Author : Fafasoo202
Title : Life with Babbo Kim
Genre : Romance, Frindship, Humor, YAOI
Rated : T+ (?)
Lenght : Twoshoot/Threeshoot/?
Pairing : My Lovely Kaisoo
Support Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun, etc..
Disclaimer: Cerita murni dari pemikiran saya, tidak plagiat atau sejenisnya. Para pemeran milik kedua orang tuanya juga Tuhan YME. Kalau bisa, sayang ingin memiliki satu diantara mereka :3
Note : Huruf 'italic' menunjukkan kata hati, dan flashback. Jadi, perhatikan tiap kata dan kondisi dalam cerita. Bagi yang tidak menyukai YAOI, tolong segera menutup halaman. Terima kasih^^
.
.
.
Copyright © 2016 Fafasoo202 Present
.- Life with Babbo Kim -.
.
.
.
.
.
Chapter 1
Kyungsoo memandangi ponselnya setelah sambungan itu terputus. Raut wajahnya terlihat kesal luar biasa. Ia menghela nafas kemudian menjatuhkan dirinya di kasur. Memandangi langit-langit sambil menerawang kejadian masa lalu..
"Yah, bersihkan tempat tidurku juga!"
Kyungsoo melirik sekilas pada seseorang yang berdiri di sampingnya. Tanpa menanggapi ucapan itu, Kyungsoo kembali menggerakkan tangannya, membersihkan lantai di ruang tengah dengan penyedot debu.
"Heh! Kubilang bersihkan juga kamarku! Kau tidak dengar ya?!"
Ia menggeram dan mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih. Menghela nafas, mencoba tidak peduli pada orang itu, Kyungsoo kembali melanjutkan kegiatannya.
"YAK, DO KYUNGSOO KAU-"
"Apa?!"
Orang itu terkejut karena tiba-tiba Kyungsoo berbalik dan berteriak padanya. Dia berdehem dan mengkondisikan kembali wajahnya agar terlihat santai.
"Bersihkan kamarku. Jika tidak, aku akan mengadu pada Ibumu kalau kau tidak memperlakukanku dengan baik" –sebuah ancaman yang sering kali Kyungsoo dengar, dan sayangnya ia tidak bisa lagi melawan jika ibunya sudah dibawa-bawa.
Kyungsoo melihat orang itu berjalan keluar rumah dengan angkuhnya. Ia bedecak kesal dan mengacak rambutnya frustasi.
"Sebenarnya siapa pemilik rumah ini? Dan kenapa juga bibi Kim menitipkannya di rumahku? Ya Tuhan,, ibu segeralah datang.. aku menderita hidup bersamanya" gumam Kyungsoo meratapi nasibnya yang ditinggal bersama seorang yang sangat tidak ia sukai oleh orang tuanya ke Busan. Kyungsoo menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Dewi batinnya menjerit meneriakkan semangat dengan ikat kepala dan tangan mengepal terangkat ke atas. Kyungsoo mengangguk pasti lalu melanjutkan pekerjaannya.
.
.
"Cuci bajuku juga!"
Kyungsoo melotot ke arah orang itu. Ia ingin protes tapi orang itu malah berbalik dan meninggalkannya lagi dengan setumpuk pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan –seorang diri.
.
.
"Aku sudah kenyang, cuci piringku!"
Memandang dengan datar dan kepala yang sudah berkukus. Kyungsoo menggeser kursinya. Merapikan meja makan dengan kasar, dan membawa piring kotor lalu mencucinya dengan perasaan marah dan terburu-buru.
"Manusia tidak punya hati!" umpatnya dengan gigi terkatup.
Kyungsoo mendengus kasar. Meletakkan lengannya menutupi mata.
"Apa yang salah denganku? Kenapa orang itu kembali lagi, aku sudah tenang hidup sendiri sekarang"
Dewi batinnya mengulas senyum kebawah, badannya tersandar lemas di sebuah kursi di ruangan yang gelap. Suram. Benar-benar bencana.
Tiba-tiba bel berbunyi membuat Kyungsoo meloncat dari kasurnya. Ia melirik jam di atas pintu kamar. Masih pukul 7 pagi, siapa yang bertamu?
