Tittle : Forbidden Love

Author : Song Je Hun

Genre : Family, Romance, Sad

Lenght : Chapter

Rating : T

Cast :

- Lee Hyuk Jae

- Park Jung Soo

- Park Chan Mi

Note : FF ini sebelumnya sudah pernah dipublish di Blog pribadi saya ^^

Mohon maaf jika banyak Typo yang berhamburan ^^

~ Happy Reading ~

Park Chan Mi pov

Aku menangis dibawah pohon depan panti asuhan yang sudah kudiami sejak delapan tahun silam. Aku ingin marah, tapi tidak tahu harus marah pada siapa, pada Tuhan? Kenapa Orangtuaku membuangku sejak usiaku satu tahun?

Ini menyedihkan… tidak ada satupun yang mau mengadopsiku! Padahal usiaku sudah 9 tahun. Sementara hampir semua temanku sudah memiliki keluarga baru sekarang.

Hiks…hiks…hiks….

"Uljima gadis kecil!" seseorang menepuk pundakku.

Aku menoleh kearahnya. Aku melihatnya dari ujung kepala hingga kaki, sepertinya dia anak keluarga kaya.

"Kau sangat jelek saat menangis." Dia terseyum padaku.

Aku menghentikan tangisku, menghapus airmata dengan ibu jariku.

"Ini untukmu… rasanya sangat manis… percayalah!" dia menyodorkan sebuah lolipop berbentuk hati padaku.

Kami bermain beberapa saat sebelum akhirnya dia melirik jam tangannya dan berlari pergi.

"Hey~… siapa namamu?" teriakku

"Panggil aku…."

,

,

,

Tok…tok…tok…

Kudengar seseorang mengetuk pintu dan memasuki kamarku perlahan.

"Eomma…" lidahku mulai terbiasa menyebutnya seperti itu.

Sejak dua minggu lalu aku resmi menjadi putri angkatnya. Aku merasa senang dan beruntung, karena setidaknya masih ada yang mau mengadopsiku diusiaku yang ke 14 tahun ini.

"Kau tak bisa tidur di kamar barumu?" eomma membelai rambutku pelan.

"Anniya~, tapi… kenapa kita harus meninggalkan oppa di Neunggok?"

Aku mulai mengkhawatirkan oppa yang belum pernah aku temui sampai saat ini, dia tetap tinggal di Neunggok bersama appa karena tidak setuju untuk memiliki seorang yeojasaeng. Eomma bilang usianya dua tahun lebih tua dariku. Bisa kubayangkan dia pasti tampan… karena eomma juga cantik.

"Oppa… dia akan baik baik saja. Dia punya teman yang tidak akan membuatnya kesepian." Eomma memegang tanganku.

Aku bisa mengerti bagaimana perasaan eomma dan oppa.

"Cepatlah tidur, ini sudah malam." Dia kembali membelai rambutku.

"Ne~ eomma."

Eomma kemudian menutup pintu kamarku dan meninggalkan aku sendirian.

,

,

,

Waktu terus berjalan. Tidak terasa kini usiaku sudah menginjak 24 tahun. Itu artinya aku sudah tinggal bersama eomma selama 10 tahun. Dan selama itu pula aku belum bertemu dengan oppa.

Aku menyusuri jalanan kota Seoul dengan kamera baru, hadiah ulang tahun dari appa. Menyaksikan gaun gaun cantik yang terpajang dibalik kaca butik butik mewah, cafe cafe yang tak pernah sepi pengunjung. Aku berjalan perlahan menikmati udara pagi yang segar.

Aarrgghhhh!

Aku tidak sengaja terpeleset. Kulihat sebuah kulit pisang menempel di alas sepatuku. Aishh~ menyebalkan! Umpatku dalam hati. Mataku mulai mencari pemilik kulit pisang tak bertanggung jawab itu. Yakk! Kulihat dua namja berjalan dengan santainya sambi masih memakan buah pisang itu.

"Jamkanman!" teriakku, tapi sepertinya mereka tak mendengarku.

Aku berjalan lebih cepat mengikuti keduanya.

"Tuan, ini milikmu?" aku menunjukkan kulit pisang itu.

Mereka menyangkalnya, membuat aku semakin kesal.

"Kau tidak tahu orang Korea sangat cinta kebersihan, terlebih di Seoul. Emmm… kau baru datang kemari? Pantas saja!"

Mereka tersenyum tanpa dosa. Mereka bahkan tidak mau minta maaf padaku, saat kukatakan aku terjatuh karena ulah mereka. Namja yang bertubuh lebih kurus dan tinggi dengan rambut pirang itu justru menyalahkanku.

"Nona itu salahmu sendiri, kau seharusnya lebih berhati hati. Dan lagi jangan menggunakan high…" dia menggantung ucapannya setelah melihat alas kakiku. Untungnya aku sedang memakai sepatu keds.

"Yakk! Sayangnya aku tidak. Kurasa tinggi badanku sudah lebih dari cukup."

