Disclaimer : Tsukiiii#plakplakplak. ukh, ok ok bukan Tsu… Naruto 100% punyanya om Masashi Kishimoto, tapi katanya mau dikasih ke Tsu nanti, hehehehe#dalammimpi.
Pairing : SASUNARU, SASUNARU, SASUNARU.
Rating : T (bisa berubah ngga ya? Liat nanti aja xixixi)
Genre : Romance / angst kali ya?
Warning! BOYSLOVE, AU, OOC, TYPO, miss-TYPO, GAJE, bahasa ngga baku, DLL.
Oh iya, ini fic pertama Tsu jadi,
DON`T LIKE DON`T READ
IF YOU LIKE LET`S READ
~Usia chara~
Sasuke : 18 tahun
Naruto : 17 tahun
Neji & Suigetsu : 18 tahun
HAPPY READING MINNA…
###
SASUKE POV
"Aku suka padamu." ucapku tanpa ragu dan tanpa minat pada pemuda di depanku. Uzumaki naruto. Itu namanya, seorang pemuda berwajah manis yang memiliki tiga buah garis aneh di masing-masing pipinya, bermata biru yang lebih biru dari laut ataupun langit, berambut pirang keemasan yang tidak kalah terang dari Matahari serta memiliki postur badan yang bisa dibilang kecil untuk pemuda seusianya. Hn, tipikal Uke.
Membelalakan mata, itu reaksi yang kudapatkan darinya atas pernyataanku tadi. Aku tau, dia pasti kaget. Aku, uchiha sasuke, seorang pemuda yang menjadi incaran hampir seluruh Siswi di sekolah ini-dan mungkin sebagian Siswa juga- menyatakan suka padanya, sampai matipun dia pasti tidak percaya.
Dia pasti menganggapku berbohong, dan memang itu kenyataannya. Aku MEMANG membohonginya. Oh ayolah, mana mungkin aku serius menyukainya, dia laki-laki, aku laki-laki. Jelas! Selain itu, kenal dia saja tidak mana mungkin bisa suka. Aku hanya mengenalnya sebagai adik kelasku, tidak lebih.
Lalu untuk apa bilang suka padanya kalau aku tidak menyukainya?
Ini semua karena taruhan bodoh sialan yang kulakukan dengan kedua brengsek itu- dua orang yang kumaksudkan di sini adalah sahabatku- mereka adalah Suigetsu Hoshizaki dan Neji Hyuuga.
Apa? Kalian bertanya kenapa aku menyebut mereka brengsek? Tentu saja karena mereka memang brengsek. Kalau bukan karena mereka, aku pasti tidak akan berada pada situsi ini. Menyatakan cinta pada laki-laki. Lebih baik aku mati!
Aku ini normal-mungkin- tidak seperti mereka. Maho.
Flash Back Mode ON ~Normal Pov~
Uchiha Sasuke pemuda tampan yang memiliki malam di matanya, serta helai halus berwarna senada di kepalanya bermodel raven yang menentang gravitasi-namun sialnya sering kali disamakan dengan pantat ayam oleh salah satu sahabatnya yang bernama suigetsu- sekaligus cucu dari Uchiha Madara kepala sekolah serta pemilik Konoha High School tempatnya mengenyam pendidikan sekarang. Saat ini sedang duduk di sebuah sofa yang terdapat di sebuah ruangan khusus miliknya. Ruangan itu terletak di lantai lima gedung Konoha High School.
Konoha High School atau yang lebih dikenal dengan KHS merupakan sebuah sekolah elit yang hanya bisa dimasuki oleh siswa yang berasal dari keluarga elit pula, serta beberapa siswa beruntung dengan kemampun otak yang membanggakan, sebut saja murid penerima beasiswa.
Terdiri dari lima lantai. Di lantai pertama terdapat loker khusus untuk siswa, ruang Kepala sekolah, ruang Guru dan ruang administrasi. Lantai dua untuk kelas X, lantai tiga untuk kelas XI, dan lantai empat untuk kelas XII. Terakhir lantai lima, selain terdapat ruangan khusus untuknya, di sana juga terdapat ruang leb komputer, leb bahasa, leb Ipa, dan leb-leb lain. Kantin ada ditiap lantai, kecuali lanti lima. Dan terdapat 4 lift yang diletakan searah mata angin yaitu, di utara, timur, selatan dan barat gedung.
Saat sedang asyik duduk di sofa sambil membaca, tiba-tiba saja terdengar suara pintu diketuk.
Tok Tok Tok…
"Sasuke kau di dalam?" tanya seseorang dari balik pintu.