Kyungsoo mengernyit mendengar bel yang kini semakin sering berbunyi. Langkahnya membawanya berlari melintasi ruang tengah menuju pintu depan.
Cklek
Kyungsoo memperbesar dimeter matanya.
"K-kau?"
"Hallo,, lama tidak berjumpa denganmu"
Kyungsoo meneguk salivanya kasar, keterkejutan masih tampak di wajahnya. Kyungsoo memundurkan kepalanya saat orang itu membungkuk dan menjajarkan wajah mereka, terlalu dekat.
"5 tahun tidak bertemu denganmu, kenapa kau jadi lebih pendek? Ckckck.."
Lelaki dengan mata bulat itu tersedak air liurnya sendiri. Astaga, orang ini benar-benar... Kyungsoo menahan suaranya agar tidak meledak di depan orang ini pada pagi hari.
"Minggir! Aku mau masuk"
Kyungsoo meniup poninya sambil memicingkan mata. Kali ini ia tidak akan mengikuti perintah orang ini begitu saja. Kyungsoo memasang kuda-kuda dan merentangkan kedua tangannya, menghalangi jalan masuk untuk orang di hadapannya.
"Katakan padaku kenapa kau ada disini? Ibumu bilang, kau akan datang besok"
Orang itu memutar bola matanya pada Kyungsoo.
"Ku bilang minggir!"
Kyungsoo terhuyung ke belakang setelah orang itu mendorongnya. Untung saja dia bisa menjaga keseimbangannya dengan baik, jika tidak bokongnya pasti sudah mencium lantai.
"Y-yah! Jawab pertanyaanku"
Orang itu terdiam sejenak sebelum berbalik menghadap Kyungsoo. Matanya menyipit dan bibirnya menyunggingkan senyum sinis.
Brugh!
Sebuah tas jatuh tepat dihadapan Kyungsoo.
"Bawakan barang-barangku!"
Kyungsoo ternganga beberapa saat, kemudian matanya mengedip beberapa kali.
"Terkutuk kau Kim Jongin!"
Orang bernama Kim Jongin atau yang sering disapa Kai itu menghela nafas kemudian melanjutkan langkahnya menuju dapur Kyungsoo yang juga akan menjadi dapurnya sekarang.
.
-Life with Babbo Kim-
.
Kyungsoo memandangi Jongin dengan tatapan marah. Matanya menelusuri tiap jengkal tubuh itu. Lihat cara berpakaiannya. Celana jeans yang robek hingga paha, kaos hitam yang melekat di tubuhnya, earphone yang menggantung di leher, memakai kontak lens berwarna abu-abu, memakai eyeliner, dan rambut hitam yang... oh dia tampan.
Kyungsoo melotot tak percaya pada dewi batinnya yang baru saja menyebut Kai tampan. Apa-apaan, tampan? Orang tak punya hati seperti Kai dia bilang tampan? Ohh,, mungkin dewi batinnya sedang sakit mata.
"Jangan melebarkan matamu seperti itu, kau membuatku takut"
Mata Kyungsoo berkedip sekali setelah mendengar suara Kai. Kemudian ia mendengus dan melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Jika dipikir-pikir ada untungnya juga Kai ada disini, dia tidak lagi sendiri walaupun setiap hari akan marah-marah pada Kai.
Kyungsoo berdehem, "Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau datang hari ini?" tanyanya pada Kai.
Kai terdiam sejenak sebelum kembali menyuapkan nasi kemulutnya. Ia tak menggubris sama sekali pertanyaan Kyungsoo. Namja dengan mata bulat itu memutar matanya jengah. Lagi-lagi dia di acuhkan.
"Heh, jawab aku!"
"Tidak sopan bicara saat makan"
Kyungsoo mengerjab beberapa kali, kemudian ia terkekeh geli setelah mencerna perkataan Kai barusan.
"Wahh,, sejak kapan Kim Kai mengenal sopan santun eoh?"
Prak!
Kyungsoo tersentak dan memandang kaget pada Kai yang menyimpan sumpit dan sendoknya di samping mangkuk dengan begitu keras.
