Awal Pertemuan
Park Chanyeol x Byun Baekhyun
Yaoi
M-preg
...
..
.
Love Life
...
..
.
Berada di tahun terakir kuliah, sungguh sulit. Banyak tugas yang harus dikerjakan demi kelulusan. Dan mendapat titel sarjana. Skripsi yang berkepenjangan. Belum lagi biaya yang ditanggung. Bukanlah hal yang bagus, bagi Byun Baekhyun. Apalagi dengan otaknya yang pas-pas'an.
Walaupun demikian, Baekhyun pikir ia harus bertahan. Demi prinsip hidupnya dan kesuksesan yang tercapai dikemudian hari. Motto pantang menyerah selalu melekat diotaknya.
Rasa putus asa acap kali menghampiri. Seperti sekarang, Baekhyun merasa ingin menyerah akan kuliah. Ia dilanda galau berkepanjangan tentang tempat tinggal. Tak ada yang murah untuk sebuah apartemen nyaman. Apalagi di Seoul. Semua tempat sudah didatangi. Tapi tidak ada satupun yang cukup nyaman untuk ditinggali.
Jauh dari orang tua mengharuskan Baekhyun untuk menghemat uang. Apalagi dirinya hanya bekerja part time setiap hari dengan penghasilan sedikit. Tak ada yang mudah di pun tak ingin menyusahkan sang sahabat. Sejak ia diusir karena tenggak pembayaran sudah melampui batas. Baekhyun terpaksa tinggal bersama Kyungsoo.
Sekalipun lelaki bermata doe itu bilang tinggallah dirumahnya selama yang Baekhyun ingin. Tetap saja, rasa tak nyaman melingkupi hatinya. Jika ia orang brengsek tak tahu diri. Tanpa pikir panjang langsung menyetujui perkataan sang sahabat. Bersyukur kalau dirinya tidak sebrengsek itu.
Setelah kuliah, Baekhyun langsung pulang ke rumah sang sahabat. Ingin mengistirahatkan diri sebelum bekerja part time nanti malam. Di rumah, Baekhyun langsung mandi. Tak ingin membuang waktu. Lekas saja ia berpakaian, setelah itu berjalan ke dapur untuk membuat makanan baginya dan Kyungsoo.
Tangan Baekhyun dengan telaten membuat makan malam. Telur gulung, sup ayam, kimchi, serta tak lupa nasi. Makanan sederhana memang, tapi sudah cukup mengganjal perut. Baekhyun sedang menata makanan di atas meja saat mendengar pintu terbuka. Rupanya sang sahabat datang.
Kyungsoo berjalan mendekat ke arah Baekhyun, lalu duduk di meja. Tersenyum kecil menatap makanan. "Baekhyunie memasak ternyata."
"Tentu saja. Aku tak ingin kelaparan saat menunggu kau pulang!" sahutnya agak ketus. Kyungsoo seakan menyindir masakan yang ia buat. Oke, ia mengakui kalau masakannya tidak seenak masakan Kyungsoo. Tapi tidak membuat sakit perut dan enak untuk dimakan.
Kyungsoo terkekeh oleh sahutan ketus tersebut. Lidahnya gatal ingin memancing emosi sahabat sesama mungilnya. "Apa ini enak? Aku tak mau sakit perut."
"Yak! Kalau tidak suka jangan dimakan!" rajuknya kesal sambil mengerucutkan bibir. Menggemaskan. Apalagi dengan hidung kembang kempis.
"Ahaha...Bercanda, Baek. Astaga. Tak usah semarah itu."
...
..
.
Dokumen kantor menumpuk. Sebenarnya ia hanya perlu membubuhkan tanda tangan untuk itu. Tapi entah mengapa ia merasa pusing, dan mengabaikan tugas tersebut. Belum lagi, ia merasa tak tenang karena memikirkan sang anjing-Toben. Ini sudah memasuki jam makan peliharaannya.
Akhirnya ia memutuskan untuk pulang. Tanpa membereskan pekerjaan di atas meja. Ia berdiri dan mengambil jas lalu memakainya. Sang sekretaris berdiri dan membungkuk sedikit tanda hormat.
"Anda ingin kemana, Direktur?" nada lembut mengudara disetiap katanya.
"Pulang." Ucapnya singkat, lalu berlalu. Mengabaikan reaksi sang sekretaris yang kecewa.
Sesampainya dirumah, Chanyeol langsung disambut oleh binatang kecil, hitam, dan berbulu tebal. Lekas saja ia menggendong peliharaannya tersebut dan tersenyum tipis. Tangannya mengelus helaan bulu Toben dengan lembut.
