A Cup of Sake

Secangkir sake dan sebuah pernyataan yang manis dari seorang Uchiha Sasuke...


Naruto membanting gelas kosong yang beberapa detik lalu penuh dengan sake sambil meninju udara, melakukan pose penuh kemenangan. "kosong dalam sekali teguk." Ucapnya bangga.

Seluruh konoha dua belas kecuali Neji dan Sasuke bersorak untuknya.

Sakura memutar matanya, melihat tingkah konyol kekasihnya. Mereka, konoha dua belas dengan tidak sengaja memiliki waktu luang bersamaan. Karna itu Naruto merencanakan acara makan malam bersama. Kakashi-sensei juga bergabung dalam acara itu. Ya...sebenarnya di paksa oleh Naruto atau lebih tepatnya di ancam. 'Aku akan menyembunyikan seluruh koleksi icha-icha paradise-mu, Hokage-sama'. Kurang lebih seperti itulah katanya. Hokage yang malas itu pun akhirnya tidak punya pilihan lain, selain mengikuti keinginan muridnya yang paling keras kepala itu.

"Nah, Sekarang giliranmu Sasuke!" Naruto menunjuk si Uchiha yang duduk bersebelahan dengan Hinata. Hyuga berambut biru itu duduk di tengah-tengah antara sepupunya dan sasuke. Kenapa sasuke duduk disana? Dia pun tidak tahu. Biasanya dia akan duduk di dekat Sakura atau Kakashi...atau mungkin karna tidak ada pilihan lain selain disitu. Tapi Sasuke terlalu mabuk untuk mempedulikannya.

Sasuke mengalihkan pandangannya hingga dia bisa melihat Neji yang menatapnya dengan sirat penuh ancaman didalamnya. Hey, apakah Neji baru saja mengancamnya ? memang apa salahnya ? dan siapa yang peduli.

"Yeah" Lee bersorak sambil menyodorkan gelas penuh sake ke hadapan Sasuke.

Tanpa banyak bicara Sasuke langsung meminumnya dalam sekali tegukan. Dia terlalu malas untuk berdebat dengan sahabat baiknya itu. Sejak sore tadi Naruto terus saja menganggunya untuk bisa datang ke acara ini. Lagipula Sasuke bisa mentolerin sake yang masuk ke dalam tubuhnya, pikirannya masih setajam biasanya jika hanya beberapa gelas sake saja. Jadi baginya sake bukan masalah. Didepannya, dia melihat Ino duduk bersebelahan dengan Kiba sambil memeluk lengan Kiba dengan manja. Seakan hal itu adalah hal paling wajar di dunia ini.

Lalu tanpa disadarinya, pandangannya beralih ke Hinata.

"Kenapa tanah ini bergerak?" Shino menggerutu disebelah Shikamaru yang sedang tertidur. Si Nara sudah tidak tahan hanya dengan beberapa gelas sake saja dan dengan tenangnya dia tidur sambil mendengkur di atas meja. Dia memiliki beberapa coretan diwajahnya hasil karya Naruto dan satu bunga besar di kepalanya yang entah darimana.

Jika saja Temari bisa melihatnya sekarang...

"Shino-kun...Ano...mungkin kau sudah cukup minumnya?" Hinata memandang teman setimnya dengan khawatir. Dia tahu shino bukanlah peminum yang baik. Hinata terlalu lama bersamanya jadi dia sangat tahu bagaimana shino. Pernah suatu hari saat dia mabuk, tanpa sadar dia mengambil racun serangga dan menyemprotkannya pada serangga miliknya sendiri.

Dan shino menangis sepanjang minggu setelah kejadian itu.

"Hinata...aku tidak pernah melihatmu minum sake. Ayolah... kau bukan anak kecil lagi bukan." Tenten tersenyum, lalu menyodorkan segelas sake pada hinata. Dan setelahnya tenten mendapatkan pandangan yang menusuk dari Neji. "Ayolah Neji, jangan terlalu mengekang Hinata... kau bukan ayahnya kan!"

"Aku tidak mengekangnya" Neji menyilangkan kedua tangannya dan menatap kekasihnya yang tomboy itu dengan penuh peringatan. Hanya saja, Hinata tidak seperti tenten. Sepupunya itu tidak pernah minum sake sebelumnya. "Hinata-sama bisa minum jika dia mau, hanya jangan memaksanya."

