Author: Kiriya Diciannove
Title: Departures © 2013
Disclaimer : All the cast belong to God, themselves, their parent, their Management. The story is mine. No copas!
Cast: Main cast: Max Changmin.
Member TVXQ, JYJ from TVXQ, Super Junior, and other
Rate: T
Pairing: Yunjae. Yunjae's belong to YJs!
Warning: AU, typo, OOC, Genderswitch, Sho-ai, yang gak suka GS bisa anggap ini fic Yaoi. Coz awalnya ini adalah fic Yaoi. Don't Like, Don't Read! ;)
Mind to RnR? :3
Summary : Yunjaemin Family, Changkyumin friendship/Meskipun mereka sudah tidak bersama lagi, umma pasti masih menyayangi appa, seperti appa yang masih menyayangi umma, ne?/Mereka masih saling mencintai./AU, typo, OOC, Genderswitch, Sho-ai. Mind to RnR?
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
I'm going to leave now
Don't leave
I'm going to come back so…
Liar, liar
No- don't you know how much I love you?
Can't you show that love to me right now?
I love you…
Can't we love again?
(JYJ - In Heaven)
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
:::::::::::::::::
Departures © Kiriya Diciannove
:::::::::::::::::
Chapter 1 – Still in Love
Sungguh beruntung, hari ini sekolah dipulangkan dengan cepat dikarenakan ada rapat guru. Murid di kelas Changmin segera berhamburan berebut keluar dari kelas, Changmin sendiri keluar yang paling akhir, dia berjalan dengan gontai, tidak memperdulikan teman-temannya yang keluar kelas dengan senang dan bersemangat. Bagaimana tidak, seharusnya sekarang jam pelajaran Park seonsaengnim yang killer itu, tapi rapat guru menyelamatkan mereka, Changmin juga tidak terlalu menyukai mata pelajaran Park seonsaengnim. Galak sih.
"Hei! Ke game center yuk, mau tidak?" Tanya Kyuhyun menepuk bahu temannya sesama evil-nya itu. Tampak dibelakang Kyuhyun, Sungmin menunggu mereka.
Changmin menoleh, dan menggeleng tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Wae?" Tanya Kyuhyun melihat tanggapan teman itu sambil mengerutkan alisnya, jarang-jarang anak itu menolak ajakannya untuk bermain game.
Sungmin yang bersandar di tembok samping pintu kelas menghampiri Changmin, dahinya sedikit berkerut, "Apa kau sakit Changminnie?" tanyanya sambil menyentuhkan dahinya dengan dahi Changmin. "Tidak panas," gumamnya sambil merasakan panas mereka yang tidak jauh berbeda.
"Ya! Ming! Apa yang kalian lakukan!" teriak Kyuhyun tidak terima dan langsung memisahkan Changmin dan Sungmin.
"Kau benar-benar tidak apa, kan Changminnie? Sedari tadi kulihat kau tidak bersemangat sama sekali di kelas," ujar Sungmin cemas tanpa memperdulikan wajah merengut Kyuhyun yang diabaikan olehnya.
"Aku hanya merasa kurang enak badan, Sungmin-hyung, Kyu, kurasa sebaiknya aku pulang ke rumah saja," jawab Changmin.
"Ah, wae? Sayang sekali, berarti hari ini aku tidak ada lawan tanding dong," keluh Kyuhyun.
Plak!
Sungmin memukul kepala Kyuhyun.
"Appo…! Kenapa memukulku, Minnie-hyung?!" ucap Kyuhyun tidak terima sambil mengelus-elus rambut ikalnya yang indah itu.
"Khawatirlah sedikit pada Changmin, Kyu!" tegur Sungmin, "Apa perlu kami antar, Changminnie?" Tanya Sungmin lagi, sepertinya dia benar-benar mencemaskan anak yang sudah dianggapnya sebagai dongsaeng-nya sendiri itu.
"Evil gak pernah sakit, hyung," sahut Kyuhyun santai.
Changmin tersenyum mendengar ucapan Kyuhyun, "Tidak apa, Sungmin-hyung, lagipula aku bawa sepeda."
