Perjanjian Hati

Original

By

Santhy Agatha

.

.

.

It's not my own story, it's just a remake from novel with the same tittle

Perubahan menyesuaikan cerita dan tokoh

.

.

.

HunHan, KaiSoo, KrisTao, etc

.

.

.

Bahagianya ketika jatuh cinta.

Luhan tersenyum sambil membaringkan tubuhnya di kamar sepulang kuliahnya. Kris baru saja mengantarnya pulang, tadi mereka menghabiskan waktu bersama sepulang kuliah, berburu buku-buku lama, menonton dan menikmati es krim sebagai penutupnya. Oh astaga! Hari ini sangat menyenangkan baginya. Meskipun Kris tampak agak aneh dan murung tadi, tetapi Kris bilang dia hanya sedang tak enak badan dan berjanji bahwa sepulangnya nanti dia akan langsung beristirahat agar kondisinya pulih.

Luhan mencintai Kris, sangat cinta. Mereka menjadi dekat begitu saja seolah sudah ditakdirkan untuk bersama. Dan Luhan tidak pernah menyangka mereka bisa seserius ini. Dulu dia menyangka Kris sombong karena berasal dari keluarga kaya, tetapi ternyata tidak. Lelaki itu yang menyapanya duluan, bahkan sangat baik dan ketika pertama kali ke rumah Luhan, tidak ada sikap mencemooh atau pun menghina rumah mungil itu. Status Luhan yang berasal dari keluarga sederhana tampaknya tidak masalah bagi Kris.

Mereka sudah merajut impian untuk masa depan. Menikah dan punya anak, lalu berbahagia untuk selamanya. Bahkan Kris sudah menunjukkan keseriusannya dengan mengajaknya ke rumahnya, bertemu dengan ibunya.

Meskipun sikap ibunya tidak bisa dikatakan ramah... Luhan mengernyit, teringat betapa malunya dia ketika Ibu Kris menolak untuk membalas jabatan tangannya. Setidaknya Kris bilang bahwa ibunya memang galak kepada siapa saja, bukan hanya kepadanya.

Ponselnyaberkedip-kedip. Luhansegera mengangkatnya begitu melihat nama Kris di layar

ponselnya, "Iya Kris?"

"Aku baru saja sampai rumah." Suara Kris di seberang sana nampak berbeda, membuat Luhan bergumam dengan cemas.

"Kau tampaknya sakit... Syukurlah kau sudah sampai rumah... Istirahatlah ya, supaya besok kondisimu membaik."

Hening... Seolah Kris sedang mencari kata-kata.

"Luhan…?" Kris bergumam ragu.

"Ya Kris?"

"Bisakah besok kita bertemu di taman yang biasa?Besok aku tidak bisa datang kuliah, tetapi aku akanmenunggumu di sana di sore hari. Kau menyusul ke sana ya."

Taman tempat mereka biasa bertemu itu terletak dekat dari kampusnya, Luhan hanya perlu berjalan ke sana. Dia tersenyum sambil membayangkan bahwa mungkin Kris punya rencana romantis untuknya, "Iya Kris, aku akan datang besok."

"Oke." dan telepon pun ditutup di seberang sana. Membuat Luhan mengerutkan keningnya atas penutup yang dingin dari Kris, biasanya mereka mengakhiri percakapan dengan kata-kata cinta yang lembut. Tetapi kemudian dia menghela napas, Kris kan sedang sakit, jadi wajar saja kalau sikapnya terasa berbeda...

.

.

.

.

Luhan menangis, sungguh-sungguh menangis mendengarkan alunan lagu itu dari pemutar musik miliknya. Hujan turun dengan derasnya di luar, tetapi sederas apapun hujan itu, tak akan bisa mengalahkan derasnya darah yang mengalir dari hatinya yang remuk redam, dihancurkan begitu saja oleh kekasihnya, tanpa ampun.

Ingatannya melayang pada kejadian tadi sore yang berhujan, saat itu hanya ada dia dan Kris, kekasihnya.

