak seharusnya keluar leluasa diwaktu malam, tanpa orang dewasa, bahkan bukan dihari libur. Kedua anak kecil itu pembangkang!
"Wah, tidak sabar rasanya ingin ke Warnet. Hari ini aku akan mengalahkanmu di game action!" salah satu bocah memulai percakapan, nadanya antusias dan tidak sabaran.
"Lihat aja nanti!" bocah yang diajak bicara menerima tantangan temannya. "Ngomong-ngomong apa alasanmu sampai diperbolehkan oleh orangtuamu untuk keluar malam ini? Bukankah besok masih sekolah? Biasanya jika bukan hari libur kau dilarang mau malam."
"Haha! Aku menipu mereka dengan bilang mau nginep dirumah teman untuk mengerjakan tugas kelompok!" bocah yang pertama bicara membalas pertanyaan temannya dengan bangga, seakan dia jenius yang memecahkan teka-teki rumit.
"Hahaha! Dasar tukang bohong! Padahal kamu ke warnet buat main game denganku. Ngomong-ngomong darimana kamu dapet uangnya, warnet yang kita tuju itu mahal, loh."
"Aku ambil dari dompet ibuku."
"Ambil? Mencuri kali!"
"Siapa yang peduli, sama saja. Yang penting aku bisa main game dan senang-senang malam ini."
"Ahahaa! Oke aja! Aku juga sebenarnya dapet dari bayaran sekolah, aku ambil sedikit-sedikit uangnya."
"Wah, kamu sama saja bejadnya denganku!"
"Yoi, enggak apa kali. Yang penting bisa main game!"
"Yes!"
Teknologi, itu adalah penemuan mukhtahir dizaman mdern ini. Penemuan ajaib yang dipergunakan untuk membantu kelangsungan hidup manusia, memecahkan masalah manusia dan meringankan beban yang ditanggung manusia. Ya, teknologi diciptakan untuk itu, seharusnya dipakai untuk sesuatu yang berguna. Tapi justru kedua anak ini menyalah gunakan teknologi itu. Walaupun hanya game, tapi teknologi itu bisa digunakan untuk menghibur manusia, sedikit mengalihkan manusia dari masalah-masalah mereka, mengkreatifkan diri. Tapi kedua anak ini benar-benar mencoreng kegunaan akan teknologi game, bahkan diumur mereka yang masih kecil. Mereka menipu orang tua mereka, mereka mencuri, mereka melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya diumur mereka yang seharusnya berhati murni. Anak sekecil itu sudah mempunyai pikiran dan tindakan yang kotor!
Kedua anak kecil itu berbincang-bincang seru, mereka bahagia, mereka menikmati apa yang mereka lakukan tanpa peduli kalau yang mereka lakukan adalah salah. Mereka asyik akan hiburan mereka nanti. Tanpa mereka mengetahui sesuatu, bahwa dunia ini diciptakan dengan dua sisi seperti koin logam. Atas dan bawah, kebahagiaan dan kesedihan. Mungkin mereka saat ini senang, mungkin mereka nanti akan bahagia memainkan game di warnet, mungkin mereka akan puas dan berfoya-foya. Mungkin mereka melupakan sesuatu bahkan karma itu ada. Lihat! Ada seseorang dibelakang dua bocah itu. Orang itu berpakaian tertutup dengan jaket panjang berwarna gelap yang berhoodie, menutupi wajah dan jenis kelaminnya. Kedua bocah itu tidak tahu, orang dibelakangnya mengikuti mereka sejak mereka berjalan ditrotoar ini. Mereka tidak tahu, bahwa orang itu mendengar semua percakapan buruk mereka. Mereka tidak tahu, bahwa orang itu menyeringai kelam dibalik tudung jaketnya.
Tidak ada yang tahu, bahwa stalker itu menggenggang erat belati yang disembunyikan oleh lengan panjang jaketnya. Sangat erat, tidak sabaran untuk digunakan.
Aku hanya ingin keadilan.
Kau hanya ingin balas dendam pada orang-orang yang menyiksamu!
Tindakan yang kulakukan adalah kebajikan.
Tapi yang kau lakukan sama dengan mereka bahkan lebih kejam!
Aku ya.. aku.
Kau bukan apa-apa selain pembunuh!
….
Diamlah, sekarang terima konsekuensi atas apa yang kau perbuat!
….aku menyesal.
