Chapter 1: Teman
Main Cast :
Park Jimin
Kim Taehyung
Jeon Jungkook
BTS Member
Park Chanyeol as Jimin's Father
Kim Jongin as Taehyung's Father
Do Kyungsoo as Taehyung's Mother
Genre: Family, Friendship, School Life, Romance(maybe)
Rate : T nyerempet +
A/N: Cast milik Tuhan, orangtua dan agensi mereka. Maaf kalau ada typo atau kesalahan dalam bentuk apapun, kesalahan hal yang manusiawi.
Ini adalah BoyxBoy(Yaoi). Yang tidak suka atau merasa jijik bisa tinggalkan laman.
Happy Reading
.
Tok tok tok
"Tae! Taehyung-ah!" Seorang pria manis paruh baya memanggil nama sang anak selagi tangannya menggedor pintu kayu tersebut.
Cklek
Pintu terbuka menampakkan Sang anak—Taehyung—dengan wajah mengantuk-nya.
"Ada apa, Bu?" Taehyung bertanya, tangannya terangkat untuk mengucek mata yang masih setengah terpejam.
"Cepat ke kamar mandi, lalu keluar rumah, bantu Ayahmu dan tetangga baru kita, ya?" Ucap Ibu-nya, sedangkan Taehyung hanya mengangguk dan kembali ke kamar untuk membersihkan dirinya.
Taehyung dan keluarganya—Keluarga Kim tinggal di salah satu perumahan sederhana di kawasan Seoul. Kota kelahirannya sebenarnya adalah Daegu, namun mereka akhirnya harus pindah karena tuntunan pekerjaan Ayah Kim saat Taehyung akan memasuki sekolah menengah pertama. Ia juga sudah mendengar tentang tetangga baru yang pindah hari ini, jadi ia tidak terkejut jika harus dimintai tolong.
Taehyung keluar dari Kamar mandi lengkap dengan pakaian santainya, kemudian berkaca untuk merapikan rambutnya sebelum berjalan menuju rumah tetangga barunya.
"Nah, itu anakku. Tae, kemari! Perkenalkan dirimu." Ayah Kim membuat gestur menggunakan tangannya agar Taehyung mendekat, Taehyung menurut saja.
"Annyeonghasseyo, Paman. Namaku Kim Taehyung. Umurku delapan belas tahun. Pelajar di SMA Chung Il." Taehyung membungkuk sebentar lalu memperlihatkan senyum kotaknya dengan lebar.
"Annyeong Taehyung-ah. Namaku Park Chanyeol, kau bisa memanggilku Paman Chan. Aku mempunyai putra seumuran denganmu. Aku juga mendaftarkan Jiminie ke SMA Chung Il." Chanyeol membalas senyuman kotak Taehyung dengan senyuman lebar yang memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi.
"Dimana anak Paman Chan? Aku ingin berkenalan." Taehyung menengok ke kanan dan ke kiri seolah mencari calon teman barunya, tapi yang matanya tangkap hanya ada mereka bertiga saja.
"Jiminie sedang di dapur, kau bisa menghampirinya kedalam, Taeh—"
"Nde, Paman Chan. Aku mengerti!" Taehyung memotong ucapan Chanyeol dengan semangat dan dengan cepat memasuki rumah tetangga barunya.
"Tae! Aish! mian Chanyeol-ah, Taehyung bersikap seperti itu." Ayah Kim mengusap tengkuknya, kemudian memberikan senyuman kikuk. Chanyeol menepuk pundaknya akrab, tertawa pelan, "Tak apa, Jongin-ah. Taehyung sepertinya terlalu semangat."