"Kita sudah tidak boleh bertemu lagi."

Luhan mengernyit dan mendongak menatap Kris yang lebih tinggi darinya, "Apa maksudmu?" dia benar-benar terkejut mendengar kata-kata Kris itu. Tadi dia datang menemui Kris dengan senyum dan bahagia, mengira bahwa dia akan mendapatkan kejutan romantis dari kekasihnya. Dia memang mendapatkan kejutan. Tetapi ini bukan kejutan romantis.

"Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi Luhan, maaf."

"Kenapa Kris?" Luhan mulai gemetaran, menyadari bahwa semua ini benar-benar nyata.

"Kau tahu kenapa, aku sudah tidak kuat dengan desakan ibuku dan sebagainya, dia tidak menyukaimu... Kau tahu dia kolot, dia berdarah biru dan dia ingin aku mendapatkan pasangan yang sederajat..." Kris menelan ludah, menatap Luhan dengan menyesal, "Maafkan aku Luhan, aku menerima pertunangan dengan Tao. Selamat tinggal."

Hanya seperti itu, tanpa penjelasan apa-apa, tanpa pelukan perpisahan dan Kris pergi meninggalkan Luhan dengan hati hancur.

.

.

.

Dua Tahun Kemudian.

Suara bel di taman kanak-kanak yang indah itu berbunyi. Luhan segera mengatur agar semua murid-muridnya duduk dengan rapi dan berdoa. Sangat susah mengatur anak-anak TK yang begitu aktif dan tak bisa duduk diam itu, tetapi Luhan senang, karena mereka adalah sekumpulan bocah tanpa dosa, yang penuh rasa ingin tahu dan kegembiraan murni dalam memandang dunia.

Selesai berdoa, anak-anak berjalan dengan rapi menyalami Luhan, lalu berhamburan menuju orang tua masing-masing yang sudah menunggu di luar. Luhan merapikan tas-nya ketika ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.

"Selamat siang ibu guru, jemputan sudah datang."

Luhan tersenyum, menatap laki-laki yang berdiri di pintu ruang kelasnya dengan tatapan jahilnya, "Selamat siang juga, apa yang kau lakukan di sini siang-siang Kai?" sambil meraih tasnya, Luhan menghampiri sang adik yang telah tumbuh dewasa menjadi lelaki yang begitu tampan.

"Aku tidak sengaja lewat sini sepulang mengantar teman kampus dan menyadari bahwa aku lewat taman kanak-kanak tempat kakak mengajar, jadi kupikir ada baiknya aku

menjemput Noona daripada Noona harus naik bis."

"Naik bis sebenarnya juga tidak apa-apa." Luhan berjalan menuju parkiran, diiringi oleh Kai dan menghampiri mobil tua warna hitam, warisan dari almarhum ayah mereka yang sekarang dipakai oleh Kai ke kampusnya.

Mereka masuk dan Kai menjalankan mobilnya keluar dari halaman Taman kanak-kanak itu.

"Aku ingin minta bantuan Noona." Kai mengernyitkan keningnya sambil menatap ke arah jalanan yang ramai.

"Bantuan apa?"

"Tentang Kyungsoo."

Luhan ingat tentang Kyungsoo. Perempuan itu adalah teman kuliah Kai yang pernah diajak Kai ke rumah beberapa hari yang lalu. Kyungsoo adalah perempuan cantik dan tentu saja anak dari orang kaya, pikir Luhan pahit, berusaha menahan goncangan masa lalu yang tiba-tiba menusuknya. Tentu saja dia anak orang kaya, Kyungsoo datang ke rumah mereka dengan mengendarai mobil sport keluaran terbaru yang harganya mungkin saja mencapai sepuluh kali lipat harga jual rumah mungil keluarga Luhan.

