Rated : T

Pairing : Sasuke U.& Hinata H

Disclaimer Chara : Om Masashi Kishimoto

This Story just real from me.

Warning: Typo(s), OOC, dll. Jangan harap kesempurnaan dari fic ini.^^'

Just

Don't Like, Don't Read

But I hope u'll like this one.

.

.

Hinata POV

Hummmmmm, besok pagi aku akan berangkat jalan-jalan bersama keempat sahabat-sahabatku Sakura, Ino, Tenten, dan Temari. Kami berangkat berlibur ke tempat yang cukup jauh di Tenggara Asia sana tepatnya di Indonesia, Bali. Tempat yang terkenal Indah, berbudaya, dan banyak cerita dan informasi menarik yang ku dapat tentang tempat itu. Alasan kami berlibur ke Bali adalah untuk melepaskan penat yang membebani kami dua minggu terakhir ini. Dua minggu lalu kami semua telah menyelesaikan skripsi kami, tinggal menunggu giliran kami di sidang atas karya kami itu. Sidang tercepat yang akan berlangsung adalah dua bulan lagi. Sangat pusing memikirnya, hingga akhirnya kami pun memutuskan berlibur ke tempat yang benar-benar indah dan cukup jauh dari Negriku, Jepang. Tapi tujuan utamaku bukan itu, tujuan utamaku adalah untuk mendapatkan jodoh. Hemmmm terdengar gila memang, tapi memang itu tujuanku. Di sini, di tempatku sampai saat ini aku belum memiliki kekasih satu kali pun. Mungkin benar kata sahabat-sahabatku kalau keadaan aku saat ini adalah karena diriku sendiri yang tidak bisa membuka hatiku. Jangan fikir aku tidak berusaha, aku sudah banyak berusaha, aku sudah merelakan hatiku jika nyatanya aku mencintai orang lain tapi entah kenapa hatiku masih memilihnya untuk menetap.

Sering aku meyakinkan diriku bahwa aku lelah, karena memang aku lelah untuk mencintainya aku sangat menyadari itu. Aku sudah merelakan jika nyatanya dia bersama orang lain kini, aku membayangkankan dan aku tidak menangis. Dan aku simpulkan aku tidak lagi mencintainya. Maka dari itu saat ini saat aku tahu aku sudah tidak lagi mencintainya aku harus menemukan seseorang yang harus aku tetapkan di dalam Hatiku. Besar harapanku aku akan menemukannya di Bali nanti.

Yupppp selesai sudah aku membereskan pakaianku yang akan kubawa ke Bali nanti harus segera ke ruang makan sekarang, karena Ayahku sudah datang untuk makan siang bersama.

.

.

Normal POV.

Gadis bersurai Indigo yang bernama Hyuuga Hinata itu kini sedang berjalan menuruni tangga untuk segera bergabung dengan anggota keluarga lainnya. Di meja makan itu telah duduk kepala keluarga dari keluarga Hyuuga yaitu Hyuuga Hiasi, Anak tertua di keluarga itu yang sebenarnya adalah anak angkat karena ayahnya yang merupakan kakak dari Hyuuga Hiasi harus meninggal dalam kecelakaan mobil, namanya Hyuuga Neji, dan adik kandung Hinata yang merupakan anak bontot di keluarga tersebut yang bernama Hyuuga Hanabi. Kemana ibu Hinata? sungguh pukulan terberat yang dialami keluarga itu adalah saat ibu mereka (Hinata dan Hanabi) itu harus kembali pada kami-sama saat pertama mencium Hanabi yang baru saja dilahirkannya. Di dalam rumah yang tidak terlalu besar itu tinggal empat orang kepala yang saling mengasihi.