Keduanya tertawa bersamaan, dan obrolan mereka pun berlanjut ke berbagai topik melupakan tempat dan posisi mereka mengobrol—bersandar pada mobil Chanyeol yang masih berada di luar rumah. Mereka terlihat akrab? Tentu saja, karena mereka adalah teman saat SMA, namun akhirnya harus berpisah karena Chanyeol yang pindah ke Busan. Meski begitu, mereka tidak pernah lost contact, mereka tetap berhubungan bahkan Jongin lah yang membantu Chanyeol mengurus surat-surat rumah saat ia akan dipindahtugaskan ke Seoul. Jadi, pasti kita mengerti kenapa Chanyeol bisa menemukan rumah untuk ditempati di Seoul dengan mudah.
"Jongin-ah, malam ini makan malam di rumahku saja, aku akan—"
Prangg
"PAPA!"
Taehyung memasuki rumah Paman Chan dengan semangat, matanya melirik ke kanan dan ke kiri untuk menemukan si calon teman baru. Rumahnya sederhana, sama seperti rumah lainnya di perumahan ini. Karena memang perumahan ini mengusung desain rumah minimalis yang nyaman.
"Wah, rumah kita sama! Kamar tidur dua, dapur ruang makan menyatu, lalu ruang keluarga. Semua sama, daebak." Taehyung sepertinya lupa tujuan pertamanya kesini untuk apa. Sibuk mengamati, akhirnya ia sadar bahwa dari awal ia masuk, seseorang sedang bernyanyi dengan membelakanginya.
'Itu mungkin Jiminie!' Batin Taehyung.
Jadi, ia berinisiatif untuk mendekatinya. Jimin yang masih sibuk dengan peralatan dapur dan peralatan makannya sepertinya tidak menyadari bahwa seseorang telah memasuki rumahnya. Saat ia berbalik dengan piring ditangannya, ia terkejut karena melihat orang asing yang tersenyum lebar kearahnya, dan Jimin tanpa sadar melemparkan piringnya ke pemuda tersebut—
Prangg
—dan berteriak nyaring,
"PAPA!"
"Aduh!" Taehyung mengaduh saat beberapa pecahan melukai kakinya, membuatnya tergores dan sedikit mengeluarkan darah. Taehyung ingin marah, karena itu cukup membuat kakinya berdenyut ngilu. Apakah itu adalah cara anak Paman Chan berkenalan!? Di kesan pertama!? Yang benar saja! Tahu begini, Taehyung tidak mau repot-repot bersemangat berkenalan dengannya.
"Hiks—Papa, Hiks."
Eh? Taehyung mengangkat kepalanya karena mendengar suara isakan. Entah mengapa, rasa marahnya hilang entah kemana tergantikan oleh rasa gemas karena Jimin menangis dengan lucunya. Matanya merah berair begitu pula hidungnya, pipinya bersemu merah muda, dan bibirnya yang menekuk lucu. Jangankan ingin marah, Taehyung jadi ingin mencubit pipi chubby-nya saja kalau begitu.
"Jimin! Kenapa!?" Chanyeol berlari menghampiri Jimin yang langsung memeluknya dengan erat.
"Tae, ada apa? Kenapa dengan kakimu? Kau membuat Jimin menangis, ya?" Jongin menatap kaki Taehyung dan wajahnya bergantian, sedang Taehyung berdecak sebal, "Apa sih Ayah. Aku 'kan disini korban!" Bela Taehyung.
"Lalu kenapa Jimin bisa menangis?" Tanya Jongin lagi.
"Duduklah dulu, kita bahas ini baik-baik. Taehyung, obati juga lukamu. Paman akan mengambil kotak p3k."
Semua mengikuti perkataan Chanyeol. Jimin duduk diam dengan menunduk, tangisannya sudah berhenti tapi pipinya masih bersemu merah muda. Jongin duduk pada sofa yang cukup untuk diduduki tiga orang dengan Taehyung disebelahnya yang terus-menerus menatap Jimin.
"Ini. Obati lukamu." Taehyung mengalihkan pandangannya dari Jimin dan mengambil kotak dan wadah kecil berisi air yang diberikan Chanyeol, Jongin membantu dengan membasuh dahulu luka di kaki Taehyung.