"Hn," balasnya singkat.
"Kami masuk ya,"
Setelah itu pintu ruanganpun terbuka, dan masuklah dua orang pemuda tampan yang dikenali sasuke sebagai sahabat-sahabatnya.
"Sedang apa kau di sini? Bolos lagi?" kata tanya tanpa maksud bertanya meluncur mulus dari mulut salah satu pemuda tadi, dia adalah Neji Hyuuga pemuda tampan bertubuh tinggi yang memiliki mata beriris lavender, serta memiliki rambut panjang sepunggung berwarna kecoklatan yang terlihat begitu halus dan mampu membuat sebagian wanita merasa iri ketika melihatnya.
"Hn, begitulah. Aku bosan mendengarkan pelajaran yang sudah kuhapal di luar kepala." Jawabnya datar.
"Waw, Jadi orang jenius memang sulit ya?" tanya pemuda yang satu lagi dengan intonasi yang lebih terdengar mengejek dari pada bertanya. Pemuda itu bernama Suigetsu Hoshizaki, pemuda berperawakan tampan sama seperti kedua temannya. Bertubuh tinggi tegap, dan berhelai rambut keperakan, serta gigi runcing khas klan Hoshizaki, yang agak menyeramkan bagi sebagian anak kecil yang melihatnya. Tapi jelas itu `tak sedikitpun mengurangi ketampanannya.
"Kenapa kalian ada di sini, membolos juga eh," Ucap sasuke sarkastis tanpa berniat menjawab ejekan suigetsu.
"Ya memang, kami memang membolos, kau tahu kami juga merasakan kebosanan yang sama denganmu. Entah kenapa akhir-akhir ini rasanya bosan sekali? Apa tidak ada sesuatu yang bisa kita lakukan? Sebuah permainan baru mungkin," jawab sekaligus tanya Neji.
Hening sebentar, mereka bertiga seolah sedang berada di alam pikiran masing-masing.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara suigetsu yang berhasil memecah keheningan.
"Aku punya ide! Dan aku berani jamin kalian akan suka ide ini!"
"Ide apa?" tanya Sasuke dan Neji berbarengan.
"AYO KITA TARUHAN!" jawabnya lantang.
End Of Flash Back ~SASUKE POV~
Hn, menyebalkan kalau ingat itu lagi. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah menyetujui ikut taruhan konyol itu. Hn, ngomong-ngomong soal taruhan, aku belum memberitahukan apa taruhannya ya? Baiklah akan kukatakan.
Taruhannya adalah, kami harus menyatakan suka pada masing-masing target yang sudah ditentukan, memacarinya selama seminggu, lalu memutuskannya saat itu juga.
Hn, benar-benar taruhan konyol. tapi, setidanya ini bisa sedikit menghilangkan rasa bosanku. Hehehe semoga kau tidak terlalu membosankan pirang manisku.
Tapi hey kenapa dari tadi dia diam terus? apa dia tuli? cih menyebalkan, terpaksa aku harus mengulangi kata-kata itu lagi.
"Hey, apa kau mendengarku? Aku bicara padamu, kubilang aku suka padamu. Apa jawabanmu?" cih, kalimat terpanjang yang kukatakan pada orang asing. Kalau bukan karena taruhan itu aku pasti sudah memberiny death glare kebanggaanku.
"Ah maaf Senpai," Katanya akhirnya. Apa-apaan itu, menunggu begitu lama cuma itu balasannya, mana jawabannya? Sial, terpaksa tanya lagi.
"Lalu, apa jawabanmu?" tanyaku sambil mengulaskan sedikit senyum, senyuman yang menawan, setidaknya itu yang selalu dikatakan fans girl-ku saat tanpa sengaja melihat senyum ini. Dan kuyakin itu juga yang sedang dipikirkannya sekarang. Hey jangan bilang aku narsis, memang itu kan kenyataannya. `Tak ada Uchiha yang tidak menawan, itu sudah hukum alam.
"Jawaban?" Katanya, lagi-lagi singkat. Hey apa dia lebih pelit kata dariku?
"Iya, jawaban, aku butuh jawaban. Apa kau mau jadi pacarku?" balasku lembut. Lembut? Oke, aku tau, aku sedang OOC sekarang, tapi hey ini taruhan, ingat! mencoba menghiraukan pikiranku yang benar-benar ingin menjitak kepala pirangnya. Hey jangan-jangan dia bukannya tuli, tapi dia lamban. Apa dia belum berhasil memproses kata-kataku di otaknya. Cih, baka Dobe.
"Iya, aku mau."
"Hah,"
"Kubilang aku mau Senpai."