Setiap harinya Hiashi dan Neji selalu menghabiskan istirahat siang dari kantornya untuk makan siang di rumah. Selesai makan dan berbincang-bincang Hiashi dan Neji pun segera kembali ke kantornya. Seperti saat ini mereka sekeluarga berkumpul di meja makan Hyuuga, dengan senyuman yang sering terlihat dari mereka menampakkan mereka adalah keluarga yang sangat bahagia meski telah kehilangan salah satu di antara mereka. Dan setelah 45 menit berlalu, akhirnya Hiashi dan Neji pun berpamitan untuk kembali ke kantornya. Hinata dan Hanabi pun mengantar kedua pria berharga di keluarga tersebut ke luar pintu rumah. Kedua pria Hyuuga itu pun memasuki mobil masing-masing dan bejalan menuju kantor mereka. Hinata dan Hanabi menutup pintunya dengan perlahan. Tiba-tiba Hanabi menarik baju Hinata.

"Nee ajak aku yaaaaa." Hanabi merengek menarik baju Hinata.

"Tidak. Nanti saat usiamu sudah 15th baru akan aku ajak kau kemana-mana." Hinata berjongkok mensejajarkan tinggi dengan Hanabi.

"Benar? Sekarang umurku berapa?" Hanabi sumringah.

"Sebelas tahun."

"Empat tahun lagi?"

"Hu'um. Sekarang bantu aku beres-beres untuk dibawa besok yuk." Yang kemudian dijawab anggukan kuat dari Hanabi.

Seperti Hanabi yang semangat membantu Hinata seakan-akan dia yang akan pergi ke Bali, Hinata pun demikian sangat berharap banyak pada Bali membuatnya begitu semangat untuk keberangkatan besok. Sampailah mereka berdua tertidur di kamar Hinata.

Tooi chiheisen e mukai yasashi ude kara

Zutto kakete kitandane

Saishou wa chiisana hohaba de

Hitotsu hitotsu ho wo tsume

Furi mukeba naga….

"Moshi Moshi?"

"Moshi Moshi Hinata. kau sudah siap?"

"Hah? Memang ini jam berapa?" Hinata gelagapan melihat jam.

"Jam? Jam empat sore. Memang kenapa?"

"Ahhh Ino chan kau mengagetkanku. Aku kira aku ketiduran sampai pagi."

"Aku kan tanya, kau sudah siap untuk besok belum? Aku sangat tidak sabar. . hihihi"

"Aku rasa sudah. Apalagi sudah dibantu Hanabi chan." Tersenyum sambil mengusap rambut Hanabi.

"Bagus kalau begitu. Jangan sampai ada yang tertinggal oke. Aku sudah menelpon Sakura tadi, takut dia lupa membawa bukti booking tempat kost-nya. Hihihi yasudah ya. Aku sungguh tidak sabar Hinata." dan Ino pun menutup teleponnya.

'Aku pun tidak sabar Ino chan. Aku sangat yakin akan bertemu pangeranku sesungguhnya di Bali nanti. Dan 'Dia' akan benar-benar berlalu. Berkati aku Kami-sama.'

Permohan terdalam dari Hinata yang ia curahkan kepada-NYA berharap di dengar dan dikabulkan.

Malampun tiba, setelah makan malam bersama Hinata segera masuk kamar mengecek lagi barang bawaannya. Berkali-kali ia lakukan untuk meyakinkan bahwa ia siap untuk ke Bali besok. Lengkap menurutnya, dan ia tutup koper itu dan ia tutup lagi kedua matanya kemudian menari napas panjang.

"Sasuke…. Huffff Aku siap melepaskanmu, melupakanmu, merelakanmu,,," perkataan Hinata tertahan, ia menahan tangisnya terlihat dari getaran di bibirnya. "Aku sudah lelah menantimu, aku…. Aku tidak mencintaimu….. lagi. Hikz"

"BAGUS!" yang tentu saja membuat Hinata menoleh ke sumber suara.

"Nii-san?!"