"Appa pulang. Kau lapar?" dilihatnya Toben menatap intens kemudian menggonggong kecil. Kaki panjang nan ramping itu pun melangkah ke tempat makan anjingnya. Mengambil lalu menuangkannya di wadah khusus. Chanyeol melepas sang anjing. Membiarkan Toben menyantap makanan.
Merasa gerah, Chanyeol melonggarkan dasi. Dan membuka dua kancing kemeja teratas lalu melepas jas. Mata bulatnya menatap Toben. Berpikir jika ada orang lain yang tinggal di sini selain ia sendiri. Pasti akan bagus. Orang itu dapat merawat Toben dan membereskan rumah. Dan ia tak perlu cemas lagi kala sedang lembur di kantor.
Namun semakin dipikirkan, rasanya sulit. Bagaimana jika orang itu tidak bertanggung jawab dan hanya menyusahkan. Tapi tidak salahnya untuk mencoba sesuatu. Baiklah, Chanyeol memutuskan akan mencari seseorang bukan pembantu namun teman. Dengan bantuan sang sekretaris, pastinya.
Pikiran itu buyar dengan rasa lapar yang melanda perutnya. Merasa malas memasak. Ia memesan pizza pesan antar setelah mendial nomor restoran yang dituju. Menunggu pesanan, Chanyeol memilih berendam diri dibathup dengan air hangat. Mencoba merilekskan tubuh dan pikiran.
Baekhyun bekerja part time sebagai pengantar pizza pada malam hari. Seperti malam ini, ia bolak balik mengantar pesanan dengan semangat walaupun lelah melanda tubuhnya. Pesanan terakhir yang ia antar berada di daerah Gangnam. Sebuah apartemen mewah dengan 10 lantai. Kagum memenuhi dirinya saat melihat bangunan tersebut. Membayangkan dirinya kelak akan tinggal disitu. Pasti menyenangkan.
Kaki Baekhyun melangkah masuk kedalam lift dan menekan lantai teratas. Apartemen nomor 6104 menjadi tujuannya. Ia menekan bel berulang kali. Hingga yang kesembilan kalinya, pintu terbuka. Sosok tinggi dengan balutan jas mandi menyapa pertama kali. Belum lagi wajah tampan dengan rambut basah yang menetes, membuat sosok itu menjadi pusat perhatian Baekhyun.
Chanyeol melihat itu. Tatapan kagum yang melayang kepadanya. Tapi ia tidak ingin perduli dan mencoba acuh. Namun sulit. Akhirnya ia memilih untuk berjalan masuk ke ruang tamu setelah berucap "Masuklah. Aku akan membayarmu saat kau masuk."
Mengerjap.
Sekali.
Duakali.
Baekhyun akhirnya mengikuti si pemilik apartemen. Matanya langsung berbinar sarat akan kekaguman menatap ruangan yang luas dan mewah tentunya. Ia berekspresi berlebihan, tetapi tetap imut dipandang.
"Daebak!" pekiknya dramatis, tak sadar si pemilik mulai menoleh kearahnya.
Tungkai kakinya dibawa berlari ke sosok tinggi yang dikagumi. "Kau punya rumah yang bagus, Tuan! Wah! Kapan ya aku bisa punya tempat seperti ini!"
"Mengapa? Kau ingin tinggal?"
"Benarkah?! Aku boleh tinggal?!" pertanyaan basa-basi yang dilontarkan Chanyeol tak taunya ditanggapi serius. Membu atnya terkekeh kecil. Sungguh naif dan polos.
Oh, no. Jangan anggap seperti itu tampan. Baekhyun bukan naif dan polos. Tapi tak tahu malu jika kau mengenalnya lebih dekat. Diawalnya saja ia akan memalu. Nanti, saat..yah kau tahu. Sikap aslinya keluar. Kau akan sadar bahwa Byun Baekhyun tak senaif dan sepolos yang kau pikirkan.
Sadar akan sikap tak sopannya Baekhyun pun menutup mulutnya dengan tangan kiri. Canggung dan malu merayapi dirinya. Baekhyun meletakkan pizza di atas meja. "Aku taruh pizzanya disini."
Merasa si mungil mulai canggung dengan wajah menunduk. Chanyeol mencoba mengubah suasana. "Aku tak keberatan kau ingin tinggal. Lagipula aku sedang mencari seseorang untuk membersihkan rumah dan menjaga anakku."
Kepala yang tadi menunduk mulai menengadah menatap Chanyeol dengan tatapan intens. Ia sudah punya anak? Raut wajah kecewa pun tak sadar Baekhyun perlihatkan. Baekhyun rasa ia sudah gila. Mengapa ia harus merasa agak kecewa? "Apa kau serius, Tuan?"
"Tentu." Chanyeol pasti sudah tidak waras. Dengan tak sopan tangannya mengusap surai hitam si mungil nan manis itu dengan senyum lembut. Yang diusap hanya mengedipkan mata terkejut. Menambah kesan imut. "Puppy.."