Apakah sudah terlambat untuk bertobat?
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhh!" geraman frustasi keluar dari tenggorokan Uzumaki Naruto. Dia frustasi akan kerja kerasnya yang dirasa kurang cukup. Padahal dia sudah lebih dari cukup membuat kekacauan, lihat saja ruangan training elit dikediaman Uzumaki menjadi porak poranda seperti kapal pecah. Ruangan training Uzumaki yang luas dan serba ada ini penuh akan kekacauan, semua peralatan latihan rusak dan berserakan, mulai dari peralatan ringan sampai yang mematikan seperti pisau-pisau terbang, api perangkap, balok-balok kayu berduri dan sebagainya. Tubuh sipemudapun sudah bab ak belur terlukiskan segala jenis luka fisik dan penuh keringat, kelihatan jelas sekali apalagi saat ini ia hanya bertelanjang dada. Sudah beberapa hari ini yang Naruto lakukan hanyalah berlatih dan berlatih, mengasah tubuhnya untuk menjadi kuat. Setelah kejadian gadis yang dicintainya telah diambil alih KageBunshin, setiba dirumah dan menyembuhkan luka-luka yang diberikan Hinata ia terus mengurung diri diruang latihan untuk berlatih. Tanpa makan, minum dan istirahat, latihan sudah menjadi kepentingan baginya seperti bernafas. Dirasa oleh akal sehat ini adalah hal mustahil, apalagi sudah hampir satu bulan ia melakukan kegiatan ini. Tapi tidak mustahil bagi Naruto, karena ia memiliki sesuatu yang tidak masuk akal mendiami tubuhnya, KageBunshin Kyuubi. KageBunshin adalah sebuat niat jahat yang merasuki seseorang berhati hitam, kelebihannya adalah KageBunshin bisa memberi kekuatan pada wadah yang dirasukinya dengan sesuatu yang melebihi batas akal sehat manusia. Dan sekarang tanpa Naruto sadari Kyuubi telah memakai kekuatannya untuk mempertebal fungsi imun dibadannya sehingga ia bisa bertahan dengan perut kosong, masih mempunyai stamina walaupun menforsir kekuatan fisiknya dan ketebalan sistem pertahanan agar tidak mudah terserang penyakit.
"Hahh..hahh.. hahh.." Naruto menarik nafas cepat, akibat berteriak dengan tubuhnya yang kelelahan itu ia kesulitan akan pasokan udara. Apalagi ia terus-menerus mengurung diri diruangan dan itu menyebabkannya kekurangan oksigen. Walaupun Kyuubi memberinya kekuatan untuk bertahan tapi yang diberikan hanyalah dalam pasokan yang kecil, hal itu menyulitkan Naruto karena tubuhnya mulai terasa melemah dan tidak sanggup berdiri tegak. Ia mencoba berdiri tapi gagal, kakinya terpeleset peluru-peluru sehabis pakai yang berserakan disekitar kakinya, badannya hendak jatuh tapi Naruto bisa mempertahankannya dengan menyenderkan punggung didinding sebagai tumpuan, kedua tangan tergeletak lemas dikedua belah paha dan kepalanya tertunduk kebawah. Mata safir miliknya menatap pemandangan yang bisa ia tatap diposisi itu, kedua kakinya dan beberapa peluru dan pistol-pistol berdesai berbeda dengan moncong berasap sehabis dipakainya. Melihatnya membuat darah naik ke kepala, ia menggertakan gigi keras dan menendang sebuah pistol dengan kesal.
"Arrrrghhhhhhhhhhh!" Naruto kembali berteriak, ia semakin frustasi, ia merasa tidak puas akan latihan yang ia jalani ini. Belum, ia masih merasa lemah. "Ini tidak cukup! Ini tidak berguna! Belum! Aku belum kuat dan hal ini tidak diperbolehkan! Aku harus kuat untuk mengalahkan KageBunshin Hinata dalam adu fisik untuk menyelamatkannya!" ia mencurahkan masalah-masalahnya dengan emosi tidak stabil. Ia menatap kedua tangannya, merasa sebagai itu adalah sumber tenaganya. Kedua tangan ini tidak melakukan apa-apa, ia geram akan kelemahannya, ia malu atas dirinya. Dipertarungan-pertarungan sebelumnya dengan Hinata, ia selalu kalah, baik saat Hinata menggunakan KageBunshin ataupun tidak. "Kenapa aku selemah ini? Aku bahkan tidak bisa mengalahkan Hinata walaupun ia tidak memakai KageBunshin. Padahal aku selalu bangga atas kekuatanku, tapi hal itu hanyalah ikan teri jika dibandingan dengan kekuatan Hinata?! Betulkah?! Arghhhhhhhh!"