"Khusuk sekali do'amu." Neji melangkah sambil menutup pintu. "Sampai aku membuka pintu pun kau tidak dengar." Yang kemudian duduk di hadapan Hinata dengan dibatasi koper. "Aku harap ini airmata terakhirmu untuk Uchiha satu itu. Segera dapatkan yang lebih baik darinya, siapa pun itu nanti yang kau bawa di hatimu saat kembali dari Bali, akan aku dukung. Himeku terlalu sempurna untuk seorang Uchiha. Kau mengerti?" Neji seraya menghapus airmata Hinata.

"Ha'i. Arigatou Nii-san. Tapi aku mohon Nii-san jangan benci padanya, bukan dia yang memaksaku untuk selalu menantinya. Akulah yang bodoh." Hinata memeluk Neji.

"Jadilah Himeku yang baru, yang pintar, dan yang mampu membuka hati untuk orang lain sekembalinya kau dari Bali." Dijawab anggukan dari Hinata yang berda dalam pelukannya. "Sekarang tidurlah. Jam lima kita berangkat."

Neji melepaskan pelukkan Hinata dan menurunkan koper Hinata dari kasurnya. Lalu berjalan keluar kamar Hinata. Dan Hinata beranjak ke kasurnya merebahkan dirinya, menarik selimut hingga sebatas lehernya, ia pejamkan matanya dan berkata "Kami-sama, kau yang selalu tahu keinginanku. Aku mohon, berkati langkahku ke Bali sampai kembali. Kaulah harapanku." Hinata tersenyum lembut, dan tertidur pulas.

.

.

.

Jam empat pagi.

Kringggggggggggggggggggggggggggggg

Secara bersamaan di lima rumah berbeda jam waker berbunyi yang kemudian disambut dengan semangat yang cukup malas-malasan dari kelima empunya.

Sakura, langsung terduduk di kasurnya dan kemudian mematikan wakernya dan segera mandi.

Ino, segera mematikan wakernya dengan sedikt tawaran "Lima menit lagiii".

Tenten langsung mengambil Handuk tanpa mematikan wakernya. Mungkin ini alunan indah menurutnya.

Temari, tidak terusik sedikit pun sebelum terdengar suara 'dug dug dug' "NEE CHANNNN MATIKAN WAKERRMU BERISIKKK" barulah Temari terbangun dan kemudian mandi.

Hinata, membuka matanya sambil tersenyum yang masih kantuk "Ohayou Jepang, Witing me Baliiii" kemudian mematikan wakernya dan mandi.

Sampai tepat waktu semuanya, tiba di bandara Konohagakure setengah jam sebelum berangkat. Setelah berpamit-pamitan merekapun masuk kedalam pesawat yang untungnya ontime. Lepas landas dari tanah Jepang menuju tanah Indonesia.

"BALIIIIIII, YEYYYYY" kompak mereka berlima berteriak saat pesawat lepas landas. Yang tentu saja menarik perhatian penumpang lainnya.

Setelah delapan jam menempuh perjalanan udara akhirnya kelima gadis itu pun tiba di tanah Denpasar, Bali, Indonesia. Cuaca sangat cerah seolah mengucapkan selamat datang dipulau indah Indonesia, Bali. Kelima gadis itu benar-benar ribut dan ramai, bagaimana tidak, ini perjalanan ke luar negeri pertama mereka yang dilakukan bersama-sama. Mereka semua sangat bersemangat hari ini.

"Akhirnya kita sampai di Bali… ahhhhh ingin segera menuju pantainya." Temari kegirangan.

"Iya iya benar. Nanti kita berenang yaaa. . aaahhhhh aku senang sekali." Ino benar-benar lepas kendai berteriak-teriak kegirangan.

"Yasudah ayo cepat cari taksi untuk segera menuju cottage kita." Sakura segera menarik mereka keluar bandara.

Langsung saja ada taksi yang menghampiri mereka, ,

"Good afternoon ladies, Welcome to Bali. Can I help you?" Sapa taksi yang ramah.

"Yes, do you know this place?" jawab tenten sambil memberikan secarik kertas.

