Predestination
Author by : Snow Sanee
Cast : Jeon Jungkook, Kim Taehyung, and other cast (Clairine Smith, Mr. Smith and Jungkook's family)
Genre : Romance, Drama, Hurt/Comfort
Rate : T
Desclaimer : typo(s), yaoi, boys love, OOC,
Summary :
"Jungyeon, seorang gadis yang dilahirkan dari keluarga yang sederhana harus menerima kenyataan bahwa ia berubah menjadi seorang lelaki yang dimana dia harus menulis kembali takdir nya sebagai seorang lelaki. Seketika kehidupannya dan kisah cintanya berubah sekejap tanpa ia kira sebelumnya. Jungkook, itulah nama nya sekarang."
Song by : House of Cards – BTS
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Part 1 : PROLOG
Siapa yang tak mau kehidupannya berubah dalam sekejap
Apalagi berubah menjadi apa yang ia inginkan.
Namun bagaimana jika kehidupan itu tidak pernah diinginkan oleh dirinya? Seakan-akan kehidupan tersebut dipaksakan untuk dijalaninya, apa yang harus dilakukannya?
-.-
Jungyeon, seorang gadis yang dilahirkan dari keluarga yang sederhana dan kasih sayang. Ia adalah gadis yang periang. Bibir plum dan pipi tembemnya menambahkan kesan manis dan childish pada dirinya.
Namun ia tak akan mengira bahwa tuhan menghendaki ia untuk berubah menjadi seorang lelaki. Hal ini tak pernah ia bayangkan dan ia tak menginginkan ini. ia tak pernah melakukan kegiatan berat seperti yang lelaki lakukan. Ia tidak suka sepakbola, ia tidak suka berkelahi, ia tidak suka menjadi lelaki.
Dan kenapa tuhan menyuruh ia untuk menjadi lelaki?
Apa tujuan ia diberi ujian seperti ini?
Akankah dia mengeluh terus-menerus?
Akankah dia menyerah?
Kenapa ia ditakdirkan dengan kehidupan seperti ini?
Kenapa harus seperti ini?
Kenapa tuhan memberikan cobaan yang besar seperti ini?
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?
"Kenapa…hiks… kenapa..?"
Isak tangis mengaung di salah satu ruangan rumah sakit itu. Isak tangis yang menyayat, yang tersirat kebingungan, kekesalan, dan keputus-asaan.
Ia mendongakkan wajahnya yang penuh dengan bekas air mata.
Ia menatap wajahnya sendiri di sebuah cermin yang berada di kamar itu. Kenapa harus ada cermin disini, pikirnya.
Ditatapnya sosok yang sangat asing di pantulan cermin itu, sosok yang berbeda, sosok yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
Sosok lelaki yang tak pernah ia lihat,
Sebelum ia melakukan operasi sialan itu.
'maafkan saya, tapi anak anda divonis menderita kelainan pada alat reproduksinya. Ini termasuk penyakit yang sangat langka diderita.'
Samar-samar ingatannya sebelum operasi terngiang di kepalanya. Ia memijit-mijit kepalanya yang mulai pening.
'untuk keselamatan dan kesehatan anak anda, kami harus melakukan operasi, namun operasi ini hanya dapat dilakukan di luar negeri, di rumah sakit ini memiliki keterbatasan untuk melakukan operasi pada penyakit yang langka, seperti penyakit yang anak anda derita.'
'dimana memangnya operasi seperti itu dilakukan?'
'London, mrs.'
"Ayah siapa dia?" Tanya gadis itu kepada ayahnya yang masih sibuk mengamati manusia dibalik kaca kamar. Matanya tertuju tanpa berkedip melihat pemuda yang ayahnya amati sedari tadi.
"Dia adalah pasien ayah, kenapa memangnya, Clay. Baru ini ayah mendengar kau sangat penasaran dengan pasien ayah."
"ia …. Ia tampan." Senyuman lebar terpancar dari gadis ini. Matanya masih belum berhenti menatap wajah itu.
