Our destiny

" annyeonghaseyo, naneun do kyungsoo imnida, Naneun uliga joh-eun chinguga doel su issgileul balabnida". Setidaknya itulah kata perkenalan yang keluar dari mulut namja baru yang berdiri didepan kelas. Ya, dia do kyungsoo namja yang memiliki tubuh mungil, mata bulat yang mempesona dan satu lagi, yaitu kulit tubuh yang putih bersih. Kini ia tengah berdiri dengan pose 'aegyo-nya', yaitu mempoutkan bibirnya yang sengaja ia lakukan untuk menutupi rasa gerogi yang menghampiri.

" baiklah, kyungsoo sekarang kamu bisa duduk dibangku samping jong in. KIM JONG-IN.. sekarang ajak kyungsoo untuk duduk disebelahmu". Ucap eunhyuk seongsaenim, yang diikuti dengan berdirinya namja tampan berkulit tan.

" kyungsoo-ssi. Mari duduk disebelahku..". ucap namja tersebut yang segera dijawab dengan anggukan kepala. Sepanjang pelajaran tidak terjadi percakapan diantara mereka berdua, mereka hanya fokus pada materi yang diberikan songsaenimnya hari itu. Hingga tak terasa bel istirahat berbunyi..

" annyeong kyungsoo-ssi, naneun baekhyun imnida". Ucap namja bereyeliner yang kini menghampiri kyungsoo, dengan baiknya namja tersebut memberikan sapaan persahabatan kepadanya.

" ne, baekhyun kamu bisa memanggilku DO saja,. Tidak usah se formal itu. Gomawo, sudah mau menjadi temanku". Sahut kyungsoo dengan membalas sapaan baekhyun.

" jong, kau tidak ke kantin huh?". Sela seorang namja berdagu lancip. Seketika itupula kyungsoo baru menyadari keberadaan jongin disebelahnya. Namja berkulit tan tersebut hanya memberikan tatapan 'aneh' kepadanya, disertai dengan berlalu nya dia dari pandangan kyungsoo.

" do, kamu tidak makan? Kajja, kita kekantin". Ajak baekhyun yang diikuti dengan anggukan tanda dia setuju.

# JONGIN POV

' anak baru?! Aishh, bertambah lagi orang menyebalkan dikelas ini. Hah? Apa-apaan anak itu, mengeluarkan aegyonya disaat perkenalan seperti itu. Biar terlihat manis eoh? Kelas ini benar-benar sial'.

" JONG IN, sekarang ajak kyungsoo duduk disebelahmu".

Apa? Namja itu duduk disebelahku? Tak taukah, aku sudah menikmati kesendirianku selama ini, agar aku dengan mudah dapat tidur tanpa ada yang mengganggu. Dasar seonsaengnim sialan!

" ne, kyungsoo-ssi mari duduk disebelahku". Ajakku sehangat mungkin kepadanya. Hangat? Tentu saja tidak! Aku hanya bersandiwara melakukannya. Aku benci jika ada orang yang menggangguku. Aku harap namja 'cebol' ini tidak berbuat ulah, apalagi sampai menggangguku.

^JONGIN POV END

" kai, beruntungnya dirimu bisa sebangku dengan namja baru itu.. kau tahu? Dia itu sangat manis sekali.." sehun mulai mengacak acak rambut hitam jongin/kai, berusaha membuatnya marah.

"YAK! Oh Sehun, berhenti mengacak rambutku.. atau kau mau mati? eoh?". Jongin mengepalkan tinjunya, sengaja membuat sehun menghentikan aktivitas mengganggunya itu.

" manis?! Si 'cebol' itu? Ck, aku bahkan tak sudi dia berada disebelahku".

Seorang penjaga kantin membawakan makanan pesanan mereka, diikuti dengan teriakan teriakan dari murid lainnya yang memesan. Sementara itu, Terlihat seorang yeoja berparas cantik tengah berjalan menghampiri mereka. Yeoja yang menjadi idaman para namja tersebut dengan santai dan cuek berjalan tanpa menghiraukan sahutan-sahutan yang ditujukan kepadanya. Yeoja yang memiliki tubuh jenjang, kulit yang luar biasa indah dan tentu saja paras yang amat cantik belakangan ini tengah menaksir seorang kim jong in. oleh karena itu, kini ia kekantin hanya sekedar untuk dapat melihat dan bertegur sapa dengannya.

" annyeong jonginnie, hmm annyeong sehun". Yeoja tersebut mengambil duduk dihadapan jongin dan sehun, lebih tepatnya berhadapan dengan jong in. jong in yang sedang menikmati ayam goreng nya hanya sebatas menengok dan lantas kembali pada makanannya. Sementara itu, sehun justru tersedak hebat yang diikuti dengan lenyapnya orange juice jong in yang sukses terminum olehnya.

" ah, sunbae waeyo? Tumben". Sapa sehun setelah terbebas dari penderitaanya. Saat itu sehun bingung, mengapa senior cantiknya ini tiba-tiba menghampiri mereka. Padahal yang sehun tahu yoona adalah yeoja yang suka memilih milih teman dan selektif dalam menilai orang. Lantas mengapa ia ada disini sekarang..

" aniiii..aku Cuma pengen ketemu jonginnie saja". Jong in hanya memandang yoona dengan tatapan tajam seolah tidak suka.. hey! Jongin kenapa kamu menolak wanita cantik sepertinya huh?! (skip)

Jongin bukan tidak menyukainya, hanya saja menurutnya yoona wanita yang terlalu membeda bedakan. Wanita yang memiliki kadar kesombongan tinggi, wanita yang sering bergonta ganti pasangan (setaunya), dan menghalalkan segala cara dan mengukur segala sesuatunya dengan uang. Jong in mengakui kecantikannya, ya hanya kecantikan luarnya.. tapi tidak dalamnya.

Sehun yang mendengar jawaban yoona, lantas kembali menyibukkan diri menghabiskan makanannya. Dia pikir, apa bedanya dia dengan jong in? huh? Tapi kenapa yoona justru menaksir jong in, padahal lebih tampan dia..

" jong in, jangan menatapku seperti itu! Kau seolah mau memakanku hidup hidup eoh!". Jong in membuang pandangan matanya, dan beralih pada 2 sosok namja yang baru memasuki kantin. Seketika, moodnya semakin hancur tak tertahankan, dikarenakan adanya yoona yang mengganggu makannya dan munculnya si 'mulut besar' dan anak baru itu si 'cebol'.

" kai.. itu si namja manis.. betapa imutnya dia. Dan oh, bibirnya..". sehun meneliti tubuh kyungsoo yang sedang duduk beriringan dengan baekhyun. Mereka berdua kini sedang menyesapi jus masing-masing, dan sesekali diselingi dengan obrolan ringan.

" YA! Sehun mesum! Jangan menjerumuskan jongin.. pabbo ya!". Pukul yoona yang mendarat sukses di kepala sehun.

" jonginnie, sepulang sekolah nanti kita jalan, ne? kau tidak ada kegiatan apapun kan?". Manja yoona, yang sekarang meraih tangan jongin dari atas meja. Jongin tidak menepisnya, tapi tidak juga meresapi genggaman itu. Ia hanya mengangguk pelan yang kemudian disambut dengan kecupan dipipinya.

CUP…

" gomawo, jonginnie.. aku tunggu sepulang sekolah nanti". yoona beranjak pergi meninggalkan mereka. Sehun hanya dapat terperangah atas kejadian barusan.

" kaiiiiii, pabbo! Kenapa kau menerima ajakannya? Huh? Bukannya waktu itu kau bilang, kalau kau tidak menyukainya sama sekali. Huh? Kau mempermainkannya".

KYUNGSOO POV..

Awal berkenalan sungguh aku merasa gerogi, tapi entahlah aku berusaha sebisa mungkin menahannya. Paling tidak teman-teman sekelasku itu merespon baik diawal perkenalan. Hingga akhirnya eunhyuk songsaenim menyuruhku bahkan dia menyuruh namja berkulit tan untuk mengajakku duduk disampingnya. Anak itu mengajakku dengan sapaan hangat, entah mengapa aku merasa kalau namja ini amat tampan dan seksi.. hihi, tapi? Dia tidak sehangat yang aku bilang.. buktinya sepanjang pelajaran dia mencueki ku tanpa mengajakku berbicara sedikitpun. Bahkan dia dengan entengnya tertidur dengan kepala bersandar dimeja.

Baekhyun, aku senang dia mengajakku untuk berteman. Dia orang yang banyak bicara dan sering melakukan tingkah atau ucapan lucu. Ya, walau kadang itu sedikit mengganggu, tapi setidaknya aku senang.

Belum lagi saat ini, apa-apaan jong in itu dengan mudahnya menebar kemesraan didepan umum. Emm, terutama yeoja itu! ya, dengan asiknya mereka berpegang pegangan tangan. Ditambah lagi aksi kecupan bodoh dipipi jongin. Uwekkkk, lihatlah sekeliling kalian, kalian kira kantin ini hanya milik berdua?. Tidak jauh beda dengan si dagu lancip, seperti orang bodoh dirinya. Wajah tampan yang dimilikinya terkalahkan dengan tingkahnya yang seperti kanak-kanak.

Sudahlah, aku harap baekhyun berteman denganku seterusnya..dan juga aku dapat berteman dengan yang lain.

KYUNGSOO POV END..

Teeeeeeeeeeeettttttttttt… bel berbunyi , yang menandakan jam istirahat telah usai. Kyungsoo dan baekhyun lantas berjalan meninggalkan kantin menuju kelas. Saat itu sempat terjadi aksi saling tatap antara kyungsoo dan jongin. Dingin.. ya tatapan namja itu sangat amat dingin, bahkan terasa menakutkan. Tapi juga menggoda? Tunggu! Menggoda? Ya, setidaknya kyungsoo berpikiran seperti itu. Kyungsoo kini memberhentikan aksi tatapannya itu, dan berjalan cepat menuju kelas.

' kenapa jong in tidak beranjak dari kantin? Apa dia dan sehun bolos?' pikir kyungsoo yang membuatnya terdiam sejenak didepan pintu kelas.

" do! Cepat masuk, nanti lee songsaenim bisa marah". Baekhyun lantas duduk dibangkunya, lebih tepat disamping park chanyeol. Sementara itu, kyungsoo menuju bangkunya. Tentu tanpa jong in disampingnya..

Lee songsaenim masuk kekelas dan menyuruh anak2 untuk mengeluarkan buku sejarah yang akan mereka pelajari…

Teeeeeeeeeeeeeetttttttttt, ya! Bel pulang. Terdengar banyak suara dari dalam kelas, suara yg dikarenakan leganya mereka atas selesainya pelajaran hari itu. Pelajaran yang begitu membosankan yang membuat mereka terkantuk kantuk. Pelajaran lee songsaenim merupakan hal paling membosankan bagi anak-anak itu, bagaimana tidak sepanjang pelajaran guru tersebut selalu berceloteh mengenai sejarah2 dinasti korea, nama-nama tokoh yg sulit diingat dan seterusnya hanya diisi dengan dongeng2 masa lampau. Hal tersebut juga dirasakan oleh kyungsoo, namja itu kini tengah merapikan bukunya sesekali mengucek matanya yang merasakan kantuk.

" do, mau pulang bersama tidak? Atau kau menunggu dijemput?". Baekhyun berdiri tepat dibelakang kyungsoo yang kini tengah memakai ranselnya. Dibelakang baekhyun berdiri seorang pria jangkung, dengan wajah lucu. Kyungsoo menatap baekhyun dengan pandangan bertanya, seolah ingin diperkenalkan dengan pria tersebut. Baekhyun yang menyadari tatapan tersebut, terperangah dan berputar kearah chanyeol.

" ohiya aku lupa, do ini park chanyeol. Dan channie ini do kyungsoo". Sebentar! Channie? Ya, baekhyun dan chanyeol telah lama berpacaran sejak mereka menginjak kelas 1 tahun lalu. Hanya saja mereka tidak mau terlalu 'vulgar' untuk mengumbar kemesraan mereka.

" annyeong, chanyeol imnida..". namja jangkung itu menundukan badannya 90o tanda memberi hormat dalam berkenalan.

" do kyungsoo imnida, senang bisa berkenalan denganmu chanyeol". Balas kyungsoo yang juga ikut membungkukan badannya.

" ne, do! Jawab pertanyaan ku.. apakah hari ini kamu dijemput, atau pulang sendiri eoh?!". Baekhyun menyela acara perkenalan itu. Saat ini mereka tengah berjalan keluar kelas, melewati koridor-koridor sekolah yang mulai sepi.

"aku pulang sendiri baek.. mungkin kita bisa pulang bersama?". Do mengalihkan pandangan tatkala ia menangkap bayangan, bukan bayangan, lebih tepatnya sosok yang baru saja melesat keluar dari kelasnya tadi. Ia mengetahui betul bahwa sosok itu adalah jongin dan sehun yang baru saja mengambil tas yang mereka tinggal dikelas. Sementara itu, chanyeol memeluk baekhyun dari belakang sambil menyandarkan dagunya pada bahu baekhyun. Sesekali chanyeol menghirup aroma parfum yang menyeruak dari tubuh namjachingu nya itu, yang membuat pipi baekhyun bersemu merah menahan malu.

" chanyeolll, jangan seperti ini.. jeballl, aku malu..". baekhyun melepaskan pelukan chanyeol dan segera menarik lengan kyungsoo.

"arra! Kajja..Nanti keburu gelap..". baekhyun melangkahkan kaki yang diikuti dengan gerakan do disampingnya. Chanyeol hanya bisa tersenyum puas, melihat tingkah pacarnya yang seperti itu apabila sedang menahan malu.

-SKIP—

" jonginnie, kenapa kamu cemberut saja huh? Kamu tidak senang menemani ku berbelanja?". Yoona sedang mengitari deretan baju dengan sesekali mengalihkan pandangannya kepada jongin sekedar bertanya mengenai baju yang akan dibelinya. Jong in memasang wajah masamnya, sesekali ia mengutuki dirinya yang mau mengantarkan yeoja itu berbelanja. Awalnya jong in ingin menolak ajakan yeoja tersebut sewaktu dikantin, tapi ia pikir apa salahnya jika ia menemaninnya dan siapa tau akan menyenangkan. Namun justru sebaliknya, kini ia hanya seperti namja bodoh yang membuntuti seniornya itu memilih milih baju.

-SKIP—

"eomma tahu tidak? Hari ini aku bersyukur karena aku memiliki teman baru. Ya walaupun baru dua.. tapi setidaknya aku merasa senang karena tidak harus sendirian dihari pertama aku masuk". Kyungsoo membuka pembicaraan terhadap eommanya. Kini keluarga do, sedang menikmati makan malam bersama. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, dikarenakan seringnya tuan do yang sibuk bekerja, dan eommanya yang sibuk dengan urusan bisnisnya. Namun, kali ini berbeda.. tuan do sengaja meminta libur dikarenakan awal kepindahan mereka ke rumah barunya. Sementara eommanya menunda kesibukannya.

" jinjja? Wah, eomma senang mendengarnya.. kapan-kapan ajak mereka untuk main kesini, ne?. sekalian eomma ingin berterima kasih, karena mau menemani anak eomma yang paling tampan ini". Diraihnya piring dari hadapan do oleh eommanya, eommanya tengah menyendokan nasi dan lauk pauk kepiring itu.