Naruto dengan jelas hari itu, dihari saat ia jatuh cinta, ia mengakui kekuatan wanita-nya, ia kalah lagi olehnya dan disaat itu pula ia kehilangannya. Hinata! Cinta pertamanya. Hari yang berkecamuk itu selalu terbayang diingatannya, tidak pernah sekalipun ia lupa.
Kata-kata memelasnya…
Wajah sedihnya..
Air matanya yang hampir jatuh…
"Masih ada yang harus kulakukan." Kata-kata terakhir dari Hinata adalah niatan yang tidak tercapai.
Dia sudah tidak mempunyai peluang lagi.
Semua sudah terlambat baginya.
…bagi Hinata.
Betulkah? Naruto bertanya-tanya akan hal itu. Ada perasaan ragu tapi ia memaksakan diri untuk tidak mempercayainya. "Tidak! PASTI masih ada peluang untuk menyelamatkannya." Tidak peduli apakah ia yang disebut 'denial' ataupun apa, ia masih mempercayai akan kesempatan, keajaiban atau sesuatu yang bermakna sama seperti itu. "Aku yakin aku bisa menyelamatkannya dari KageBunshin." Naruto menatap sekeliling, matanya berputar-putar mengamati ruangan latihan. Ia mengepalkan tangannya semangat. "Benar! Untuk itulah latihan ini diperlukan, aku akan mengasah kemampuanku untuk berjaga-jaga saat aku akan menghadang Akuma. Kali ini aku harus menang, apapun caranya."
Apakah aku harus memakai kekuatan Kyuubi? Naruto berpikir dan langsung menggeleng cepat.
"Tidak, kali ini aku akan menggunakan kekuatanku sendiri. Jika kemampuan KageBunshin adalah membuka kekuatan manusia menjadi seratus persen maka akan kubuka kekuatan itu dengan kemampuanku secara murni." Naruto bertekad. Bibirnya membentuk senyuman penuh antusias. Ia menegakkan badannya yang lesu dan berlari kembali kearah arena latihan.
Naruto boleh saja berteriak-teriak diruangan latihat elit karena ruangan itu kedap suara tapi bukan berarti tidak ada yang mendengar suaranya juga melihat tindakannya. Diruangan pengawas ketiga keluarganya melihat aksi yang dilakukannya melalui layar CCTV, kamera pengintai selalu dipasang diruangan latihan sehingga beberapa layar televisi bisa merekam situasi disana. Kedua Uzumaki dan satu Namikaze memperhatikan pewaris pertama dari yakuza Uzumaki dimasa depan, Naruto sedang berlatih tanpa lelah, bukannya menurun tapi latihannya semakin lama semakin keras dan mematikan. Sorot mata Narutopun terkesan penuh tekad yang membara. Naruto terus berlatih, ia hanya istirahat sebentar untuk berpikir kemudian ia melanjutkan latihannya tanpa kenal lelah. Itu yang yang selalu ia lakukan beberapa hari ini.
Hari ini ketiga keluarga melihat Naruto menyenderkan tubuhnya kedinding, ketiga keluaranya menyaksa Naruto akhirnya telah mencapai batasnya. Ada perasaan khawatir juga lega melanda benak mereka, khawatir dengan kondisi Naruto dan lega karena mereka berfikir Naruto akan keluar dari ruangan latihan untuk beristirahat. Dikamera Naruto terlihat terdiam, wajahnya berkerut dan bermunculan beberapa ekpresi. Pewaris pertama yakuza Uzumaki itu sedang berpikir. Ia mendumel sesuatu, antara pro dan kontra. Naruto sedang bergulat dengan pikirannya sendiri.
"Ini tidak cukup! Ini tidak berguna! Belum! Aku belum kuat dan hal ini tidak diperbolehkan! Aku harus kuat untuk mengalahkan KageBunshin Hinata dalam adu fisik untuk menyelamatkannya!"
"Kenapa aku selemah ini? Aku bahkan tidak bisa mengalahkan Hinata walaupun ia tidak memakai KageBunshin. Padahal aku selalu bangga atas kekuatanku, tapi hal itu hanyalah ikan teri jika dibandingan dengan kekuatan Hinata?!"