"Oh. begitu,"
"Iya, begitu."
"…"
"Sudah ya senpai, aku pulang duluan, aku ada kerja sambilan. Sampai jumpa besok." Katanya, lalu berlalu pergi.
Oh damn, sekarang aku terlihat bodoh di depannya. Kenapa jadi aku yang terlihat bodoh di sini? Apa-apaan si Dobe itu, apa begitu ekspresinya saat seseorang menyatakan cinta padanya. Sial, dia benar-benar membuatku kesal.
Aku benar-benar ingin meninju wajah seseorang sekarang. Hn, sepertinya Suigetsu pilihan yang tidak buruk. Tunggulah Suigetsu, kau akan menyukai ini. khuhuhu…
Normal POV
`Tak lama setelah itu, terdengar suara memilukan dari ruangan khusus sang Uchiha bungsu. Suara apakah itu? Hanya tuhan dan sang Uchiha bungsu yang tahu.
Normal POV End
Sasuke POV ~keesokan harinya~
Jam baru menunjukan pukul 06.30 pagi ketika aku sampai di depan sebuah rumah 'kecil'. Aku tidak berbohong sedikitpun saat mengatakan kata 'kecil', karena pada kenyataannya rumah itu memang 'sangat kecil'-menurutku-.
Apa benar ini rumahnya? Apa si Siugetsu brengsek itu tidak sedang mengerjaiku saat memberikan alamat rumah ini? Oh ayolah, bahkan kamarku saja lebih besar dari ini. Bagaimana bisa dia bertahan hidup di tempat seperti ini?
Cekrret…
Lamunanku buyar seketika saat indra pendengaranku menangkap suara derit pintu yang dibuka. Setelahnya muncul siluet pirang yang kuketahui sebagai rambut si Dobe. Segera kuperbaiki posisiku yang tadi bersandar di tembok samping pintu rumahnya.
Sesaat kulihat dia membelalakan matanya saat melihatku, sepertinya dia terkejut. Hn, ekspresinya lucu sekali. Tunggu, lucu eh?
"Senpai, sedang apa di sini?" Tanyanya, lagi-lagi membuyarkan lamunanku.
Secepat kilat kukembalikan tampang datarku, kemudia menjawab pertanyaan. "Hn, tentu saja menjemputmu. Itu hal yang biasa dilaukan seorang pacarkan?"
"Eh, i-iya." Jawabnya, ragu.
Sesaat masih bisa kulihat ekspresi bingung di wajahnya. Tapi dengan cepat ekspresi itu digantikan dengan ekspresi lain. Ekspresi senang, iya, itu ekspresi senang. Dan apa itu, dia tersenyum, tersenyum padaku. Senyumnya manis. Sial, pipiku memanas. Huh, segera kubalikan tubuhku membelakanginya, agar dia `tak bisa melihat wajahku. Hn, ekspresi memalukan seorang Uchiha 'tak boleh dilihat oleh orang lain.
" Loh Senpai kenapa? Dingin ya? Wajahmu merah,"
Shit, dia melihatnya. Huh, ini memalukan. "Aku tidak apa-apa. Ayo berangkat sudah hampir jam tujuh."
Setelah mengatakan itu aku segera melangkahkan kakiku, tapi belum satu langkahpun kuambil, rasa hangat menjalar di telapak tangan kananku. Rasa hangat yang aneh tapi nyaman.
Bingung dengan kehangatan yang tiba-tiba muncul, kuputuskan untuk menoleh. Kulihat, tangannya, menggenggam tanganku erat.
Marah. Biasanya itu yang akan kurasakan saat ada seseorang yang berani menyentuhku tanpa izin, kemudian orang itu akan mendapatkan death glare khas Uchihaku.
Tapi, bukan, bukan itu yang kulakukan. Aku hanya berdiri diam menatap tanganku yang di genggamnya.
"Tanganmu dingin Senpai. Ini, pakai ini, kau akan merasa hangat." katanya, sambil mengeluarkan sebuah sarung tangan berwarna biru cerah-serupa dengan warna matanya- dari ranselnya. Kemudian memakaikannya ke tanganku. Senyum tadi belum luntur dari wajahnya.
"Nah, begini lebih baik." Sambungnya masih sambil tersenyum, setelah itu dia kembali meraih tanganku, dan menarikku menuju mobilku yang kuparkirkan persis di depan rumah kecilnya.
Benar apa katanya. Benda ini hangat, sama hangat dengan tangannya. Entah sadar atau tidak, aku mengeratkan genggamanku di tangannya.