"Aku setuju dengan Neji." Kiba berkata lalu menatap Hinata. "Tidak ada yang memaksamu Hinata, jangan meminumnya jika kau tidak mau."

Seketika semua orang diam, mereka mengamati langkah yang diambil Hinata setelahnya. Hinata menatap gelas sake itu seperti menatap cairan paling berbahaya di dunia. Perlahan, tangannya yang sedikit gemetaran mengambil gelas tersebut. Neji mengerutkan keningnya sementara Kiba memperhatikannya dengan seksama. Hinata tidak pernah mencicipi alkohol sebelumnya karna itu saat dia mengambil gelas tersebut, hal itu menarik perhatian semua orang.

Naruto tersenyum lebar memberi semangat kepada Hinata. "Kau bisa melakukannya Hinata-chan!" dia meyakinkanya. Disuatu tempat didalam pikirannya yang dipenuhi alkohol. Dia bertanya-tanya seperti apa Hinata jika dia mabuk. Apakah dia akan menangis tersedu-sedu seperti shino? Menjadi sangat percaya diri seperti Sakura? Meringkuk seperti choji? Atau sedikit liar seperti Ino?

Sisi jahil dalam dirinya berharap Hinata melakukan seperti yang terakhir.

Hinata dengan perlahan mengangkat gelas tersebut. Dia tidak berniat untuk minum malam ini. Dia hanya ingin berkumpul dengan teman-temannya. Dengan putus asa, Hinata mendekatkan gelas sake itu kedekat bibirnya. Satu gelas sake tidak akan menyakitinya bukan? Iya kan?

Gelas sake itu sudah menyentuh bibirnya ketika seseorang mengambilnya dari genggamannya.

Mata Hinata terbuka lebar ketika menyadari seseorang yang telah mengambil gelas sakenya adalah Uchiha Sasuke. Mata semua orang menatap Sasuke dengan penuh tanya. Naruto seketika langsung cemberut – karna fantasinya mengenai Hinata yang mabuk menggeliat menggoda hancur di depan matanya.

"Sasuke?" Ino mengangkat alisnya.

Sasuke meminum habis sake tersebut dan membanting gelasnya di atas meja. "Dia terpaksa melakukannya." Dia menjawab dengan dingin. Menatap Hinata dengan pandangan seperti biasanya. "itu terlihat di matanya."

"Oh dan sekarang mulai berputar..." Shino bergumam lagi sambil mengetuk-ngetuk dahinya ke meja.

"Oh my gosh!" Ino tiba-tiba bangkit, lalu menunjuk satu-satu nya Uchiha yang tersisa. Sebenarnya Ino sedikit curiga akhir-akhir ini. Dan semua kecurigaannya terbukti hari ini. "Sasuke, kau menyukai Hinata!" oke semuanya mulai terasa masuk akal. Hal-hal janggal yang dia temukan...seperti ketika dia melihat Sasuke dan Hinata ditempat yang sama hampir setiap hari, atau tatapan mengintimidasi Sasuke pada si pewaris hyuga ini...

Dan sekarang sake itu telah menjadi bukti yang kuat.

"Ah...anak-anak tumbuh dengan cepat." Kakashi bergumam sambil menggelengkan kepalanya.

"Apa?" Neji dan Kiba berteriak bersamaan.

"Teme menyukai Hinata?" Naruto menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Ayolah. Teme itu gay. Aku beritahu ya..."

Disamping Sasuke, Hinata membelalakan matanya. Kenapa semua kekacauan ini harus tertuju padanya? "Ano...k-kau pasti salah sangka Ino-chan. A-aku pikir sasuke-kun tidak menyukai..."

"Aku menyukaimu." Sasuke berbicara dengan tenang. Semua orang membuka mulutnya terkejut, terkecuali shikamaru yang sedang tidur dan Shino yang terus bergumam tentang dunia yang berputar-putar.

Mungkin, kurang lebih karna pengaruh alkohol. Tapi ada tidaknya alkohol sasuke bukanlah orang yang berbelit-belit. Dia akan mengatakan apa yang ingin dia katakan dan tidak peduli orang lain berkata apa. Biarkan mereka berpikir sesuka hatinya.

"Wow...itu sangat jelas Sasuke-kun." Kata kakashi.

"Apa?" Hinata memucat mendengarnya, lalu secara refleks dia menjauhkan dirinya dari Sasuke.