"Tidak! PASTI masih ada peluang untuk menyelamatkannya."
"Benar! Untuk itulah latihan ini diperlukan, aku akan mengasah kemampuanku untuk berjaga-jaga saat aku akan menghadang Akuma. Kali ini aku harus menang, apapun caranya."
"Tidak, kali ini aku akan menggunakan kekuatanku sendiri. Jika kemampuan KageBunshin adalah membuka kekuatan manusia menjadi seratus persen maka akan kubuka kekuatan itu dengan kemampuanku secara murni."
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, mereka melihat Naruto yang kembali berlatih dan semakin bersemangat. Matanya terpancar kilauan cahaya penuh tekad yang memukau, membuat gejolak takjub pada keluarganya.
Naruto… sibodoh ini serius akan Hinata. Baru kali ini aku melihat dirinya yang seperti ini selama tujuh belas tahun aku hidup bersamanya. Menma merasa terpukau dengan sikap kakak kembarnya, ia tidak pernah melihat kakaknya serius seperti ini kala ia selalu santai karena selalu mendapatkan sesuatu dengan mudah. Tidak ada yang perlu diperjuangkan, mereka tinggal meminta dan akhirnya akan didapat. Tapi ia heran kenapa kerja keras kakanya harus terarah kepada Hinata.
Menma ingat kejadian dihari itu, saat Hinata terkontrol oleh Akuma. Perempuan itu tertawa riang tapi masih terkesan creepy. Dengan santai ia melewati kami dan pergi dari villa. Sejak itu ia tidak lagi ditemukan.
Kenapa? Kenapa harus Hinata, Naruto? Bukankah perempuan itu sudah menyakiti keluarga ini dan bermuka dua? Serigala berbulu domba yang pura-pura lemah padahal sebenarnya adalah serial killer yang sadis. Kenapa, Naruto? Kita kembar genetik, biasanya aku selalu memahamimu tapi kali ini aku tidak bisa. Aku pernah menyukai Hinata tapi aku memutuskan rasa cinta itu karena Hinata adalah ancaman sekarang, tapi kenapa kau tetap mempertahankan perasanmu padanya? Bahkan lebih, sampai melakukan perbuatan ini. Apa yang ada dari Hinata sehingga kau terus memperjuangkan cintamu? Menmabingung, ia tidak terima apa yang kakaknya lakukan hanya demi ancaman keluarganya alias Hinata. Menma mengepalkan kedua tangannya erat.
"Kenapa? Berhentilah, anak bodoh! Kau sudah kelelahan dan babak belur begitu! Narutoo! Dengarkan perkataan ibumu!" Kushina berteriak melalui speaker yang tersambung keruangan Naruto berada, menasehati anaknya untuk berhenti. Tapi percuma, Naruto telah mematikan suara speaker itu sehingga suara yang diucapkan Kushina tidak terdengar. "NARUTOOOO!" Kushina kembali berteriak, sekali lagi perkataannya tidak terdengar. Naruto terus berlatih giat tanpa gangguan.
Minato yang disebelah kiri Kushina maju dan mematikan speaker. Kushina melotot kepadanya dengan pandangan mengancam sementara Minato yang biasanya ketakutan hanya memandang istrinya santai. "Sudahlah Kushina, kau tahu bahwa ini percuma. Tidak ada yang bisa menghentikan anak kita juga ia menginginkan sesuatu, apalagi saat ini ia benar-benar serius. "
"Minato! Kamu bagimana sih, seharusnya kau memihakku untuk menghentikan Naruto!" Kushina tidak terima. Ia memprotes.
"Tapi bagaimana caranya? Ruangan itu sangat ketat akan pertahanan, tidak ada benda apapun selain peledak untuk menghancurkannya. Apa kita akan menggunakan granat dan meledakan pintunya? Naruto yang didalam bisa terluka." Minato membalasnya.
"Passwordnya! Hacker milik kita bisa memecahkannya, kan?" tidak mau kalah, Kushina mencari alasan lain.
"Sudah kubilang berkali-kali bahwa tidak ada yang bisa memecahkannya. Kau terlalu meremehkan kemampuan anak pertama kita." Minato lagi-lagi membalasnya.