"Kau bukan yeoja, tapi sama cerewetnya seperti mereka" Kyungsoo mendengus dan ikut menghentikan acara makannya lalu memusatkan perhatian pada Kai ketika lelaki itu melanjutkan, "Apa salahnya jika aku datang sehari lebih dulu? Kau tidak suka? Aku tidak peduli. Lakukan saja pekerjaanmu dengan baik"
Kai berdiri dan beranjak meninggalkan dapur juga Kyungsoo yang terdiam di kursinya. Baru beberapa langkah lelaki berlensa abu-abu itu berhenti dan berbalik menghadap Kyungsoo.
"Oi! Cuci piringku juga!"
Sekarang Kyungsoo benar-benar menjatuhkan rahangnya di atas meja. Oh? Apa permainannya sudah dimulai? Sang Majikan dan seorang pembantu?
Lihat? dia mulai mengeluarkan kalimat perintah padaku? apa ini akan benar-benar berjalan seperti waktu dulu? Apa aku harus melayani orang itu layaknya bos lagi? Apa aku akan menderita lagi?
Kyungsoo menautkan kesepuluh jarinya, ia menunduk seraya memanjatkan do'a.
"Tuhan, aku mencintaimu. Tolong aku, tolong jangan biarkan orang tidak punya hati seperti Kai itu mengganggu hidupku lagi. Aku tidak ingin menderita untuk kedua kalinya. Kumohon dengar do'aku.." hembusan nafas panjang menjadi akhir do'a Kyungsoo di pagi hari itu. Ia bangkit dari kursinya kemudian membereskan meja makan dan membawa piring-piring kotor ke westafel.
Kyungsoo tak habis pikir. Sebenernya ia ditakdirkan untuk hidup berdampingan dengan Kai atau apa? 5 tahun lalu setelah ia lulus Senior High School ia beralasan pada ibunya untuk kuliah di korea dan tinggal di negeri ginseng itu. Dan yahh,, ia berhasil. Betapa senangnya ia ketika kebebasan menyertainya. Bebas dari Kai tentu saja. Selama 2 tahun hidup bersamanya Kyungsoo selalu merasa terbebani. Tapi rupanya, penderitaannya datang kembali setelah 5 tahun terlewati, dan sialnya lagi... Kenapa orang itu seolah-olah berenkarnasi menjadi seorang dewa yang sialan tampan luar biasa?
Kyungsoo merutuk. Lagi-lagi dia mengakui jika Kai tampan.
.
.
.
Kai memandangi kamar minimalis itu dengan seksama. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis saat matanya menatap figura-figura yang tersusun rapi di atas meja nakas.
"Dia benar-benar tidak berubah. Kenapa warna kamarnya harus hitam lagi? Dan susunannya benar-benar sama seperti di Jepang" gumamnya lalu mendudukkan diri di kasur.
"Ekhem..."
Kai menoleh dan menemukan Kyungsoo di depan pintu.
"Ini kamarku, kamarmu ada di sebelah" ujarnya sambil menunjuk ke kanan dengan ibu jarinya.
"Aku akan tidur disini.."
Kyungsoo terbelalak, apa dia bilang? Dia akan tidur di kamarku?
Kyungsoo terkekeh sambil melipat tangannya di depan dada. "Dengar ya Tuan Kim! Aku tidak sudi berbagi tempat denganmu, jadi tolong cepat angkat kaki dan pindah ke kamar sebelah" ujar Kyungsoo setengah mendesis.
Kai terdiam beberapa detik, ia berdiri kemudian berjalan mendekati Kyungsoo.
Oh Tuhan! Tidak! Jangan tatapan itu lagi..
Dewi batinnya meloncat dari kursi merah itu, kemudian lekas bersembunyi di baliknya. Mengintip sekilas bagaimana raut wajah Kai.
Kyungsoo mengerjap. Wajah Kai memang tidak menampakkan ekspresi apapun, tapi tatapan datar yang menghantam matanya membuat namja itu ciut seketika. Kyungsoo menggerutu dalam hati, kenapa ia selalu lemah jika dihadapan Kai?
Tap~
Kaki panjang itu berhenti tepat di hadapannya. Kyungsoo merasa kaku, ia tidak bisa menggerakkan badannya. Ia tahu Kai sedang menatapnya walaupun ia tidak bisa melihat karena perbedaan tinggi yang begitu menyebalkan.
Jangan mendongak Kyungsoo, jangan!
