Disclaimer : Kuroko No Basuke milik Fujimaki Tadatoshi.
Warning
Mengandung konten Yaoi
AU (Alternative Universe )
OC.
.
.
Hujan yang teramat deras membasahi bumi Tokyo pada sore itu, bagi sebagian insan mungkin sudah berlari mencari kenyamanan di dalam ruangan, Menikmatinya dengan susu coklat panas dari balik jendela sembari mengamati satu-satu butirnya berjatuhan. Terdengar sangat menarik. Namun ada juga yang memilih mengabaikannya karena baginya ada objek yang jauh lebih menarik .
"Kau sangat manis saat wajahmu memerah seperti itu Tetsuya." Ujar pemuda pemuda berambut merah ketika melihat wajah merona, seindah warna mega senja terpancar jelas di pipi bersemu karna rayu. Kemudian mendaratkan satu ciuman lembut pada hidung mancung.
Tetsuya sangat menyukainya, ketika bibir yang selalu mengeluarkan perkataan tajam itu terasa sangat lembut kepadanya .
Mereka sudah tiga bulan menjalin hubungan secara rahasia, Karena Akashi adalah mahasiswa paling populer di kampusnya. Selain karena tampan hingga mendapat julukan pangeran impian, dia adalah kapten di tim basket, dia jugamenjadi ketua badan eksekutif mahasiswa. Meskipun begitu dia tetap menjaga prestasinya sebagai pemegang nilai tertinggi. Sedangkan Tetsuya hanyalah Mahasiswa sastra Jepang biasa yang memiliki keberadaan tipis tapi sebenarnya dia memiliki pesona untuk orang yang berhasil menyadari keberadaannya terbukti dengan Akashi yang bertekuk lutut dan kini menjadi kekasihnya. Hubungan mereka harus dirahasiakan demi menjaga reputasi Akashi dan keselamatan Tetsuya. Meski mereka harus menyelinap dan mencuri waktu untuk bertemu berdua. Tapi Tetsuya tidak pernah keberatan karena hanya dengan begini saja dia sudah mendapat kebahagiaan dari Akashi. Merasa di cintai dan dibutuhkan. Setiap akhir pekan Akashi meminta Tetsuya menginap di Apartemennya. Dia menyingkirkan segala kesibukan yang menurutnya terkutuk demi menikmati waktu berdua dengan sang pujaan.
Tetsuya kembali bergerak di atas tempat tidur semakin merapatkan tubuhnya hingga dia dapat menyandarkan kepalanya di atas dada dada bidang Akashi.
Pemilik sepasang mata merah bagaikan batu Rubi itu sangat senang memainkan helaian rambut berwarna biru yang menguarkan aroma vanilla yang membuat candu begitu halus beludru terpasang rapi layaknya mahkota sang ratu.
Tiba-tiba Tetsuya merasakan sebuah getaran di tempat tidur dia bergegas mencari ponsel yang berbunyi dan seperti yang di duga suara itu berasal dari ponsel Akashi. Tetsuya yang membukanya karena Akashi mengizinkan. Sebuah pesan yang baru saja masuk berasal dari seseorang.
Sakura sending a text.
"Ini dari wanita jalang itu." Tetsuya berkata sambil melemparkan ponsel kepada Akashi membuatnya mengerang. Apalagi ketika harus melepaskan posisi nyaman mereka berdua.
"Dia bukan jalang ." Kata Akashi defensif.
Tetsuya menaikkan alisnya . "Benarkah ?"
"Baiklah, dia memang jalang tapi kita tidak harus memanggilnya seperti itu kan ?" Ujar Akashi menjelaskan dan mereka berdua pun terkekeh kecil. Dia membalas pesan dari Sakura sepertinya hanya balasan singkat. Kemudian kembali membawa tubuh Tetsuya ke dalam dekapan. Merasakan kehangatan sekali lagi.
"Kenapa dia mengirim pesan padamu ?"
Akashi mendengus. " Bisakah kita tidak membicarakan dia ?"
"Apa kau menyukainya ?"
"Aku hanya menyukaimu ."
"Tapi kau hanya mengatakan itu saat kita hanya berdua. Sedangkan kau selalu bersamanya sepanjang waktu."
Tetsuya mencoba melihat ke dalam mata Akashi namun Akashi memalingkan pandangannya.
"Jika ada yang melihatku dengannya itu hanya untuk kebutuhan pertunjukkan ku sebagai pengalih perhatian."
"Sei-kun !" Ucap Tetsuya tak menyembunyikan emosinya seraya bangun dari posisinya menjadi duduk.
"Itu artinya benar-benar tidak ada hubungan apapun diantara kami dan kau tahu aku hanya mencintaimu Tetsuya. Tidak ada orang lain di hatiku."
"Lalu kenapa kau tidak bisa hanya bersamaku Sei-kun ?"
"Kau tahu alasannya Tetsuya."
Tentu saja Tetsuya sangat tahu . Dia selalu menggunakannya sebagai alasan terkuat untuk menghentikan pertengkaran mereka. Seorang Yang selalu bersinar dan menjadi pusat perhstian seperti Akashi dan orang biasa sepertinya memang tidak seharusnya bersama.
"Lalu kapan semua ini akan berakhir, aku lelah harus menjalani hubungan diam-diam ini denganmu. "
"Aku janji, segera Tetsuya. Dan aku sangat mencintaimu." Akashi memberikan ciuman lembut di atas kepalanya . Dan membawanya ke dalam pelukan.
'Dia berjanji ? Tapi bukankah dia memang selalu berjanji seperti itu ?'
