Be My Princess © Voltage Inc.
Kamvus © creau
2016 edition
.
.
Dia adalah seorang pangeran dari kerajaan tetangga. Surai hitam dengan kesan violet membingkai wajah rupawannya. Badannya tegap dengan dada bidang yang terbalut pakaian putih berseragam. Sang pangeran menawarkan tangannya ke arahmu.
Sieg:
"Maukah kau berdansa denganku?"
Jawaban apa yang akan kau berikan? Pilih dengan perasaanmu!
Option:
A. "Ya, tentu saja."
B. "Saya merasa tidak pantas, Yang Mulia."
C. "KYAAAAA~! WHY NOT?!"
"...Hey, kau tidak akan benar-benar memilih pilihan itu, kan? nanti yang ada pangerannya malah kabur!" seorang pria dengan rambut kecoklatan mengintip permainan yang sedang dimainkan oleh si gadis.
"Kyaa! Roberto! kau mengagetkanku!"
Roberto mengerucutkan bibirnya. Mereka sedang makan siang bersama di sebuah cafe dekat kampus. Duduk di luar menjadi pilihan mereka untuk mengahbiskan makan siang bersama, tapi dari tadi gadis itu mengabaikannya. Ia sibuk dengan ponselnya dan 'pangeran'nya. Padahal 'pangeran'nya itu cuma dua dimensi, tidak bisa disentuh, diajak ngobrol dan fiksional! Seriously, dirinya sendiri bahkan lebih tampan dari semua karakter game bodoh itu, kenapa gadis di sampingnya ini tidak pernah meliriknya sedikit pun?!
Roberto mendekatkan dirinya pada gadis itu. Ia merangkul pinggangnya dengan tangan kanannya. "Ayolah, luangkan waktumu bersamaku, sebentar lagi kan kamu praktek..."
"Ro, jangan pegang-pegang, geli ah!"
Bukannya menuruti apa kata si gadis, Roberto malah semakin merangkul gadis itu. Kedua tangannya memeluk pinggang si gadis yang tengah sibuk dengan ponselnya. Ia harus bisa membuat gadis itu berpaling dari ponselnya.
"Rooo, minggir sih! aku bukan pacarmu! jangan pegang-pegang!"
"Ya makanya jadi pacarku!"
Hening...
Roberto akhirnya sadar apa yang dia katakan. Pipinya memerah. Ia menatap mata gadis itu dan mendekatkan bibirnya. Namun, sebelum bibir mereka bersentuhan...
DUAK!
Kepala Roberto kena cium bola sepak.
"Ah, aku tak melihatmu di sana, Roberto. Maaf, ya." kata penendang bola tersebut seraya tersenyum, as if he is sheming something...
"Wah, aku tak tahu kau berlatih di sekitar sini, Wilfred!"
Roberto bangkit dan membetulkan rambutnya. "Gosh, Wills! berlatihlah di tempat la-"
DUAK!
"Wilfred, kau melihat bola kastiku?"
"Biar kuambilkan, Glenn."
"Hey... kalian sengaja-"
DUAK!
"Lemparan bagus, Keith."
"Tentu saja, apa yang kau harapkan dari ace tim basket inti kampus ini?"
"Keithster... aku yakin sekali kau senga-"
DUAK!
"Joshua? kami tak tahu kau bisa bermain voli."
"Aku masih belajar. Jan yang melatihku."
"Hey, Josh-"
DUAK!
"INI SIAPA YANG MAIN HOKI? KAMPUS KITA BAHKAN TAK PUNYA LAPANGAN HOKI!"
"Itu aku, Roberto. Ada masalah?" Ivan memberikan death glare kepada Roberto.
"Err... tidak."
"Ya Tuhan, Roberto, temanku. Kau baik-baik saja? ini, aku bawakan kopi untukmu." Oh, Edward. Pria asal Charles dengan senyuman sejuta watt ini rela melakukan apa saja demi menolong temannya. ia sudah berbaik hati membuatkan kopi gratis kepada temannya. Ya, Edward bekerja di cafe tempat Roberto dan gadis itu makan siang.
"Eddiiie! terima kasih banyaaak~ kau memang temanku yang paling baik!"
"Aku khusus membuatkannya untukmu, Roberto."
"I'm touched, Ed!"
"Akhir-akhir ini kopi menjadi sangat populer, apalagi dengan adanya berita yang hangat saat ini."
"Edward... berita hangat yang kau bicarakan itu... jangan bilang kopinya dicampur sama sianida?"
Edward hanya tersenyum dengan lembut dan Roberto langsung menyembur kopinya.
End!
Sedikit drable di hari-hari baru masuk kuliah tak apa, kan? Mumpung belum praktek guee~