"Kalau begitu, hati-hati ne, Changminnie."
"Iya, hyung." Sahut Changmin sambil berjalan menuju parkiran sepeda.
"Kalau begitu, kita saja yang pergi ke game center, Ming," ajak Kyuhyun.
"Tidak mau, aku mau pulang," sahut Sungmin sambil berjalan terlebih dahulu meninggalkan Kyuhyun. Siapa yang mau menemani evil itu bermain game. Bisa-bisa namja pencinta kelinci itu jamuran menunggu Kyuhyun sang maniak game itu.
"Ayolah hyuuuuung…!" desak Kyuhyun sambil memeluk namja yang lebih tua darinya itu dari belakang.
"Tidak, lagipula hari sedang mendung, aku tidak mau terjebak hujan bersamamu di game center."
"Kalau begitu, hari minggu besok, mau pergi denganku?" Tanya Kyuhyun lagi.
"Ngapain?"
"Kencan."
"Gak bisa." Geleng Sungmin sambil melepaskan pelukan Kyuhyun.
"Wae?!" Tanya Kyuhyun tidak terima, tidak mungkin namja kelinci itu sudah mengikat janji kencan dengan yeoja atau namja lain dihari esok kan?
"Aku sudah ada janji dengan orang lain besok pagi."
Jgerrrr!
"Andwae! Siapa yang berani mengajak Minnie-hyung?!"
"Yang jelas dia lebih tua dan dewasa darimu dan lagi, dia cantik," ujar Sungmin tersenyum sumringah sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Mwo?!" Kyuhyun membatu.
[Departures-Still In Love]
Cklek!
Changmin membuka pintu rumahnya, gelap, segera saja dia meraba-raba dinding tembok untuk mencari saklar lampu.
Klik!
Ruang tamu itu langsung terang seketika, Changmin langsung duduk di sofa lalu menyalakan televisi, mencoba menghilangkan kesunyian di rumahnya itu, dia bersandar sambil memejamkan mata dan meletakkan lengannya di kepala, "Apa yang kau harapkan, Changmin? Mana mungkin dia sudah pulang jam segini," desahnya pelan.
" –Kim Jaejoong sudah kembali ke Korea tiga hari yang lalu, dan berencana untuk menetap kembali di korea setelah tinggal di Jepang selama 3 tahun dan menurut berita dia akan mendirikan sebuah café baru di Daerah CheongDam-Dong, sebuah lokasi yang berada di kawasan Gangnam."
Deg!
Changmin merasakan jantungnya sedikit berdebar mendengar sebuah nama yang familiar di telinganya disebut oleh penyiar berita itu. Rasanya menghangat di area jantungnya sampai membuat dia menarik napas dalam untuk membuatnya tenang kembali.
"Dia kembali…" gumam Changmin sambil merebahkan dirinya disofa sambil menatap kearah televisi yang menayangkan berita tentang Kim Jaejoong yang telah kembali ke korea. "Apa yang akan terjadi kalau appa beruang itu tahu kalau umma gajah sudah kembali ke Korea?"
"Selanjutnya berita mengenai skandal…"
Sret!
Changmin mengalihkan pandangannya kearah langit-langit rumah. Tidak lagi mempedulikan benda elektronik yang masih menyala itu. Membiarkan suara-suara televisi itu memenuhi ruangan sehingga tidak terasa sunyi. Perlahan dia menutup matanya.
[Departures]
Drrrt… Drrrrrt…
Telepon di meja kantor Yunho berkelip-kelip tanda ada panggilan masuk, namja yang sedari tadi sibuk membaca berkas-berkasnya langsung mengalihkan pandangannya kearah benda elektronik itu.
Klik!
"Yoboseyo?"
Terdengar sahutan dari seberang telepon, yang membuat raut wajah Yunho tidak senang, "Aish, bagaimana bisa? Bukankah berkas mengenai hal itu baru bisa diserahkan besok? Berkas itu kutinggal dirumah sekarang," protesnya. "Arra, aku mengerti, akan kuambil kerumah, dan kuselesaikan sebelum jam sembilan di kantor." Sahutnya kesal sambil mematikan sambungan telpon.