"Kenapa dengan Kyungsoo?" batin Luhan berteriak, dia sebenarnya tidak ingin Kai berdekatan dengan Kyungsoo. Orang kaya selalu memandang rendah orang miskin. Itu fakta, itu pula yang dilakukan keluarga Kris kepadanya dulu. Luhan hanya tidak mau Kai mengalami kekecewaan seperti dirinya sesudahnya. Tetapi semua larangannya tertahan, dia tak tega mengatakan semua itu kepada adiknya yang sekarang sedang berbinar-binar matanya, mabuk kepayang kepada perempuan impiannya.

"Kyungsoo dan aku, kami saling mencintai dan berniat menjalin hubungan serius." Kai mendesah, "Tetapi ada masalah dengan keluarganya.'

Luhan mengernyit. Pasti akan selalu ada masalah, ketika keluarga kaya menemukan anaknya berpacaran dengan keluarga miskin, pasti akan selalu ada masalah.

"Keluarganya mengundang kita dalam sebuah makan malam mewah di rumah mereka, pesta itu diadakan oleh kakak Kyungsoo, seorang pengusaha yang kaya raya... Kakaknya, ingin bertemu denganku dan aku... Aku agak ngeri karena desas desus yang berkembang, kakaknya itu sangat kejam dan jahat."

Kai menatap Luhan dengan tatapan memohonnya, yang selalu berhasil digunakannya untuk meluluhkan hati kakaknya,

"Kau mau menemaniku ke pesta itu kan ya?"

"Kenapa harus denganku?" Luhan merengut, mencoba berkelit.

"Karena kakaknya ingin bertemu dengan salah satu keluarga kita, kau saudaraku satu satunya, aku kan tidak mungkin mengajak ibu, penyakit rematiknya parah dan tidak bisa keluar malam."

"Apa yang ingin dilakukan kakak Kyungsoo? Kenapa dia ingin bertemu dengan salah satu keluarga kita?" Luhan menerka-nerka dan sebuah pikiran pahit berkecamuk di benaknya, jangan jangan si kakak itu ingin mencemooh dan menghina mereka di pesta itu?

"Yah... Aku adalah pacar Kyungsoo, kakaknya itu sangat protektif kepada Kyungsoo, mengingat sebelum-sebelumnya banyak lelaki yang mendekati Kyungsoo demi mengincar harta keluarga mereka, aku maklum kalau kakaknya ingin mengenal kita dan memastikan aku baik untuk Kyungsoo."

Tentu saja Kai baik untuk Kyungsoo. Luhan mengernyit, dialah yang akan maju pertama kali kalau ada yang meragukan kebaikan hati Kai. Mereka berdua adalah anak yang dibesarkan dari seorang ibu yang berjuang seorang diri karena suaminya telah meninggalkannya dengan dua anak yang masih kecil. Ibunya berjualan kue basah dan menitipkannya ke warung-warung. Luhan masih ingat ketika dia dan Kai sepulang dari sekolah dasar membantu sang ibu menarik wadah-wadah titipan dari warung-warung tersebut sambil berjalan kaki.

Dan hidup dengan keprihatinan dan kesederhanaan telah membuat Luhan dan Kai tumbuh menjadi pribadi yang bersahaja, mereka membantu sang ibu dengan bekerja sambilan untuk membiayai pendidikan. Akhirnya setelah Luhan lulus dan menjadi guru sebuah TK, Kai mendapatkan beasiswa di sekolah teknik ternama di kotanya, dan kepandaiannya membuatnya mempunyai masa depan yang cukup cerah. Kepandaian otaknya, ketampanan fisiknya dan kebaikan hati Kai membuat Luhan yakin bahwa adiknya adalah pasangan paling sempurna bagi siapapun.

.

.

.

"Selamat datang." Kyungsoo menyambut Kai dan Luhan dengan bahagia di pintu, pipinya bersemu merah dan matanya berbinar ketika melihat Kai. Luhan mengamatinya dan mau tak mau

tersenyum. Bagaimanapun juga, Kyungsoo benar-benar tampak seperti perempuan yang baik dan sungguh-sungguh mencintai Kai.