Kyungsoo ingin membuka suaranya tapi tiba-tiba tenggorokkannya sakit dan nafasnya hilang. Ia dapat merasakan hembusan nafas Jongin di rambutnya. Tangan Kyungsoo mengepal. Lagi. Terlalu dekat.
Lelaki bermata bulat berjengit kaget saat sebelah tangan Kai menarik pinggangnya dan merapatkan tubuh mereka. "A.. apa—"
"Kau fikir aku mau berbagi denganmu?" Kyungsoo menggeliat tidak nyaman saat Kai memotong ucapannya dengan bisikkan lirih. Bahkan Kyungsoo merasa bibir lelaki itu menyentuh daun telinganya.
Beberapa menit berlalu, kemudian Kyungsoo merasa tubuhnya melayang ke belakang hingga bokongnya mendarat manis di lantai marmer putih itu. Sialan! Kyungsoo mendongak dan melihat Kai yang tengah menatap remeh ke arahnya. Brengsek! Aku dipermalukan olehnya.
"Mulai sekarang ini adalah kamarku"
Blam~
Kyungsoo masih terdiam di tempatnya saat pintu itu tertutup. Ia mengusap wajahnya gusar dan segera bangkit. Memandang marah pada kamar di hadapannya.
Dugh! "Akh!"
Kyungsoo membungkuk memegang ujung kaki kanannya yang baru saja menendang pintu kamarnya -yang sekarang menjadi kamar Kai- itu dengan sekuat tenaga.
Dewi batinnya bersandar lemas di balik bangkunya. Mendesah panjang dengan mata yang berair. Ahhh.. tidak, jangan menangis. Tapi nihil, satu tetes sudah menuruni sudut mata kirinya.
"Ini belum 24 jam, tapi aku sudah sangat lelah menghadapinya" lirih Kyungsoo disela-sela isakannya.
.
.
.
Bruk!
Kyungsoo terengah dengan peluh yang penuh di wajahnya. Nafasnya memburu dan badannya terasa pegal semua. Ia menelah ludah dengah susah payah karena tenggorokannya seperti suasana di gurun pasir, panas dan kering. Ohh,, dia butuh minum.
Dan Kyungsoo mulai bangkit dari rebahannya. Berjalan tertatih-tatih keluar kamar yang baru saja ia bersihkan. Salahnya sendiri kenapa tidak sejak awal ia bersihkan kamar itu, tapi Kyungsoo berpikir itu adalah kesalahan Kai juga. Jika orang itu datang besok dia pasti akan sempat membersihkan kamar sebelah dan tidak akan selelah ini. Lagipula kenapa kamarnya jadi sekotor itu sih! Bagus. Kyungsoo mulai menyalahkan semuanya. Namja itu menggeleng, dan mempercepat langkahnya menuju dapur.
Namun sesuatu yang mengejutkan membuat matanya seakan ingin lepas. Kyungsoo mundur dan menyandar di dinding luar dapur.
Sial! Kenapa hanya menggunakan handuk dan minum seperti orang yang tidak pernah menyentuh air selama setahun penuh? Jika seperti ini terus, lama-lama aku bisa kena serangan jantung. Kim Bodoh!
Kyungsoo merubah air mukanya menjadi kesal luar biasa. Dia harus menahan rasa hausnya karena Kim Bodoh itu. Kyungsoo menghela nafas dan berniat untuk meninggalkan dapur, tapi tiba-tiba saat ia membuka matanya yang beberapa detik lalu terpejam, si Kim Bodoh itu sudah ada di depannya dan membuatnya terkejut sekali lagi dengan kepala terantuk dinding. Lagi dan lagi.
"Flat macam apa ini?"
Kyungsoo mengerjap dan menatap ke arah lain, kemana saja asal tidak manik abu-abu itu.
"Apa?" jawab Kyungsoo pelan.
"Tidak ada pengatur suhu ruangan disini! Ini musim panas kau tahu?!" Kyungsoo melirik Kai sebentar, "Memakai itu membuat uangku cepat habis" gumamnya masih enggan menatap mata Kai.
Sedangkan namja bermata abu-abu itu terlihat terkejut dengan perkataan Kyungsoo. Pengatur suhu ruangan tidaklah seberapa. Apalagi ini di kota, dan Kyungsoo dengan kepelitan hatinya itu membiarkan rumahnya serasa terbakar?
