DEMON INSIDE
.
(GrayZa)
-19:00-
Malam ini salju turun di Magnolia, kebanyakan orang malas untuk keluar rumah dan memilih bersantai di depan perapian bersama keluarga mereka... tapi tidak untuk penyihir Fairy Tail. cuaca Ekstrim tidak menyurutkan niat para penyihir Fairy Tail untuk menghambiskan malam dengan berkumpul bersama di Guild, ya.. setelah satu tahun lebih Fairy Tail dibubarkan tanpa alasan yang jelas oleh Master Makarov.. mereka tidak pernah saling bertemu apalagi bersenang-senang seperti ini, setahun mereka habiskan dengan bekerja demi menghidupi diri mereka dan keluarganya masing-masing, tapi kemarin.. mereka akhirnya dapat menghidupkan kembali Guild mereka. Perlu kerja keras memang apalagi Guild mereka sudah hancur.. kemarin mereka habiskan hari untuk membangun ulang Guild.. dan akhirnya, malam ini mereka bisa mendapatkan rumah mereka kembali berdiri kokoh di pusat kota Magnolia.
.
Fairy Tail, Guild Hall
Ditengah keramaian, seorang wanita cantik dengan rambut merah menyala.. Erza Scarlet sedang mengamati keadaan seluruh Guild.. memastikan tidak ada yang aneh-aneh, dan tentu saja memastikan Natsu dan Gajeel tidak menghancurkan properti-properti yang baru mereka beli siang ini. ya, sekarang Erza bertanggung jawab akan semuanya.. mengapa? Itu karena siang ini Erza resmi diangkat menjadi Master ke enam Fairy Tail, menggantikan Master Makarov yang belum diketahui keberadaanya hingga sekarang. ditengah kesibukannya itu Erza tidak menyadari seseorang menghampirinya.
"A-ano.. E-Erza san-eh Master Erza.." Erza segera menghentikan kegiatanya untuk menanggapi orang disebelahnya itu.
"Oh Juvia, tidak usah Formal begitu panggil saja seperti biasa, aku belum pantas dipanggil Master, jadi ada yang bisa kubantu ?" jawab Erza ramah, Juvia yang semula gugup menjadi rileks. 'syukurlah dia tidak berubah..' batin penyihir air itu.
"Erza-san, apa kau melihat Gray-sama ? Juvia tak bisa menemukannya dimanapun" kata Juvia
"Gray ? bukanya dia ada bersama Natsu dan lainya.. terakhir kulihat sore tadi mereka masih saling pamer kekuatan baru mereka" kata Erza, Juvia hanya menggelengkan kepalanya. Erza segera mengalihkan pandangan menuju Natsu dan para Laki-laki idiot yang sedang beradu Panco disudut Guild, Erza sadar jika Gray tidak bersama mereka.. Erza segera mengamati seluruh sudut Guild.. tetap tidak ada tanda-tanda rekan kepercayaanya itu dimanapun.
"Gray-sama tidak bersama mereka, kata Natsu-san, Gray-sama keluar Guild dua jam yang lalu tanpa memberitahu kemana dia pergi" jelas Juvia dengan ekspresi Khawatir, Erza sempat mengira Gray menyelinap pulang tapi dia teringat jika apartemen Gray masih dalam renovasi. 'ahh dia tidak mungkin pulang kan ? lalu kemana dia pergi ya..'
"Erza-san ?" Erza segera tersadar dari lamunanya
"Eh-Maaf.. aku tidak tahu dimana dia, mau kubantu mencarinya ?" sebenarnya jauh dalam hatinya Erza juga merasa khawatir soal sang Ice Devil Slayer itu..
"Tidak usah.. Erza-san, mungkin Gray-sama sedang jalan-jalan dia kan suka udara dingin. Juvia akan menunggunya saja di Guild, lagipula Juvia juga kangen sama Levy, Lisanna dan teman-teman yang lain . pokoknya terimakasih Erza-san" kata Juvia sebelum berjalan menghampiri gerombolan Penyihir Wanita yang sedang asik ngobrol dan tertawa, sepertinya sedang berbagi cerita mereka selama setahun ini.
Namun, Erza yang sudah lama mengenal Gray merasa ada yang tidak beres, Gray tidak pernah pergi tanpa pamitan seperti itu.. apalagi hari ini, hari pertama Guild mereka resmi didirkan kembali. Erza memutuskan untuk mencarinya di sekitar area Guild.
.
-20:00-
Kardia Cathedarl
Jarang sekali ada yang pergi ke Gereja malam-malam begini, ditambah lagi cuacanya juga membuat kebanyakan orang malas untuk pergi ke Gereja hanya untuk berdoa.. tapi tidak malam ini.