" appa..kita tidak akan pindah lagi kan? Aku sudah merasa nyaman dengan sekolah baruku". Kyungsoo menerima piringnya,dan segera ia memakan makanannya.

" entahlah, appa juga tidak tahu. Mungkin iya mungkin tidak.. sudahlah, lebih baik kau fokus dulu pada sekolahmu". Appanya tengah meminum air yang berada digelasnya, dilanjutkan dengan tubuhnya yang bangkit untuk meninggalkan meja makan.

"chagi, aku duluan ya.. masakanmu sungguh nikmat sekali malam ini". Rayu appanya, sementara eommanya hanya dapat tersenyum malu dan terdapat semburat merah dipipinya.

" kyungsoo, appa tidur duluan. Jangan lupa besok bangun pagi, agar appa bisa mengantarkan mu kesekolah".

" gomawo appa..".

-SKIP—

' appa! Jangan tinggalkan aku dan eomma..jangan tinggalkan kami.. aku mohon appa' jongin tengah tertidur dikasurnya, dan lagi-lagi ia harus mengalami mimpi tersebut. Kini, buliran air mata mulai berjatuhan dari matanya yang masih terpejam, betapa tersiksanya dia harus mengalami hal seperti ini. Saat itu pula jong in mengerjapkan matanya berusaha untuk bangun, diusapnya air mata yang masih menggantung dimatanya. Dirinya masih terpaku memandangi sudut ruangan kamarnya, entah mengapa mimpi itu mengingatkan pada memori di masa lalunya. Dengan enggan ia meraih handphone yang berada diatas meja, dan segera terkaget begitu mengetahui bahwa sekarang pukul 07.15.

'siaaaallllll, kenapa bisa kesiangan seperti ini? Matilah aku bila harus berhadapaan dengan sulli songsaenim yang bawel.. bisa-bisa aku dihukumnya membersihkan toilet' sambil berjungkit jungkit jongin memakai celana sekolahnya, yang sebelumnya didahului dengan seragam dibadannya. Ia menyambar tas nya, dan memasukan beberapa buku dengan sembarang dan segera melesat keluar kamar. ( tanpa mandi terlebih dahulu ).

" jong in, sarapan dulu nak..". panggil seorang yeoja paruh baya saat melihat tubuh anaknya melesat keluar dari kamar. Yeoja itu tengah menyesapi teh nya, dan diselingi dengan gigitan pada roti.

" eomma, aku kesiangan.. biar nanti aku sarapan disekolah, ne! byee eomma". Jong in mengecup pipi eommanya tersebut dan berjalan keluar rumah. Terdengar suara motor yang meninggalkan pekarangan rumah.

-SKIP—

" kyungsoo! Kamu tahu jong in kemana? Kenapa ia tidak masuk?" sulli songsaenim sedang memandang kearah kyungsoo, diikuti dengan tatapan beberapa anak lainnya. Memang sejak tadi kyungsoo tidak melihat teman sebangkunya-teman?-, ia pikir mungkin jongin datang agak siang, tapi nyatanya sampai saat ini namja itu tidak menampakan batang hidungnya.

" mmhh, saya tidak tahu songsaenim.. mungkin jong in sedang sakit atau…". Kyungsoo menggantungkan ucapannya saat dilihatnya jong in baru saja memasuki kelas. Jong in terlihat santai saat itu, tanpa memperdulikan sulli songsaenim yang memandangnya dengan tatapan mematikan. Dengan entengnya anak itu justru melangkah melewati meja gurunya, menuju bangku yang ia tempati. Beberapa anak mengeluarkan ekspresi datar, seolah hal seperti ini sudah menjadi rutinitas bagi mereka. Beda halnya dengan kyungsoo yang terlihat panic.

" YA! Siapa yang menyuruhmu duduk TUAN KIM?". Sulli menekankan suaranya dengan nada membentak sekaligus mengejek. Kini ia tidak dapat menahan amarah melihat muridnya seperti itu. Sulli menghampiri jongin yang terduduk di samping kyungsoo, dan menatapnya dengan tajam.

" kau ini seorang pelajar, hah?! Pelajar macam apa kau ini? Datang terlambat hampir setiap hari. LIHATlah! Apakah penampilanmu itu dapat dikatakan pelajar? Pakaian berantakan sekali". Sulli mengeluarkan kata-kata tajamnya. Memang jong in sudah seringkali mendapatkan teguran dari para guru, namun sepertinya batas kesabaran guru2nya itu telah habis sehingga habislah jongin dengan cacian hari ini..

" sekarang aku minta kau keluar dari kelas ini, dan bersihkan TOILET! Jangan pernah masuk kelas, sampai kau telah melakukannya!". Sulli lagi-lagi menekankan nada suaranya seraya menunjuk pintu kelas, seolah memberi tanda bahwa jong in harus keluar.

" miannn, sulli songsaenim. Kasian jong in.. apa tidak sebaiknya kau dengarkan alasannya dulu mengapa ia terlambat?". Kyungsoo mencoba meluluhkan hati gurunya itu, anak itu kini menatap jong in dengan rasa iba. Sungguh ia tidak tega melihat 'teman'nya diperlakukan seperti itu.

" sudahlah! Aku tidak butuh kasihan darimu 'cebol'..". namja berkulit tan tersebut justru membalas kebaikan kyungsoo dengan perkataan menyakitkan. Kini ia berjalan keluar kelas dengan wajah datarnya tanpa memperdulikan tatapan kasihan teman-temannya. Sementara, tubuh kyungsoo mulai bergetar menahan tangisnya. Betapa tidak? Ia tulus membela jongin, tapi mengapa anak itu justru mengatainya? 'cebol'?

Sulli seonsaengnim kembali ke mejanya dan meredam amarahnya, dia memulai pelajaran hari itu dengan sangat kacau…

-SKIP—

" hei do, kenapa kau diam saja? Lagi patah hati?". Chanyeol sedang berjalan disampingnya, diikuti dengan baekhyun yang terus menggandeng lengan chanyeol. Saat itu mereka menuju kantin sekolahnya, karena baru saja bel istirahat berbunyi. Sementara kyungsoo hanya membalas pertanyaan baekhyun dengan mengangkat kedua bahunya. Baekhyun yang mengetahui perubahan teman barunya itu, lantas melepas gandengannya dan mendekati do.

" sudahlah kyungie jangan kau pikirkan lagi ne? anak itu memang menyebalkan. Lihat saja, buktinya hanya sehun yang mau menjadi temannya. Sudah ya..". baekhyun menenangkan temannya itu. Ia tahu bahwa kyungsoo masih terperangah akan ucapan jong in tadi. Betapa kejamnya anak itu mengatai kyungsoo yang mencoba membelanya. Apakah namja itu sudah tidak memiliki perasaan dan pikiran?

" aniya! .. bukan itu baek.. hanya saja aku sedang merasa kurang sehat hari ini. Gomawo, kalian sudah mencemaskanku". Kyungsoo memaksakan senyum palsunya, ia sadar betul bahwa tak seharusnya hal seperti ini mesti dipikirkannya. tapi.. sudahlah, toh kyungsoo juga benar-benar merasa agak kurang sehat.

" sebaiknya aku ke UKS saja ya.. mian baek, chanyeol aku tidak bisa ikut kalian ke kantin. Sekali lagi, gomawo sudah mengkhawatirkanku". Kyungsoo segera melesat meninggalkan baekhyun dan chanyeol menuju ruang kesehatan sekolahnya itu. Lebih baik ia memilih untuk mengistirahatkan badannya sejenak, melepas penat dan pikirannya saat ini.

Tapi, setibanya ia didepan ruang UKS terlihat kerumunan yang mengerubungi ruangan tersebut. Dilihatnya pula sehun sedang membawa segelas teh hangat menuju sana. Kyungsoo makin mempercepat langkahnya, rasa ingin tahu membuat ia menggerakan badannya untuk berlari.

" ada apa?". Tanyanya kepada seorang namja berkulit putih susu dan berlesung pipi didepannya, namja itu mengarahkan ekor matanya kearah kyungsoo.

"tadi kami menemukan kai pingsan dengan darah yang keluar dari hidungnya sewaktu kami ke toilet". Namja itu menjelaskan secara detail kepada kyungsoo.

" nugu? Kai?".kyungsoo mengangkat sebelah alis matanya, bahwa ia tidak tahu anak yang namja ini maksud.

" ne, kai..kim jong in. ia terkulai lemas sekarang, setelah tadi kami menemukannya". Namja itu kembali menerangkan, dengan menyebut nama 'teman' nya yang berkulit tan itu. Kyungsoo tersadar dan membulatkan matanya-yang memang sudah bulat- ia hendak masuk kedalam, namun langkahnya terhenti,

" gomawo, emm..". ucapnya terhenti karena tidak mengetahui nama namja didepannya ini.

" lay, panggil aku lay.. cheonma!". Namja itu segera berlalu meninggalkan kyungsoo, diikuti dengan dirinya yang masuk kedalam UKS.

Dilihatnya jong in terkulai lemas diatas kasur, dengan mata yang masih terpejam belum sadar. Juga sehun yang tengah terduduk disamping jong in, sesekali ia menyeka darah dihidung jong in yang sedari tadi menetes. Kyungsoo bingung, apa yang harus dilakukannya diruangan ini? Ia menggerutu akan kebodohannya barusan. 'memangnya engkau di anggap teman olehnya, kyungsoo? Bodohnya dirimu..' rutuk batinnya. Seorang yeoja yang sepertinya petugas kesehatan sedang memeriksa jong in, yang kemudian ia meminta sehun mengambilkan es batu untuk mengompres jong in. sehun melangkahkan kakinya, dan sekilas pandangannya dan kyungsoo bertemu. Sehun menyunggingkan senyumnya..

Kyungsoo mengambil tempat sehun tadi, kini ia sudah mengggantikan sehun mengelap darah dihidung jongin. Entah mengapa kyungsoo merasa sepeduli ini dengan jong in, timbul perasaan aneh yang sulit diungkapkan. Dia merasa betapa tampannya wajah jong in yang sedang tertidur ini, tanpa sadar ia membelai rambut hitam jongin yang menutupi mata. Namun, kyungsoo segera menepis pikirannya itu, ia bangkit dan bermaksud meninggalkan ruangan itu. Dan tanpa diduganya..

" jangan tinggalkan aku.. aku mohon, aku takut". Jongin bangkit memeluk tubuh kyungsoo yang mungil itu. Kyungsoo merasakan buliran hangat menetes dari mata jong in, betapa tersiksa dan sakitnya ekspresi jong in saat ini. Ia tidak menyangka, namja dingin dan ketus seperti jong in dapat berubah seperti ini. Dengan ragu-ragu kyungsoo membalas pelukkan itu, dan sesekali tangannya mengusap punggung jongin.

" ssttt, tenanglah.. jangan menangis jong in". kyungsoo menenangkan namja yang masih terus memeluknya itu, sementara namja itu sudah tertidur dipelukan kyungsoo, sesekali terdengar isakan darinya.

Sehun datang membawakan es batu dan juga handuk, yeoja itu mengompreskannya pada kening jong in. dengan teliti yeoja itu memeriksa jong in.

" jong in sudah baik kan, sebaiknya kalian temani dia. Sepertinya demamnya yang membuat dia terus mengigau. Kalau terjadi sesuatu tolong panggil aku ya". Yeoja itu merapikan segala peralatan kesehatannya, dan beranjak keluar.

" gomawo yuri noona.. sekali lagi gomawwoo". Ucap sehun dan kyungsoo bersamaan, diikuti dengan senyuman lembut dari yeoja itu.

Sehun berdiri disamping kyungsoo yang terduduk disebelah jong in, terlihat bahwa ia sedang gusar. Karena sesekali sehun menggaruk kepalanya, dan mondar mandir tidak menentu. Kyungsoo yang menyadari tingkah sehun tersebut, mencoba untuk menegurnya.

" sehun, ada apa denganmu?". Kyungsoo lagi-lagi mempoutkan bibirnya. Bukan karena gerogi, melainkan ia memang sering melakukan aegyonya seperti itu.

" ah, kyungsoo.. maaf, bolehkah kau temani jongin sebentar? Kau tahukan selepas jam istirahat ini merupakan pelajaran shindong songsaenim, dan aku belum mengerjakan tugasnya". Sehun terlihat bingung, keringat mulai membasahi dahi nya.

" baiklah sehun, sebaiknya kau kerjakan cepat! Kalau perlu, kau boleh menyalin pekerjaan ku. Hanya saja, tolong setelah itu kau kumpulkan, ne? dan katakan pada baekhyun kalau aku sedang menemani jong in di sini". Kyungsoo memberikan senyumnya, dan tatapan tulus persahabatan kepada sehun. Sehun membalas senyumnya, dan beranjak pergi meninggalkan ruangan itu..

" gomawooo kyungsoo, baiklah akan aku sampaikan".

Kini hanya tinggal kyungsoo dan jong in diruangan itu. Namja tampan berkulit tan itu masih terpejam, setidaknya darah dari hidungnya sudah berhenti mengalir. Kyungsoo mendalami ekspresi jongin, terlihat wajah jong in yang tersiksa didalam tidurnya. Bibirnya yang-seksi- sesekali bergetar menahan isakan, air mata kadang jatuh dengan sendirinya. Kyungsoo bingung, kenapa namja seperti jong in bisa seperti ini dalam tidur. Apakah jongin bermimpi? Kasihan jong in, kyungsoo tahu sebenarnya ada sisi lembut pada diri jongin, hanya saja anak itu berusaha menutupinya. Mungkin ada sesuatu yang membuat jong in seperti ini,,

' jong in aku ingin mengenalmu lebih dalam, aku ingin kita bisa berteman'. Gumam kyungsoo pelan disela pandangannya. Diusapnya kepala jong in, tanpa membuat namja itu terbangun. Entah mengapa, timbul perasaan aneh pada kyungsoo, apakah kyungsoo menyukainya? Namun, tiba-tiba saja tangan jongin meraih tangan kyungsoo dan menggenggamnya erat sambil terus tertidur.

'aku dimana? Ah, ternyata ada diruang kesehatan..sepertinya tadi aku pingsan, setelah mati lampu tadi. Usapan dikepalaku tadi, benar-benar begitu menghangatkan. Walaupun aku terpejam,setidaknya aku dapat merasakan usapan tangan tadi, dan juga genggaman tangan yang kini ku genggam..apa? menggenggam?' jongin mengerjapkan matanya beberapa kali, ia sudah bangun. Dirasakannya kepalanya yang amat pusing, mungkin efek terbentur di toilet tadi. Ia mengarahkan pandangannya pada sosok yang jong in genggam tangannya. Terlihat namja bermata bulat tertidur dengan posisi duduk dan kepala yang bersandar pada tempat tidur,jong in mengenali betul siapa namja itu. Jong in melepaskan genggamannya dan bangkit dari ranjang.

"ah, jongin.. kau sudah bangun. Duduklah sebentar, aku akan mengambilkanmu teh dulu". Kyungsoo terbangun dari tidurnya saat merasakan tangannya dihempaskan tadi. Ia bangkit dan berjalan ke meja tempat teh diletakkan.

