Title : Stop Stop It
Cast :
Im Jaebum a.k.a. JB (GOT7)
Park Jinyoung a.k.a. Junior (GOT7)
GOT7 Member's
And others…
Genre : Romance, Drama, Fantasy, Supernatural,
Rated : T
Author : Rin Kim CM. KL. UT
WARNING! YAOI!
.
Disclainmer : GOT7 ɷ JYP • Stop Stop It ɷ Rin Kim CM. KL. UT
.
Summary : [This is a GOT7 FanFiction] Jaebum berada didunia baru, yang membuat hidupnya berubah. BNior—JJ Project, MarkBam, JackJaeYeom. Warning! OOC! Typo(s), GJ, Alur Kecepetan! dll!
.
WARNING! TYPO BEREDAR DI MANA-MANA! EYD TIDAK BERATURAN! ALUR KECEPETAN! RIN RIN MASIH PEMULA! HARAP DIMAKLUMI!
|Prolog and Chapter One;|
Im Jaebum, siapa yang tidak mengenalnya? Pemuda yang sangat bertalenta hampir disemua bidang, dan tidak lupa sifatnya yang—jangan dibayangkan, sifatnya sangat tidak jelas, kadang menurut kadang membantah.
Kini Jaebum tengah berdiri di pagar atap sekolah, menunggu seseorang. Err—bisa dibilang seseorang yang special baginya.
Klek.
"Oh, kau sudah datang?"
Jaebum bertanya dengan senyum tipis, menatap lelaki imut mungil dengan wajah angkuh tengah mendengarkan lagu di earphonenya.
Baru ingin berbicara, tangan lelaki imut itu melepaskan sebelah earphonenya, membuat Jaebum terpana sejenak.
"Ada apa?"
Jaebum menelan ludahnya kelu.
"Aku menyukai mu—"
Wajah lelaki imut itu masih datar.
"Tapi jika kau tidak menjawab sekarang—aku akan terjun dari sini—"
Masih datar, membuat Jaebum sedikit—gugup.
"Kau tidak takut aku terjun dari sini?"
Kaki kanan Jaebum dibiarkan tidak memijak pagar atap sekolah dan melayang.
"Kau benar-benar tidak—"
"Lakukan saja,"
Dengan datar tangannya memasang kembali earphone itu dan berjalan berbalik pergi, meninggalkan Jaebum yang menghela nafas.
Cukup lama terdiam di pagar atap sekolah.
Klek.
Bunyi suara pintu besi terbuka, hawk's eyes milik Jaebum langsung melihat kesumbernya—berharap jikalau itu adalah lelaki manis pujaannya tadi—
Eh?
Bukan. Bukan lelaki manis pujaannya. Tapi—
Mengapa dirinya ada didepan dirinya?
Ukh, kalimat membingungkan memutar dikepala Jaebum, tidak sadar bahwa—
Membuat dirinya kehilangan keseimbangan dan jatuh kebawah.
|story begin;|
Rumus matematika menemani kegelapan singkatnya tadi, dan sekarang, dirinya sudah terbaring dilantai dengan langit-langit ruangan yang penuh dengan rumus matematika acak—lagi.
Bingung, sangat.
Terlalu lama terdiam untuk menyadari keanehan ini, suara derap langkah mengganggu pendengarannya.
"Eh, apa yang kau lakukan, Jaebum hyung?"
Tunggu, mengapa dia bisa tahu namanya?
"Come on!"
Masih bingung tapi tak apalah untuk sekedar duduk dan melihat keadaan—
Dan lima orang laki-laki berada diruangan ini, satu sedang bersender dijendela sambil mendengarkan musik, lalu ada yang bermain papan luncur—ukh menggelikan, bermain game, dan lelaki tadi menjahili temannya yang tengah mengambar.
Childish.
Matanya menatap keluar jendela, hah?
Menghilangkan rasa penasarannya, dirinya memilih berdiri dan melihat keluar jendela. Melihat—mobil yang terbang? Kota yang… terasa berbeda. Tempat apa ini?
"Kau ini, jangan menatapku seperti itu!"
"Hyung yang menjahiliku duluan!"