Terkadang Tetsuya mempertanyakan keputusannya untuk percaya pada Akashi.
Dia bukannya tipe kekasih yang posesif dan tidak mengerti keadaan yang ada. Namun Akashi lah yang membuatnya begitu rumit, perempuan itu selalu ada membayangi hubungan cinta mereka. Mencuri waktunya yang seharusnya bisa dia gunakan untuk bersama kekasihnya. Tak dipungkiri perempuan bernama Sakura itu memang cantik . Dia adalah perempuan paling populer , selain itu dia adalah sekretaris di organisasi mahasiswa yang dipimpin Akashi, maka tak heran jika mereka sering terlibat pembicaraan berdua.
Namun reputasinya tidak sepenuhnya baik, perempuan dikenal suka menggoda pria tampan dan populer baik itu dilingkungan kampus ataupun di dunia luar. Mengingat status Akashi yang nyaris sempurna bisa dipastikan dia berambisi menjadikan Akashi miliknya. Dan Akashi tidak pernah berusaha menjauhkan Sakura darinya. Dia mengatakan bisa menggunakannya sebagai alat untuk mengalihkan perhatian.
Tetsuya masih ingin percaya bahwa Akashi benar-benar menyayanginya. Bahwa semua ini dilakukan demi kebaikannya.
'Namun apa itu benar ?'
Tetsuya baru saja berjalan keluar ketika selesai dengan kelasnya. Dia melewati loker Akashi, melihat sekeliling untuk mencari keberadaan kekasihnya. Hingga wajah itu terpaku pada satu titik pandang dengan wajah pucat pasi menyerupai mayat. Di sana dia melihat mereka berdua berciuman. Bukannya bermaksud untuk berpura-pura tidak mengetahui. Tetsuya hanya memainkan perannya yang hanya orang asing. Tapi dia hanya tidak menyangka akan sejauh ini.
Marah, sakit, dan kecewa semua perasaan itu bercampur menjadi satu. Air mata sudah mengalir membasahi pipinya. Tetsuya bergegas meninggalkan tempat itu dan mencari tempat untuk bersembunyi dan menumpahkan kesedihannya. Di suatu ruangan gudang yang nyaris tidak ada orang memasukinya . Hingga beberapa saat kemudian dia mendengar seseorang memanggilnya.
"Tetsuya !" Suara Akashi terdengar mendekat dan membuka kasar pintu ruangan tempat Tetsuya berada.
Tangan Akashi hendak menyentuh wajah Tetsuya namun di tepis kasar.
"Jangan menyentuhku ! " Teriak Tetsuya.
"Hey,hey ada apa denganmu sayang ?"
"Kau masih bertanya seperti itu ? Aku melihatmu mencium perempuan murahan itu."
"Tetsuya, apa kau pikir aku tidak pernah menciumnya ?"
"Tentu saja aku berfikir kalian tidak pernah berciuman, tapi kalian tidak harus melakukannya di tengah jalan."
Akashi berjalan mendekat lalu menempatkan kedua tangannya pada pipi Tetsuya. "Maaf, kalau kau harus melihatnya , ini pasti berat untukmu."
"Ya kau benar."
Akashi menyeringai. " Tapi aku harus melakukannya dalam pertunjukkan ku. Jika tidak semua akan tahu aku bersandiwara."
"Kau bersandiwara." Ucap Tetsuya menyela.
"Kau benar bersandiwara baik itu dengannya atau denganku."
Amarah terkumpul dalam mata Akashi. "Jangan konyol Tetsuya. Aku mencintaimu, Dia bukan apa-apa selain hanya tameng untukku."
"Jika kau memang mencintaiku kau tidak butuh tameng ."
Akashi meraih pinggang Tetsuya dengan satu tangan, membuat tubuh mereka semakin menempel . "Ini semua demi kebaikanmu Tetsuya. Jika mereka mengetahui fakta kita berkencan dan membuatmu ikut terseret dalam duniaku. Mereka akan terus menghakimi kita. Semua akan menjadi rumit. Semua orang di sekitarku akan berubah melawanku."
"Lalu apa masalahnya ? Siapa yang peduli tentang apa yang mereka pikirkan. ? Aku yakin itu adalah dirimu, karena aku tidaklah seperti itu."
Air mata kembali mengalir dari dua mata indah Tetsuya. Dia melepaskan diri Akashi dan menyingkirkan tangannya .
"Benar kan itu kau ? , Kau peduli dengan apa yang mereka pikirkan. Kau memikirkannya setiap hari. Karena jauh di dalam lubuk hatimu kau merasa malu memiliki kekasih seperti diriku. "
Tak banyak yang dilakukan si Surai merah. Dia juga merasakan sakit melihat orang yang dicintainya itu begitu terluka.
"Tetsuya, dari mana kau bisa berfikir seperti itu ? Aku tidak pernah merasa malu bersamamu. Tidak pernah seperti itu."
"Kalau begitu buktikan !"
Tetsuya berkata dengan kejam sambil mendorongnya Akashi. Kemudian pergi meninggalkan tempat mereka berdua.
Akashi mengacak rambutnya dengan kasar. Kemudian meninju dinding yang ada di hadapannya .
"Sial !"
Bersambung
Saya capek ngetik :p
Ini cuma Two Shoot karena saya lagi pengen bikin.
Btw soal nama Sakura, entah kenapa saya juga lagi pengen memakainya. Tenang, itu bukan dari anime manapun kok hehe.
Ya udah Sampai Jumpa