"Emmm, Yes offcourse. Its Cottage right? Not really far about one hour."

"Okey, let's go." Semua masuk ke taksi.

"Aku dimana?" Rengek Sakura yang masih diluar taksi.

"Sepertinya kita butuh dua taksi. Hummmm yasudah Hinata kau yang gampang keluarnya bersama Sakura yah di taksi selanjutnya." Atur tenten.

"Baiklah"

Dan mereka pun dengan terpaksa melakukan perjalanan ke cottage dengan terpisah di dua taksi berbeda. Mereka saling berbincang gembira, dan sesekali para supir taksi ini seperti tour guide yang senantiasa memperkenalkan bangunan atau tempat-tempat indah yang di lewatinya. 'Ramah' kata itu yang mereka berlima tangkap dari supir taksi yang tentu saja orang Indonesia.

Hampir satu jam mereka diatas taksi, kini mereka sudah berada di kamar yang telah mereka pesan. Cottage yang bisa di isi lima orang, dan yang terpenting menghadap dan dekat dengan laut, jalanannya saja sudah berpasir. Sangat-sangat Indah, mereka berlima langsung melihat hamparan pasir putih yang menggoda, ombak laut yang biru, pohon-pohon kelapa yang membuat teduh, warna warni kulit manusia di sana, bangunan-bangunan yang unik, dan banyak yang ingin mereka lakukan dengan keindahan di sana. Namun perjalanan yang berjam-jam membuat mereka lelah. Setelah menerima kunci cottage mereka pun beristirahat di sana. Tanpa berberes terlebih dulu mereka terlelap diatas kasur masing-masing yang alakadarnya. Terlalu lelah mungkin mereka dan sekarang semuanya benar-benar pulas.

.

.

.

Di tempat lain di Jepang.

"Sasuke-kun, kapan kau tak sibuk?" Rengek seorang gadis dengan rambut merah menyala sambil memakan ice creamkepada seorang pria tampan di sampingnya.

"Hn? Kenapa?" Tanya laki-laki yang benama Sasuke itu sambil melihat gadis di sebelah kanannya.

"Aku ingin berlibur. Kita berdua." Kata gadis itu dengan semangat sambil menyuapkan sesendok es krimnya pada pria itu.

"Ummmm, sudah cukup sekali saja. Kau kan tahu aku tak suka manis. Hummmm, kau mau kemana?" Tanya pria itu dengan tampang dan nada datarnya tapi tangannya membelai lembut rambut merah di sampingnya.

"Kau selalu bercerita kalau Bali itu indah kan?"

"Hn."

"Aku mau ke sana." Kata gadis itu lagi sambil menatap lurus ke pria di sampingnya dengan senyum mengembangnya dan menghentikan langkahnya.

"Apa?" Sasuke seperti terkejut.

"Kenapa? Aku ingin ke sana, katamu Indah. Aku ingin ke sana bersamamu." Gadis itu memeluk lengan Sasuke.

"Karin, ummmm apa tidak ada tempat lain?" tanya Sasuke bernego.

"Un? Kenapa?" Gadis yang bernama Karin itu kecewa.

"Tidak, hanya saja…" Sasuke seperti berpikir.

"Hanya saja apa?" Karin memaksa.

"Tidak, hanya saja aku yakin kau tidak kuat panasnya. Di sana sangat panas, nanti kulitmu ini terbakar." Sasuke mencubit pipi Karin.

"Ummmmm, tidak akan. Aku mau sore ini kita berangkat ke Bali. Oke…!" Karin mengacungkan kelingkingnya kepada Sasuke.

"Haaahhhh, baiklah. Lagi pula sudah lama aku tidak ke sana." Sasuke memasukkan tangannya ke saku dan berjalan meninggalkan Karin. tentu saja Karin mengejarnya dan memeluk lengannya lagi. Dan kembali kedua sejoli itu berjalan menapakki jalan konoha dari café tempat mereka tadi makan siang menuju kantor Sasuke.