Jaebum menengok kebelang, melihat lelaki tadi—mengait lelaki yang tadi dijahilinya.
"Oh, Jaebum hyung, kau kenapa sih?"
"Jaebum hyung dari pagi sudah aneh, Jackson hyung—hahahaha,"
Oke, Jaebum sudah tahu lelaki berkalung rantai emas itu—namanya Jackson.
"Mungkin Jaebum hyung sedang lupa minum obat, benarkan Bambam?!"
Lalu—Bambam. Oke, Jaebum harus mengingat nama mereka.
Brak.
"Oy Kalian! Aku datang!"
Deg.
"Woah, Jinyoung hyung, wassap!" seru Bambam, mengangkat tangannya tinggi mengharapkan tos dari Jinyoung. Jackson juga berlari kearah Jinyoung sambil mengankat tangan.
"Wassap Bambam-ah! Jackson!" balas Jinyoung, membalas tos-an.
"Tumben kau terlambat hyung,"
"Kabur lagi kau? Hahaha,"
Jinyoung tidak membalas, matanya lalu menangkap sosok Jaebum.
"Jaebum hyung, pagi!"
Deg.
Senyuman itu—suara itu—postur tubuh—wajah—
Sama dengan Park Jinyoung yang ada didunia nya dulu!?
Diam membeku, itu yang hanya bisa dilakukan oleh Jaebum.
"Eh, Jackson hyung, Jaebum hyung kenapa?" tanya Jinyoung.
"Tidak tahu," Jackson mengindikkan bahunya, "sejak tadi pagi dia aneh, lalu dia terjatuh saat didalam kelas—sejak saat itu, Jaebum hyung semakin aneh," jelas Jackson.
"Jangan-jangan Jaebum hyung kerasukan!"
Jackson, Jinyoung, dan Bambam menatap aneh lelaki yang tengah duduk diatas papan luncurnya itu.
"Tidak mungkin, Yugyeom-ie," desis Jackson, Jinyoung dan Bambam mengangguk menyetujui.
Jaebum hanya terdiam, masih kaget—bahkan didunia ini ada Jinyoung? Park Jinyoung? Yang Jaebum samarkan namanya dengan Junior untuk orang-orang tidak mengetahui seseorang yang dia suka—ukh, kekanakan.
"Oy Jaebum, kau kenapa?"
Jaebum hampir saja berteriak jika tidak mengenal kondisi sekarang, matanya melihat lelaki berambut berambut agak perak dan coklat itu.
"Aku—baik-baik saja," jawab Jaebum ragu.
Lelaki itu memandang datar Jaebum, "Namaku siapa?"
Jaebum tersentak kaget mendapatkan pertanyaan itu, karena—belum ada Jackson ataupun Jinyoung, Bambam, dan Yugyeom yang memanggil lelaki didepannya ini.
"Kau amnesia, huh?" cibirnya.
"Mark hyung! Kau tidak usah seperti itu," Bambam menghampiri Jaebum dan Mark.
"Hiraukan saja, Jaebum hyung. Mark hyung belum kuberi pelukan makanya seperti ini," ujar Bambam sambil memeluk manja Mark.
Jaebum mengerjab—oke, berarti tinggal satu orang yang belum ia ketahui namanya.
"Aku memang merasa aneh dengan Jaebum, Bambam-ah," ujar Mark.
"Jaebum hyung tetaplah Im Jaebum hyung~" Bambam mengerucutkan bibirnya kesal, "hyung perhatikan aku saja~" lanjut Bambam merajuk.
Jaebum menjauhi pasangan kasmaran disampingnya itu, berjalan menuju keluar ruangan yang mirip—kelas ini.
Kring—kring—
Hampir saja Jaebum terjatuh jika lehernya tidak ditahan oleh suatu tangan.
"Kau mau kemana Jaebum hyung? Habis ini kita ada pelajaran olahraga! Ayo!"
"Yak Jackson! Jangan menyiksa Jaebum hyung!"
Jaebum sadar jika yang mengait lehernya itu adalah—Jackson.
Semoga Jaebum cepat beradaptasi dengan dunia barunya ini.