Ayahnya terkejut, baru kali ini anak semata wayangnya mengatakan seorang pemuda bahwa pemuda itu tampan. Sebelumnya, anaknya tidak pernah dekat dengan seorang lelaki. Kemudian, sang ayah tersenyum.
Ia tahu, anaknya sedang jatuh cinta.
Gadis itu, Clairine, sedang mengamati seorang pemuda yang sedang duduk di bawah pohon. Ia menatap lekat wajah pemuda tersebut. Wajah tampan nan manis yang dimiliki pemuda itu membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona, termasuk Clairine. Ia tak berniat untuk mengganggu dan menghampiri. Ia pikir melihatnya dari jauh saja sudah cukup.
Lelaki yang sedari tadi ia tatap tanpa berkedip merasa ada sepasang mengamatinya. Sejenak ia menoleh ke sebelah kanannya, dan ia langsung melihat sesosok gadis cantik dengan rambut pirangnya yang tergulai.
"Hei, iya kau yang disana?" teriak lelaki itu sambil melambai-lambaikan tangannnya.
Gadis yang dipanggilnya segera bersembunyi ke tembok yang berada di sebelahnya. 'Yatuhan, aku ketauhan melihat dia, bagaimana ini?' pikirnya panic. Ia segera berlari ke dalam gedung, namun tangannya ditahan oleh tangan seseorang.
"Hei, kenapa kamu kabur?"
Bagaikan bom atom yang akan meledak, detak jantung gadis itu sudah tak beraturan lagi, seakan ingin membuncahkan isinya.
Ia tidak bisa mengatur deru nafasnya, kupu-kupu seakan ingin keluar dari tubuhnya, tubuhnya melayang, pikirannya kosong. Matanya menatap kaku tangan kirinya digenggam oleh tangan lelaki yang ia amati tadi.
"A..a.. Aku.. aku.. maafkan aku.. aku tadi tidak bermaksud-"
"Tidak apa, aku juga tidak bermaksud menanyakan itu, aku cuman penasaran saja, sepertinya aku pernah melihatmu dengan Dr. Smith."
"Itu ayahku."
"Ah, benarkah? Pantas saja setiap aku melihatmu di gedung ini aku selalu melihatmu dengan dokter. Salam kenal, aku Jungyeon, eh maksudnya Jungkook, Jeon Jungkook." Ucap lelaki itu dengan senyuman kelincinya sambil mengulurkan tangan.
"Aku Clairine, Clairine Arbelle Smith" ucapnya sambil membalas jabat tangan dari lelaki itu.
Pada saat itulah, gadis itu menyadari dia mencintai lelaki itu dengan tulus, dan walaupun tanpa ia ketahui cintanya tak kan dibalas dengan sepenuh hati.
.
.
.
.
.
"Aku suka padamu, kook. Lebih tepatnya aku mencintaimu."
Jungkook terkesiap mendengar ucapan gadis cantik di depannya. Dia tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut mungilnya.
"Bagaimana bisa kau mencintaiku, kau tahu kan kalau aku ini dulunya adalah seorang wa-"
"Aku tahu. Aku tidak peduli dengan hal itu."
Jungkook terdiam. Dia pernah berpikir bahwa dia menyukai gadis berkulit putih kaukasoid ini. Namun tak pernah terbesit kata mencintai di hatinya.
Dia masih bingung ingin mengatakan apa. Dia ingin mengatakan 'tidak', tetapi ia takut akan menyakiti Clairine. Selama ini dia hanya menganggap gadis itu sebatas adik, tidak lebih dari itu. Dan apalagi dia tahu kalau dia dulu adalah seorang wanita, yang mana hati dan perasaannya masih seperti wanita, yang masih menyukai lelaki. Ia masih belum terbiasa dengan kenyataan bahwa dia sekarang ini adalah lelaki. Dia bingung. Apakah ini normal? Apakah normal jika seorang lelaki yang dulunya wanita menyukai seorang wanita? Apakah normal jika sampai sekarang ia belum bisa menyukai wanita dan masih menyukai lelaki yang faktanya sejenis dengan dirinya? Banyak tanda tanya yang melayang di pikirannya. Nihil.. Semua tanda Tanya itu tak ada yang terjawab satupun. Tidak ada yang akan bisa menjawab semua pertanyaan di pikirannya.