"Huh?"
"Kau mirip anakku. Toben si anjing kecil." Baekhyun hanya membulatkan matanya. Sialan ia disamakan dengan anjing peliharaan. Tapi tunggu dulu. Anak yang ia maksud adalah anjing? Jadi lelaki ini belum menikah? Entah kenapa hal itu membuat Baekhyun memekik senang dan tersenyum imut.
Cukup terkejut saat mendapati Baekhyun bereaksi demikian. Chanyeol menggeleng kecil. "Kau setuju disebut mirip puppy?"
"ANI!" geleng yang lebih mungil cepat. "Aku senang akhirnya mendapat apartemen! Jadi kapan aku biasa pindahhh?"
Tangan kasar Chanyeol beralih dari usapan di kepala. Menuju pipi beirisi si mungil. Jarinya bersentuhan dengan kulit halus bak bayi. Ini pertama kalinya Chanyeol menyukai sosok lain selain Toben, tentunya. Baekhyun risih akan sentuhan itu, tapi ia juga nyaman. Jadi ia hanya membiarkan.
"Besok. Berkemaslah. Dan datang kesini." Chanyeol menghentikkan usapannya lalu mengambil secarik kertas dengan pena. Menuliskan nomor ponsel miliknya lalu menyerahkan ke si mungil.
"Hubungi aku jika kau ingin tahu kata sandi rumahku."
Baekhyun dengan senang hati menerimanya. Ia mengangguk dengan semangat, menciptakan kekehan kecil si tinggi. "Baiklah! Tapi tuan jangan sampai berbohong!"
Berbalik. Baekhyun berjalan menjauh ke pintu. Tapi kakinya terhenti, mengingat sesuatu yang terlupakan. "OMO! Bayaran pizza!" teriaknya keras dan kembali menghampiri Chanyeol.
Dompet dibuka. Chanyeol meraih uang tunai. Lalu membayar pada si mungil, yang langsung diterima dengan senyuman termanis. Sungguh memenenangkan hati serta pikirannya. Ia bertanya dengan dirinya sendiri. Kemana sosok dirinya yang dingin dan penyendiri setelah bertemu si mungil bermata coklat terang. Mata bulatnya terus menatap kepergian sosok tersebut hingga menghilang dibalik pintu.
...
..
.
Baekhyun mengetik sesuatu di ponselnya. Nomor sosok tinggi itulah yang ia ketikkan. Mulutnya merutuk, merasa bodoh. Karena lupa bertanya nama sang pemilik apartemen 6104. Seharusnya ia menanyakan hal tersebut. Jadi tidak perlu pusing nama apa yang akan ia cantum dalam kontak. Haruskah si tampan? si tinggi? pemilik apartemen? atau Appa Toben?.
Merasa konyol dengan pemikirannya, Baekhyun tertawa sendiri. Mengundang raut tanya sahabatnya-Kyungsoo. Yang tengah mengigit apel sambil menonton tv. Ya, sekarang Baekhyun sedang berada diumah. Menghabisi paginya tanpa jam kuliah. Omong-omong Baekhyun belum memberitahu sang sahabat. Entah apa reaksi Kyungsoo nanti.
Final. Baekhyun menamai sosok tinggi 'Appa Toben'. Lalu ia berjalan mendekati Kyungsoo, ingin memberitahu. Pantat berisi itu didudukkan tepat di samping Kyungsoo. Mendekat perlahan hingga menempel. Yang ditempeli diam tanpa ekspresi. Merasa paham akan sikap pecicilan sang sahabat.
"Hmm. Ada apa?"
Kepala diusakkan dilengan Kyungsoo. "Seseorang mengajakku tinggal bersama, soo. Aku menjawab iya saat berpikir sebentar." Oh, apa tadi kau berpikir Baek? Kau menerimana langsung. Dasar.
Terlonjak. Kyungsoo tak sengaja membuat Baekhyun menjauh dan jatuh dengan tragis. Si mungil mengaduh sakit dan menatapnya tajam. "Apa kau tak paham niat terselebungnya? Jangan-jangan ia hanya memanfaatkanmu. Lalu menyetubuhimu setiap malam!"
Jengah. Baekhyun memutar bola mata malas. Terlalu parno jika Kyungsoo berpikiran demikian. "Huh. Ia ingin aku membersihkan rumahnya lalu memberi makan anjingnya, saja soo. Tidak lebih. Tidak kurang. Berhenti berpikiran konyol! Lagipula aku yakin dia straight" Mana mau dia denganku.
Baekhyun, apa kau mengharapkan sesuatu?
"Benarkah? Itu saja? Kau yakin?"
"100% Aku yakin!" Bahkan, ia hanya menganggap ku puppy saja. Oh, Baekhyun merengut tak sadar.