"kau! Untuk apa ada disini?". Tanya jong in dengan nada dingin dan tajam. Kini ia terduduk ditepi ranjang, dan menatap punggung kyungsoo yang bangkit mengambil teh untuknya. Kyungsoo menghampiri jong in, dan bermaksud menyodorkan teh itu pada jong in. tanpa disangka jongin justru menepisnya, hingga air didalam gelas itu tumpah menyiram tubuh kyungsoo sebagian. Kyungsoo kaget akan perlakuan jongin barusan, kini tubuhnya mulai bergetar dan matanya yang mulai berkaca-kaca. Ia berlari meninggalkan ruangan itu menuju kelasnya yang sudah sepi- bukan hanya kelasnya, tapi sekolahnya. Dikarenakan sekolah memang sudah bubar sedari tadi- kyungsoo meraih tasnya dan bermaksud untuk pulang. Dengan air mata yang terus mengalir ia berjalan meninggalkan kooridor sekolah. Hari sudah mulai gelap, jong in berjalan menuju kelas untuk mengambil tas yang ditinggalkannya tadi. Sejenak ia terdiam mengingat kyungsoo yang tadi berada disampingnya, 'apakah si'cebol' itu menemaniku sedari aku pingsan? Apakah tingkah ku tadi telah menyakitinya? Ah, masa bodoh lagipula dari awal aku memang tak ingin mengenalnya'. Jongin menyelesaikan lamunannya, dan berjalan meninggalkan sekolah.

-SKIP-

Sudah sebulan lebih kyungsoo bersekolah di SM high school , kini bukan hanya baekhyun dan chanyeol saja yang menjadi temannya. Bahkan lay yang merupakan sunbaenya juga menjadi akrab terhadapnya, terlebih lagi sehun yang kadang ikut bergabung bersama mereka.

Beda halnya dengan jong in, namja dingin itu justru merasa ada sosok yang hilang darinya. Ya, sebulan ini kyungsoo memilih untuk pindah tempat duduk, ia pindah disamping luhan. Namja cantik yang ditaksir sehun. Mereka terlihat akrab sekali, dan kadang jong in sering melihat mereka mengobrol dan bercanda. Sangat berbeda sewaktu kyungsoo disebelahnya, justru jongin malah cuek dan bahkan menyadari semenjak kelakuannya diuks terhadap kyungsoo, namja bermata bulat itu seakan menjauhinya. Tapi jong in juga melihat ada rasa kasihan yang terselip dimata bulat namja itu kepadanya. Ia menyesali segala sesuatunya selama ini, betapa kejamnya ia terhadap kyungsoo. Tiba-tiba saja ia teringat kembali akan hangatnya belaian tangan kyungsoo dikepalanya, dan tangan mungil namja itu yang pernah berada digenggamannya. Sungguh, ia merasakan hal yang aneh pada dirinya saat ini. Jong in berjanji, ia akan memperbaiki hubungan pertemanannya dengan kyungsoo. Pertemanan? Bukan itu yang jong in mau, namun rasa sayang yang tersalur dari diri kyungsoo kepadanya, entahlah…

-SKIP—

Lagi-lagi kyungsoo, baekhyun dan chanyeol berjalan bersama menuju halte bus, mereka sering sekali pulang bersama seperti ini. Terlebih lagi, saat kyungsoo tahu bahwa rumahnya dengan rumah baekhyun hanya terpaut beberapa blok saja, jadilah mereka semakin akrab setiap hari. Chanyeol memeluk baekhyun dari belakang, tangannya melingkar dipinggang namja bermata sipit itu juga dagunya yang sengaja ia tenggerkan di bahu baekhyun. Baekhyun tersenyum akan perlakuan namjachingunya itu, apalagi ketika chanyeol mengecup pipinya. Hatinya makin berdegup kencang, menahan gejolak didadanya. Chanyeol yang melihat reaksi baekhyun, justru makin tersulut nafsunya. Ciumannya kini turun ke leher baekhyun, yang membuat baekhyun mendesah.

" ngahhhhh, channie. Jangan sekarang, ahhhhhh, kita sedang dijalan. Lagipula ada kyungsoo". Chanyeol menghentikan aksinya itu, dan tersenyum kearah kyungsoo yang terbengong dengan adegan tadi. Chanyeol kembali mendekatkan bibirnya ditelinga baekhyun, dan membisikkan sesuatu padanya.

" malam ini kamu menginap dirumahku ya, baekkie.. aku menginginkanmu". Baekhyun mengangguk dan disusul dengan ciuman hangat dibibirnya.

-SKIP—

" kyungsoo, ikut aku sebentar..". jong in menarik lengan kyungsoo untuk mengikutinya. Kyungsoo yang sedang mengobrol dengan lay, merasa tak enak hati meninggalkannya begitu saja. Ia berjanji akan meminta maaf pada sunbaenya itu sepulang sekolah nanti.

" jong in! apa yang kau lakukan hah? Kau mau bawa aku kemana?". Kyungsoo menarik lengannya paksa, yang membuat cengkraman jong in terlepas. Jong in menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah kyungsoo.

" sudah, kau jangan bawel. Ikut aku saja..". jong in menariknya kembali, yang membuat kyungsoo terjinjit-jinjit mengikutinya.

Kini mereka telah sampai ditaman belakang sekolah, jong in melepaskan cengkramannya pada kyungsoo. Namja itu terduduk dibawah pohon rindang, yang menaunginya.

" duduklah, tak sopan jika kau berdiri disaat aku mengajakmu berbicara". Kyungsoo mengambil tempat di belakang jong in, ia tak ingin terlalu dekat dengan namja itu. Ia tak mau kejadian seperti di uks terulang lagi.

" palli,palli.. kau mau berbicara apa? Jangan menyita waktuku terlalu banyak". Kyungsoo menanggapi dengan perkataan yang sedikit ditekankan, ia tak ingin lagi menaruh iba berlebih pada jong in. meskipun, jauh didasar hatinya ia tahu bahwa tak mungkin ia melakukan itu. Perasaanya telah terpaut akan namja tampan itu, hanya saja ia berusaha melupakannya. Jong in hanya diam terpaku, kepalanya mendongak ke langit seolah ada sesuatu yang dapat menguatkan dirinya untuk berbicara pada kyungsoo. Diturunkannya pandangannya, dan beralih menatap kyungsoo dibelakangnya.

"kenapa kau menjauhiku belakangan ini? Kenapa kau berpindah tempat duduk?". Jong in memulai pembicaraannya, kepalanya sudah kembali mengarah kedepan. Dan matanya sudah tidak memandang kyungsoo.

" apa kau membenciku?". Degggggg, kyungsoo merasa dadanya tersentak mendengar perkataan jongin barusan. Ia tak mampu mengeluarkan sepatah katapun,ia tak tahu harus berkata apa.

" aku merindukan kau ada disampingku, aku rindu nyanyianmu disela-sela pelajaran yang membosankan. Aku kesepian kyungsoo".ujar jong in lirih. Kini jong in tengah mengeluarkan seluruh perasaannya selama ini, betapa tersiksanya dia tanpa kyungsoo disampingnya. Hari-harinya hanya dipenuhi dengan diam dan tertidur dimejanya, karena tidak ada kyungsoo yang membuatnya terjaga dengan nyanyiannya, dan tak ada yang membangunkannya ketika ia tertidur. Perasaannya kini bercampur menjadi satu, yaitu pahit.

"maafkan aku atas tingkahku di uks saat itu, maafkan aku yang sudah mengataimu 'cebol', maafkan aku yang sudah menghiraukan sosok mu". Tubuh jong in mulai bergetar, kyungsoo tahu betul bahwa jongin kini tengah menahan tangisnya. Bagaimana tidak, kyungsoo sudah pernah melihatnya saat jong in menangis di uks saat itu. Sungguh kyungsoo tidak tega melihat jong in terisak seperti itu, ingin rasanya ia menghampiri jong in dan memeluknya. Tapi, ia sadar betul bahwa ia butuh waktu untuk mempercayai omongan jong in. dibiarkanya jongin melanjutkan perkataannya.

" maafkan aku, sungguh aku menyesalinya..maaf aku sudah bersikap dingin padamu. Aku tidak ingin merasakan kesepian lagi kyungsoo. Aku mohonnn". Kini air mata jong in sudah tak dapat terbendung lagi. Runtuhlah sudah usahanya untuk menahan airmatanya, ia sudah tak memperdulikan lagi dirinya saat itu. Yang ia mau kyungsoo akan menemaninya, dan tidak membuatnya kesepian kembali. Kyungsoo tengah melawan semua egonya saat ini, ia sadar bahwa namja dihadapannya ini tulus berbicara kepadanya. Dan ia tak tega melihat namja itu menangis. Kini ia menghampiri tubuh jong in yang bergetar memeluk lutut, ia mendekap tubuh itu dengan harapan namja itu akan lebih tenang dan berhenti menangis. Jauh di lubuk hatinya, lebih tepatnya ia mendekap tubuh jongin dengan rasa sayangnya bukan sekedar menenangkan namja itu. Jongin membalikan badannya agar berhadapan dengan kyungsoo yang sedang memeluknya, ia membalas pelukan tersebut. Ia membenamkan wajahnya dalam dalam di pelukan kyungsoo, betapa leganya ia saat kyungsoo memeluknya seperti ini.

" ssstttt, sudah. Aku tidak marah kepadamu jongin, jangan menangis, ne? maafkan aku, jika kau merasa aku menjauhimu. Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu..". kyungsoo masih memeluk jongin, betapa senangnya ia dapat memeluk namja itu seperti ini.

" tapi aku sudah sering menyakitimu bahkan mengasarimu, maafkan aku. Tak mengapa jika kau marah kyungsoo, aku tau bagaimana rasanya diperlakukan seperti itu". Jongin mendongakkan kepalanya memandang kyungsoo, ia mencari setitik kehangatan pada wajah namja tersebut. Dan ia dapat melihat dengan jelas, bahwa kyungsoo juga ikut menangis bersamanya. Jongin melepaskan pelukannya, dan ia menghapus air mata kyungsoo yang mengalir. Ia dapat merasakan betapa tulusnya kyungsoo terhadapnya, bahkan namja ini ikut menangis bersamanya.

" kyungsoo, apakah kita bisa berteman? –berteman? Ah, bukan itu yang sebenarnya jong in inginkan- aku mohon". Jong in menggenggam tangan kyungsoo, dia menatapnya penuh harap agar kyungsoo mau menerimanya sebagai teman.

"tak perlu memohon jongin, aku sudah menganggapmu sebagai teman sedari dulu. Mari..". kyungsoo melepaskan genggaman jongin, dan mengajak namja itu berpelukkan sekali lagi.

-SKIP—

" annyeong, eomma.. aku pulang..". jong in melangkahkan kakinya kedalam rumah, pandangannya berusaha mencari eommanya. Namun, nihil… eommanya sedang tidak dirumah, ia tahu eommanya pasti sedang bekerja. ia melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamarnya. Kamarnya yang merupakan satu-satu nya tempat bagi jong in menumpahkan perasaannya selama ini, ia selalu menangis dikamar ini tanpa sepengetahuan eommanya. Sudah begitu banyak yang ia tuangkan dikamar ini,tapi kini ia berharap bahwa bukan tangisan lagi yang akan mengisi kamar ini, melainkan tawa dan senyum hangat darinya.

Jong in melepas pakaian seragam yang melekat ditubuhnya, ia segera mengganti pakainnya dengan terburu-buru karena dirasakannya perutnya yang mulai lapar. Setelah berganti pakaian, ia menuju dapur rumah untuk mencari makanan. Tapi, yang ia temukan hanya ada roti dimeja makannya..

'pasti eomma lupa membuatkanku makan..ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya' rutuk batin jongin, namun ia menepisnya karena ia tahu bahwa eommanya itu sangat menyayanginya. Disambarnya roti itu, lalu diolesi selai diatasnya. Namun, ia masih merasa kurang jika hanya memakan roti, ia meraih ponselnya dan menekan nomor sehun sahabatnya,

" yeoboseo?". Sehun mengangkat telpon sahabatnya itu, walau ia merasa risih karena jongin telah mengganggu kencan pertamanya dengan luhan. Ya, sehun dan luhan sudah resmi berpacaran sejak seminggu yang lalu…

-FLASHBACK—

" luhan, sepulang sekolah nanti temani aku jalan ya? Aku mohon". Sehun mengeluarkan aegyo buing-buingnya-apa coba?- yang membuat luhan tertawa menyaksikannya. Tidak perlu berpikir bagi luhan untuk menerima ajakan sehun, luhan memang juga menyukai sehun, hanya saja ia berusaha menyembunyikannya selama ini.

" baiklah..". sehun lompat kegirangan mendengar jawaban luhan, tangannya kini tengah menyubit pipi luhan dengan lembut.

" gomawo luhaaannnn".

-wwuuuusssssssssshhhhhhh—

Kini luhan dan sehun sedang duduk ditengah taman, keduanya menggenggam ice cream masing-masing. Luhan tengah asyik menyesap ice cream vanillanya, tanpa menyadari bibirnya yang belepotan. Sehun dengan tenang mengelapnya dari bibir luhan, luhan hanya bisa tersenyum malu dan menundukkan wajahnya. Sehun mengangkat wajah luhan yang tengah memerah,matanya menatap lekat mata luhan seolah meyakinkan luhan.

" luhan, saranghae.. bolehkah aku mencintaimu? jebal, aku sudah tersiksa lama sekali menahan perasaan ini. Tak bisakah kau melihatnya?". Sehun menggenggam tangan luhan erat, tanpa memutuskan tatapan matanya pada luhan.

" tuluskah ucapanmu itu oh sehun? Aku meragukannya..". balas luhan menatap mata sehun, yang sedetik kemudian membuang padangannya. Diangkatnya lagi wajahnya oleh sehun, tanpa diduga sehun mencium bibirnya dengan lembut. CUP, luhan dapat merasakan kelembutan diciuman mereka, betapa tulusnya sehun melakukan itu.

" kau merasakannya? Jeongmalll saranghae, luhan". Sehun merengkuhkan tubuh luhan kedalam pelukannya, tanpa ia duga luhan juga membalas pelukannya itu sambil bibirnya membisikkan sesuatau kepada sehun. " nado saranghae, sehunnie.. tetaplah seperti ini".

-FLASHBACK END-

" eodiya? Temani aku makan diluar, ne?". jong in dapat mendengar suara-suara riuh ditempat sehun, jong in yakin sehun sedang diluar.

"ah, kai.. miann, aku sedang jalan dengan lulu. Mianhae kai,". Sehun menjawabnya dengan tidak enak karena menolak ajakan sahabatnya itu, tapi berubah ketika kai menjawabnya,,

"YA! Kenapa kau tak bilang kedari tadi? Tak apa, maaf aku telah mengganggu acara kencan kalian. Selamat bersenang-senang, salam pada lulu mu itu". Sehun menjadi tenang setelah mendengar jawaban dari kai, diikuti dengan sambungan telpon yang terputus.

' ah, anak itu sudah banyak berubah semenjak kyungsoo menjadi teman barunya' batin sehun.

-SKIP—

- JONG IN POV –

' hah, sungguh teganya eomma tidak memasak makanan untukku, sesibuk itukah ia? Kenapa pula eomma tidak mempekerjakan orang untuk mengurus rumah? Aisshh jahatnya. Hmm, aku sudah tidak sanggup menahan lapar, roti yang tadi kumakan tidak mampu menutupi kelaparan ini.. ingin sekali aku keluar mencari makan, tapi sayang sehun sedang ada kencan dengan lulu-nya hingga ia tidak bisa menemaniku.. kyungsoo?'