.

.

.

Di Bali. Insonesia

"Ya ampun sudah pukul delapan? Hoammmmm nyenyak sekali. Mandi ahhhh" Sakura yang bangun lebih dulu.

Gerakan dari Sakura membuat Tenten terbangun, tidak seperti Sakura yang langsung mandi Tenten justru menuju keluar rumah.

"Sedang apa?"

"Hinata? tidak ada hanya penasaran bagaimana Bali saat malam."

"Indah." Kata Hinata sambil menatap pantai yang terlihat di kejauhan sana.

"Hummm, ingin rasanya berkeliling sekarang tapi kita punya kerjaan. Ayo cepat rapihkan barang-barangmu." Tenten menarik Hinata masuk.

Setelah semua gadis itu mandi dan membereskan barang-barang dan tempat tidurnya, mereka pun tertidur lagi tak sabar menyambut esok pagi.

Pukul delapan pagi lagi-lagi Sakura yang bangun lebih awal, diikuti tenten dan yang lainnya. Karena kamar mandi yang disediakan hanya dua jadilah mereka semua antre. Hinata dan Ino berinisiatif jalan-jalan di sekitar cottage.

"Ino ibu-ibu itu jual apa ya? Sepertinya makanan"

"Coba yukk. ."

"Good morning girls. Do you want it?" sapa si penjual dengan bahasa inggris yang kaku.

"Mam, can you tell me what it is?" tanya Hinata.

"This is Nasi uduk. For breakfast, Indonesian traditional food." Jelas si ibu.

"Wahhh Cool. Sorry whats the name?"

"Na-si U-duk."

"Nase Udhuk?" Hinata mengulang.

"Yup. Do you want to try it?"

"Sure. I want emmmm five Nase Udhuk." Pinta Hinata tersenyum.

"Mam, this is rice?" tanya Ino.

"Yes, Rice is Nasi in Indonesia."

"Ohhhh, Creative. Hehehe."

"You are from Korea right?" tanya si ibu sok tahu.

"No, we are japan."

"Ohhhh sorry, Korea and japans look seems. . hehe. This is" si Ibu menyerahkan bungkusan.

"Thank you. How much mam?"

"Twenty five thousand rupias."

"This..?" Hinata ragu memberikan uang dalam bentuk rupiah, baru kali ini.

"Yes, nice girls. Thank you and please come back again."

Mereka berdua pun segera menuju cottage untuk memberikan belanjaan mereka dan mencicipi makanan khas Indonesia. Langsung saja mereka santap Nasi uduk tersebut, dan mereka suka. Saling berganti-gantian mandi membuat mereka kesiangan untuk bermain di pantai. Setelah mereka semua rapih mereka pun segera ke pantai. Sedikit bermain-main awalnya sambil hunting foto. Tak terasa mereka cukup jauh berjalan menyisiri pantai ini. Baju sudah setengah basah karena bercanda-canda tanpa berenang. Tidak afdol rasanya jika sudah begini…

"Ayo kita berenang." Ajak Temari.

"Nanti saja di dekat cottage supaya aman meletakkan barang-barangnya." Tawar Ino yang kemudian di setujui yang lain.

Mereka pun berjalan lagi kembai ke arah cottage, tak henti-hentinya mereka berteriak dan tertawa. Seperti memang Bali ini adalah benar untuk mereka. Tak jarang mata tertuju pada mereka yang membuat gaduh.

"Sudah di sini saja, tidak terlalu jauh dari cottagenya. Di sini panas sekali. Sungguh." Sakura yang langsung terduduk di bawah pohon kelapa besar.