Kai terkekeh tidak percaya. Matanya terpejam beberapa saat.
Lalu...
Kyungsoo tersentak (lagi) saat Kai meletakkan sebelah tangannya kedinding, dan membuat ia merasa terperangkap di kandang singa. Apalagi?
Kai mendekatkan wajahnya perlahan dengan tatapan tajamnya. Tidak. Terlalu dekat.
Kyungsoo menahan nafasnya, ketika hidung itu menyentuh hidungnya. Matanya memanas dengan debaran jantung secepat kuda berlari.
"Kyungsoo..." bisiknya, dengan abu-abu yang menusuk.
Namja bermata bulat itu masih menahan nafasnya.
"Kau... bodoh!" lanjut Kai masih berbisik. Sepersekian detik kemudian nafasnya kembali seraya tubuh Kai yang menjauhinya. Kyungsoo masih mematung di tempat. Harum mint lemon masih menempel di hidungnya.
Dewi batinnya terpekur di kursi merah. Hidungnya mengendus-ngendus harum mint itu seolah tidak ingin kehilangan aromanya barang sedetik.
'Double sialan!' teriak Kyungsoo dalam hati, 'Kenapa harumnya begitu membuai sih?!' lanjutnya batinnya, sebelum terduduk lemas menyandar di dinding luar dapur.
.
-Life with Babbo Kim-
.
Pagi yang cerah menyambut Kyungsoo dari tidurnya. Ia menguap kecil lalu mendudukkan diri. Kyungsoo mengernyit saat sinar matahari menembus jendela dan membuatnya kesilauan. Namja belo itu melirik ke meja nakas, "Jam 7.30" gumamnya.
Kyungsoo berniat merebahkan diri kembali saat seuntai kalimat terngingan di otaknya.
'Aku akan mengambil nilai Test pada hari senin pukul 8. Jangan sampai terlambat, atau kalian akan terima akibatnya. Selamat Siang!'
Detik berikutnya, Kyungsoo buru-buru berlari menuju kamar mandi. Ia merutuk kenapa senin selalu datang begitu cepat.
"Sialan! 30 menit lagi!" serunya sebelum menghilang di balik pintu putih di kamar itu.
Kai memakan sarapannya dengan tenang. Tapi itu beberapa menit yang lalu sebelum derap langkah lari mendekat ke arah dapur dan mengusik kesendiriannya. Kai masih diam saat orang itu menarik kursi di depannya dan duduk dengan nafas terengah-engah.
"Mana sarapanku?" ujarnya terputus-putus.
Kai mengedikkan bahunya, dan kembali menikmati sarapan.
"Kau tidak membuatkannya untukku?!"
Kai mendesah dan melepas sendoknya, ia mengangkat kepala dan menatap Kyungsoo yang tengah melebarkan mata di depannya.
"Untuk apa? Aku bukan pembantumu"
Kai melihat namja belo itu menghela nafasnya (terlihat lelah) dan menyandar pasrah di kursinya. Beberapa detik berlalu dan dia membuka matanya kembali. Kai masih menatapnya begitu datar.
"Haahh.. benar. Aku mana pernah punya pembantu, yang ada malah aku yang diperlakukan seperti pembantu." Kyungsoo meracau dan membuat kerutan dalam di kening Kai. Dia menatap Kai dan tersenyum kecil sebelum berdiri dari duduknya, "Maaf ya Jongin, karena bertanya seperti tadi itu padamu"
Lalu, Kai melihat tubuh mungil itu menjauh dan perlahan hilang di balik pintu.
Kai masih memandangi pintu itu bahkan setelah tertutup dari luar. Ia menghela nafas dan pergi meninggalkan dapur. Moodnya tiba-tiba hilang.
.
.
.
"Kyungsoo!"
Samar-samar Kyungsoo mendengar sebuah teriakkan yang menyebutkan namanya. Tapi dia tidak punya waktu untuk sekedar menoleh dan menemukan siapa yang memanggilnya. Dan Kyungsoo kembali berlari melintasi halaman depan Sunggyoeng University –kampusnya.
"Do Kyungsoo!"