"Uhh…" Kushina kehilangan alasan, ia kalah adu mulut dengan suaminya. Biasanya juga begitu, sih. Walaupun pria yang I nikahi ini terlihat santai dan lemah tapi Minato sangat kuat dan cerdas. Don't judge a someone by a cover, gitu deh.
"Tapi kalau dibiarkan begini Naruto bisa-bisa mati akibat memaksakan tubuhnya!" Kushina khawatir.
"Tenang saja, aku rasa ia tidak akan mati sebelum menolong perempuan yang ia cinta itu." Minato tersenyum senang.
Naruto berlatih keras demi orang yang ia cintai, biasanya ia selalu manja dan bergantung pada orang lain tapi sekarang ia mempunyai nyali untuk melakukannya dengan kekuatan sendiri. Anak itu sudah berkembang. Dia memang anakku. Dan tentu saja dengan semangat Kushina juga! Batin Minato bangga.
"Minato! Seharusnya sebagai ayah kau-" Kushina hendak berdebat lagi tapi Minato menyela.
"Tenanglah, Kushina. Tidak ada yang perlu kita perbuat selain melihat apa yang anak kita lakukan. Narutopun akan menbenci kita jika kita mengganggunya. Sekali ia bertekad ia akan melakukannya dengan cara apapun tanpa kenal menyerah, itulah motto Uzumaki. Itu yang kau ajarkan padaku saat aku menikahimu, kan?" Minato memeluk kedua tanganya dengan pose bersidekap. Ia tersenyum lembut kearah istri dan anaknya.
Keduanya tertegun kagum kepada pemimpin Yakuza Uzumaki dihadapan mereka. Kata-kata Minato menyerap ke hati dan mempuat perasaan mereka terasa lega. Mereka percaya pada kata-katanya. Otomatis mereka menyetujui perkataan itu dan mencoba tenang. Pandangan mereka kembali menonton layar televisi, kembali kepada Naruto, mereka mulai menaruh harapan dan mendoakan semoga usahanya menolong Hinata sukses.
Kembali kepada Naruto.
Naruto menarik nafasnya dengan cepat, lagi. Kali ini ia tidak bisa mempertahankan rasa letih ditubuhnya, dengan otomatis ia merosot lemas dan terduduk dilantai. Kedua tangannya meremas erat wajahnya, menutupi penglihatannya secara jelas kecuali dari celah-celah jari. "Kurasa masih belum cukup, tapi apakah hanya dengan kekuatan fisik saja bisa membuat KageBunshin mengembalikan jiwa Hinata? Adakah cara untuk mengembalikan Hinata dari kendali KageBunshin?"
Naruto menutup matanya dan mencoba mencari tahu jawabannya kepada KageBunshinya melalui komunikasi batin.
Kyuubi, jawab aku! Bagaimana caranya untuk KageBunshin mengembalikan jiwa Hinata?
…..
Tidak ada jawaban, Naruto terus menanyakan hal yang sama tapi Kyuubi tetap tutup mulut. Hal itu membuat kekesalahnya memuncak lagi.
"Ck! KageBunshin tidak berguna!" ia memukulkan satu tangannya kelantai sebagai pelampiasan kekesalan karena Kyuubi tidak mau bekerja sama dengannya. Emosinya membuat kepekaan kulitnya tumpul sehingga ia tidak merasakan sakit lagi.
Siapa lagi yang harus kutanyakan tentang KageBunshin? Orang yang kutahu tentang KageBunshin cuma ketiga orang yang dirasuki juga, Sakura, Teme dan Gaara. Sakura pasti kurang tahu soalnya ia bahkan tidak menyadari ia dirasuki sebelum Gaara memberitahunya, Teme sepertinya mengetahui dua-tiga info tentang KageBunshin dan Gaara…
"Gaara!"
Aku ingat, Kyuubi pernah bercerita bahwa Gaara adalah wadah yang paling lama dirasuki KageBunshin dan ia bahkan bisa memberontak pada KageBunshinnya untuk mengambil alih tubuhnya secara total.