"Senpai, apa itu mobilmu?" Tanyanya tiba-tiba, dan lagi-lagi membuyarkan lamunanku. Hey, aku sering melamun ya akhir-akhir ini?
"Hn, iya itu mobilku. Ayo masuk, kita segera berangkat."
"Kita berangkat dengan naik itu?" tanyanya.
"Hn, tentu saja. Ada masalah?" jawabku. Heran, apa salahnya berangkat dengan mobil?
"Tidak ada. Hanya saja, aku tidak terbiasa, 'tak bisakah kita naik bis saja?" tanyanya lagi.
"Tidak." jawabku singkat. Setelahnya aku menarik tangannya dan membawanya memasuki mobil.
Setelah memasuki mobil dan memakai sabuk pengaman, segera kulajukan mobilku menuju sekolah. Kulirik jam tanganku, sudah jam 07.00. aku harus cepat, aku tidak mau terlambat karena ini akan jadi hari pertamaku berangkat sekolah bersama seseorang. Eh apa aku terdengan seperti menikmati semua ini?
End Sasuke POV
Normal POV
Di sebuah mobil sport berwarna hitam kebiruan, terdapat dua orang pemuda yang sangat kontras satu sama lain. Yang satu hitam dan yang satu pirang. Si hitam bernama Uchiha Sasuke dan si pirang bernama Uzumaki Naruto.
Keadaan di mobil itu cukup hening, hanya sesekali terdengar bunyi mesin mobil serta suara klakson mobil lain yang juga sedang mengunakan jalan saat itu. Keheningan yang tercipta ini agak menggangu bagi Sasuke, walaupun Sasuke terkenal sebagai seseorang yang notabene suka kesunyian, tapi keheningan ini juga tidak bisa dibilang menyenangkan.
Oleh karena tidak mau lebih lama berada dalam keheningan yang terasa aneh, dan karena tidak tahu harus bicara apa untuk memulai perbincangan, Sasuke memilih menyalakan radio yang berada di mobilnya. Setelahnya terdengarlah sebuah alunan nada indah di mobil tersebut. Walaupun itu bukan lagu kesukaannya, Sasuke bersyukur karena keheningan tadi telah sirna sepenuhnya.
Setelah menempuh kira-kira setengah jam perjalanan, akhirnya mereka telah sampai di KHS. Sesudah memarkir mobilnya di area yang tersedia Sasuke dan Naruto keluar dari mobil. Dan segera berjalan memasuki sekolah. Tepat ketika mereka memasuki gedung, bel berbunyi. Hal itu membuat mereka mempercepat langkah.
Mereka berjalan beriringan dengan keheningan yang sama seperti di mobil tadi, tapi dengan bonus tatapan heran para Siswa dan tatapan Kaget, marah, iri dan cemburu dari para Siswi yang juga sedang berjalan menuju kelas mereka.
Sasuke yang sudah memprediksi keadaan ini akan terjadi, hanya tenang-tenang saja dan memasang wajah datar. Tapi berbeda dengan Naruto yang sekarang sedang menundukan kepalanya ke bawah dan menatap lantai. Terlihat ekspresi aneh di wajahnya. Ekspresi takut dan sendu.
Tak lama berjalan mereka telah sampai di lantai tiga, lantai dimana kelas Naruto berada, lantai kelas XI.
"Ne Senpai, aku ke kelas dulu ya. Sampai jumpa, oh iya tadi terima kasih sudah mengantarku." ucap Naruto sambil sedikit membungkuk pada Sasuke dan lalu berjalan cepat menuju kelasnya.
"Hn." Jawab Sasuke singkat, kemudian kembali berjalan meniti tangga ke lantai empat, menuju kelasnya. tampaknya dia sedang 'tak berniat membolos hari ini.
.
.
Tbc. (haruskah dilanjut?)
Haiii Atashi wa Tsukihime Akari desu, yoroshiku ne minna…^^
Hmmm Tsu tau fic ini pasaran banget, abal, gaje, banyak Typo, dll… n seperti tertulis di atas, ini fanfic pertama, terima kasih bagi yang udah baca. Dan maukah sekalian me-review fic yang penuh kekurangan ini? Maaf jika ada yang merasa fic ini tidak pantas di publish di situs kita tercinta ini…
Oh ya ini bulan puasa! Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankannya^^
Ehh hampir lupa nih… Woiiii Ri-chan Higurashi, kamu WAJIB review! Kalo ngga~ BukBer bataaal! #keroyokrame-rame
Terakhir, Tsu tunggu review, kritik dan sarannya^^
REVIEW PLEASE!
.
.
.
See ya'