Kyungsoo mendengus dan menoleh sekilas kebelakang. Lalu terkejut saat mendapati Baekhyun –sahabatnya- berlari mengejar dirinya sekuat tenaga.
"Tunggu aku!" teriaknya lagi, dan Kyungsoo berhenti demi menunggunya.
"Kau terlambat juga?" tanya Kyungsoo setengah tak percaya. Pasalnya Baekhyun dan dirinya sudah di kenal sebagai mahasiswa ter-rajin seantero Sunggyeong University. Dan hari ini mereka terlambat? Kesialan macam apa yang sedang terjadi?
Baekhyun mengangguk terlalu bersemangat. Kyungsoo menggeleng dan segera meraih pergelangan tangan Baekhyun kemudian membawanya berlari bersama.
"Tidak ada waktu untuk membicarakan kesialan ini. Kita tidak punya waktu lagi" seru Kyungsoo setelah melirik jam tangannya. Namun di detik selanjutnya, keadaan berbalik. Baekhyun menggenggam tangannya dan membawanya berlari sekuat tenaga. Bahkan lebih cepat dari larinya tadi.
Kyungsoo dan Baekhyun sama-sama terkejut saat melihat salah satu dosennya bejalan mendekati ruangan yang sama seperti mereka.
"Mati-lah kita" geram Baekhyun masih terus berlari. Kyungsoo menggeleng tak membiarkan nama baik mereka tercemar karena keterlambatan kali ini.
"Kita harus mendahuluinya. Ayo cepat!"
Wush~
Mereka berlari secepat angin dan baru bisa bernafas lega saat mereka tiba di dalam kelas satu langkah lebih dulu dari pada sang dosen. Kyungsoo sudah hapal peraturan tiap guru yang menjadi dosen mereka. Beruntung kali ini perauturannya tidak sesulit dosen-dosen lain.
Peraturan : Kalian tidak akan dianggap terlambat di kelas ku walaupun jam kuliah sudah di mulai, sementara aku belum memasuki kelas.
Kyungsoo dan Baekhyun sama-sama memanjatkan rasa syukur karena nama baik mereka masih terjaga aman. Setidaknya untuk sekarang.
"Ada yang salah pada pagi ini? Baekhyun, Kyungsoo?"
Kedua orang yang ditanyai saling memandang dan melempar senyum mereka, kemudian menggeleng bersamaan pada dosen yang baru saja memasuki kelas.
"Tidak ada, Saem"
.
.
"Kau lihat tatapan mereka tadi?"
Kyungsoo mengangguk menjawab pertanyaan Baekhyun. Kemudian namja berjari lentik itu melanjutkan, "Ya Tuhan, mereka menghakimi kita seolah-olah kita melakukan kejatahan tak terampuni di seluruh dunia. What the hell?!".
Kyungsoo masih setia membuka telingnya lebar-lebar untuk celotehan Baekhyun.
"Yah, kau benar. Padahal kita juga manusia, yang tentu saja pasti memiliki kekurangan. Memangnya salah, kita yang di cap sebagai mahasiswa paling rajin nyaris terlambat seperti tadi?" Kyungsoo menanggapi dengan suara tenang.
Baekhyun menjetikkan jarinya di depan wajah Kyungsoo. "Itu maksudku, tidak ada manusia yang sempurna. Huh, dasar mereka itu!"
Kyungsoo terkikik geli memandangi Baekhyun yang terlihat begitu kesal saat ini. "Sudahlah Baek, biarkan mereka. Tidak usah perdulikan apapun. Ayo pesan sesuatu"
Kantin adalah salah satu penghilang rasa kesal mereka, dengan membeli banyak makanan. Dan disinilah Kyungsoo juga Baekhyun. Setelah memesan makanan, dan memakannya mereka kembali berbincang-bincang membicarakan hal-hal kecil hingga pribadi. Seperti Baekhyun yang menceritakan hubungannya dengan Park Chanyeol. Mahasiswa jurusan bisnis di kampus.
"Dia bilang, lusa ini akan datang ke rumahku dan membicarakan hubungan kami di depan eomma dan appa"
Kyungsoo mengedip, "Tunggu, tunggu. Maksudmu, Park Chanyeol datang melamar?". Baekhyun memekik tertahan dan mengangguk senang disertai warna pipi menjadi kemerah-merahan.