Seketika aku menghentikan aktifitasku yang berguling-guling diatas sofa karena menahan lapar, tiba-tiba saja teringat nama kyungsoo, namja yang belakangan ini menjadi temanku. Namja yang merupakan teman dekat ku setelah sehun, namja yang membuat sifat dinginku perlahan mencair. Namja yang…-ah, sudahlah-

Kuraih kembali handphone yang tergeletak diatas sofa, aku pikir mungkin lebih baik jika aku meminta kyungsoo untuk menemaniku makan diluar,siapa tahu kyungsoo menyetujuinya. Lama kudengar nada ponsel yang tidak kunjung terangkat, ingin rasanya aku melempar handphone yang kugenggam saat ini. Tapi, ini merupakan handphone ke-5 ku dalam sebulan ini, 4 lainnya sukses mendarat dilantai dengan terpecah belah. Jadi kuurungkan niatku untuk melempar. Lama tak diangkat, membuatku jengah sekaligus kesal, aku hendak mematikan telpon tersebut. Namun, terdengar suara dari seberang telepon..

" yeoboseo? Kyungsoo here..". lega rasanya saat kyungsoo mengangkat telpon ku.

-JONG IN POV END—

" ah, kyungsoo ini aku kai.. jong in..". jong in menjawab pertanyaan kyungsoo, namja itu kini tengah tersenyum puas karena telponnya diangkat. Sementara, kyungsoo yang mengenal betul suara berat nan seksi milik jong in, juga tersenyum mengingat ini merupakan telepon jongin yang pertama kepadanya.

" ada apa jong? tumben kau meneleponku, ada sesuatu yang penting?". Jongin menjadi gerogi mendengar suara namja bermata bulat itu, yang membuat lidahnya kelu sesaat.

" tidak penting sih.. hanya saja, apa kau sedang sibuk? Aku ingin mengajakmu keluar menemaniku makan. Bisa? Jeballl". Jongin berucap dengan penuh harap, sungguh kali ini ia sangat berharap kyungsoo mau menemaninya. Kyungsoo yang mendengar ajakkan jong in, membelalakkan mata dan mempoutkan bibir cherry miliknya. Ia tak menyangka jong in akan mengajaknya makan..

"menemanimu? Hmmm, baiklah. Lagipula aku sedang tidak sibuk ko. Jemput aku dihalte biasa, 15 menit lagi, ne?". kyungsoo menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban jong in. dadanya kini berdegup kencang tak menentu, ingin rasanya ia berteriak kegirangan –lebay, ah!—PLAK!-.

kini kyungsoo tak peduli, orang-orang akan menganggapnya aneh, karena ia terus-terusan tersenyum tanpa henti. Ia hanya terus berjalan menuju halte tempat ia dan jong in berjanjian. Kyungsoo mengenakan kaos hitam polos yang dibalut dengan jaket hitam tebalnya, karena memang saat itu udara terasa dingin, juga celana jeans yang diakhiri dengan sepatu kats nya. Tidak sampai 10 menit, kyungsoo telah sampai dihalte. Kini ia harus menunggu jong in yang belum sampai, betapa ia membenci aktifitas satu ini, yaitu menunggu, tapi kali ini ia sangat rela bahkan menikmati saat dia menunggu temannya itu. Tak begitu lama, terlihat motor besar berwarna merah milik jong in berhenti didepannya. Namja tampan berkulit tan itu membuka helmnya dan terseyum manis kepada kyungsoo. Ah,indahnya.. kyungsoo terperangah kagum akan penampilang jongin kali ini, bagaimana tidak namja didepannya ini menggunakan jaket kulit coklat yang menutupi singlet hitam yg dipakainya—hanya singlet? WOW!—PLAK!, juga jeans panjangnya yang membuat namja itu semakin mempesona. Siapa yang tidak terperangah, jika ada namja tinggi, tampan dan berkulit seksi tersenyum didepan kalian dan namja itu menggunakan pakaian yang sangat manly sekali, pastilah runtuh dinding pertahanan kalian pada saat itu juga.

"kyungsoo.. heiiiii..". jong in menepukan tangan dihadapan kyungsoo, namun namja itu masih saja bengong dengan mata membulat dan bibirnya yang membentuk huruf 'o'. jong in tak sabar dengan tingkah temannya itu, maka dijitaknya kepala kyungsoo yang membuat namja itu tersadar.

" YA! Apa-apaan kau menjitakku seenaknya! Dasar jong in, pabbo!". Kyungsoo berteriak marah pada jong in karena telah menjitak kepalanya dengan cukup keras. Kini ia tengah memasang wajah marahnya, lebih tepatnya ekspresi ketika ia merajuk.

" ah, miann kyungsoo. Ayolah naik, aku sudah sangat lapar.. nanti aku bisa mati..". jong in menyipitkan kedua mata dan menyunggingkan bibirnya seolah menahan sakit, yang membuat kyungsoo luluh dan naik keboncengan namja tampan itu.

Sejak kapan lapar bisa membuat orang mati?

-SKIP—

"hei kyungsoo kau mau memesan apa huh?". Jong in mengambil daftar menu yang tergeletak diatas meja, ditelitinya daftar tersebut dan segera memanggil pelayan. Pelayan yang merasa terpanggil, datang menghampiri mejanya. Sementara kyungsoo masih sibuk memilih pesanannya. Sesekali ia mengernyitkan dahi bingung menentukan pilihan.

" saya pesan 2 curry ramyun, 2 porsi ayam bumbu—lihat exo showtime-, dan untuk minumnya cukup softdrink saja". Jong in menyebutkan pesanannya kepada pelayan, kyungsoo yang mendengarnya merasa jongin terlalu banyak memesan 'apakah itu semua ia yang memakan sendiri?, atau ia memesannya untukku?' kyungsoo mengernyitkan dahinya kembali, tanpa diduga jong in merebut menu list yg dipegangnya dan menaruhnya di meja.

" kyungsoo-ssi, aku sudah memesankannya untukmu..hanya memilih menu saja kau sangat lamban". Jong in mengembangkan senyumnya pada kyungsoo seolah meledek namja itu, kyungsoo membulatkan matanya dan berusaha merebut menu list nya kembali.

" masih ada lagi yang mau dipesan tuan?". Pelayan tadi bertanya kembali untuk meyakinkan pesanan jong in, cukup lama ia berdiri menunggu pesanan dua namja muda ini. Kyungsoo baru saja ingin membuka mulut, tapi segera disela oleh jong in.

" cukup". Kyungsoo tertahan dengan mulutnya yang menganga, matanya kembali membulat menatap jong in yang secara sepihak menentukan pesanan.

" baiklah, tunggu sebentar tuan..". pelayan itu berlalu meninggalkan meja, diikuti dengan lemparan tissue ke wajah jong in.

" dasar! Seenaknya saja kau memesan..tanpa bertanya padaku sebelumnya, huh". Jongin menerima lemparan tissue dimuka yang membuatnya menatap namja yg melakukan hal tersebut. Terlihat kyungsoo dengan wajah geramnya menatap jongin, yang membuat namja berkulit tan ini tertawa terbahak-bahak. membuat sebagian pengunjung menoleh memperhatikan mereka.

"kyungsoo, kau tahu? Muka mu terlihat jelas mirip dengan Donald duck.. lihatlah bibirmu itu, maju seperti bebek". Kyungsoo makin dibuat geram oleh jongin, tapi ia juga baru menyadari kalau sedari tadi ia telah 'mempoutkan' bibirnya. Bermaksud memasang wajah marah, justru ia malah mempoutkan bibirnya seperti itu yang tentu saja membuat hal tersebut terlihat aneh. kyungsoo mengurungkan niatnya untuk berucap, justru ia membuang pandangannya dan memasang ekspresi merajuk.

" kyungsoo, mianhaee.. jangan ngambek seperti itu, ne? kau itu namja tapi merajuk seperti yeoja saja. Maaf maaf". Jong in menghentikan tawanya, ia menyadari ekspresi merajuk pada diri kyungsoo. Hal tersebut membuatnya merasa tak enak hati, dan merasa bersalah telah meledek namja itu.

" memangnya kenapa kalau aku merajuk seperti yeoja? Apa pedulimu? Terus saja mengataiku". Kyungsoo merasakan mukanya yang memanas, nafasnya mulai menderu. Ia paling tidak suka bila ada yang meledeknya berlebihan, ia merasa orang yang telah meledeknya sama saja menganggap dirinya hanya sebuah lelucon, dan itu membuatnya merasa bagaikan suatu hal yang merendahkan dirinya. Matanya mulai berkaca-kaca, dan ia berusaha menutupinya.

" kyungsoo, maafkan aku. Sungguh aku tak bermaksud.. jangan menangis, maaf maafkan aku". Jong in melihat bahu kyungsoo yang mulai bergetar, timbul perasaan bersalah pada dirinya. Kyungsoo masih saja membuang pandangannya dari jongin, justru kini ia menundukan kepala dan sesekali lengannya menghapus sesuatu yang keluar dari matanya. Ia tahu bahwa sikapnya ini berlebihan, tapi ia sangat benci hal seperti ini. Apalagi sampai melibatkan banyak orang yang menatapnya tadi, itu adalah sesuatu yang merendahkan baginya. Jong in bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati kyungsoo, namja tan itu merendahkan tubuhnya berusaha untuk melihat wajah kyungsoo yang sedang tertunduk, kedua tangan itu meraih pipi kyungsoo menegakkan kepala namja tersebut dan terlihat jelas bahwa kyungsoo sedang menitikkan air matanya. Jongin merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya, jongin membiarkan wajah kyungsoo tenggelam dalam dadanya, berusaha memberikan ruang untuk melepaskan kekesalan namja tersebut. Jong in menyandarkan dagunya pada pucuk kepala kyungsoo, berusaha memberikan kenyamanan untuk temannya itu. Mulutnya berkali-kali mengeluarkan kata maaf untuk kyungsoo.

Kini kyungsoo telah mengangkat wajahnya kembali, matanya terlihat memerah dan sedikit sembab akibat menangis tadi. Jong in juga telah kembali duduk dikursinya, hati nya cukup lega setelah kyungsoo berhenti dari tangisnya. Makanan telah terhidang di atas meja mereka, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan, semuanya terasa canggung.

" jonginnie, oh my god!". Seorang gadis sedang menghampiri meja mereka, gadis yang sangat cantik, gadis yang merupakan senior mereka, gadis yang menjadi idola di sekolah mereka, gadis yang menaksir kim jongin, gadis yang bernama yoona. Gadis itu menggunakan dress selutut berwarna peach, dengan highheels warna senada dan rambutnya yang sengaja terurai, yang membuat aura kecantikan gadis tersebut semakin terpancar, jelas sudah tubuh jenjangnya terlihat sangat sempurna. Kyungsoo memutar kepalanya menghadap kebelakang, meneliti asal suara yang tadi didengarnya, wajahnya kembali menekuk saat ia mengetahui bahwa gadis itu yang ia lihat beberapa bulan lalu dikantin sekolahnya. Hatinya mulai murung, entah mengapa ia merasa cemburu dan tidak ingin jongin bersama gadis itu, wajahnya kini menampakkan ekspresi sedih. Jong in menatap kedatangan yoona dengan wajah datarnya, dan kembali beralih pada makanannya. Tanpa dipersilahkan yoona telah duduk disamping jong in, gadis itu memeluk jong in seolah ingin pamer kemesraan,dan dikecupnya pipi jongin dengan lembut. Yoona seakan tidak menghiraukan kyungsoo yang berada dihadapannya, ia masih sibuk dengan pelukan ditubuh namjanya itu. Jong in berusaha melepaskan pelukaan yoona, dilepaskannya tangan yoona dari pinggangnya ditatapnya gadis itu tajam-tajam.

"jangan pernah melakukan hal seperti ini didepan umum, memalukan". Jong in mendecakkan lidahnya, ekspresinya begitu menakutkan. Ia merasa terganggu dengan kedatangan gadis ini, belum lagi saat dilihatnya wajah kyungsoo yang terlihat sedih. 'apakah kyungsoo cemburu dengan yoona?' batin jong in berbenturan dengan perasaannya kali ini, ia berusaha menghilangkan emosinya. Ia pikir tidak baik juga memperlakukan seorang gadis dengan kasar, maka dari itu dibiarkannya yoona tetap berada disampingnya. Justru yoona menatap sebal kea rah kyungsoo, ia merasa jong in yang tadinya emosi saat ia datang, seketika berubah damai saat melihat namja itu. Seberapa pengaruhnya namja itu terhadap jong in? namja tidak penting.

" wahhh, jong in.. aku makan ya makanan ini". Yoona menarik makanan yang seharusnya milik kyungsoo, kyungsoo hanya menatap sendu kelakuan gadis itu. Sementara jong in berusaha menarik kembali makanan itu.

" noona, makanan itu milik..". ucapan jong in terputus saat kyungsoo justru mempersilahkan punyanya dimakan yoona.

" tak apa, silahkan dimakan noona. Ohiya perkenalkan namaku do kyungsoo". Kyungsoo berusaha bersikap sebaik mungkin, lagipula ia merasa harus menghormati senior nya bukan?

"oh". Yoona menjawabnya dengan sangat ketus, gadis itu justru sibuk dengan kegiatan makannya.

" baiklah, jong in aku kekamar kecil sebentar". Kyungsoo bangkit dari duduknya dan melangkah menuju kamar kecil direstaurant itu. Belum jauh ia melangkah, ia merasakan kepalanya terasa amat sakit yang membuat pandangannya seakan kabur. Kini ia menopang tubuhnya pada dinding, berusaha menghilangkan rasa sakit dikepalanya. Namun hasilnya nihil, justru ia semakin merasa berputar-putar dan membuat tubuhnya seakan melayang tak bertenaga, ia sudah tak sanggup menopang tubuhnya meskipun bersandar pada dinding. tubuhnya mulai oleng, dan ia merasakan sesuatu berwarna merah menetes dari hidungnya, seketika segala sesuatunya menjadi gelap, dan tanpa diduga tubuhnya ambruk menyentuh lantai.

-SKIP—

^KYUNGSOO POV

Dasar jongin! Kau kira bercandamu lucu?! Aku paling benci orang yang mengejekku.. tak taukah kau rasanya orang yang tersudut? Tak taukah kau bagaimana perasaannya? Aku benci ejekkan, aku benci masa lalu yang selalu menyudutkanku, aku benci orang yang seolah-olah merendahkanku. Hah! Kim jong in kenapa kau mengejekku hah? Aku marah, aku kesal padamu.. tapi aku tidak bisa meluapkannya padamu, perasaan ini yang membungkam amarahku.. perasaan ini yang membuat air mataku menetes, menangis bagaikan seorang yeoja! Ya, memangnya apa salahnya seorang namja jika merajuk? Apakah hanya yeoja saja yang boleh! Lalu, tatapan mata orang-orang disekitar ku? Aku tak mau ada tatapan seperti itu lagi jong in. cukup masa laluku saja..

#FLASHBACK

" hyung semua bolehkah aku bermain bersamamu? Bersama kalian?". Seorang namja bermata bulat mencoba bergabung dengan beberapa senior disekolahnya, namja itu terlihat memelas karena diminggu pertama disekolah barunya ini ia belum memiliki teman satupun. Seperti yang ia ketahui, senior-senior yang kini dihadapannya cukup terkenal di junior high schoolnya itu, maka dari itu ia bermaksud untuk ikut bergabung dan bermain bersama mereka.