"Aku rasa semuanya jelas sekarang." Sasuke mendorong gelas sake yang berada dihadapannya, mendorongnya tepat ke arah Inuzuka kiba yang memandangnya tajam. Kiba meraih gelas tersebut dan meremasnya dengan keras hingga membuat gelas itu hancur ditangannya. Ino tertawa hambar saat itu. Ino seharusnya tidak mengungkapkan hasil pengamatannya dengan gamblang. Atau paling tidak, tidak dengan semua alkohol ini dan para pria yang terlalu overprotektif di sekitar Hinata.

"Sasuke bukan gay?" Naruto berbisik pada sakura. "Benarkah?"

"Ya ampun, Naruto." Sakura menjawabnya dengan kesal, lalu mendorong uzumaki itu untuk mejauh darinya. "Kau mabuk. Kenapa kau tidak bisa sepeti sasuke-kun yang masih terlihat keren meskipun mabuk?"


Hinata terkikik sambil menutupi mulutnya. Tenggorokannya terasa terbakar dan seluruh tubungnya terasa panas. Dia mengambil air dan meminumnya tapi semuanya sia-sia. Tenggorokannya terasa sangat kering. Disebelahnya Neji tampak ketakutan. "Dia mabuk...Hinata-sama mabuk."

"Oh ayolah Neji...kadang-kadang kita semua mabuk." Tenten berusaha tetap tenang, meskipun sebenarnya dia sangat khawatir. Ini pertama kalinya dia melihat keadaan Hinata yang sedang dikendalikan alkohol. Semuanya terjadi begitu cepat hingga dia tidak benar-benar yakin apa yang sedang terjadi.

Yang tenten ingat hanyalah saat Sasuke membuat pengakuan yang entah darimana dan sejak kapan bahwa dia menyukai Hinata Hyuga, yang mungkin sebagian besar adalah kesalahan Ino karna dia yang pertama membuka topik itu. Hinata tiba-tiba mengambil botol sake yang penuh lalu segera meminumnya dengan cepat.

Hinata melakukannya dengan sangat cepat sampai-sampai tidak ada yang berhasil menghentikannya tepat waktu.

Hinata melakukannya pasti karna panik. Tidak hanya Hinata sebenarnya, bahkan setelah pengakuan itu semua orang tiba-tiba menjadi gila. Kiba mulai memelototi Sasuke yang Tenten yakin cepat atau lampat akan mengajaknya untuk duel, meskipun semua orang tahu yang akan babak belur tentu saja Kiba. Sebaliknya Naruto mulai tersenyum bodoh seperti dia baru saja menerima hadiah ulang tahun...entah apa yang ada dalam pikirannya sekarang. Tenten bahkan tidak berani membayangkannya, karna mau bagaimanpun Naruto tetap muridnya Jiraya-sama bukan?

Shino mulai bangkit dari tempat duduknya, dia mencari-cari semprotan anti seranggga. Yang dicegah oleh sakura. Saat ini, Sakura sedang memegangi jaket Shino. Menahannya untuk melakukan sesuatu yang akan membuat shino gila setelah dia sadar nanti. "Shino...hentikan! kau akan menyesalinya di pagi hari. Percayalah padaku."

"Serangga-serangga ini mulai menggangguku." Suara shino terdengar serius. "Aku harus menghancurkan mereka."

"tidak." Sakura menggelengkan kepalanya. "Kau mabuk, jadi duduklah."

"Aku tidak mabuk, Sakura."

Sakura memutar matanya bosan, mengencangkan cengkramannya pada si Aburame."Oh ya? Kalau begitu katakan sesuatu untuk membuktikannya?"

"oke." Shino berhenti sejenak, lalu memusatkan pandangannya pada dada sakura. "Kau masih datar."

Lee menutup matanya. "Oh ya ampun...dia benar-benar mabuk oke!" shino tidak seharusnya mengatakan itu tepat di depan si haruno. Terutama mengenai masalah yang sangat sensitive itu. dan tentu saja, jika pikiran shino sedang benar sekarang, dia tidak akan berani mengatakan hal itu pada seorang gadis yang bisa menghancurkan tembok dengan sekali pukulan bahkan dengan tangan kosong.

Sakura menatapnya geram. "Kau baru saja mengatakan padaku?" setelah itu, aburame shino tidak sadarkan diri, setelah mendapat dua pukulan dari Sakura Haruno. Sakura kemudian menyeret shino ketempat shikamaru tertidur lalu meletakannya disampingnya. Meninggalkannya setelah memastikan Shino masih hidup. "Aku akan membuat perhitungan padamu nanti shino." Ancamnya.