"Shit!" gerutunya lagi sambil memijit-mijit kepalanya. Seharusnya deadline laporan itu diserahkan besok, bukannya hari ini, karena itu Yunho belum menyelesaikannya, hal itu juga bukan karena dia malas, tetapi karena begitu banyaknya berkas yang harus dia tangani. Dia menghela napas, percuma untuk marah-marah sekarang, dia mengambil kunci mobilnya dan keluar dari ruang kantornya segera bergegas menuju rumahnya.
[Still in Love]
Jung Yunho mengeryitkan dahinya ketika menemukan ruang tamu dalam keadaan terang, 'Apa Changmin sudah pulang?' batinnya.
Samar-samar dia mendengar suara dari ruang tamu, "Televisi menyala," gumam Yunho menatap kearah televisi yang menayangkan berita, kemudian dia mengalihkan pandangan ke sofa, tampak Changmin sedang tidur dengan lelapnya, "Anak itu, bisa-bisanya tidur di sofa seperti itu," ucap Yunho sambil tersenyum lirih dan mematikan televisi dengan remote. Tidak melupakan niat awalnya untuk mengambil berkas, dia segera masuk menuju ruangannya dan mengambil berkas yang harus dia lengkapi di kantor nanti. Tidak lupa dia mengambil selimut dan menyelimuti Changmin yang tampak kedinginan tidur di sofa ruang tamu itu. Tidak ingin membangunkan Changmin, dia menyelimutinya dengan perlahan hingga sebatas leher, dan berbisik pelan, "Mianhae mungkin akan lembur lagi di kantor, kau pasti kesepian ya… mian, jeongmal mianhae," Ujarnya sambil mengelus rambut Changmin lembut. Lelaki bermarga Jung itu kemudian keluar dari rumah dan pergi lagi.
Suasana hening kembali memenuhi tempat itu.
.
"Hangat…" gumam Changmin sambil membuka matanya, dia mengerjapkan matanya berkali-kali, menyadari televisi mati dan dirinya yang memakai selimut. Dia segera bangun, "Apa dia sudah pulang?" tanyanya pada dirinya sendiri, dia menatap meja di depan sofa, ada selembar kertas kecil disana, 'Hari ini lembur, mianhae.'
Namja pencinta makanan itu langsung memasang raut wajah kecewa, menggenggam erat selimutnya sambil memeluk lututnya, "Lagi-lagi begitu…"
Keheningan masih setia menemani Changmin, dia menatap kosong kearah langit-langit rumah kemudian menghela napas.
Dia menyibak selimutnya lalu berjalan menuju saklar lampu, mematikan lampu sehingga ruangan itu menjadi gelap gulita. Perlahan dia keluar dari pintu dan menguncinya, dia malas berada ditempat yang sepi dan hanya ada dia sendiri, Changmin mengambil sepedanya yang dia letakkan didalam garasi dan pergi mengayuh sepedanya ke suatu tempat.
[Departures-Still in Love]
Terlihat seorang yeoja cantik yang sedang melihat-lihat album foto dengan serius, terkadang di mengernyitkan alisnya sambil tersenyum, menampakkan bahwa scene-scene yang terdapat difoto itu –sepertinya- adalah kenangan yang indah, sampai-sampai tidak menyadari kalau hari yang tadi mendung sudah berubah menjadi hujan yang cukup deras.
Kacamata dengan bingkai putih yang bertengger di wajahnya sama sekali tidak menghilangkan raut wajah cantik dan keindahan mata doe-nya, dia mengambil mug-nya yang masih berisi setengah penuh dan meminumnya. Tidak sengaja matanya teralih kearah jendela dan menyadari hujan sedang turun, "Aku bahkan tidak menyadari hujan turun gara-gara melihat foto-fotomu," gumam yeoja cantik bernama Jaejoong itu sambil mengarahkan jemari putih pucatnya kearah kumpulan foto di album itu.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar pintu diketuk, membuat Jaejoong langsung menatap kearah sumber suara, "Siapa yang datang hujan-hujan begini?" gumamnya heran sambil berjalan menuju pintu, "Bukannya ada bel? Kenapa malah mengetuk," ucapnya lagi sambil membuka pintu.