"Astaga! Byun Baekhyun selamat!" Kyungsoo beralih duduk di samping Baekhyun dan memeluk namja itu seerat mungkin, memberitahu bahwa ia turut bahagia atas berita barusan. "Aku tahu kau menanti begitu lama" lanjut Kyungsoo pelan.
"Iya Kyungsoo, akhirnya penantianku membuahkan hasil"
Kyungsoo melepaskan pelukannya dan menatap Baekhyun dengan seringai tipis. "Karna ini adalah berita bahagia, kau yang akan membayar makanan kita" ujar Kyungsoo, mengedipkan sebelah matanya.
Sahabatnya itu tergelak dan mengangguk-angguk kecil meng'iya'kan perkataan Kyungsoo.
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Uhuk!"
Kyungsoo tersedak saat mendengar pertanyaan Baekhyun yang tiba-tiba, "Apa? Aku tidak mengerti" Kyungsoo menjawab tanpa memandang Baekhyun lagi.
"Oh ayolah,, kau tahu maksudku" Baekhyun memutar bola matanya. Kyungsoo menghela nafasnya dengan raut wajah tak suka, "Baekhyun, haruskah kita membicarakan hal ini?".
"Iya. Harus. Tidakkah kau merasa kesepian selama ini? Ku pikir... kau perlu seseorang Kyungsoo"
Namja belo itu memandangi sahabatnya lamat-lamat. Baekhyun memang mengenal luar dalam bagaimana dirinya. Sahabatnya itu benar, dia memang kesepian tapi dia tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Yah, walaupun ada suatu waktu dia pasti merasa membutuhkan seseorang. Tapi, Ya Tuhan.. hidupnya sudah bahagia tanpa harus melibatkan orang lain yang bersangkutan dengan hatinya.
"Kyungsoo..."
"Baekhyun, dengar. Aku tidak perlu seseorang seperti Chanyeol. Hidupku sudah baik dan aku bahagia"
Baekhyun mengusap wajahnya dengan kasar. Dengan cara apalagi aku harus menjelaskan padanya?
"Huuuhhh~ Kyungsoo, cobalah untuk mencari"
"Tidak Baekhyun!"
"Ya, kau harus"
"Tidak. Aku tidak akan"
"Kyungsoo!"
"Baekhyun!"
"Ohh,, baiklah. Jalani sesukamu!" Kyungsoo tersenyum penuh kemenangan setelah mendengar kalimat menyerah dari mulut Baekhyun.
"Ah ya, besok aku dan Chanyeol akan berkunjung ke flat-mu. Bolehkan?"
Kyungsoo mengangguk dan tersenyum antusias, tapi pada waktu berikutnya sebuah kenyataan begitu mengejutkan dan mematikan saraf-sarahnya seketika. Kyungsoo terdiam.
Bagaimana jika mereka tahu ada Kim Bodoh di rumah? Apa yang akan mereka katakan? Mereka pasti akan mengira yang tidak-tidak, terlebih lagi dengan Baekhyun yang cerewet. Astaga bagaimana ini?
Dewi batinnya mondar-mandir di ruangan itu. Sesekali mengetuk-ngetuk sepatunya di lantai, otaknya berputar mencari cara bagaimana agar Chanyeol dan Baekhyun tidak tahu menahu tentang Kim yang tinggal di rumahnya.
.
.
.
.
.
To be Continued
Yuhuuuu~ I'm back dengan ff baru hwhwhw
Maaf karena nongol tapi gak bawa squel untuk Because of Rahee :""" Yang nunggu-nunggu squel untuk ff itu di mohon bersabar :")
Oh ya, bagaimana dengan ff ini? membosankan? garing? huhuhu mian TT_TT Eh, btw ada yang tau maksud dari kata 'dewi bantin'? Semoga kalian paham ya, kata-kata itu fafa kutip dari salah satu novel favorite fafa^^ untuk typo maaf juga kalo masih bertebaran huaaa.. dan untuk judul, ugghhh fafa buruk banget untuk masalah yang satu itu.. jadi maaf kalo gak sesuai :)
Well,, ada yang kobam seperti fafa karena efek exordium?
Last..
Mind to Review?