"So, what's your answer, kook?"
"I..I like you too."
Senyuman cerah dari Clairine sekejap memudar. Ia tahu Jungkook tidak akan pernah mencintai seorang yang dianggapnya adik sendiri.
"I know, kook. It doesn't matter to me, I don't care if you said just like me or don't like me." Senyuman terpaksa tersungging di bibirnya. Jungkook tahu itu. Tapi apa daya itulah yang hanya bisa dia lakukan. Jungkook pun menundukkan kepala, memejamkan matanya berharap hal yang ia lakukan tak salah.
"Kook.."
Jungkook mendongak mendengar namanya dipanggil pelan.
"Iya, Clay?"
Mereka berdua lama terdiam. Clairine yang sepertinya belum ingin melanjutkan ucapannya. Dan Jungkook yang hanya bisa terdiam menunggu Clairine untuk melanjutkan kalimatnya.
"Bisakah kita menjadi sepasang kekasih?"
Alangkah terkejutnya Jungkook mendengar ucapan Clairine yang terkesan berani 'menembaknya' duluan.
"Hah? Kau serius?"
"Aku tahu kau pasti menganggapku murahan. Yang mau menyatakan cintanya duluan kepada lelaki. Tapi aku benar-benar serius, Kook." Ucap Clairine sambil terisak tangis. Dia malu melakukan ini. Pikiran dan mulutnya kali ini sedang tak bekerja sama. Dan sekarang dia harus menanggung resiko yang telah diperbuat oleh mulutnya yang seenaknya mengeluarkan isi hatinya.
Clairine menatap Jungkook. Jungkook sedang menundukkan kepalanya, tak ada pergerakan sama sekali untuk menggerakkan mulutnya. Ia tersenyum miris. Sebegitukah tak berarti dirinya di hati Jungkook? Sebegitukah tak penting dirinya di kehidupan Jungkook. Selama ini seorang Jeon Jungkook yang ia prioritaskan, namun Jungkook tak melakukan hal yang sama seperti Clairine melakukan hal itu kepadanya.
"Just try, please.."
"…"
"Kook.."
"Okay… I will try, Clay."
Clairine terkejut. Dia tak salah dengar kah? Apakah Jungkook bilang kalau dia menerimanya? Apakah ada yang salah pada pendengarannya, atau yang ia dengar tadi hanyalah ilusi?
"R-Reallyy, kook?"
"Yes, I'm serious. I will try to be your boyfriend. And I afford to love you and I hope you can make me till I will love you truly" ucap Jungkook yakin.
Clairine tak kuat menahan kegembiraannya. Ia menghaburkan kegembiraannya dalam pelukan Jungkook. Ia memeluk Jungkook dengan erat, tak ingin lelaki yang dicintainnya ini pergi kemana-mana. Ia sangat senang sekali. Orang yang ia sangat cintai membalas pelukannya dan sekarang bernotabene menjadi kekasihnya. Ia menangis bahagia.
"Kenapa menangis? wajahmu jadi jelek jika menangis seperti itu." Jungkook menepis air mata yang jatuh dipipi Clairine. Hal itu membuat Clairine tambah menangis. Yang dilakukan oleh Jungkook menurutnya sangat romantic. Hal ini membuat Jungkook kebingungan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan tangis Clairine. Segera ia peluk kekasihnya itu, berharap tangisannya akan berhenti. Dan terbukti, setelah lama di pelukan Jungkook, tangisan Clairine perlahan mulai berhenti dan sekarang sudah tidak terdengar lagi isak tangisnya.
"Jungkook, I will make you love me then."
TBC