"Terima kasih Luhan Eonni mau menemani Kai kemari," dengan sopan dan ramah, Kyungsoo menyalami Luhan.

"Mari silahkan masuk, pestanya sudah dimulai."

Pesta itu benar-benar pesta mewah yang elegan, yang memang diperuntukkan untuk kelas atas. Semuanya berpakaian indah dan syukurlah meski tidak mahal gaun hitam Luhan yang sederhana tampak begitu cantik dipakainya.

"Sendirian di sini?" seorang lelaki tiba-tiba sudah ada di sebelahnya dan menyapanya.

Luhan menoleh dan menemukan lelaki paling tampan yang pernah dilihatnya. Dengan rambut disisir rapi, wajah putih pucat, dan pakaian yang sepertinya dijahit khusus untuknya, lelaki muda itu tampak seperti pangeran dari negeri dongeng.

"Tidak... Saya bersama pasangan saya." tiba-tiba Luhan merasa gugup. Penampilan lelaki itu dan aura yang dibawanya entah kenapa membuatnya merasa gugup dan tiba-tiba saja ingin melarikan diri.

"Oh? Benarkah? Sepertinya aku tidak melihatnya." Lelaki itu menatap ke arah Luhan tajam meskipun bibirnya tersenyum,

"Sungguh pasangan anda orang yang sangat ceroboh membiarkan perempuan cantik sendirian di sini."

Luhan mengernyitkan keningnya, "Maaf... Saya akan mencari pasangan saya."

Dengan buru-buru Luhan membalikkan badannya dan mencoba pergi, aura lelaki membuatnya gelisah tidak tertahankan lagi, cara lelaki itu menatapnya bagaikan harimau mengincar mangsanya.

"Luhan?"

Luhan langsung tertegun mendengar suara itu, suara yang dikenalnya, suara dari masa lalunya yang sudah bertahun-tahun berusaha dilupakannya. Suara Kris.

Dengan gugup didongakkannya kepalanya, dan tertegun, itu memang benar Kris yang sama, hanya sekarang lebih tampan, lebih dewasa. Dan hati Luhan luar biasa sakitnya mengingat kenangan itu. Ketika Kris meninggalkannya begitu saja tanpa penjelasan apa-apa, karena dorongan keluarganya.

Luhan ingat sekali ketika itu ibu Kris, seorang nyonya besar yang kaya raya tidak menyetujui hubungan Luhan dengan Kris, karena Luhan hanyalah perempuan biasa, dari keluarga biasa, apalagi ibu Kris sudah menyiapkan calon untuk Kris, anak dari temannya, keturunan ningrat yang saat itu sedang menyelesaikan magisternya di Australia, bernama

Tao.

"Hai Kris, apa kabar?" suara Luhan terdengar lemah, terlalu terkejut.

Kris tersenyum miris. "Kabar baik Luhan, kau sendiri? Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik." tiba-tiba saja Luhan ingin menangis, kenapa dia harus bertemu Kris di sini? Kris adalah satu-satunya lelaki yang tidak ingin ditemuinya di dunia ini, "Dimana Tao?" tanya Luhan mencoba tegar.

"Ah, Tao..." Kris tampak salah tingkah, "Dia ada di sana, sedang berbicara dengan temannya, eh… Kami sudah bertunangan, tanggal pernikahan kami ditentukan 2 bulan lagi, segera setelah Tao mengurus kepindahannya dari Australia, aku harap kau mau datang."

Bagaimana mungkin Kris tega mengucapkan kalimat menyakitkan itu tanpa rasa bersalah sedikit pun? Tidak ingatkah dia betapa dia telah menyakiti hati Luhan dengan begitu kejam, meninggalkannya tanpa perasaan? Membuat Luhan akhirnya tidak bisa mencintai lelaki lain...

"Aku... Aku tidak bisa berjanji... Aku..."