"Hiashi-sama akan membunuhku." Neji bergumam. "Aku tidak dapat membawanya pulang jika keadaannya seperti ini."

"Aku...hick...baik-baik saja Nii-san." Hinata menjawabnya terbata-bata, ah Shino benar sepertinya tanahnya mulai bergetar. "Hick...aku tidak...hick...mabuk."

Sasuke menyipitkan matanya."Kenapa kau melakukan itu? Aku tidak menyukaimu."

"Hey teme..." Naruto menanggapinya. "tinggalkan Hinata-chan sendiri. Ini ada pilihannya." bagus, seperti yang diharapkan Naruto, Hinata sekarang mabuk. Dan Naruto tidak sabar melihatnya mulai melakukan tarian menggoda.

"Aku...membutuhkannya." Hinata mengakuinya. "Aku panik"

"kau panik karna aku berkata kalau aku menyukaimu?" Sasuke mengangkat alisnya. "itu alasanmu meminum semua sake itu?"

Hinata menganggukan kepalanya. "Sekarang, aku merasa pusing..."

"Kau mabuk."

"Apa kau khawatir?" Hinata tersenyum, dia tidak pernah merasa begitu berani sebelumnya. Di sebagian kecil pikirannya Hinata tahu alkohollah yang membuatnya berbicara begitu...tapi di sebagian besarnya... yang baginya lebih masuk akal, dia tahu bahwa dia perlu membiarkan apapun yang ada dalam pikirannya sekarang untuk keluar. Teman-temannya selalu mencapnya sebagai yang paling pendiam, jadi sekarang waktunya mereka mendengarkannya berbicara.

Sasuke terkejut dibuatnya tapi dia menyembunyikannya dengan baik, dan semua orang terdiam lagi sekarang. Kakashi yang paling pertama membuka suara, dia tertawa kecil melihat adegan tersebut. "dan lihatlah siapa yang baru saja berbicara?" dia berkata. Disebelahnya, Ino mati-matian menahan Kiba yang sedang geram...terkadang Ino merasa cemburu dengan reaksi Kiba terhadap laki-laki yang akan mendekati Hinata.

"yang benar saja Kiba, kau terlalu berlebihan." Ino berkata dengan jengkel. "Hinata bukan anak kecil lagi, dia bisa berhubungan dengan siapapun yang dia inginkan. Lagipula, Sasuke tampan dan Hinata cantik. Mereka bisa membuat bayi yang sangat lucu..."

"hey sasuke...Hinata sedang mabuk, kau tidak bisa menganggap serius perkataannya." Kiba mengertakan giginya, lalu menatap kekasihnya dengan pandangan tidak percaya. "Dan siapa yang mengatakan sesuatu tentang membuat bayi?"

"ya semacam lingkaran kehidupan." Kakashi menambahkan."Itu normal"

"Sensei...kau sama sekali tidak membantu."

"yeah..." Naruto setuju. "lagipula teme itu gay...jadi dia tidak mungkin melakukannya dengan Hinata...jadi kalian tidak perlu khawatir."

Sasuke melirik si Hyuga dari sudut matanya, mengabaikan komentar-komentar temannya yang menyebalkan. Sasuke menyeringai ke arah hinata. "Kau sebaiknya berhenti minum, ini harus menjadi yang terakhir kalinya...kau mendengarkanku Hinata?"

Hinata mendekat ke arah sasuke, lalu tersenyum. "apa kau...baru saja memberitahuku apa yang harus aku lakukan, Sasuke-kun?" wow, Hinata benar-benar merasa sangat berani malam ini.

"Aku memerintahkan mu."

"Hentikan itu." Neji segera bergerak ketengah-tengah keduanya. Lalu menunjuk si uchiha. "minggir Uchiha...aku satu-satunya yang berhak memarahi Hinata-sama..."kemudian dia memelototi sepupunya."Dan kau Hinata-sama harus segera sadar sebelum kita pulang...dan aku tidak mau mendengar apapun tentang membuat bayi."


A/N :

Maaf banget, karna waktu itu aku ngehapus cerita ini. tadinya memang mau dimasukin sebagai oneshot aja, jadi aku masukin lagi aja ceritanya disini.