"Aduh perih, Ayah. Pelan-pelan!" Taehyung meringis, sementara Jongin memutar bola matanya malas.
"Kau lelaki, Tae. Jangan meringis seperti anak TK."
Beberapa menit kemudian luka Taehyung sudah terperban rapi. Jadi Chanyeol mulai berbicara,
"Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi? Jiminie? Taehyung?" Tanyanya.
"Aku masuk rumah Paman Chan, lalu aku senyum pada Jimin saat ia berbalik menatapku, dan ia tiba-tiba melemparkan piring yang ia pegang." Taehyung menjelaskan melalui sudut pandangnya.
"Jiminie? Mau menjelaskan, nak?" Chanyeol menatap Jimin yang masih menunduk, Chanyeol mengusap kepala anaknya dengan lembut, "Ayo."
"J-Jimin takut, Pa." Katanya pelan.
"Takut?" Taehyung mengangkat sebelah alisnya bingung.
"J-Jiminie akan menata piring, saat Jimin berbalik dia tersenyum lebar sekali." Jimin mempraktikkan senyum Taehyung yang lebar, membuat Chanyeol mencubit pipi Jimin gemas.
"Lalu?"
"Jimin 'kan kaget, lalu refleks melempar piring padanya. Jimin pikir dia akan mencuri di rumah kita, makanya Jimin menangis. Huks." Jimin memeluk ayahnya erat, menenggelamkan wajahnya pada dada sang Ayah.
"Minta maaf, ya? Pada Taehyung? Lihat, kakinya terluka." Chanyeol tersenyum saat merasa Jimin mengangguk. Chanyeol menjauhkan Jimin dari pelukannya dan tersenyum menenangkan, "Ayo."
"J-jimin minta maaf, ya. Jimin kaget jadi tidak sengaja melempar piring."
Jimin berbicara kepada Taehyung, tapi pandangannya malah menunduk, tangannya sibuk memainkan jari-jari gendutnya yang lucu.
"Jimin." Panggil Taehyung, membuat Jimin mau tak mau mengangkat kepalanya dan menatap Taehyung takut-takut.
"Hehe~ Jimin takut ya padaku?" Taehyung terkikik pelan, "Taehyung tidak marah, kok."
"Benarkah?" Tanya Jimin, matanya menyiratkan perasaan lega dan bahagia sekaligus.
"Nde! Kita mulai hari ini teman, ya!" Kata Taehyung ceria.
Grep.
Jimin berlari dan memeluk Taehyung erat. Doakan saja Taehyung tidak remuk.
"Yeay! Sekarang Taetae jadi temanku!" Sorak Jimin bahagia, tanpa melepas pelukannya pada Taehyung.
"Taetae?" Taehyung bertanya bingung, melonggarkan pelukan Jimin dan melemparkan tatapan blank.
"Iya! Panggilan sayangku untuk Taetae!" Jimin tersenyum lebar, membuat matanya membentuk garis lurus yang indah.
"Kalau begitu Aku memanggilmu Chimchim! Lucu, ya?"
Jimin mengerutkan dahinya bingung, berbanding terbalik dengan ekspetasi Taehyung yang berharap Jimin tersenyum bahagia.
"Tidak. Itu panggilan anak TK, Tae! Aku ini sudah dewasa." Tolak Jimin tegas, bibirnya mengerucut lucu.
"Aku 'kan tidak meminta persetujuanmu, Chim." Taehyung menaikturunkan alisnya, berniat menggoda Jimin.
"Lagipula, Chim."
"Hm?"
"Mana ada anak dewasa menangis seperti anak kecil, Hiks hiks." Taehyung memeragakan bagaimana Jimin saat menangis tadi, membuat Jimin menatapnya sebal.
"TAE! AKU AKAN MELEMPAR PIRING LAGI PADAMU!"
.
.
.
TBC
Maaf untuk kesalahan dalam pengeditan ataupun yang lainnya.
