Hay.. hay.. ini fic pertamaku loh. Fic ini terinspirasi waktu temenku bawa artikel tentang bahasa bunga. Gak jauh-jauhlah dari itu. Jadi, selamat menikmati.
JUST ABOUT THEM
Sore itu angin berhembus sepoi-sepoi, mengibarkan rambut panjangku yang terurai. Saat ini aku memang sedang terduduk di pinggir jendela di lantai dua rumahku. Aku sendiri bingung, tidak tahu apa yang sedang kulakukan.
FHUH!
Aku menarik napas panjang. Aku bingung. Yah, itulah kenyataannya. Sampai tiba-tiba aku mendengar sebuah suara kecil bicara padaku.
"Kak Ran, kakak sedang apa? Kok sepertinya bingung sekali?"
"Eh, Conan. Mmm... aku memang sedang bingung memikirkan acara sekolah minggu depan,"
"Memangnya ada acara apa?"
"Pesta dansa. Setiap murid harus datang dan membawa pasangan masing-masing,"
"Lalu, kenapa kakak bingung?"
"Karena aku belum punya pasangan. Aku kan tidak mungkin datang sendiri,"
"Kenapa tidak kau terima saja ajkan dari kapten basket itu?" sebuah suara terdengar beberapa saat setelah terdengar bunyi pintu dibuka.
"Sonoko? Sejak kapan kau ada di sana? Bukankah kita akan pergi dua jam lagi?"
"Sebenarnya aku baru saja tiba dan tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian berdua. Jadi, kenapa tidak kau terima saja ajakan dari kapten basket itu? Kau sedang senggang kan?"
Aku sendiri juga kurang mengerti apa yang dimaksud Sonoko dengan senggang.
"Apa kapten basket yang kakak maksud adalah kak Yoshio?" suara kecil itu bicara dengan nada yang tak jelas artinya.
"Tentu saja. Memangnya siapa lagi?"
"Lalu, kak Yoshio mengajak kak Ran?"
"Bahkan sudah sejak dua hari yang lalu,"
"Lalu kak Ran menerima ajakan itu?" ia mengarahkan wajahnya padaku.
Lucu sekali. Wajah mungil yang diselimuti ekspresi harap-harap cemas itu membuatku ingin meremasnya.
"Aku belum menjawabnya. Aku masih bingung. Memangnya kau sendiri akan pergi ke acara itu dengan siapa Sonoko?"
Aku memalingkan wajahku pada sahabatku yang satu ini.
"Tentu saja dengan pangeran tendanganku, Makoto Kyogoku. Ia berjanji akan datang khusus untuk menemaniku datang ke acara itu. Sudahlah, kau pergi saja dengan Yoshio. Ku rasa dia orang yang baik. Jauh lebih baik daripada detektifmu yang kini entah ada dimana,"
"Kak Ran jangan pergi dengan kak Yoshio,"
Suara kecil itu bicara lagi.
"Memangnya kenapa, Conan?" tanyaku padanya. Kurasa ia tulus memintaku agar tidak pergi bersama sang kapten basket itu.
"Pokoknya jangan! Dia tidak sebaik penampilannya. Percayalah padaku," jawabnya yakin. Tapi, ada sedikit kebohongan disana. Aku tahu itu.
"Wah..wah.. Anak kecil ini cemburu rupanya. Kau tahu apa soal Yoshio, Mr. Edogawa?" Sonoko bicara lagi.
"Mmm...anu..itu.. dulu kak Shinichi pernah cerita soal kak Yoshio. Dia bukan orang baik," jawabnya terbata-bata.
Untuk kedua kalinya aku ingin meremas wajahnya. Kini, wajah mungil itu tersipu malu. Pipinya memerah.
"Apa? Shinichi? Bukankah dulu ia sangat akrab dengan Yoshio?" Sonoko menggumam. "Kalau begitu, bisa tolong beritahu atasanmu si-maniak-misteri itu, kalau ia tak ingin melihat Ran pergi dengan Yoshio, datanglah ke pesta dansa itu minggu depan,"
"Sonoko, jangan bicara yang tidak-tidak. Ngomong-ngomong, ada apa kau datang kemari? Bukankah kita akan membeli gaun pesta dua jam lagi?" tanyaku mengalihkan pembicaraan demi meringankan beban anak kecil di sebelahku yang saat ini mukanya sudah semerah kepiting rebus.
"Aku ingin kau menemaniku pergi ke salon untuk perawatan wajah. Aku kan harus tampil cantik dihadapan Makoto saat dia datang nanti. Jadi, aku sudah harus mulai perawatan diri sejak saat ini. Kau mau kan menemaniku?" katanya sambil memegangi kedua pipinya.
"ya sudah. Tunggu sebentar ya, aku ganti baju dulu," jawabku seraya meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.
Sejurus kemudian, aku sudah siap untuk menemani sobatku ini demi menjalankan misinya.