" kau siapa? Sepertinya kami belum pernah melihatmu..". namja bernama yunho meneliti penampilan kyungsoo pada saat itu, dimulai dari pakaian yang dikenakan, sepatu,aksesoris dsb. Memang, senior-seniornya ini terkenal akan penampilannya, mulai dari wajah mereka yang tampan, penampilan mereka yang modis, serta status social mereka yang dibilang tingkat atas. Saat ini mereka sedang berada di kantin sekolah, tak ada seorang anakpun yang berani mendekati grup seniornya ini. Bahkan jika seniornya ini masuk, seketika kantin itu menjadi sepi dan selayaknya tempat pribadi bagi para seniornya itu. Terlihat tatapan-tatapan dari senior lainnya, sesekali mereka mendecakkan lidahnya.

" ah iya maaf, aku do kyungsoo kelas 8c.. aku pindahan dari china". Kyungsoo membungkukkan badannya untuk member hormat. Sementara senior lainnya yang bernama taemin tersenyum manis melihat kyungsoo, 'manis juga anak ini' pikir taemin pada saat itu. Tapi beda halnya dengan kyuhyun, donghae dan siwon pada saat itu, mereka melihat kyungsoo dengan tatapan meremehkan. Mereka tidak suka dengan kedatangan kyungsoo. Muncul ide licik dari mereka untuk mempermalukan namja pendek itu. Benar saja, saat itu juga kyungsoo diterima bergabung dengan senior-seniornya.

Hampir setiap hari kyungsoo diperbudak oleh mereka—kecuali taemin—disuruhnya namja itu untuk membelikan makanan mereka, memijit mereka, dan yang lainnya. Yang seakan namja itu seperti seorang kacung/pembantu bagi mereka. Pernah suatu ketika,seniornya yang bernama siwon dengan sengaja menumpahkan minuman ke tubuh kyungsoo. lalu diwaktu yang lain kyuhyun menyuruhnya untuk mengikatkan tali sepatunya yang lepas, ketika kyungsoo membungkuk untuk melakukannya, dengan sengaja donghae menyiram kyungsoo dengan air seni mereka yang terlebih dahulu sudah dikumpulkan. Betapa malunya kyungsoo pada saat itu, mereka melakukannya dihadapan anak-anak yang lainnya. Anak-anak itu sebagian menertawakannya, mengejeknya, beberapa juga ada yang iba kepadanya. Pada saat itu, kyungsoo menangis tak tertahankan air matanya mengalir begitu deras, ia berusaha menutupinya dengan menaupkan telapak tangan pada wajah. Senior-seniornya itu justru tertawa geli, dan pergi meninggalkan dirinya yang menangis. Tapi, beda dengan taemin, seniornya ini dengan baik hati memeluk tubuh kyungsoo dan menenangkannya. Taemin tak memperdulikan betapa baunya tubuh kyungsoo saat itu, ia merangkul tubuh kyungsoo dan bermaksud mengantarkannya pulang.

"kyungsoo maaf ya.. jangan menangis lagi, maafkan teman-teman ku, ne?". sepanjang perjalanan pulang taemin terus menerus meminta maaf kpd kyungsoo, namja itu kini sudah tidak menangis lagi. Kyungsoo hanya menunduk dan sesekali malunya ia, ketika teman-teman satu sekolah mentertawainya, mengejeknya tanpa memperdulikan perasaannya. 'Kenapa senior-seniornya itu sangat jahat kepadanya? Tapi, kenapa taemin berbeda dengan yang lainnya? Ia merasa taemin hyungnya ini tulus kepadanya.. tapi ia sudah terlanjur malu dengan kejadian hari ini' kyungsoo hanya menengok dan tersenyum tipis kepada taemin, dan berlari meninggalkan seniornya itu.

Keesokkan harinya, taemin dikejutkan dengan berita kepindahan kyungsoo dari sekolahnya itu. Ia tak menyangka bahwa dampak dari kejahatan teman-temanya menyebabkan namja kesenangannya itu pindah sekolah. Ia merasa kesal dan marah pada teman-temannya, ia bersumpah akan menjauhi teman-temanya itu.

Sepulang sekolah taemin bermaksud berkunjung kerumah kyungsoo. sesampainya dirumah namja tersebut, terlihat bahwa rumah itu sudah kosong, tidak berpenghuni lagi. Kyungsoo sudah pindah, namja manis itu benar-benar pindah. Ah sial.. taemin hanya mampu merutuki nasibnya yang bertemu kyungsoo sesaat.

^FLASHBACK END

-JONGIN POV—

Sebenarnya apa yang terjadi dengan anak ini?, kenapa ia tiba-tiba pingsan sewaktu direstaurant bersamaku tadi..aku kaget melihat kerumunan orang yang mengerubungi sesuatu, saat ku hampiri ternyata kyungsoo sudah jatuh pingsan dengan hidung yang mengeluarkan darah. Bahkan, saat itu aku sangat merasa khawatir sekaligus panik.. ditambah lagi dengan yoona yang mencoba menarik lenganku agar tidak memperdulikan kyungsoo, sungguh dia benar-benar wanita sial! Mana bisa aku tidak memperdulikan namja itu? Aku yang mengajaknya, aku juga yang harus bertanggung jawab. Lagipula, dia merupakan seseorang yang saat ini ingin aku lindungi, aku menyayanginya. Aku lepaskan genggaman yoona, tanganku terulur untuk membopong tubuh kyungsoo dibantu dengan beberapa pengunjung lainnya. Dengan cekatan aku mengambil motor diparkiran, dan meminta kepada orang2 itu untuk menaikkan kyungsoo dibelakang. Saat itu aku sengaja menempelkan/menyenderkan tubuh kyungsoo pada punggungku, kepalanya kuletakkan pada bahuku,dan kedua lengannya sengaja ku lingkarkan pada pinggangku. Sepanjang perjalanan aku terpaksa mengendarai motor hanya dengan satu tangan, karena tanganku yang satunya lagi memegang lengan kyungsoo yang melingkar dipinggangku agar namja itu tidak terjatuh. Dan betapa bodohnya aku, saat ku sadari bahwa aku tidak mengetahui rumahnya. Karena kami hanya bertemu dihalte.. terpaksa aku membawa kyungsoo menuju rumahku, namja ini harus segera istirahat. Aku tidak ingin dia pingsan begitu lama, aku tidak tega melihatnya seperti ini. Kutarik gas kuat-kuat, dan melajukan motorku dengan kecepatan penuh..

^JONG IN POV END

Kyungsoo masih terbaring di atas ranjang jong in, belum Nampak tanda-tanda bahwa ia akan siuman. Tubuhnya terbaring lemah, matanya terpejam begitu damai. Sementara itu jong in dengan setia menunggu, ia masih sangat khawatir takut terjadi apa-apa dengan temannya itu. Sesekali tangannya menyikap rambut yang menutupi wajah kyungsoo, dan mengelap keringat yang menetes didahi namja tersebut. Di amatinya tubuh yang sedang berbaring itu dengan teliti, betapa damainya namja ini dalam pingsan. Sosoknya bak malaikat, bibir cherrynya yang menggoda, matanya yang membulat indah, kulitnya yang begitu bersinar, dan tubuh mungilnya yang akan terasa pas jika dalam pelukan jong in. entah mengapa saat itu, jong in kembali merasakan perasaan anehnya kepada kyungsoo. Ia merasa betapa inginnya ia memiliki namja itu, menyayanginya dan menjaganya. Jong in mendekatkan wajahnya pada wajah kyungsoo, ia menutup matanya mencoba merasakan apa yang akan terjadi, tubuhnya serasa terbakar memikirkan bahwa ia akan berciuman dengan kyungsoo. Semakin dekat jarak diantara keduanya, jong in mulai memajukan bibirnya, dan..

" akkhhh..". kyungsoo bergerak dari tidurnya, ia tersadar dari pingsannya. Namja itu mulai membuka matanya secara perlahan, mengerjapkannya beberapa kali karena silaunya cahaya lampu yang menerpa matanya. Jong in menarik wajahnya menjauh, wajahnya terlihat memerah saat ini karena menahan malu. Betapa terkejutnya ia, padahal tinggal beberapa saat lagi ia akan berciuman dengan kyungsoo, tapi keburu namja itu siuman.

"kyungsoo, syukurlah akhirnya kau sadar..". jong in berusaha menutupi ekspresinya tadi, mencoba memberikan tatapan khawatir pada namja itu. Ia bangkit menuju meja didepannya mengambil air putih kemudian memberikannya kepada kyungsoo dan membantu namja itu untuk meminumnya.

"terima kasih jong in". pandangan kyungsoo mengelilingi seluruh ruangan itu, dirasanya sangat asing. Ia mencoba bangkit dari posisi tidurnya, tetapi keburu ditahan oleh namja berkulit tan disampingnya.

" sebaiknya kau istirahat terlebih dahulu, tadi aku sudah menelepon eomma mu. Dan memberitahunya bahwa kau akan menginap dirumahku".

-SKIP—

"baekkie, liburan tahun ini kita pergi ke taman bermain, ne? aku mau mengajak mu bermain disana..". chanyeol mengelus surai coklat milik baekhyun yang bersandar di bahunya. Kedua namja itu semakin hari semakin mesra, seakan waktu terhenti hanya untuk mereka. Kini mereka tengah duduk berdua dibangku taman belakang sekolah, menikmati desiran angin yang memberikan kesejukkan. Mereka hanya sebatas memandangi pepohonan rindang yang terhampar didepan, menatapi rerumputan yang bergoyang. Suasana seperti ini yang selalu menghanyutkan kedua pasangan itu.

" hmm, yeollie.. aku berharap kita bisa menikmati Suasana seperti ini selamanya.. berdua dengan mu". Baekhyun makin mengeratkan genggaman tangannya pada chanyeol, betapa ia sangat menyayangi namja jangkung itu. Setitik air mata menetes tanpa disadarinya.

"baekkie, kenapa kau bicara seperti itu? Aku akan selalu ada untukmu, arra?". Chanyeol menatap mata baekhyun berusaha memberikan keyakinan pada namjachingunya itu. Dihapusnya air mata yang sempat menetes tadi. Dikecupnya kening baekhyun, hingga turun ke kedua bola matanya.

" teruslah seperti ini yeollie, aku takut kita tak bisa bersatu. Berjanjilah kau..". ucapan baekhyun terputus saat bibir chanyeol mengecup lembut bibirnya. Baekhyun memejamkan matanya, berusaha menikmati kelembutan dalam ciuman mereka. Entah mengapa, hatinya merasa sangat takut akan kehilangan kekasihnya, dan perpisahan diantara mereka.

" berjanjilah kau meluangkan waktumu untuk kita berdua".

-SKIP—

" Kkamjong! Berhenti mengerjaiku.. kembalikan handphone ku..". kyungsoo berlari-lari mengejar jong in yang merampas handphone miliknya. namja berkulit tan itu selalu mengerjai kyungsoo, hampir setiap hari diantara mereka akan ada adegan kejar apa yang membuat jong in suka sekali mengerjai kyungsoo, padahal namja bermata bulat itu selalu berusaha untuk tidak terusik dengan kelakuan jong in. tapi, kenyataanya..seperti itu lah mereka.

" YA! Kyungsoo, berhenti memanggil ku dengan sebutan itu". Jong in menghentikan larinya, dan menatap sebal pada kyungsoo.

" pabbo!, kembalikan handphone ku. Dasar kkamjong pesek..". namja bermata bulat itu merebut handphone digenggaman jong in dengan cepat, dan menjulurkan lidah meledek namja dihadapannya. Sementara itu jong in masih menatap sebal kearah kyungsoo, namja itu berbalik badan dan berjalan meninggalkan namja pendek dibelakangnya.

" aishh, jong in kau marah? Jangan berlalu seperti itu!". Kyungsoo mengejar langkah kaki jong in yang terlampau jauh, namja itu berlari kecil untuk mengimbanginya.

Bukan kim jongin jika ia tidak bisa memasang wajah datar, kali ini ia berusaha melakukannya hanya untuk mengerjai kyungsoo. Ya, sebenarnya jong in sama sekali tidak marah, ia hanya ingin membuat kyungsoo bingung akan perubahan sikapnya itu. Dan benar saja, sikapnya itu membuat kyungsoo bingung dan merasa bersalah. Dalam hatinya jong in tersenyum melihat kelakuan namja disampingnya yang terus menerus menatap wajahnya dengan khawatir, juga permohonan maaf yang keluar dari bibir kyungsoo yang terlihat lucu. Jujur saja kali ini ia tidak dapat menahan tawanya, tetapi kim jong in tetaplah orang nomor satu yang selalu sukses merubah ekspresi wajah.

" jong in.. mianhae, aku hanya bercanda.. tidak serius". Kali ini kyungsoo menarik lengan jong in, yang membuat langkahnya terhenti.

"jangan cemberut seperti itu, eoh! Aku kan tadi sudah bilang kalau aku hanya bercanda". Ekspresi kyungsoo mulai berubah, matanya mulai bekaca-kaca. Ditundukkan kepalanya menghadap bawah, sesekali jemarinya memainkan ujung seragam untuk menutupinya. Tanpa diduga jong in mengangkat kepala itu dan mengecup bibir kyungsoo dengan sangat lembut. CUP

" aku tidak marah,pabbo.. hahaha". Jong in tertawa melihat ekspresi kyungsoo yang berubah saat itu. Namja itu tersipu malu, terlihat jelas semburat merah dipipi chubby nya. Jarinya menyentuh lembut bibir yang tadi dikecup jong in yang merupakan ciuman pertama baginya. betapa jantungnya berdebar tak menentu.

" kyungsoo, saranghae.. jeongmall saranghae". Jong in menghentikan tawanya, dan membisikkan kata yang membuat kyungsoo bagaikan tersihir. Mata bulat namja itu menatap lekat pada mata jong in, mencoba mencari arti dari ucapan yang didengarnya barusan. Terlihat jelas bahwa jong in mengucapkannya dengan sangat tulus, kyungsoo sangat bisa merasakannya.

"nado saranghae jongin". Kali ini kyungsoo yang memulai terlebih dahulu, didekap erat tubuh namja didepannya itu. Dirinya masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, betapa senangnya ia bahwa perasaanya tidak bertepuk sebelah tangan. Seolah hanyut dalam suasana, tanpa dikomando bibir kyungsoo telah menempel pada bibir jong in lagi. kyungsoo harus berjinjit untuk melakukannya karena perbedaan tinggi, kedua namja itu hanyut dalam lumatan mulut lawannya.

" oh tidak.. aku lupa. Kita tak seharusnya seperti ini, bagaimana dengan yoona sunbae? Aku tak seharusnya melakukan ini". Kyungsoo membalikan tubuhnya membelakangi jongin, ia teringat bahwa diantara mereka ada yoona yang membayangi. Yang kyungsoo pikir, sunbaenya itu telah berpacaran dengan jong in. dan ia tidak ingin menghancurkan hubungan keduanya. Betapa ia menyesali kejadian yang baru saja terjadi, betapa rendahnya ia berciuman dengan pria milik sunbaenya. Tangannya mengusap kasar bibirnya, seolah ingin menghapus jejak bibir jong in tadi.

" hentikan kyungsoo! Jangan menyakiti dirimu seperti itu. Dengarkan dulu penjelasan dariku..". jong in menarik tangan kyungsoo untuk menghentikannya, dibalikkan tubuh itu menghadapnya. Ditatapnya lekat-lekat mata namja dihadapannya.