Yeoja cantik itu terkejut melihat siapa yang mengetuk pintu. Changmin yang basah kuyup dan menggigil kedinginan, tampak sepedanya tergeletak begitu saja di halaman rumah Jaejoong.
Brukk!
Changmin limbung dan jatuh tepat kepelukan Jaejoong.
"Astaga, Changmin-ah?! Ireona! Changmin-ah?! Minnie?!"
Segera saja yeoja berumur 27 tahun itu membawa Changmin masuk kedalam, dan dengan cekatan mengganti bajunya yang basah dengan piyama milik Changmin yang ada di dalam lemari kamar itu lalu membaringkan Changmin di kasur king sizenya serta menyelimutinya. Dia meraba dahi Changmin yang terasa panas, dan bergegas mengambil air dan kompresan keluar kamar. Tidak berapa lama kemudian dia kembali dan meletakkan kompresan itu didahi Changmin.
"Kenapa kau bisa datang kesini, Minnie?" gumam Jaejoong sambil menyentuh pipi Changmin yang masih terasa cukup hangat.
"Sebaiknya aku membuatkan sesuatu untuk Changmin," ucap Jaejoong sambil berjalan menuju dapur.
Diluar hujan masih setia turun dengan derasnya, bahkan sesekali terlihat kilat menghiasi langit. Namja imut yang tadi jatuh pingsan itu mulai membuka matanya perlahan, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya, dia menolehkan kepalanya kesamping kanan, "Umma…" ucapnya serak.
Jaejoong tersenyum sambil mengelus tangan anak imutnya itu, "Waeyo?"
Changmin menggeleng pelan sambil memejamkan matanya lagi, "Rasanya dingin dan panas disaat bersamaan.." ucapnya lagi.
Jaejoong mengambil kompresan itu dan membasahinya dengan air dingin dan meletakkannya kembali di dahi anak berumur 10 tahun itu, dia mengecup tangan kanan Changmin, "Sekarang bagaimana?"
Changmin tersenyum lemah, "Lebih baik…" ucapnya sambil memandang yeoja bermarga Kim itu, "Umma, temani aku… jangan kemana-mana…"
"Umma tidak akan kemana-mana,' ucap Jaejoong sambil naik keatas kasur dan berbaring disamping Changmin yang ditutupi selimut. "Kenapa pergi dari rumah?" Tanya Jaejoong sambil mengelus rambut Changmin.
"Sepi. Appa akhir-akhir ini sibuk di kantor sampai sering lembur," jawab Changmin sedih.
Jaejoong menghela napas pelan sambil memiringkan tubuhnya menghadap Changmin, 'Apa Yunho memang sesibuk itu sampai-sampai lupa pada Changmin yang butuh perhatiannya?'
"Umma tidak perlu marah pada appa. Aku tidak apa-apa, aku rindu pada umma, makanya aku kesini. Sudah tiga tahun tidak ketemu, dan hanya mendengar suara umma…" Ujar Changmin sambil mendekatkan dirinya pada yeoja cantik itu. "Rasanya memang berbeda."
"Kenapa harus hujan-hujanan begini? Kenapa tidak minta umma yang menjemputmu," ujar Jaejoong lembut.
"Umma tidak memberi kabar sama sekali kalau telah kembali ke Korea…"
"Mianhae, umma sedikit sibuk."
"Aku ingin memberi kejutan dengan datang kesini, tapi aku malah kehujanan dan sakit begini," keluh Changmin.
"Tidak, apa, umma senang kok dengan kedatanganmu. Apa kau tidak memberitahu appa-mu kalau kau kesini?"
Changmin menggeleng, "Dia lembur lagi hari ini."
'Lagi?' batin Jaejoong.
"Baiklah, biar nanti umma yang memberitahu appa kalau kau menginap disini," ujar Jaejoong seraya mengelus pelan rambut Changmin.
"Hmm," angguk Changmin lagi sebelum pergi kealam mimpi.
.
.
.