Pikiran ini membuat Naruto bersemangat dan sekejap tenaganya kembali sehingga ia bisa bangkit berdiri tegak. Kakinya langsung berlari antusias menuju pintu baja berlapis dan memecahkan beberapa kode yang dia buat sendiri untuk keamaan agar tidak ada seorangpun yang mengganggu latihannya, Minato sang ayah, Kushina sang ibu dan Menma adik kembarnya selalu mendatangi dirinya agar keluar, istirahat dan makan tapi itu justu kekhawatiran itu mengganggu baginya. Walaupun sebenarnya dia tahu maksud mereka baik. Maka dari itu Naruto memasang kode pada pintu masuk, sangat ampun karena tidak ada yang bisa memecahkannya dan bahkan pemecah kode terbaik dikediaman Uzumaki inipun tidak ada yang bisa meng-hacknya. Kode berhasil dimasukan dan pintu baja terbuka, Naruto melangkahkan kaki keluar ruangan latihan elit. Didepan pintu ia melihat sebuah nampan berisi piring berisi tiga onigiri dan segelas air putih, tanpa dikomando perutnya yang tidak lama diisi berbunyi keras seakan mendemo minta makan. Bibir dan tenggorokannya yang keirng langsung meneguk habis air putih, kemudian ia menggenggam semua onigiri dan memakannya sembari berjalan, tidak mau membuang-buang waktu.
Ia berjalan dengan tubuh kotor penuh debu, darah dan keringat, ketiga noda itupun mengotori lantai tatami dikoridor bercampur jejak kakinya. Naruto tidak menyadari hal itu sampai seorang pelayan menghambur kepadanay dengan perasaan riang, senang tuannya akhirnya berhenti mengurung diri. Pelayan itu menganjurkan agar tuannya diperiksa oleh dokter dulu dan membersihkan diri. Naruto akhirnya menyadari jejak kaki dan tubuhnya yang penuh noda. Ia setuju tapi ia tidak pergi keruangan perawatan, tujuannya adalah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Naruto!"
"Naruto bodoh!"
Telinganya mendengar dua suara familiar meneriakan namanya, ia berbalik dan melihat keluarganya berlari senang kearahnya. Ibunya langsung memeluknya rindu dan adik kembarnya menjitak kepalanya geram sambil menghina. Sementara Minato hanya berjalan santai dengan senyum lega diwajahnya.
"Haha, akhirnya kau keluar dari ruang latihan juga, Naruto. Kami semua sangat merindukanmu." Ujar Minato.
"Benar! Kami khawatir padamu, bodoh! Ternyata bukan otakmu saja yang bodoh tapi tindakanmu juga!" bentak Menma sambil kembali menjitak kepada kakaknya. Ia kesal dengan perbuatan kakaknya tapi itu juga karena perasaan khawatir didalam dirinya.
"Jangan pernah lakukan lagi, dasar anak bodoh! Awas, ya kalau kau coba-coba lagi!" Kushina mencekik leher anaknya kesal, ia melimpahkan segala kekhawatirannya sebagai ibu kepada anaknya dengan cara kasar.
"Uhh.. uhkk.!" Wajah Naruto membiru sesak nafas.
Minato tertawa dengan aksi rindu keluarganya yang aneh. Tapi ia sudah terbiasa. Ia memperingatkan istrinya tentang kondisi anaknya yang hampir mati dan Kushina melepaskan cekikannya dengan sekejap. Naruto bernafas cepaa, tidak mau membuang-buang waktu mendapatkan oksigennya kembali. Kushina meminta maaf dan Menma hanya menghinanya dengan kata 'Rasakan!'. Kesal karena kakaknya telah membuatnya khawatir. Minato tersenyum.
"Naruto, lebih baik rawat lukamu dulu. Ayo ke ruangan pengobatan." Saran ayahnya.
Sementara anaknya menggeleng tidak setuju. "Tidak, aku harus menemui Sabaku Gaara dengan segera, ada hal penting yang harus kucari tahu darinya." Jawab Naruto.
"Bodoh! Kau luka-luka begini dan kelelahan, kau butuh beberapa hari untuk pulih. Lakukan lain kali saja, sekarang turuti perkataan ayahmu!" Kushina membentak.
"Tidak! Ini benar benar penting. Lagi pula…" Naruto kembali menolak. Tapi ia tahu keluarganya tidak akan membiarkannya pergi dengan kondisinya sekarang. Karena itu ia menggunakan kekuatan makhluk halus itu..
"Kyuubi." Kata Naruto singkat.
Dimengerti.
Kali ini KageBunshinnya merespon. Kyuubi menggunakan kekuatannya untuk memperkuat fungsi tubuh Naruto, sehingga fungsi penyembuhan ditubuhnya berfungsi lebih baik. Luka-luka ditubuhnya dengan cepat menutup. Tubuhnya yang kelelahan seakan mendapat pasokan tenaga baru, otot-ototnya yang lemas berdiri tegak, tubuhnya terasa segar bugar kembali.