"Kris, teman-temanku ingin berbicara denganmu, dear." perempuan cantik itu tiba-tiba datang dan mengglayuti lengan Kris dengan manja, dia lalu menatap Luhan dan mengangkat alisnya, "Eh... Siapa ini?"

Kris tampak gugup dan menelan ludah. "Ini Luhan, teman kuliahku dulu, kami sudah lama tak bertemu dan kebetulan bertemu di sini."

"Oh." Tao menatap Luhan dari kepala sampai kaki dengan pandangan meremehkan, "Aku pernah dengar dari ibumu kalau kau dulu pernah punya kekasih bernama Luhan yang kau tinggalkan, hmmmm..." Tao tersenyum mencemooh, "Pantas saja kalau begitu, dia tidak selevel dengan kita, bukan begitu dear?"

Kris tampak kehilangan kata-kata sedangkan Luhan berdiri dengan muka merah padam atas penghinaan terang-terangan yang diucapkan dengan lantang tersebut.

Sebelum mereka dapat berkata-kata, sosok pria tampan yang tadi menyapa Luhan tiba-tiba melangkah mendekat dan mengamit lengan Luhan dengan mesra. "Kau tidak mengenalkan mereka kepadaku, sayang?"

Luhan mendongak, mengernyitkan alisnya sambil menatap lelaki tak dikenal itu, apa katanya tadi?

Tetapi kemudian perhatiannya teralihkan oleh wajah Tao dan Kris dan memucat, "Kau mengenal Tuan Sehun, Luhan?" tanya Kris seolah tak percaya.

Pria bernama Sehun itu semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Luhan, "Tentu saja, Luhan adalah kekasihku, dan sepertinya kalian mengenalku ya?"

"Keluarga kami menjalin hubungan bisnis dengan anda Tuan Sehun." kali ini Tao yang menyahut sambil tersenyum manis, "Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dan bercakap-

cakap langsung dengan anda di sini."

Sehun ganti menatap Tao dengan pandangan mencemooh, "Hmmm... Kehormatan bagimu juga mungkin bisa berbicara dengan kekasihku yang luar biasa ini." lalu Sehun tersenyum pada Luhan, tidak mempedulikan muka Tao yang memerah karena jawaban kasarnya itu, "Ayo sayang kita pergi, masih banyak tamu-tamu penting yang harus kita temui."

KemudianSehun membalikkan tubuh Luhan,membawanya dalam gandengan lengannya, meninggalkanKris dan Tao yang berdiri dengan terhina di sana.

.

.

.

"Kenapa kau membantuku?" Luhan berbisik pelan setelah mereka menjauh dari pasangan Kris dan Tao.

Sehun tergelak dan kemudian melepaskan genggaman lengannya, "Aku melihat seorang perempuan yang hampir dipermalukan oleh kekasih yang dengki, dan aku merasa harus turun tangan untuk membantu." Kemudian lelaki itu mengulurkan tangannya, "Kita tidak sempat berkenalan tadi karena kau buru-buru kabur."

"Oh." pipi Luhan memerah, "Te...terima kasih atas bantuannya, aku..."

"Oppa?" kali ini suara Kyungsoo yang menyela. Sehun dan Luhan menoleh serentak, dan berhadapan dengan Kyungsoo yang sedang bersama Kai.

Kyungsoo tersenyum ceria ketika melihat Luhan, "Ah... Kulihat Oppa sudah berkenalan dengan Luhan Eonni, kakaknya Kai... Kak Luhan ini kakakku yang kuceritakan ingin berkenalan."

Sedikit terkejut atas informasi baru itu, Luhan melirik ke arah Sehun. Sekilas Luhan menyadari rona wajah Sehun yang hangat berubah menjadi dingin. Apakah lelaki itu menjadi dingin ketika mengetahui bahwa Luhan adalah kakak Kai? Luhan masih ingat cerita Kai bahwa kakak Kyungsoo ini sangat mencurigai orang miskin sebagai pengincar harta mereka.

Apakah kisahnya bersama Kris akan terulang pada Kai? Dicemooh dan diremehkan hanya karena mereka berasal dari keluarga sederhana?