"Ini laporan yang anda minta, pak," ujar Sekretaris Yunho sambil meletakkan beberapa berkas di meja itu. "Ini laporan tentang pengeluaran dua bulan yang lalu, lalu yang ini…" suara sekretaris itu terhenti ketika mendengar bunyi ponsel Yunho.
Catch me, girl!
Catch me now!
Ponsel milik Yunho melantunkan lagu awal Catch me dari TVXQ, dia menatap layar ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya, 'Nomor tidak dikenal?' batinnya.
"Yoboseyo?"
"Yoboseyo. Ini aku, Jaejoong. Changmin dirumahku, sekarang." Ucap Jaejoong to the point dari seberang telpon.
"Di rumahmu? Kau di Korea?!" tanya Yunho.
"Nde… sudah dari 3 hari yang lalu tepatnya. Changmin sakit, tidak apa kalau dia menginap ditempatku, kan?"
Yunho sedikit kaget waktu mendengar kalau Changmin sakit, bukankah saat dia tinggalkan anak itu di rumah masih baik-baik saja? Kenapa Changmin bisa berada disana? Tapi kalau benar Changmin sedang sakit, sepertinya memang lebih baik kalau dia bersama Jaejoong. Memberikan waktu untuk Changmin dan umma-nya untuk bersama. Lagipula, tugasnya benar-benar membuatnya harus lembur.
"Ya, tentu," sahutnya.
"Baiklah, gomawo." Ucap Jaejoong singkat.
"Setelah pekerjaanku selesai, aku akan menjemputnya," ucap Yunho.
"Tidak perlu terburu-buru."
Yunho menghela napas, "Aku tahu."
Pip!
Yunho mematikan sambungan telpon, jadi Jaejoong sudah kembali ke Korea… tidak disangka, sudah tiga tahun ternyata… ah, iya, Changmin sakit, sepertinya memang lebih baik kalau namja imut itu bersama Jaejoong sekarang, lagipula dia – Yunho benar-benar sibuk sekarang,'Mianhae Changmin… umma mu pasti bisa merawatmu lebih baik dari pada appa sekarang…'
"Anda baik-baik saja, pak?" Tanya sekertarisnya yang sedari tadi diam saja.
"Ya, aku baik-baik saja," jawab Yunho sambil kembali meraih berkas-berkas yang tadi dia abaikan.
[Departures-Still in Love]
Yeoja cantik yang memakai cardigan putih dan celana jeans selutut itu masih menatap layar ponselnya yang telah mati, dia menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan.
Yeoja cantik itu baru saja menghubungi Yunho, suatu hal yang tidak akan dia lakukan kalau ini hanya untuk sekedar hal basa-basi seperti menyapanya, tapi ini berhubungan dengan Changmin, anak tersayangnya.
Jung Yunho. Suaranya tidak jauh berbeda dari terakhir kali Jaejoong mendengarnya, hanya saja masih terdengar dingin seperti dulu, dan tidak bicara banyak sama sekali.
Mungkin meskipun sudah sekian lama –tiga tahun tepatnya, Yunho masih marah padanya tentang hal yang telah dia lakukan. Yeah, mungkin. Jaejoong lagi-lagi menghela napasnya. Merasa telah terlalu banyak berpikir, yeoja itu segera bergegas menuju ke dapur. Entah apa yang akan terjadi jika seandainya mereka bertemu secara langsung setelah tiga tahun ini.
Aaah… jantungnya terasa berdetak lebih cepat memikirkan hal itu.
.
.
.
Perlahan Changmin membuka matanya sambil meraba kompresan di dahinya. Sepertinya dia sudah merasa lebih baik, dia menyadari kalau yeoja cantik itu sudah tidak ada disampingnya, namja yang memiliki julukan food monster itu mencoba bangun dan bersandar diujung kasurnya, matanya mengeksplorasi kamar yang dia tempati itu, mirip dengan keadaan kamarnya yang dulu, letak, motif, dan suasananya yeah, terutama gambar- gambar gajah yang terdapat di dinding –yang cukup membuat Changmin speechless. Khas Jaejoong sekali.
"Jadi rindu masa lalu…" gumamnya pelan dan lirih.