Kedua orang tuanya melihat proses penyembuhan Naruto dengan takjub tapi tidak dengan Menma. Ia kembali menjitak kakaknya.
"Aduh! Ada apa sih, adik jelek!" Naruto kesakitan memegangi kepalanya.
"Dasar bodoh! Kenapa kau memakai kekuatan KageBunshin? Tidakkah kasus Hinata cukup bagimu? Kau akan dilenyapkan juga oleh KageBunsin seperti Hinata!" Menma berteriak. Raut wajahnya kesal tapi kesedihan terpantul disana tanpa sembunyi-sembunyi.
Ketiga orang yang mendengarkan penjelasan Menma menjadi terdiam. Minato dan Kushina merasa sedikit terbebani, ia menyetujui perkataan Menma. Mereka berdua khawatir juga.
Menma… Naruto terpana akan perkataan adiknya. Adik kembarnya yang selalu keras kepala dan malu mengakui kekhawatirannya berkata blak-blakan didepan wajahnya. Ia benar-benar khawatir.
Naruto tahu semua keluarganya mengkhawatirkan dia, ia tahu dirinya saat ini perlu dikhawatirkan. Semua wajah KageBunshin mulai waspada akan kejadian Hinata, mereka semua antipasi dan ketakutan. Bukannya Naruto tidak merasakan perasaan itu tapi ia mengesampingkannya, ada sesuatu yang lebih penting dari itu.
"Menma. Aku memang tidak bisa berjanji tidak menggunakan kekuatan KageBunshin. Tapi… aku berjanji aku tidak akan membiarkan nasibku seperti Hinata." Naruto tersenyum kepada Menma, ia mencoba menghibur adiknya. Ia mengacungkan kepalan tinjunya kepada sang adik sebagai tanda janji.
Menma mendengar janji kakaknya. Perasaannya agak lega dikarenakan ekpresi kakanya yang penuh percaya diri. Ia menyambut tinjuan kakaknya dan saling meninju kepalan tangan maisng-maisng dengan pelan. Perjanjian disepakati.
Dengan itu kedua orangtua Naruto mau tidak mau merasa sedikit lega. Naruto pamit membersihkan tubuhnya ke kamar mandi. Setelah selesai ia berpakaian dan hendak menuju rumah Sabaku Gaara. Langkahnya terhenti ketika ia mendengar berita dari televisi diruang keluarga.
"Breaking News! Ditemukan dua mayat anak kecil berjenis kelamin laki-laki disebuah gang sempit dijalan Kogure. kedua bocah itu mati dengan tubuh dimutilasi senjata tajam. Menurut keterangan saksi kedua anak itu mengunjungi sebuah warnet untuk bermain game, dilihat dari darah yang maish segar polisi menyangka bahwa kematian mereka terjadi tadi malam, menurut perkiraan waktu mereka dibunuh dijam 12 malam selesai bermain diwarnet. Polisi menemukan senjata pisau yang tertancap dijantung salah satu anak dan menurut cara membunuhnya yang sama, diperkirakan pembunuhnya adalah serial killer berpisau AKUMA yang selalu menebarkan terornya diKonoha."
"Cara membunuh itu..." Menma mengetahui siapa pelakunya. Ia tidak asing dengan cara membunuh yang digunakan pekaku dan dengan metode meninggalkan senjata berdesain gagang iblis dan berukiran kata 'A' dari kata AKUMA.
"Hinata!" Naruto meneruskan perkataan Menma dengan pandangan membelalak.
Hinata... membunuh anak kecil. Tidak pernah dikasusnya ia melakukan hal itu. Apa mungkin anak-anak itu berdosa?
Atau... Hinata membunuh tanpa pandang bulu karena memang bukan dia yang membunuh melainkan Akuma yang mengusai tubuhnya?!
"Aku harus cepat mencari jawabannya!" Naruto melanjutkan langkahnya garasi mobil.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya. Menma memaksa ikut dan Naruto tidak merasa sungkan dengan ide itu. Kushina dan Minato melambaikan tangan perpisahan dan mobil Naruto melaju kencang dengan Menma yang mengemudi.
Menuju Kediaman Sabaku Gaara!
BERSAMBUNG…