Mereka pun langsung melepaskan alat-alat yang tidak di perkenankan terkena air. Mereka yang semuanya mengenkan celana sepaha dan tanktop warna warni yang kemudian di balut kemeja yang warna warni pula. Seragam mereka barangkali, heee stidaknya itulah salah satu bukti kekompakan mereka. Ino, Tenten dan Temari langsung membuka kemeja, sepatu, dan tasnya kemudian langsung berlari menerjang ombak pantai Dreamland di Bali. Sedang Sakura yang kelelahan masih setia duduk di bawah pohon kelapa di temani Hinata yang asyik melihat pemandangan ketiga sahabatnya yang berenang dengan kebahagiaannya.

"Hinata, kau belum punya pacar?" tanya Sakura.

"Kau mengejekku? Hum? Kau tahu apa jawabannya." Hinata yang kemudian memfoto lagi sahabatnya yang masih asyik berenang.

"Berubahlah… Buka Hatimu" Saran Sakura.

"Sakura chan." Hinata menghadap ke Sakura dengan sangat serius. "Sudah lama aku membuka hatiku. Dan kau tahu itu, belum ada yang berkenan mengisi kekosongan yang ada. Apa harus ku obral hatiku?"

"Kau belum Hinata. Gunakan insting kewanitaanmu."

"Huftt." Hinata kembali menatap lautan. "Instingku tidak penah salah, keyakinanku tidak pernah salah. Aku ke Bali, aku yakin akan mendapatkan Cinta sejatiku. Percaya?" Hinat yang menoleh ke Sakura, di jawab senyuman serta gelengan kecil dari Sakura. "Akan ku buktikan." Hinata menutup matanya. "Dimana kau Cinta sejatikuuuu. Siapapun yang pertama aku lihat saat aku membuka mata ini dia adalah Cinta sejtaiku." Hinata berputar-putar ringan sambil menutup matanya. "Kami-sama tunjukan padaku, hap" Hinata pun membuka matanya kearah kanannya.

Deg

Senyum Hinata yang mengembang perlahan memudar, masih di tatapnya orang pertama dilihatnya setelah matanya terpejam tadi. Orang itu pun menatap dingin Hinata tanpa menghentikan langkah kakinya di tepian pantai, dan ada seorang gadis yang merangkul lengannya. Gadis itu cantik, berambut merah menyala, mengenakan pakaian kerja yang disimpulkan gadis itu adalah kekasih laki-laki itu.

'Kenapa dia ada di sini?Siapa gadis itu?' itulah pertanyaan yang ada di hati Hinata.

Tidak mendapat jawaban karena tidak ada yang mendengar kecuali Kami-sama, Hinata menundukkan wajahnya mencoba menerima. Sedang laki-laki itu masih terus menatap Hinata intens.

"Hinata kau kenapa?" Tanya Sakura.

"Tidak apa. Hanya saja tidak ada yang menunggang kuda. Bukankah pangeran harus menunggang kuda?" Hinata tersenyum getir dan menatap kameranya dengan tatapan kosong.

Sakura melirik kearah Hinata menatap tadi. Detik itu juga ia mengetahui alasannya. Entah bagaimana menengkan Hinata kalau sudah begini, lebih baik pura-pura tidak tahu saja. Dan bagaimana mungkin bisa terlalu kebetulan, Sakura benci mengetahui ini akan sulit bagi Hinata.

TBC

Hummmmmm, semantara segini dulu yang bisa saya tulis, maaf kalo banyak typoo, gak sempat celang karena sudah larut sekali ini. bagaimana minna? Tbc atw stop saja?

Ummmmmmmm, maafkan saya untuk yg minta lanjutan dr DW, sabar yah, saya baru nulis separuh dan tiba-tiba buntu. . hehehe eh malah nulis fic baru ini.

N ntk squel HYLJ kayanya agak lama karena saya harus segera menyusun skripsi. Do'akan saya yah. . hee

Berharap fic ini lebih banyak peminatnya dari fic saya sebelumnya. . hehe

Bingung mau bilang apa lagi. Pokoknya Arigatou ntk Readers sekalian. Mohon Riview yah. .

RnR, Please.