"Kau sudah bangun, Minnie," ucap Jaejoong, sambil membawa nampan berisi bubur.
"Yey! Makanan!" seru Changmin gembira dengan mata berbinar-binar. Perubahan mood yang cepat sekali, eh.
Jaejoong tertawa kecil, "Kau sangat senang, eoh?"
"Nde! Aku sangat merindukan masakan buatan umma." Seru Changmin sambil meraih semangkuk bubur yang berada di nampan yang dipegang yeoja yang lebih tua daripadanya itu.
"Pelan-pelan…" ucap Jaejoong sambil menyapu sudut bibir Changmin yang belepotan.
"Hmm," Changmin mengangguk, "Mana Junsu-hyung dan Yoochun-hyung, umma? Mereka tidak pulang bersamamu?"
"Mereka sudah di Korea, tapi sedang ada urusan di Busan," jawab Jaejoong.
"Padahal aku juga merindukan mereka, sayang sekali…" keluh Changmin sambil menggigit pelan sendoknya.
"Lain kali juga masih bisa ketemu, kok." Hibur Jaejoong sambil meraba dahi Changmin, Changmin yang mendapat perlakuan itu hanya diam sambil memejamkan matanya, dia tersenyum. Tidak masalah bermanja-manja pada umma-nya sendiri kan? Apalagi mereka sudah lama tidak bertemu.
"Hmm, jadi kau sudah sembuh, ne? Sudah merasa lebih baik?" Tanya Jaejoong.
"Nde, sudah. Penyakit seperti ini sih, paling semalaman juga sembuh, terutama kalau ada umma di sampingku. Aku suka waktu umma melakukan hal seperti ini." Changmin memegang tangan Jaejoong yang berada di pipinya dengan kedua tangannya.
Jaejoong membiarkan tangan kanannya tetap dipegang seperti itu, dia tertawa kecil, "Yeah, umma juga suka melakukannya."
Changmin menatap wajah umma-nya itu dengan wajah memelas, "Lalu kenapa umma tidak kembali bersama appa?"
Jaejoong merasa mencelos mendengar ucapan Changmin, "Itu karena kami sudah berpisah…" ucap Jaejoong sedikit berat.
Namja kecil berumur 10 tahun itu menunduk, "Kenapa? Padahal yang kutahu appa dan umma baik-baik saja, saling menyayangi, dan tidak pernah bertengkar."
"Banyak hal yang tidak bisa dimengerti oleh anak seumurmu, Minnie."
"Apa maksud umma? Begini-begini, walau umurku baru 10 tahun, aku sudah kelas 1 Junior high school," sergah Changmin.
Jaejoong tertawa kecil, "umma tahu anak umma memang sangaaaat pintar, kau sudah berusaha dengan baik walau tidak ada umma di sampingmu, ne?"
"Sudah 3 tahun umma… kasihan appa harus memasak sendiri sekarang tapi makanannya tidak pernah bisa lebih enak dari buatan umma, melakukan banyak hal sendirian setiap harinya, aku lebih suka saat dimana umma masih bersama kami… umma yang akan membangunkan kami di pagi hari, memasakkan makanan yang enak tiap hari, memarahiku, menyuruhku untuk segera menggosok gigi, melarangku untuk hujan-hujanan, menghabiskan waktu bersama-sama, aku ingin seperti itu lagi," ucap Changmin sambil menunduk.
Mata jaejoong berkaca-kaca. Dia mengalihkan pandangannya kearah langit-langit rumah , memejamkan matanya sesaat, menahan sesuatu yang hampir keluar dari mata doe-nya.
"Buburmu sudah habis, apa kau mau tambah?" Tanya Jaejoong.
Changmin menatap mangkuknya yang sudah kosong itu, matanya melirik kearah lain, "Ne…"
"Baiklah, tunggu sebentar," ucap Jaejoong seraya beranjak keluar dari kamar itu.
"Mianhae…" lirih Changmin pelan saat Jaejoong membuka pintu, sangat lirihnya sehingga ucapan itu tidak terdengar oleh Jaejoong. Dia melihat kalau yeoja cantik itu menjadi sedih karena ucapannya. Sungguh sebenarnya Changmin tidak bermaksud untuk membuat umma-nya itu menjadi sedih.