"Oh... Ini Kai yang kau ceritakan itu?" Sehun berucap lambat-lambat dan kemudian membalas uluran tangan Kai, setelah selesai berjabat tangan, dia menoleh lagi kepada Luhan,

"Dan kau Luhan, kakaknya Kai... Senang berkenalan denganmu." lelaki itu mengulurkan tangannya kepada Luhan, dan mau tak mau Luhan menerima uluran tangan itu.

Seketika Sehun menggenggam tangannya yang mungil itu dengan kuat dan dominan, seperti mengisyaratkan sesuatu.

"Well, sepertinya kita akan banyak bertemu nanti Luhan," gumamnya penuh arti.

Nada suaranya ramah, tetapi entah kenapa Luhan merasa ngeri. Membuat Luhan bertanya-tanya apa yang ada di benak Sehun sebenarnya.

Mereka berdiri berempat sambil mengamati pesta. Kyungsoo dan Kai berpegangan tangan dengan penuh cinta, sementara Luhan berdiri dengan canggung di sebelah Sehun.

Tiba-tiba musik lembut dansa dimainkan dan beberapa pasangan tampak turun ke lantai dansa, menikmati dansa romantis di antara kelap-kelip cahaya temaram dan suasana

pesta yang elegan.

Sehun menoleh ke arah Luhan dan memasang senyumnya yang paling manis, "Mau berdansa?"

Luhan tertegun, lalu menggelengkan kepalanya, "Tidak... Saya tidak bisa berdansa," tolaknya cepat.

Tetapi Sehun menatapnya dengan keras kepala, "Oh ayolah, aku akan mengajarimu. Lagipula kau tidak kasihan kepadaku, aku tidak punya pasangan dansa." dan sebelum Luhan bisa menolak, lelaki itu sudah menariknya ke lantai dansa.

Sehun bohong. Dia bisa memilih banyak pasangan dansa kalau mau, dilihat dari banyaknya mata yang memandang Luhan dengan iri. Luhan begitu gugup ketika Sehun dengan tenang melingkarkan tangannya di pinggang Luhan dan meletakkan tangan Luhan di pundaknya. Lelaki itu membawa Luhan melangkahkan kaki dengan lembut, mengikuti irama.

"Lihat, gampang kan?" bisiknya sambil tersenyum, menatap Luhan dengan matanya yang tajam.

Luhan memalingkan muka dengan wajah merah padam, tidak tahan ditatap seperti itu. Dia hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian memusatkan

perhatiannya kepada gerakan dansa mereka.

KetikatanpasengajaLuhanmemutarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, matanya bertabrakan dengan mata Kris, lelaki itu sedang berdansa dengan Tao

yang sekarang berada dalam posisi membelakangi Luhan, membuat Kris leluasa menatap Luhan.

Ada sesuatu di tatapan mata Kris itu, sesuatu yang mirip dengan penyesalan dan kepedihan... Membuat dada Luhan terasa sesak. Dia memalingkan kepala, dan mencoba untuk

tidak menoleh ke arah Kris lagi.

.

.

.

Seperti biasa Luhan melangkah keluar kelas setelah memastikan semua muridnya benar-benar pulang dalam jemputan keluarga mereka.

Taman kanak-kanak itu tampak lengang dan sepi. Yah biasanya yang membuat ramai adalah kehadiran murid-murid kecilnya yang berceloteh riang kesana kemari. Sekarang tinggal guru-guru yang sibuk merapikan barang-barang mereka di ruang guru.

Luhan mendesah dan mengambil tasnya lalu melangkah ke lorong TK itu, entah kenapa sejak pesta itu batinnya kembali terasa sakit, sakit hati yang telah coba dilupakannya begitu

lama. Sakit hati karena kepedihan ketika Kris meninggalkannya dengan kejam, kini semua itu kembali lagi.