"Conan, aku titip rumah ya. Makan malamnya sudah kusiapkan di atas meja makan. Kalau ayah nanti sudah pulang, tolong panaskan makanan untuknya ya. Sudah ya, aku pergi dulu," kataku pada Conan yang tampaknya sama sekali tidak mendengar pesan dariku. Entah apa yang telah dikatakan oleh Sonoko sampai-sampai wajah Conan jadi pucat pasi. Aku tahu Sonoko memang hobi menggoda Conan. Kasihan anak itu..
Seminggu kemudian...
"Kak Ran, aku pergi ke rumah Profesor dulu ya," Conan berpamitan padaku seraya membuka pintu kamarku.
"Ya sudah, hati-hati ya. Jangan nakal dan jangan pulang terlalu malam," kataku tanpa mengalihkan pandanganku dari cermin.
Tidak ku dengar suara meng-iya-kan dari anak itu. Aku pun mengalihkan wajahku padanya. Ia sedang berdiri mematung di ambang pintu melihatku dengan mulutnya yang membentuk huruf O besar.
"Conan, kau kenapa? Kau terpesona ya melihatku? Bagaimana? Aku cantik kan?" tanyaku seraya memutar tubuhku.
"i..iya. Cantik. Lalu, kakak akan pergi dengan siapa?" tanyanya yang kini aku tahu ia sedang menunjukkan ekspresi harap-harap cemas.
"Aku pergi sendiri. Setelah ku pikir-pikir, aku tidak bisa menerima ajakan dari Yoshio. Sudahlah, jangan dipikirkan. Bukankah tadi kau ingin pergi ke rumah Profesor?" tanyaku mengingatkan.
"oh iya, ya. Ya sudah aku pergi dulu ya kak," ia pun berlari. Suara langkah kecil sepatunya berlalu dengan cepat.
Ya, kini tiba saatnya giliranku. Ku harap aku sudah siap untuk pergi ke pesta dansa itu sendirian. Tapi, mau tidak mau atau suka tidak suka, aku harus siap. Karena memang seperti inilah situasinya.
Oke! Semangat Ran, kau pasti bisa. Be calm girl. It's just a dance party.
Aku menyemangati diriku sendiri. Aku menarik napas panjang. Berharap bisa menjadi lebih tenang. Here we go...
Di pesta dansa...
Akhirnya aku tiba juga disini. Sejauh ini baik-baik saja.
"Ran, mana pasanganmu?" suara yang sangat ku kenal bicara padaku. Siapa lagi kalau bukan Sonoko.
"aku datang sendiri. Aku tidak bisa menerima ajakan dari Yoshio. Aku tidak ingin memanfaatkan kebaikannya. Jadi, kuputuskan untuk pergi sendiri,"
"Ya ampun, kau baik sekali sih. Pasti Shinichi akan sangat menyesal bila tahu siapa yang ia tinggalkan," katanya berlagak sok tua.
"Sudahlah, aku tidak apa-apa. Hey, tidakkah kau ingin mengajak Makoto ke lantai dansa? Kasihan kan dia sudah jauh-jauh datang tapi hanya diajak mengobrol saja. Pergilah, aku akan mendukungmu dari sini,"
"Terserah apa katamu sajalah. Ya sudah, aku duluan ya Ran," katanya seraya meninggalkanku sendirian.
Aku mengangguk dan tersenyum.
Aku memilih untuk duduk menyendiri di sebuah sofa di sudut ruangan. Mungkin harusnya aku tak perlu datang kemari. Untuk apa aku datang kemari jika tak punya pasangan? Persiapanku untuk datang kemari ternyata hanya berakhir di sebuah sofa. Miris memang. Tapi, mau bagaimana lagi?
HUH!
Andaikan si-bodoh-maniak-misteri itu tidak menghilang entah ke mana, mungkin saat ini aku akan pergi dengannya. Tapi sialnya, si-bodoh-maniak-misteri itu kini enttah ada di mana. Tak ada kabar, informasi atau apapun juga. Ia hilang begitu saja bagaikan asap.
Kalau begitu, bisa tolong beritahu atasanmu si-maniak-misteri itu, kalau ia tak ingin melihat Ran pergi dengan Yoshio, datanglah ke pesta dansa itu minggu depan. Ucapan Sonoko kembali terngiang di telingaku. Mungkinkah ia akan datang kemari?
Ran, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Mana mungkin ia akan datang kemari. Sampai saat ini kau bahkan tak tahu ia ada dimana. Terimalah takdir ini Ran. Selamanya kau akan menjadi orang yang menunggu seseorang yang tak jelas kapan akan datang kembali.
Tiba-tiba, ada serangkaian bunga terpampang di hadapanku. Bunga apa ya? Aku lupa. Rasanya aku pernah melihat bunga ini. Tapi dimana?
Aku pun mendongakkan wajahku ke atas. Sosok yang tak asing bagiku kini berdiri di hadapanku.
Oh tidak! Apakah ini fatamorgana?
to be continued...
Ha..ha..ha.. selesai nih satu chapter. Maaf ya kalau masih banyak kekurangan. Namanya juga pemula. Penasaran sama cerita lanjutannya? Baca aja chapter berikutnya. Atau ada yang mau nebak dulu? Boleh..boleh..
Ditunggu ya review-nya...