Sementara pintu kamar itu ditutup oleh yeoja cantik itu perlahan, dia bersandar di dinding bercat putih itu. "Mianhae, Changmin…"
.
.
.
Matahari di minggu pagi hari ini bersinar dengan cerah, langit biru dan awan berwarna putih bersih. Yeah, itulah yang Changmin lihat dari jendela kamar. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi siang atau sore nanti? Kadang hujan selalu turun tanpa diduga sama seperti hari kemarin, mungkin ini benar-benar efek global warming.
Bosan karena tidak ada hal yang bisa dilakukan di kamar, namja berjuluk food monster itu keluar dan berjalan menuju dapur dan melihat Jaejoong sedang mencuci piring. Melihat kesibukan umma-nya itu, Changmin hanya diam seraya menggeser kursi diruang makan sambil duduk sambil merebahkan kepalanya di meja dengan posisi miring, menempelkan pipinya di meja, sedang ekor matanya menatap Jaejoong yang sibuk mencuci piring memunggunginya.
"Aigoo… Changminnie, kau membuat umma kaget, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Jaejoong yang baru saja menyadari kehadiran Changmin.
"Tidak tahu, aku Cuma ingin melihat umma saja," sahut Changmin tidak mengubah posisinya sama sekali, membuatnya terlihat sangat polos sesuai dengan umurnya.
"Geure?" Tanya Jaejoong lagi sambil membuka sebuah lemari dan meletakkan setoples cookies yang memiliki banyak motif, terutama err –gajah dan beruang di hadapan Changmin.
Mata namja berumur 10 tahun itu segera berbinar-binar senang dengan senyum lebar yang menghiasi bibirnya. Changmin segera bangkit dan meraih toples itu dengan semangat, sepertinya dia memang benar-benar food monster.
Bagaimana bisa anak yang hobby makan sebanyak ini tidak gemuk-gemuk sama sekali? Kemana perginya semua makanan itu? Apakah selama tiga tahun ini dia makan dengan baik? Dia tidak terlalu banyak makan junk food kan? Apa dia belajar dengan rajin? Jaejoong tidak habis pikir dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nde, umma. Mashitaaa…!" seru Changmin.
Jaejoong yang duduk sambil menumpu dagunya dengan tangan kanannya hanya tersenyum kecil.
Changmin menyuapkan sebuah cookies berbentuk beruang kearah mulut Jaejoong, yang diterima yeoja cantik itu dengan senang hati.
"Woah… umma memakan appa," ucap Changmin sambil memasang pose wajah sepolos-polosnya.
Uhukk! Uhukk!
Ucapan Changmin kontan saja membuat Jaejoong terbatuk-batuk dan membuat menepuk-nepuk dadanya seraya segera mengambil sebotol air mineral dingin di lemari es.
"Ya! Ngomong apa kamu, Changmin!" ucap Jaejoong setelah berhasil berhenti dari batuk-batuknya.
"Memangnya aku bicara apa umma?" Changmin memiringkan kepalanya –sok polos.
"A—ah, sudahlah," sahut Jaejoong malas berargumen dengan anaknya itu.
"Hehe…" Changmin hanya nyengir lebar, dia yakin, meskipun mereka sudah tidak bersama lagi, umma pasti masih menyayangi appa, seperti appa yang masih menyayangi umma, ne?
Mereka masih saling mencintai.
.
::::::::::::::::::::::::::::
How'd we end up this way
You were the sun in every day
You'd take my soul
(JYJ-Still in Love)
:::::::::::::::::::::::::::
TBC
.
Playlist song: In Heaven- JYJ, Catch me- TVXQ, Still in Love- JYJ
A/N: Apa tadi ada yang berpikir kalau diawal tadi itu Homin couple? :D
Annyeong, naneun Kiriya imnida. Ini fic pertama saya di fandom Screenplays
Jadi mohon komentar, kritik, sarannya. :)
Untuk JJ versi yeoja, bayangin dia di mv Triangle aja. Neomu kyeopta. ;)
Mind to review? –bows-