" dengarkan aku, aku dan yoona tidak ada apa-apa. Tidak ada hubungan suatu apapun antara aku dan yoona. Arra?! Aku kim jong in hanya mencintai do kyungsoo.. percayalah padaku". Jong in menegaskan kata-katanya, ia ingin meyakinkan namja dihadapannya itu betapa ia sangat mencintai sedari lama. Tapi, kyungsoo justru menundukkan kepalanya.

" kyungsoo, aku mohon.. percayalah padaku, aku tak berbohong padamu. Jangan seperti itu, kau menyiksaku secara tak langsung. Aku mohon do kyungsoo, jadilah kekasihku. Jadilah orang yang selalu menemaniku, bersamaku. Jangan ada keraguan di antara kita". Lagi-lagi jong in mengangkat kepala kyungsoo, disapunya air mata yang menetes dari mata namja itu. Dibawanya tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

" jebaalll, aku mohonnn".keduanya hanyut dalam perasaan masing-masing. Seketika hening menyelimuti keduanya.

" aku percaya padamu jong in. aku seorang do kyungsoo hanya mencintai kkamjong". Kyungsoo berucap pelan disela pelukkan mereka, kini ia mulai tersenyum. Air matanya telah surut, ia mencoba percaya pada apa yang diucapkan jong in tadi.

" gomawooo, telah percaya padaku. Aku tak akan marah, jika kau memanggilku kkamjong".

Dan mereka baru menyadari bahwa sekolah terlihat sepi. Mereka tak menyangka bahwa kini mereka telah berada di , seolah mereka tak mengingat kemana kaki mereka melangkah sewaktu berkejaran tadi. Keduanya melirik jam yang menggantung disana, dan terpampang jelas bahwa jam istirahat sudah habis sedari satu jam yang lalu.

-SKIP—

Terlihat seorang namja berwajah cantik sedang berjalan melewati beberapa koridor sekolah, namja itu berjalan dengan amat tergesa gesa sesekali ia mengalihkan pandangan pada jam yang melingkar dilengannya. Ia merutuki heechul songsaenim yang menyita waktu pulangnya, membuat dirinya harus tergesa gesa seperti ini. Betapa menyesalnya ia saat menerima pesan singkat dari namjachingunya yang berisi ' aku sudah menunggumu digerbang sekolah ' dan ia baru membacanya lewat dari satu jam. Ia sangat tidak bisa memaafkan dirinya sendiri yang sudah ingkar dan mengecewakan namjachingunya tersebut. Sudah berkali-kali ia mencoba menghubungi, tetapi hasilnya nihil. Handphone pacarnya tidak aktif, hal tersebut yang semakin memperdalam perasaan bersalahnya. Apalagi dengan hujan yang turun saat ini, makin membuat namja itu khawatir. Ia mempercepat langkahnya lebih tepatnya berlari menuju gerbang sekolah, ia berharap namjachingunya itu sedang berteduh menunggunya. Ia tak memperdulikan hujan yang mulai menerpa tubuh mungilnya, ia terus berlari menerobos rintikan air yang terus berjatuhan. Tak jauh dari tempatnya berlari terlihat jelas gerbang yang ditujunya, tapi suasana disekitar gerbang tersebut terlihat tidak begitu jelas. Dikarenakan waktu yang sudah hampir malam, juga mendung akibat dari hujan. Matanya melebar ketika dilihatnya motor yang sangat ia kenal masih terpakir didepan gerbang, tetapi dimana namjachingunya? Dengan tubuh terpaku ia memandangi sekeliling, berharap terlihat namja tampannya sedang berteduh. Tapi, nyatanya tidak terlihat satu sosok pun. Samar-samar ia melihat noda merah disekitar tempatnya berdiri, noda itu terlihat mulai memudar karena teruguyur air hujan. Ia tahu sekali, bahwa itu noda darah. Astaga, apa yang sebenarnya terjadi? Tubuhnya menegang seketika, dirinya mulai melemas membayangkan yang tidak-tidak. Ia berlari menyusuri pelataran dekat gerbang sekolahnya itu, air mata sudah tak dapat dibendungnya lagi. Ia mulai membabi buta, mengingat noda darah yang kemungkinan berasal dari namjachingunya itu. Tubuhnya ambruk ketika sesosok tubuh teronggok tak berdaya didalam selokan besar dihadapannya, sosok itu terbujur kaku dengan darah disekujur tubuh. Surai coklat serta dagu lancip sosok itu meyakinkannya bahwa itu adalah namjachingunya.

" sehunnnnnnnn!..". ^jedaaaarrrrrrrrrrr—teriaknya diikuti dengan suara petir yang menyambar. Seketika ia merasa dunianya hancur, hancur tanpa sisa. Ia berharap bahwa ini adalah mimpi, mimpi terburuk yang pernah ia alami, mimpi yang tak pernah ia inginkan. Tapi, kini semuanya adalah nyata, nyata jelas sosok sehun yang terbaring tak berdaya dihadapannya. Susah payah ia mengangkat tubuh sehun, namja yang sangat ia cintai selama ini, namja yang selalu mengistimewakan dirinya, namja yang juga rela seperti ini hanya karena dirinya…

" arrrgggghhhhhhh, sehunnnn aku mohonnn bangun! Sehunnn, jangan tinggalkan aku". Dipeluknya tubuh sehun yang sudah berhasil diangkat, hujan terus mengguyur keduanya seolah ikut menitikan air mata, petir menyambar seolah ikut merasakan sakitnya. Langit sudah menjadi gelap, seolah memandang mereka dengan penuh kesedihan. Suasana sepi, hanya terdengar suara hujan dan petir yang bersahutan seolah membiarkan kesunyian menyelimuti keduanya.

" sehun, miannn miaaannn mianhaee sehun. Jeballl, bangun sehun! Jangan seperti ini, buka matamu.. jangan tinggalkan aku.."

"sehun, jangan tinggalkan aku seorang diri.. kamu ingat kan?dengan janji kita.. bahwa kita akan selalu bersama. kamu juga ingat kan? Kalau kamu akan selalu disampingku,melindungiku.. aku mohon buka matamu. Maafkan aku, maaf maaf sehun. Aku memang bodoh". Tangisnya berubah menjadi sebuah bisikan lirih, bisikkan yang sangat dalam. Bisikkan yang keluar dari hati, bisikkan namja yang tak ingin kehilangan kekasihnya itu.. hanya penyesalan yang ada, ucapan beribu maaf yang keluar dari mulut namja itu.

"sehun bertahanlah, aku mohon bertahanlah. Demi kitaaaa". Luhan menggendong tubuh sehun dengan susah payah, dibawanya menuju motor yang masih terpakir didepan gerbang. Dengan tergesa-gesa luhan menaikkan tubuh sehun dihadapannya. Ya,ia mengendarai motor dengan posisi tubuh sehun tepat berada didepannya. Ditariknya gas dalam-dalam, yang membuat motor melaju dengan kecepatan penuh.

-SKIP—

'baekkie, aku mohon angkat telponku". Kini chanyeol sudah berada didepan rumah baekhyun, rumah yang berarsitektur modern dan mewah dengan gerbang yang menjulang tinggi dan tembok rumah yang berwarna kelabu terkesan klasik. Rumah itu terlihat sangat sepi, malah hampir seperti tak berpenghuni. Berkali kali chanyeol mencoba menghubungi handphone kekasihnya, tetapi hasilnya nihil karena handphone baekhyun yang tidak aktif. Berkali kali pula ia melihat jam yang melingkar pada lengannya yang menunjukkan pukul 10 pagi, dan tidak mungkin jika kekasihnya itu masih tidur. Padahal mereka sudah berjanji untuk pergi ke taman bermain, meluangkan waktu liburan mereka berdua untuk bersama. tapi, apa mungkin baekhyun lupa? Batin chanyeol kini berkecamuk jadi satu, sudah puluhan kali ia mencoba menekan bel rumah itu, berpuluh kali juga tak ada respon sedikitpun. Putus asa yang dirasakannya, tangannya mengacak acak rambut dengan frustasi. Beberapa kali ia menendangi ban motor miliknya yang terpakir dihadapannya. 'kenapa kau membuatku seperti ini baekhyun? Aku khawatir dengan keadaanmu, mengapa belakangan ini kau susah sekali ku hubungi. Tak mengapa jika kau membatalkan janji kita, tapi setidaknya berilah aku kabar. Agar aku tidak mencemaskanmu''aku rela menunggumu didepan sini baek, yang penting aku dapat melihatmu dan mengetahui kau baik-baik saja'.

-SKIP—

Luhan terduduk lemas dengan kepala yang menunduk menghadap lantai, tubuhnya bersandar pada kursi yang terletak didepan ruang UGD. Pintu ruangan itu masih tertutup rapat. Masih terekam jelas ucapan sang dokter yang menyatakan bahwa kekasihnya mengalami koma, entah koma sesaat atau koma berkepanjangan. Menurut sang dokter, sehun telah kehilangan banyak darah saat luhan membawanya kerumah sakit. Kekasihnya itu mengalami luka tusukan pada bagian perut, lukanya sangat dalam dan hampir menembus ulu hati. Masih untung sehun tidak meninggal ditempat, karena menurut sang dokter apabila luhan telat sepersekian menit membawanya kerumah sakit, maka dapat dipastikan sehun tidak akan terselamatkan. Dokter juga menyarankan agar luhan tidak menemui sehun terlebih dahulu, karena namjachingu nya itu memerlukan perawatan khusus dan intensif. Sehingga ia hanya dapat menunggu didepan ruangan itu, seperti saat ini. Semalaman namja cantik ini tidak memejamkan matanya, tubuhnya menegang hebat saat dokter dan perawat berusaha menyelamatkan sehun. Berkali-kali ia menggigit jarinya dan mendesis pelan, kadang berdiri dari duduknya hanya untuk sekedar mengintip kedalam ruangan. Tak henti dirinya berdoa agar sehun dapat terselamatkan, tak henti pula ia mengharapkan bahwa dirinyalah yang menggantikan sehun saat ini. Betapa cemasnya ia saat pintu UGD terbuka, dan seorang dokter hendak melangkah pergi. Ditahannya langkah sang dokter. Dirinya harap-harap cemas saat dokter mulai membuka mulutnya. " maaf, sepertinya teman anda mengalami koma. Entah hanya sesaat atau bisa jadi berkepanjangan. Kami sudah berusaha sebisa mungkin, tapi tubuhnya sudah banyak kehilangan darah. Berdoalah semoga tuhan memberikan keajaibannya".

Air matanya mentetes kembali usai mengingat ucapan sang dokter semalam, ia sangat menyesal dan marah dengan dirinya sendiri. Andai saja jika saat itu ia tidak membuat sehun menunggu lama, pasti tidak akan seperti ini. Luhan telah melaporkan kejadian itu, dan para polisi tengah menyelidikinya. Ia berharap agar polisi dapat segera menangkap orang yang telah membuat namjachingunya seperti ini.

-SKIP—

"jong in, mengapa semuanya seperti ini? Aku bingung jong.". kyungsoo menatap nanar rerumputan yang terhampar dihadapannya. Namja itu merasa terpukul atas kejadian yang menimpa sehun. Belum lagi dengan sahabatnya, belakangan ini luhan tidak mau bicara dia hanya terus menangis dan sesekali pandangan matanya terlihat kosong seolah pikirannya melayang entah kemana, namja cantik itu selalu menolak saat kyungsoo menawarkan makanan kepadanya dengan alasan bahwa ia telah makan. Kyungsoo tahu betul bahwa sudah 3 hari ini luhan tidak makan sedikitpun, terlihat dari wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang lemas. Saat seperti ini kyungsoo hanya dapat berdoa dan terus mensupport teman-temannya itu.

" chagi aku tahu perasaan mu.. aku tahu kau khawatir, tapi tidakkah sebentar saja kau membiarkan pikiranmu beristirahat? Jangan menyiksa dirimu chagi". Jong in memeluk erat kekasihnya itu. Betapa ia tahu akan apa yang sedang dirasakan oleh namjachingunya. Ia pun juga merasakannya, betapa tidak? Sehun adalah sahabatnya. Dan juga baekhyun,luhan bahkan chanyeol pun sudah ia anggap sebagai teman dekatnya pula, namja tan itu masih tidak percaya atas apa yang telah menimpa teman-temannya. Ia sendiri bingung dengan apa yg harus ia lakukan, melihat sehun yang masih koma, luhan yang terus-menerus menyiksa diri sendiri, baekhyun yang menghilang, bahkan yang ia tahu chanyeol setiap hari—pagi sampai malam—selalu setia menunggu didepan gerbang rumah baekhyun berharap orang yang ditunggunya akan pulang. Belum lagi dirasanya tubuhnya yang mulai lelah, hampir 3 hari ini ia dan kyungsoo selalu datang berkunjung kerumah sakit, mencoba berkeliling dan bertanya kepada teman baekhyun dimana namja itu berada—sebenarnya kyungsoo mengetahui dimana baekhyun-, bahkan ia hampir tak pernah tidur selama itu. Ketika ia harus pulang malam, tugas sekolah yang sudah menuntut untuk dikerjakan, sekolahnya yang mesti ia penuhi. Alhasil, jong in sering sekali tertidur dikelas. Dan hal itu membuat ia mendapat teguran dari gurunya. Tapi, ia rela melakukan itu semua.. demi sahabatnya juga semua teman-temannya, ia hanya berharap agar semua ini cepat berakhir.

"jong in, tidakkah kau merasa kasihan dengan luhan? Kenapa tuhan mesti melakukan semua ini? Aku tak tega melihatnya seperti itu..". kyungsoo semakin mempererat lingkaran tangannya pada pinggang jong in, betapa ia sangat membutuhkan pelukan dalam seperti ini, pelukan yang mampu dijadikan sebagai sandaran.

"pasti, aku juga kasihan..mungkin tuhan tengah menguji kekuatan cinta mereka kyung. Seberapa kuat dan dalamnya mereka mampu bertahan menapaki cobaan yang diberikan tuhan, yang mungkin saja berakhir dengan suratan takdir bagi keduanya". Namja tan itu mengelus halus kepala namjachingunya, dikecupnya pucuk kepala namja kesayangannya itu.

"teruslah seperti ini jong in. teruslah memelukku, jangan pernah menghilang dari sisiku, ne? aku berharap tuhan tidak akan pernah menguji kita dengan cobaan berat seperti mereka. Saranghae jong in".

Kedua tubuh namja itu terbalut hangatnya pelukan yang tiada henti, seakan semilir angin malam yang menerpa tidak mereka rasakan, rumput taman yang bergoyang seakan menjadi saksi bisu namja tersebut. Tapi, tuhan telah mempunyai rencana lain..yaitu takdir bagi keduanya.

-SKIP—

7hari telah berlalu, kini tubuh sehun telah dipindahkan keruang rawat inap. Ruang yang memungkinkan bagi siapa saja untuk menjenguknya, terutama bagi luhan yang selalu setia menunggu bangunnya namja tampan itu. Tubuh itu masih setia dengan mata yang terpejam, tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan sadar, bahkan kondisinya semakin menyiratkan bahwa ia dapat pergi sewaktu-waktu. Keheningan menyelimuti ruangan itu, hanya suara detector detak jantung yang mampu terdengar. Luhan masih terus menggenggam tangan namjachingunya itu, memberikan kehangatan dan juga harapan besarnya pada namja itu. Ia tak pernah lelah, apapun akan ia lakukan untuk sehun. Hidupnya seakan berakhir, jika sehun tidak ada disisinya.