Mungkin ini semua karena di pesta itu dia bertemu kembali secara langsung dengan Kris, melihat langsung bagaimana Kris sudah melupakannya dan berbahagia

dengan tunangannya.

Pernikahan mereka dua bulan lagi...

Tiba-tiba saja batin Luhan berdenyut dan terasa sakit. Kenapa hatinya sakit? Apakah dia masih menyimpan cinta itu kepada Kris? Bahkan setelah dia dicampakkan dan dikhianati sedemikian rupa?

"Hati-hati, nanti kau tersandung."

Suara maskulin itu tiba-tiba muncul, tak disangka- sangkanya. Begitu mengejutkan hingga Luhan mengeluarkan suara pekikan kaget. Dia mendongak ke arah suara itu dan menemukan Sehun, kakak Kyungsoo, sedang bersandar di tiang lorong taman kanak-kanak itu, masih mengenakan setelan jas kantornya yang elegan.

"Kenapa anda ada di sini?" tiba-tiba Luhan merasa waspada.

Sehun tersenyum misterius. "Ada yang ingin kusampaikan kepadamu, kalau kau tidak sibuk."

"Darimana anda tahu tempat saya bekerja?" kali ini perasaan Luhan di dominasi oleh rasa curiga, jangan-jangan lelaki ini sudah membayar orang untuk menyelidiki Kai dan keluarganya.

Sehun terkekeh melihat tatapan curiga Luhan, "Jangan menatapku seperti itu, aku tidak mengambil informasi lewat jalan belakang." dengan elegan dia mengangkat bahunya, "Aku mendapat informasi dari Kyungsoo bahwa kau bekerja di sini, dia sering bercerita tentang Kai dan tentang kau."

"Oh." Luhan tercenung, "Apa yang ingin anda sampaikan kepada saya?"

Mendengar pertanyaan Luhan, tatapan Sehun berubah serius, "Mungkin kau bisa ikut aku ke suatu tempat untuk membicarakannya?'

Alarm peringatan langsung berbunyi di benak Luhan, mengingatkannya. Entah kenapa, meskipun tersenyum ramah, aura Sehun tampak mendominasi dan menyimpan sesuatu yang misterius. Luhan tidak mau pergi kemanapun dengan lelaki itu.

"Kalau memang bisa kenapa tidak kita bicarakan di sini saja?"

Sehun menatap tajam, kemudian sekilas tampak geli melihat ketakutan Luhan yang berusaha disembunyikannya dengan baik. "Oke kalau begitu, meskipun aku sebenarnya ingin membicarakannya di tempat yang lebih pribadi."

Tatapannya berubah serius dan dalam sekejap auranya berubah dingin, "Begini Nona Luhan, aku ingin menawarkan sejumlah uang kepada keluargamu supaya kalian semua

menjauhi Kyungsoo."

.

.

.

.

T B C

A/N:

My first time bikin remake yang bener2 remake. My first time juga bikin pair HunHan. Ini pair kesayangan setelah YunJae. Duh kangen HunHan :"""

Saya kangen nulis, saya kangen baca ff. makanya ini baru sempet nengok ffn.

Getokin saya pliiiiiiis, Cinderella seoul aja belum update. Astagaa, baru nulis setengah, tapi tiba2 gaminat nulis. Begitulah kendalanya kalo nulis sendiri. Idenya empot2an. Kadang ada kadang kaga.

Rada takut aslinya mau bikin remake an ini. Tapi saya ini fans berat santhy Agatha. Duh gatel pengen remake jadi hunhan yunjae duh tangan saya gatel. Dan berhubung uda banyak banget yang remake karya santhy Agatha, jadi rada ribet, nyari2 dulu yang mana nih yang belum di remake ver Hunhan. Fiuuuhh. Kalo ada yang pernah baca dengan judul, isi, dan sama karya santhy Agatha dan ver Hunhan. Tolong kasih tau saya ya ASAP yaaa. Saya pastikan langsung saya hapus kok, tenang saja.

Oke sudah ah cuap cuapnya. Bubay cintakuh!