-0o0-
Hal seperti ini tidaklah direncanakan sebelumnya oleh seorang Im Jaebum ini. Perlu diketahui, semua dalam hidup Jaebum harus direncakan dulu oleh sang lelaki tampan ini, jadi—jangan bingung mengapa Jaebum menjadi orang yang aneh.
"Jaebum hyung, kenapa dari tadi diam saja?"
Jaebum menatap orang berambut pirang itu, yang sudah ia ketahui bernama Choi Youngjae.
"Aku baik-baik saja, Youngjae-ah," Jaebum tersenyum tipis, lalu terdiam sebentar,"Jae-a, jikau ingin keluar, silahkan, tidak perlu mengkhawatirkan ku," lanjut Jaebum, melihat gerak-gerik Youngjae yang gelisah.
"Baiklah hyung, terima kasih!" seru Youngjae semangat dan melompat keluar kamar.
Jaebum tertawa, melihat Youngjae sama seperti melihat anak kecil dengan penuh semangat hidup.
Tok—tok—tok—
"Jaebum hyung, boleh aku masuk?"
Jaebum tersentak, melihat—Jinyoung sudah berdiri didepan pintu.
"Yeah, tentu saja, Jun—Jinyoung-ah,"
Jinyoung sempat mengeryit menangkap nada kaku di kalimat Jaebum, namun dihiraukan saja.
"Nanti malam, bolehkah kami keatap, jebal~!" pinta Jinyoung menangkupkan tangannya, memejamkan mata seakan siap dengan apa saja perkataan Jaebum.
Jaebum terpesona dengan keimutan Jinyoung yang tiada tara itu, "B—boleh…"
Jinyoung langsung mengankat wajahnya dan menatap Jaebum, "Jinjja hyung?! Wuaaah hyung memang yang terbaik!" seru Jinyoung sembari menerjang Jaebum dengan pelukan erat.
Err—Jinyoung-ah, lebih baik kau lepaskan pelukanmu jikalau tidak mau Jaebum mati seketika karena menahan detak jantungnya yang begitu cepat karena kau.
-0o0-
Sebenarnya Jaebum malas untuk kemana-mana sekarang, tapi Jackson dan Youngjae menariknya keluar dari dorm mereka menuju gedung sekolah—walau lebih tepatnya itu atap sekolah.
Jaebum memilih diam disana, memperhatikan mereka bermain dengan puas. Tapi—mengapa Jinyoung harus meminta ijin kepadanya jika ingin pergi kesini hanya untuk bermain—benda yang mengeluarkan api itu?
Memang ada yang salah dengan tempat ini?
Walau—tempat ini sama seperti atap sekolahnya yang ada didunia asalnya.
"Jaebum hyung!"
Jaebum dengan muka datar melihat kedatangan Jinyoung yang memegang kembang api itu.
"Ayo!"
Tangan Jinyoung menarik tangan Jaebum untuk ikut bergabung dengan mereka. Tapi bukannya bermain, Jaebum melihat Jinyoung yang tersenyum senang—sangat… manis.
Deg—deg—deg—
Jika seperti ini terus, Jaebum akan mati mendadak karena serangan jantung.
.
"Hyung tumben tidak mesra dengan Jinyoung hyung,"
Ucapan Yugyeom membuat Jaebum melihat maknae itu.
"Maksud mu?" Jaebum mengeryit.
"Loh, kan Jinyoung hyung kekasihnya Jaebum hyung," Yugyeom tersenyum polos, "dan lagi… sebenarnya aku bingung hyung, kenapa hyung memperbolehkan Jinyoung hyung mengajak kami ke atap? Biasanya kan tidak boleh karena hyung bilang itu berbahaya."
Jaebum mengerjab.
"Tapi mungkin hyung merasakan sekarang sedang aman ya? Hahaha,"
Tawa Yugyeom sangat lembut memang, tapi tidak ada tawa selembut Jinyoung.
Itulah yang ada dipikiran Jaebum sekarang.
Srek.
"Jaebum," Mark berbisik, "kita harus kembali, dan aku ingin berbicara empat mata dengan mu."
"Eh?"
|tbc;|