Agaknya namja disampingnya merasa tersinggung dengan ucapanku. Tentu saja dari pengamatanku tingginya tidak lebih dari 180 cm. Kurang dari standar namja Korea menurutku. Dia membuka ponselnya kemudian berbisik pada namja yang memakiku.

"Hyung, aku harus cepat cepat minum susu agar tinggi…"

Aku tersenyum geli mendengarnya.

"Apa menurutmu dengan minum susu tinggi badanmu akan naik 10 cm? 15 cm? Atau 20 cm?"

Kami bertiga berdebat beberapa saat.

"Dasar monyet gila!"

Namja itu mulai terpancing emosinya hingga hampir mendaratkan tamparan diwajahku. Aku menutup mataku takut. Untungnya tangan seorang namja dengan rambut pirang dan rapi mencegahnya. Aku melihat seperti ada cahaya dibalik senyumnya. Sebuah senyuman yang sangat mempesona.

"Tuan, bisakah bersikap lebih sopan pada seorang yeoja?"

Si Monyet gila itu tampaknya sedikit kesal bercampur malu.

"Neol sarami nuguya?"

"Dia… dia kekasihku…" ujarku sambil melingkarkan tanganku ke lengan namja yang menolongku.

Dia tampak sedikit kebingungan, aku memberinya kode untuk sedikit berpura pura. Dia hanya tersenyum kecil

"Geurom…" dengan kesal monyet gila itu menurunkkan tangannya.

"Tapi nona urusan kita belum berakhir." Namja itu menatapku penuh kebencian. Dia dan temannya pergi begitu saja.

Aku menundukkan kepalaku.

"Gomawo…" ucapku lirih

Tapi saat aku mendongakkan kepala, ternyata namja yang menolongku sudah pergi lebih dulu. Huft~ aku menarik nafasku pelan.

,

,

,

Di rumah eomma sudah menyiapkan makan malam special untukku, menyakan bagaimana hariku. Aku terpaksa bilang semuanya baik baik saja. Tapi…. monyet gila itu benar benar menyebalkan.

Eomma duduk di depanku, menggenggam tanganku lembut. Dia mengatakan akan mempertemukanku dengan seorang namja, tapi bukan oppa. Mungkin lebih tepatnya sebuah perjodohan untukku.

"Eomma yakin dia adalah namja yang baik, dia sangat patuh pada eommanya."

Ucapan eomma membuatku berpikir, mungkin sudah saatnya aku menikah dan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik oppa. Oppa mianhae…. bisikku dalam hati.

"Ne~ aku akan datang ke pertemuan itu." Eomma tersenyum puas.

Aku senang jika eomma juga senang. Kuharap ini adalah pilihan yang tepat, meski aku tidak tahu siapa namja itu. Tapi aku yakin pilihan eomma adalah yang terbaik untukku.

,

,

,

Aku duduk disebuah cafe, menyempatkan diri untuk minum teh hijau setelah hunting gaun untuk pertemuan malam ini. Kuharap namja itu tidak membuatku menyesal, meski sebenarnya aku masih menyukai namja kecil yang memberiku lolipop. Aku selalu suka menyebut namanya. Suka karena dia selalu mengunjungiku dua kali sebulan selama satu tahun.

Aku menyeruput kembali tehku. Memandang jalan yang tak pernah sepi pejalan kaki. Mataku kemudian tertuju pada dua namja yang berjalan menuju cafe. Yakk! Monyet gila dan temannya itu?! Aku beranjak dari dudukku, membayar tagihan tehku dan membawa barang barangku pergi, berlari keluar cafe dengan cepat.

Tapi sepertinya mereka mengenaliku, aku berlari semakin cepat karena mereka terus mengejarku.

Hosh…hosh…hosh…

Aku semakin tidak kuat untuk berlari, namja itu berhasil menarik tanganku.

"Mau kemana nona?" tanyanya dengan nada paling menyebalkan yang pernah kudengar.

Aku mengatur kembali nafasku.

"Sepertinya kau sendirian?"

"…"

"Apa namja itu bukan kekasihmu?"

"Itu bukan urusanmu!" bentakku. "Apa mau kalian?!"

"Mwo?! Kau belum minta maaf pada kami. Kau lupa?!" lanjutnya lebih ketus dari sebelumnya.

"Mwo?! Minta maaf?! Anniya~, itu bukan salahku. Kau yang membuatku kesakitan!" aku menunjuk pantatku yang sakit karena terjatuh kemarin.

"Yakk! Apa yang kau lihat?!" teriakku saat kulihat aktifitas namja itu melihat tubuhku.

"Dasar monyet berotak yadong!"

Aku menendang kakinya dan berlari pergi. Syukurlah ada sebuah taxi yang melintas. Aku masuk kedalam taxi dengan cepat. Mendongakkan kepala keluar jendela dan menjulurkan lidah. Aku lihat wajahnya memerah karena kesal.

,

,

,

- TBC -

Hohoho….. Gimana pendapar Readers, kurang bagus atau Alurnya gag jelas? Maklum masih pemula. Mohon reviewnya. Kamsahamnida ^^