" ouuuhhhhh tidakkk! Tidaakkkk! Sehunn aku mohon.. jangan pergi. Dokterrrrr! Dokterrrrrr!". Luhan berteriak histeris, tangisnya pecah membahana memenuhi ruangan itu. Dilihatnya detector jantung yang menunjukan garis lurus panjang, dan suara 'ttttttttttttttttiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt' berkepanjangan yang keluar dari alat itu. Tubuhnya ambruk disudut kamar, 'tidak ada lagi harapan' pikirnya saat itu. Pintu ruangan terbuka, beberapa suster dan seorang dokter memasuki ruangan. Tubuh luhan tertarik keluar dan dirasakannya pelukkan dari seseorang.

" kyungsoo, biarkan aku menggantikannya". Dirasanya Semua menjadi gelap. Tubuhnya ambruk dipelukkan kyungsoo.

-SKIP—

' baekkie, ini sudah hari ke 7 semenjak hilangnya kau tanpa kabar. Apa kau lupa padaku? Apa selama ini kau tidak pernah mencintaiku? Selama ini aku tidak pernah lelah menunggumu baek, aku rela memutari seluruh kota seoul hanya untuk mencarimu. Apa kau tidak kasihan melihatku yang seperti ini? Pulanglah! Aku sangat merindukanmu'. Namja jangkung itu masih setia menunggu didepan gerbang rumah baekhyun. Tubuhnya terduduk diatas motor yang selama ini menemaninya dalam penantian. Tidak pernah terbesit baginya rasa lelah atau menyerah sedikitpun, keyakinannya begitu besar pada baekhyun. Namja itu terduduk memandangi rumah dihadapannya yang tidak ada tanda kehidupan, sesekali ia mendongak ke langit seolah berharap ada titik cahaya terang yang menjadikan penantiannya ini berakhir. Setiap kendaraan yang melintas dihadapannya, ia tatapi satu persatu. Berharap disalah satu kendaraan itu terdapat baekhyun yang ditunggunya. Tapi semua itu hanya sekedar harapan.. bukankah setiap harapan belum pasti akan terwujud?.. tuhan telah mendengarkan harapan namja itu, hanya takdir yang sudah ditetapkan bagi keduanya yang mampu menjawab semua pertanyaan itu.

-SKIP—

"hei, Albino bodoh! Kau tidak merasa bosan hanya tidur seperti itu terus,eoh? Kau tega melupakan sahabatmu ini? Luhanmu sedang terpuruk.. ia sudah tak bisa menanggung kesedihannya karenamu. Cepatlah bangun! Usaikanlah penantian kami semua". Jong in terduduk disamping tubuh sehun yang terbaring diranjang. Namja itu sekuat tenaga menahan tangisnya, ia berusaha tegar dihadapan sahabatnya yang sangat membutuhkan support darinya. Support yang mampu membangkitkan semangat sehun untuk terbangun dari komanya, support yang membuatnya berjuang melawan sakit. Tangan jong in mencengkram seprai sangat erat, bagaimanapun ia menahan tangisnya tetap saja hatinya tak mampu membendung semuanya. Seorang sahabat yang menemaninya, satu-satunya orang yang menjadi teman akrab diantara orang-orang yang enggan berteman dengannya.

'kemana engkau yang dulu oh sehun? Dulu kau selalu berjuang dalam hal apapun, kau selalu kuat menghadapi apapun.. aku mohon kepadamu, bangunlah! Jangan menjadi namja yang lemah sehun.. kita pria yang tangguh.. kau ingat bukan? Tidak ada yang berani mengganggu kita sedikitpun. Kita duo yang disegani.. bangunlah! Aku kesepian tanpa sahabat sepertimu oh sehun".

Piipppp,piiippp,piipppp.. alat deteksi menunjukan grafik detak jantung sehun yang meningkat. Bahkan sangat pesat.. ya, sehun pasti mendengar nya.. walau matanya terpejam, tapi jong in yakin sehun merasakan semuanya. Jong in menggenggam tangan sahabatnya itu sangat erat, seolah secercah harapan muncul baginya. Ia yakin sehun terus berjuang selama ini, buktinya ia mampu melewati masa kritisnya waktu itu.

Satu hal perlu diketahui. Sehun tidak pernah menyerah pada kematian, ia masih ingin menghabiskan waktunya lebih lama bersama luhan dan teman-temannya. Selama ini ia selalu mencoba melawan takdir tuhan, takdir yang membuatnya harus terpisah dengan sahabatnya. Tuhan tahu itu, setidaknya masih ada kesempatan kedua untuk seorang oh sehun. Direlakannya sosok oh sehun untuk pergi dari sisinya, tuhan biarkan sehun kembali ke dunia, tempat dimana semua orang yang mencintai sehun menunggu. Sehun tersenyum tulus, meyakinkan dirinya juga tuhan bahwa ia akan menjalani takdir kedua baginya dengan sebaik mungkin. Ia akan membahagiakan orang-orang yang disampingnya.

Jong in bangkit untuk memanggil dokter, sekedar untuk memeriksa sahabatnya itu. Ia yakin, dokter akan kaget dengan keajaiban yang baru saja terjadi. Baru satu langkah ia berjalan, sebuah genggaman lemah menahan langkah kakinya.

" kai..". akhirnya, akhirnya sahabatnya itu terbangun dari tidur panjangnya. Terbangun dari pejaman matanya selama 2 minggu ini. Sahabatnya itu tengah memegang tangannya, memanggil namanya. Ya tuhannnn.. terimakasih.

" sehun.. oh tidakk.. akhirnya semua ini berakhir". Jong in memeluk tubuh sahabatnya itu dengan sangat erat, air mata telah jatuh menetes menuruni wajahnya. Air mata kebahagiaan, air mata yang membuatnya lega, air mata yang selama ini menunggu untuk keluar. Ia tak perduli dengan dirinya yang sesenggukan menangis ditubuh sehun, ia membuang jauh-jauh karakter dinginnya, gengsinya. Ia sangat bahagia sahabatnya itu telah kembali kedunia.

" uhuuukkk, hmmm kai kau memelukku terlalu erat, pabbo! Aku susah bernafas". Ucap sehun dengan suara parau dan lemah. Jong in yang mendengarnya segera melepas pelukkan itu, dirinya mengembangkan senyum ke wajah sehun. Air matanya mulai surut, digantikan dengan wajah kebahagiaan.

" tunggulah sebentar hun.. aku akan memanggil dokter".

" yeoboseo?"..

" chagi, cepatlah kau kerumah sakit.. sehun, sehun telah bangun".

" jangan bercanda jongin, jangan membuat luhan semakin terpuruk".

" tidakkkk, aku serius. Demi tuhan kyung, cepatlah.. ajak luhan bersamamu".

" tapi jong luhan baru saja tertidur, tubuhnya baru beristirahat".

" biarlah.. biarkan sehun menjadi obat bagi depresinya kali ini. Kajja, jangan membuat pasangan itu semakin lama menunggu untuk bersatu kembali".

" baiklah jongin, aku bahagiaaa sekali. Akhirnya semua ini berakhir". Kyungsoo menangis bahagia saat itu, berkali kali ia mengucapkan terima kasih kepada tuhan. Ia bahagia, akhirnya penderitaan sahabatnya—luhan—akan berakhir. Ia memutuskan sambungan teleponnya, dan berlalu untuk membangunkan luhan.

"luuu, kajja ireona!". Luhan mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke matanya. Tatapan kosong matanya beralih memandang pada kyungsoo yang masih menangis. Tubuhnya memandu ia untuk memeluk sahabatnya itu, takut-takut kyungsoo sedang mengalami kesakitan sama sepertinya. Diusap lembut punggung sahabatnya itu.

" kau kenapa kyung? Jong in menyakitimu huh?". Luhan bertanya pelan pada sahabatnya itu. Ia tak ingin kyungsoo terpuruk sepertinya.

" aniiii! Sehunmu sudah bangun.. lulu, dia menunggumu sekarang..". APA?! Apakah ia salah dengar? Tidak, pendengaran luhan masih normal. Tapi, apa kyungsoo sedang berbohong kepadanya? Tidak, sahabatnya itu berucap jujur. Sudah, sudah usai penantian luhan selama 2 minggu ini. Walaupun singkat namun terasa berat baginya. Ya, ia menangis, menumpahkan semua perasaanya saat ini.. kekasihnya telah kembali, dia tidak akan kehilangan orang yang dicintainya. Terima kasih.. terima kasih tuhan..

-SKIP—

'entahlah baek, ekspresi seperti apa yang harus ku keluarkan saat ini. Aku senang mendengar sehun terbangun dari komanya. Aisshhh, jahatnya aku sebagai teman. Aku bahkan belum sekalipun kerumah sakit mengunjungi namja itu. Tapi dilain sisi, hatiku masih terpuruk menantimu baek..apa kau senang melihat ku tersiksa seperti ini?'. Namja bertubuh tinggi itu masih terduduk diatas motornya, ini merupakan hari ke 14 baginya menunggu baekhyun. Entahlah, meskipun tubuh namja itu menyiratkan kelelahan yang teramat sangat, tapi hatinya memberontak akan semua itu. Hatinya sampai kapanpun tidak akan pernah lelah dan berhenti berharap terhadap namjachingunya. Mata nya memandang sendu kendaraan yang berlalu lalang didepannya. Gerbang besar menjulang tinggi dibelakang tubuhnya, langit terasa mulai gelap terselimuti awan mendung yang bergemuruh. Tiupan angin membuatnya mengeratkan jaket yang melekat dibadannya. Hujan sebentar lagi akan turun. Namja itu tidak bergeming sedikitpun dari posisinya, sesekali ia hanya mengeratkan jaketnya sambil menggosokkan kedua telapak tangan. Ya, ia tak akan pergi dari sana, ia akan bertahan didepan gerbang itu meski hujan badai sekalipun. Rintik hujan jatuh menyirami bumi, bukan rintikan bahkan lebat sangat lebatnya… seolah badai baru saja menerpa tubuhnya, tubuh namja itu menggigil dan bergetar hebat. Bahkan rasa dingin seolah merasuk kedalam persendiannya. Namun, namja itu tetap tidak bergeming.. wajahnya memucat, bibirnya mulai membiru, jaritangannya mulai mengkerut mencengkram ujung jaket yang dikenakan. Matanya tertutup lembut, seolah ingin merasakan guyuran hujan yang membasuh dirinya saat itu. Berharap hujan akan menghapus rasa sakitnya saat ini, ya, ia menangis.. menangisi semuanya. Hatinya sudah tidak dapat menutupi segala sesuatunya. Ia sudah lelah, sangat lelah.. biarlah mata itu terpejam, berharap hujan akan membawanya pergi dari kondisinya saat ini.

" hei, pabbo! Kau bisa mati..". chanyeol merasakan tubuhnya tidak lagi terguyur hujan, ada sosok yang tengah berdiri dihadapannya. Seseorang dengan manik mata besar dan cantik sedang memayungi dirinya, namja itu tersenyum melihat chanyeol yang menatapnya lekat. Pipi chubbynya menggembung lucu menyiratkan senyumnya, matanya berkelip indah.

" jja! Jangan bengong seperti itu namja aneh.. kau mau mati huh? Membiarkan tubuhmu terguyur hujan seperti ini". Namja indah itu menyelipkan payung yang tadi dipegangnya menuju tangan chanyeol.

" pegang sendiri!".

Keheningan menyelimuti keduanya, hanya suara deras hujan yang mendominasi sekelilingnya. Tidak ada percakapan sedikitpun. Namja indah itu memandang namja aneh didepannya, ia baru menyadari bahwa air diwajah namja itu bukan air hujan.. itu air mata.. apa ia menangis? Kenapa namja itu mesti menangis?

" ee ee e.. miaaan, ap-apa kau menangis". Aisshhhh, bodohnya ia bertanya seperti itu. Jelas jelas orang itu memang menangis. Pabbo! pabbo.. namja indah itu memukul pelan dahinya sendiri. Sementara chanyeol yang didepannya malah menundukkan kepala menatap tanah, air mata itu masih menetes. Tak bisa berhenti.

" ahh, maaf.. sudahlah. Untuk apa kau berdiam diri di tengah hujan seperti ini?". Tangannya berusaha menahan payung digenggamannya, payungnya tertiup angin sangat kencang menyebabkan benda itu terbang jauh terlepas. Hujan langsung mengguyur tubuhnya tanpa ampun..

" aisshhhh, payung.. ah". Tanpa ia sadari namja tinggi itu sudah berdiri menghadapnya, tubuh mereka bersentuhan. Namja itu membagi payungnya, memayungi tubuh mereka berdua. Dengan takut namja indah itu memandang kearah wajah chanyeol. Ia sudah tidak menangis. Tapi hanya wajah datar yang tersirat disana.

" bodoh! Kau memberiku payung, tapi payungmu sendiri terbang terbawa angin. Lalu, apa gunanya ini? Jika kau sendiri malah kehujanan". Chanyeol menggerakan pelan gagang payung yang digenggamnya. Wajah datarnya masih terpasang jelas diwajahnya.

" baiklah, aku chanyeol..park chanyeol. Terimakasih atas kebaikanmu memberikanku payung, tapi sepertinya lebih baik kau mengambilnya kembali. Aku tak butuh ini". Chanyeol memberikan payung itu ke genggaman namja didepannya. Namja indah itu hanya mengerling heran, dan tak mampu berkata. Chanyeol keluar dari naungan payung itu, ia melangkahkan kakinya kembali menuju motornya. Ia kembali duduk. Namja indah itu tidak pergi meninggalkan chanyeol, ia tetap berdiri terpaku ditempatnya.

"kau bodoh,huh? Kau itu berotak atau tidak? Kau mau mati kehujanan seperti itu,eoh?!". Namja itu khawatir, entah kenapa ia merasa sangat takut, ia tak mau namja dihadapannya itu sakit karena hujan ini. Tubuhnya mendekati chanyeol yang malah kembali memejamkan matanya, wajah namja itu berubah damai seolah menikmati hujan yg turun. Lagi-lagi payung itu terlepas.. bukan karena angin, tapi namja indah itu sengaja melepaskan dari genggamannya. Senyuman lembut terukir diwajahnya..

" biarkan aku menemanimu dalam hujan ini".