"Aku akan pindah hari ini. Jadi, kau bantu aku berkemas!" dipenggang nya tangan Kyunsoo lalu menyeretnya. Menuju kamar Baekhyun. Mengabaikan Kyungsoo yang kesal karena diseret paksa.
...
..
.
Baekhyun datang ke apartemen lelaki itu sore hari. Setelah berpamitan dengan Kyungsoo, diwarnai suka duka. Sekarang ia tengah berdiri di depan pintu 6104. Ditemani koper merah besarnya. Tangan kanan meraih ponsel disaku celana. Lalu melakukan panggillan.
Sambungan telp terus berbunyi, menunggu di angkat. Baekhyun sudah tiga kali menelpon. Tapi hasilnya sama. Apa ia sibuk? Ia mencoba terus tanpa menyerah.
Di lain sisi, bunyi ponsel terus berdering. Bergetar di atas meja dalam ruangan tanpa penghuni. Pemiliknya tengah mengadakan rapat dadakan. 20 kali deringan berlangsung, akhirnya berhenti. Apa si penelpon menyerah akan panggilan tak tertajawab? Tapi Baekhyun bukan tipe seperti itu, bahkan 100 panggillan pun ia sanggup. Hanya memencet lalu menunggu, kan?
Dengkuran halus nyatanya menemani si mungil dalam kesendirian. Ia lelah berdiri sambil menunggu dan duduk untuk menghilangkan penat. Bersandar di pintu, dalam lima menit sambil terus menyambungkan panggillan. Rasa kantuk mulai Baekhyun rasakan. Menguap lima kali, ia pun tertidur. Langit semakin menggelap dan bintang memudar. Tengah malam menjemput. Dingin angin berembus. Si mungil yang terlelap tak membuka mata sedikit pun.
Langkah tegap terdengar karena sepatu pantofel yang dipakai bergesekkan dengan lantai. Memecahkan sunyi lorong apartemen. Suara tersebut nyatanya tidak membuat sosok itu bangun. Helaan nafas kasar terdengar. Merutuk sikap bodoh si mungil. Bertanya dalam hati.
Mengapa ia menunggu selarut ini?
Jadi panggilan balik yang kulakukan tak dijawab karena ini?
Bodoh.
Lengan panjang Chanyeol meraih Baekhyun dan menggendong layaknya karung beras. Menaruh tubuh mungil tersebut diranjang single.
"Maaf. Aku terlambat." gumamnya penuh sesal pada diri sendiri. Usapan kecil dipipi Baekhyun dan membenarkan arah rambut anak tidak membuat ia canggung.
Chanyeol pun menyelimuti Baekhyun, mematikan lampu, kemudian berjalan keluar. Arah selanjutnya, menuju pintu keluar. Mengambil koper merah dan meletakkan secara hati-hati di kamar Baekhyun. Takut ia akan bangun dari tidur, lalu menutup pintu tersebut.
Chanyeol merebahkan tubuh diranjang setelah mandi dan memakai piyama. Suasana hatinya tak tenang. Mengingat ia membiarkan si mungil kedinginan saat menunggunya. Ia beusaha memejamkan mata agar tertidur. Namun gagal. Dikepalanya terus terbayang wajah tertidur Baekhyun. Memikirkan Baekhyun untuk waktu yang cukup lama. Ia pun menyusul ke alam tidur.
...
..
.
Setelah lima tahun tidur sendiri. Chanyeol tidak pernah menginginkan seseorang tidur di sampingnya. Pengecualian hari ini. Ia menginginkan Baekhyun berada disisinya. Memeluk. Membaui. Tapi tak cukup berani untuk melakukannya.
Entah mengapa ia merasa kosong.
Dan kesepian.
...
..
To Be Continued
...
..
Anyeong semua! Saya author baru nih, jadi mohon bantuan kritik dan sarannya ya. Harap maklum jika fanfic Chanbaek ini masih berantakkan. Wkwk, semoga kalian suka dengan cerita saya dan tidak merasa bosan. jadi terus baca cerita saya ya! Jebal.. hahah.
Oh ya, ide cerita saya dapatkan setelah nonton drakor Because This Is My First Life. Tapi tenang, alurnya gak sama kayak drama itu kok. Chanyeol di sini emang dingin, tapi hangat saat bersama Baekhyun, ia juga gak sadar saat berekpresi dan menujukkan kelembutan dirinya. Eaaa, ia menjadi pribadi yang baru. Adegan yang sama di drama cuman tinggal serumah karena saling membutuhkan itu aja. Wkwkw.
Sekian dulu celotehan saya. Terima kasih bagi yang sudah baca, komen maupun reviews. Sampai bertemu di chap selanjutnya.
Salam ChanBaek!
Bye!