-SKIP—

'chanyeol, maafkan aku.. maaf aku tidak bisa memenuhi janjiku..maaf aku pergi meninggalkanmu, aku tidak bisa berada disisimu selalu yeol. Maaf jika aku menghilang begitu saja, maaf aku membuatmu sakit merasakannya. Aku tak ingin kau khawatir, aku tak ingin kau semakin jatuh terlalu jauh terhadapku yeol. Terimakasih kau telah menemaniku selama ini, terima kasih kau memberikanku cinta yang begitu nyata. Terima kasih.. tapi, maafkan aku yeol, aku harus meninggalkan dunia ini. Meninggalkan kau yang sangat ku cintai, meninggalkan orang tua ku dan juga semua sahabatku. Aku sudah tidak kuat menahan sakit ini.. berjanjilah padaku, suatu saat nanti kau harus hidup bahagia. Kau harus bisa melupakanku, kau harus bisa menerima orang lain untuk mencintaimu. Percayalah, aku akan bahagia melihatmu dari atas sana. Maafkan aku yang tak bisa mendampingimu seperti yang kau minta. Selamat tinggal yeol.. aku byun baekhyun akan selalu mencintaimu, sekalipun ajal ini memisahkan kita". Mata namja itu tertutup damai, senyum tipis Nampak menghiasi bibirnya. Setitik air mata jatuh dipipinya. Tubuh namja itu tidak bergerak sedikitpun, bahkan dadanya tidak bergerak. Bukti bahwa namja itu sudah tidak bernafas. Namja itu-byun baekhyun- baru saja gagal menjalani operasi pengangkatan kankernya. Kanker yang terus menggeroggoti tubuhnya selama ini. Ia sudah menyerah pada penyakitnya ini, ia sudah tidak kuat menanggungnya. Orang tuanya sudah mengikhlaskan kepergian anak kesayangannya itu. Mereka lebih memilih jika anaknya itu meninggal, jika dibandingkan harus merasakan siksaan dari kanker yang dialaminya. Ya, biarkan seorang byun baekhyun terlepas dari derita penyakitnya. Biarkan byun baekhyun melepaskan chanyeol yg dicintanya, biar byun baekhyun menerima takdir tuhan yang meminta dirinya.

-SKIP-

" akhirnya aku bisa keluar dari tempat membosankan ini.. haahhhhh, betapa aku merindukan suasana rumah". Sehun berseru senang, mengingat hari ini dokter telah membolehkannya untuk pulang. Ia sudah merasa penat, dirasanya sudah sangat lama ia berada dirumah sakit itu. Saat ini sehun sedang terduduk dikursi rodanya—atas saran dokter—melihat namjachingunya sedang menyiapkan barang-barang untuk dibawa pulang. Betapa bersyukurnya ia memiliki seorang kekasih seperti luhan, kekasih yang begitu sempurna dimata oh sehun. Luhan dengan setia menemani oh sehun mulai dari dirinya koma, bahkan sampai ia sudah tersadar seperti ini. Hal tersebut merupakan suatu kebahagiaan bagi keduanya, dimana saat ujian itu telah berakhir seutuhnya. Dimana saat tuhan mengembalikan oh sehunya, dan mempersatukan kembali jarak yang sempat terpisahkan. Sehun menggerakan kursi rodanya menuju luhan, dimana saat ini luhan tengah berdiri memunggunginya untuk memasukan barang ke dalam tas. Direngkuhnya tubuh luhan kedalam pelukannya, memeluk namja itu dari belakang. Menyalurkan rasa sayang kepada namjachingunya itu, memberikan kehangatan bagi keduanya. Luhan membalikan badan dan menjongkokkan tubuh mensejajarkannya dengan sehun,ia membalas pelukan sehun dengan erat. Ia juga sangat mencintai namjanya itu, melebihi hal apapun yang ia miliki didunia ini.

'ya tuhan, betapa jahatnya aku.. aku telah memisahkan mereka, pasangan yang keduanya adalah sahabatku. Maafkan aku tuhan.. tapi, dialah yang memintaku merahasiakan semua ini. Justru hal itu membuatku merasa sangat bersalah, hampir sebulan ini aku menutupi kepergiannya. Bahkan aku berbohong, dengan mengatakan bahwa aku tidak tahu dimana dirinya saat orang lain bertanya. Tapi,lihatlah aku telah membuat sahabatku sendiri tersiksa seperti ini, membuat mereka harus berpisah. Maafkan aku, aku sudah tidak bisa menyembunyikan semua ini, semoga masih ada waktu untuknya dapat bertemu denganmu'. Seorang namja bertubuh pendek, dengan mata bulatnya terduduk lemas disalah satu sofa yang terletak diruang tamu rumah chanyeol. Namja itu mengubur dalam wajahnya menghadap lantai, menutupi rasa bersalah yang selama ini menyelimutinya. Tidak ada ragu baginya untuk saat ini, mengingat keadaan chanyeol yang jatuh sakit—sakit parah—dikarenakan kebenaran yang selama ini tertutupi. Sudah saatnya bagi chanyeol mengetahui kebenaran itu, sudah saatnya bagi sahabatnya itu untuk mengikhlaskan segala kemungkinan yang terjadi. Manic mata kyungsoo memandang lurus kepada jong in kekasihnya yang tengah berdiri menghadap jendela, kekasihnya itu memandang hamparan langit malam yang tidak bertabur bintang sedikit pun. Entahlah apa yang sedang dipikirkannya, yang jelas suasana saat ini terasa sangat canggung. Mengingat kejadian beberapa menit lalu, ketika kyungsoo menceritakan kebenaran kepada jong in mengenai kepergian baekhyun. Namja berkulit tan itu sangat terkejut mendengarnya, sekaligus tidak percaya dengan apa yang diketahuinya saat itu. Ia merasa kecewa dengan kekasihnya yang menutupi rahasia baekhyun, dimana rahasia itu yang membuat rumit dan terasa menyakitkan bagi hubungan chanyeol. Pikirannya saat itu sudah tidak dapat ditolerir lagi, terlalu penuh rasanya. Kepalanya terasa hampir meledak, ia butuh merefreshnya. Jong in hanya bangkit dari sisi kyungsoo dan berjalan menghampiri jendela seperti yang sedang ia lakukan saat ini.

" jong in.. aku menyesal.. aku merasa sangat bersalah, apa yang harus aku lakukan?". Buliran air mata jatuh menghampiri pipi chubby nya, nafasnya bergemuruh menahan isakannya. Kedua tangannya menangkup menutupi wajahnya.

"kyung, entahlah.. aku hanya tak habis fikir kenapa kau sampai setega itu? Melihat betapa tersiksanya chanyeol selama ini, apakah itu semua tidak menggerakan hatimu?".

"apakah dengan baekhyun memintamu menjaga rahasianya maka membuatmu melupakan rasa iba pada chanyeol? Setidaknya bukan seperti itu kyung, sekarang apa yang harus kita lakukan? Apa kau yakin bahwa mereka bisa bersatu kembali?".

"jong in..aku salahh.. aku jahat, aku bodoh membiarkan keduanya justru tersakiti seperti ini. Aku tidak pantas menjadi sahabat mereka. Aku terlalu egois..". tangisan kyungsoo terasa sangat menyesakkan bagi diri seorang do kyungsoo maupun bagi jong in. jong in menghampiri tubuh namjachingunya itu, memeluknya dan mengusap lembut pada bagian punggung.

"maafkan aku sudah berkata seperti itu. Entahlah.. semoga semuanya belum terlambat". Kyungsoo membenamkan wajahnya pada dada jong in, melepaskan semua sesak atas kebodohannya sendiri.

" jongin-ssi, kyungsoo-ssi maaf mengganggu.. tuan chanyeol sudah siuman". Seorang maid menghampiri pasangan yang tengah berpelukkan itu. Keduanya segera melepaskan dekapannya masing-masing. Berjalan beriringan menuju kamar chanyeol. Terlihat jelas dikamar itu terdapat chanyeol yang sedang berbaring diatas ranjang, wajahnya pucat dan bibirnya yang membiru. Namja itu terserang hipotermia dan demam tinggi. Disampingnya terdapat sosok namja yang terduduk. Namja dengan tinggi hampir sama dengan kyungsoo, mata besarnya yang indah, keseluruhan wajahnya yang seperti 'little squirrel'. Namja itu tengah mengkompres dahi chanyeol.

"ah, kalian pasti teman chanyeol ini kan?.. perkenalkan aku xiumin".

"kyungsoo, do kyungsoo"

"kim jong in, jong in"

" baiklah, kyungsoo-ssi jongin-ssi aku undur diri. Tolong lanjutkan, chanyeol masih harus dikompres sampai demamnya menurun". Namja indah itu menyerahkan kain kompres kepada kyungsoo, dan hendak melangkah pergi.

" xiumin.. apa kau temannya chanyeol?". Pertanyaan jong in menghentikan gerak langkah xiumin. Namja itu membalikan tubuhnya, dan menggaruk pelan leher belakangnya—karena gugup—

" aniii, aku hanya orang asing yang menemukan chanyeol beberapa waktu lalu ketika namja itu berhujan hujanan. Kasihan chanyeol, orangtuanya sedang berada dinewyork melakukan bisnis. Karena itu aku meminta izin pada maidnya agar memperbolehkan aku merawat chanyeol untuk beberapa hari. Chanyeol sering sekali tiba-tiba hilang kesadaran, ia terkena hipotermia dan demamnya semakin hari semakin tinggi. Tapi, sekarang kalian sudah datang, berarti tugasku sudah selesai". Xiumin hendak melangkahkan kakinya kembali. Lagi-lagi langkahnya terhenti saat sebuah suara menginterupsinya.

"tetaplah disini..". suara lemah terdengar dari bibir namja tinggi yang masih terbaring dikasur dengan dahi yang terkompres. Chanyeol membuat xiumin enggan melanjutkan niatnya untuk pergi, namja indah itu berdiri terpaku tak percaya.

Drrrtttttttt, Drrrttttttttttt…

Ponsel kyungsoo bergetar menandakan adanya panggilan masuk, namja bermata bulat itu merogoh saku celananya untuk meraih ponsel tersebut. Dilayar dapat terlihat bahwa yang menghubunginya..

–eomma baekki—

"yoboseo?". Kyungsoo terlihat agak bergetar, mengingat bahwa yang menghubunginya merupakan ibu dari baekhyun. Sahabatnya yang memintanya menjaga rahasia mengenai kepergiannya. Ditambah lagi dengan keberadaan chanyeol di sampingnya.

"kyungsoo-ssi, baekki,baekki…". Terdengar suara isak tangis yang terus menerus menyebutkan nama baekhyun, hal tersebut membuat perasaan kyungsoo menjadi resah dengan apa yang akan dia dengar selanjutnya.

"baekki, telah meninggal..kyungsoo-ssi dia meninggalkan kita semua".

Praaakkk.. ponsel kyungsoo berhasil mendarat mulus dilantai tepat disamping ranjang tempatnya duduk, ponsel itu masih menyala meninggalkan suara samar yang memanggil namanya, tak lama suara tersebut terputus seiring dengan menetesnya air mata kyungsoo.

"chagiya, wae? Gwaenchana? Heii". Jong in menghampiri namjachingunya yang tiba-tiba menitikan airmata itu. Dirinya bertanya-tanya akan percakapan apa yang hingga membuat kekasihnya seperti ini, dipegangnya kedua pundak kyungsoo seolah meminta penjelasan darinya.

"jong in.. hiks, hiks, hiks". Kyungsoo melarikan dirinya kepelukan jong in, badannya bergetar hebat menahan isakan tangis yang menyergapnya. Hatinya semakin merasakan sesak yang menyakitkan, sesak atas kebodohannya yang menyembunyikan kebenaran. Kini, semua sudah terlambat tak ada yang mampu ia lakukan, segalanya telah berakhir, kisah cinta sahabatnya harus terhenti sampai sini.

" do, gwaenchana?". Chanyeol bertanya lirih kepada sahabatnya itu, matanya tak henti menatap kyungsoo yang masih menangis.

" maafkan aku, maafkan aku chanyeol". Kyungsoo melepaskan pelukannya dari jong in, namja itu menghampiri chanyeol yang masih terbaring, dipeluknya tubuh sahabatnya itu. Chanyeol membalas pelukan kyungsoo, pelukan yang mungkin bisa menenangkan saat ini. Sementara itu, xiumin hanya bisa menatap bingung dengan apa yang terjadi saat ini.

" gwaenchana?".

" maafkan aku chanyeol.. hiks, baekki, baekki pergi meninggalkan kita semua selamanya". Kyungsoo berusaha mengeluarkan kata-katanya dengan isakan yang sangat menyesakkan. Beda halnya dengan chanyeol, namja itu segera melepaskan pelukan kyungsoo dan hendak bangkit dari posisinya.

" bohong! Kenapa kau jahat sekali berkata seperti itu, eoh?". Chanyeol berusaha turun dari ranjangnya, naas tubuhnya oleng hendak terjatuh, dengan sigap xiumin menopang tubuh itu.

" chagiya, kau jangan bercanda..". jong in mencoba mendirikan tubuh namjanya yang masih terduduk diranjang dengan wajah yang ditundukkan.

" aku tidak bercanda, hiks.. baekki telah meninggal".

"pembohong! Sahabat macam apa kau bicara seperti itu kepada sahabat mu sendiri? Baekki ku belum meninggal, ia masih diluar sana!". Chanyeol mulai berteriak, nada bicaranya meninggi. Dirinya tidak percaya dengan apa yang kyungsoo katakan, bagaimana bisa ia mengatakan sahabatnya sendiri telah meninggal. Terlebih yang dimaksud adalah baekhyun namjachingunya. Chanyeol yakin bahwa baekhyun masih hidup diluar sana, ya diluar sana yang tidak ia ketahui keberadaannya.

" chanyeol, aku mohon tenanglah..". xiumin mencoba menenangkan chanyeol, diajaknya tubuh chanyeol untuk kembali bersandar diranjang.

"chanyeollll, maafkan aku.. demi apapun aku tidak berbohong. Baekki telah meninggal, tadi eommanya yang meneleponku. Jongmal mianhae yeol, hiks..".

Kali ini kyungsoo benar-benar menyesali semuanya, segalanya telah terlambat tidak ada yang dapat diperbaiki sedikitpun. Air mata terus mengalir, tubuhnya tak henti bergetar karena isakan yang tertahan.

"sstttt, tenangkan dirimu.." jong in merengkuh tubuh namjachingunya itu kedalam pelukan hangat, diusap lembut surai hitam milik kyungsoo.

" arrrggghhhhh,tidakk! Baekki ku masih hidup.. dia telah berbohong kan? Eodiya baekki?". Chanyeol berteriak dan bergumam tak jelas, seolah ia baru saja mengajak xiumin berbicara tapi sedetik kemudian namja itu justru berperang sendiri dengan monolognya. Ekspresinya kini menggambarkan ketersiksaan yang tersembunyi selama ini. Kadang chanyeol tersenyum simpul, detik berikutnya ia sudah menangis. Seakan akan namja itu telah hilang kewarasannya..

-SKIP—

Keheningan menyelimuti kedua namja yang kini sedang berdiri menatap pusara dihadapannya, terlihat salah satu diantaranya merangkul namja disebelahnya. 3 bulan sudah berlalu seiring kepergian sahabat untuk selamanya, kepergian byun baekhyun karena penyakitnya. Terbukti dengan pusara yang ada dihadapan kedua namja tadi, pusaranya dihiasi dengan berbagai bunga yang bertaburan serta sebuket bunga yang bertengger manis diatasnya. Meskipun raganya telah mati, akan tetapi jiwanya masih membekas dihati para sahabatnya.

" jong in apakah baekhyun bahagia disana? Aku merindukannya jong". Gumaman pelan keluar dari bibir cherry itu, tubuhnya yang mungil terasa nyaman berada dalam rangkulan kekasihnya.

"pasti chagi, berharaplah yang terbaik bagi baekhyun." Jong in mengusak lembut rambut kyungsoo, memberikan kenyamanan padanya. Tubuhnya berbalik menghadap namjanya itu, tangannya terulur untuk memeluk sosok yang sangat disayangnya.

"aku mencintaimu, sangat.. tetaplah berada disisiku chagi.. saranghae" dikecupnya pucuk kepala kyungsoo, mengakhiri kegiatan mereka mengunjungi makam byun baekhyun.

END/TBC?

REVIEW JUSEYOOO!