Seorang pria tengah duduk sendirian di dalam gereja, tanganya kirinya memegang kalung salib di lehernya, matanya tertutup rapat.. mulutnya diam tapi hatinya mengucapkan doa-doa.. Doa untuk kedua orang tuanya tentu saja. Setelah seharian penuh bekerja keras, tentu saja dia membutuhkan waktu untuk sendirian.. dan ini saat yang tepat.
'Ayah.. Ibu.. akhirnya, setelah cukup lama terpisah, akhirnya Keluarga baruku bersatu kembali, walaupun beberapa orang masih belum kembali.. tapi aku cukup senang, aku ingin menghabiskan waktuku bersama mereka.. tapi'
Ditengah kesendirianya, Gray mendengar suara pintu Gereja terbuka pelan.. Gray tidak perlu membuka matanya dan melihat siapa yang datang, berkat sihir Devil Slayernya sekarang dia menjadi lebih peka mengenali orang lewat aura sihir orang tersebut, Gray tersenyum mengenali orang itu.
"Tak kusangka bisa menemukanmu disini, biasanya tidak ada orang berkunjung kesini malam-malam begini" kata Orang itu seraya berjalan menghampiri Gray.
"Erza... sedang apa kau disini" kata Gray yang akhirnya membuka matanya,dilihatnya Erza sudah mengambil tempat duduk disebelahnya.
"Kau juga, apa yang kau lakukan malam-malam sendirian disini ?" Gray mengelengkan kepalanya, Erza sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan darinya.
"Lucu sekali.. aku yang bertanya disini, jangan membalikan pertanyaan seperti itu Master" kata Gray dengan menekankan kata Master membuat Erza cemberut.
"Hmph.. jangan panggil aku Master atau aku akan memukulmu menembus atap, Gray " jawab Erza yang sudah muak dipanggil master berkali-kali seharian ini, bukanya tidak terima.. Erza hanya ingin teman-temanya tetap menganggapnya rekan-teman bukan atasan.. dan lagi Erza hanya setuju menjadi Master pengganti, yang artinya Erza akan menyerahkan jabantanya begitu Master Makarov kembali.
"..Kau belum menjawab pertanyaanku" kata Gray memecahkan keheningan.
"sebenarnya.. aku sedang mencarimu, dan sulit dipercaya kau ada disini" jawab Erza terus terang.
"Hmm mencariku ? apa ada misi khusus buatku Mas-" Gray sudah akan keceplosan, untung saja melihat lirikan tajam Erza membuatnya berhenti bicara.
"Berhenti bercanda, sekarang katakan kenapa kau disini.. teman-teman yang lain sedang berkumpul" kata Erza, Gray tidak langsung menjawab.. beberapa menit mereka habiskan dengan diam, Erza yang sudah tidak tahan memutuskan untuk menarik pertanyaanya, tapi...
"Aku sedang mendoakan kedua orang tuaku" jawab Gray, Erza sedikit terkejut namun kemudian dia tersenyum.
"Kedua orang tuamu pasti bangga memiliki anak baik sepertimu.."kata Erza
"Wah wah.. jadi ada yang sedang memujiku ya.." goda Gray
"Hmph kau menyebalkan.. aku menarik kembali kata-kataku " kata Erza kembali cemberut dengan pipi yang sedikit memerah.
"hahaha setidaknya ayahku cukup mempercaiku untuk meneruskan misinya"
"Soal menghancurkan END ?" kata Erza, dari saat Gray menceritakan tentang misinya waktu itu, Erza jadi penasaran sekali dengan END.
"Ya.. Iblis terkuat END.. akan kulenyapkan dari dunia ini !" Erza merasa Gray telah terobsesi dengan END
"apa kau tahu dimana dia berada ?"
"..satu-satunya petunjuk tentang END, adalah Zeref.. begitu kita berhasil melumpuhkan Zeref.. maka END.. END akan berada dalam cengkramanku !" nada bicara Gray berubah.. Erza terkejut melihatnya, mata Gray memancarkan warna kemerah-merahan.. sihirnya juga perlahan-lahan meningkat pesat. 'Gray...apa yang sebenarnya terjadi padamu'
"Gray !" bentak Erza keras, menyadarkan Gray kembali ke kedaan Normalnya. Erza jadi cemas melihat rekanya itu.
"O-oh maaf, aku jadi terlalu bersemangat jika membicarakan soal END" kata Gray menncoba bersikap normal, tapi Erza tau ada yang aneh dari sikapnya.
"Bagaimana dengan tubuhmu.. semua baik-baik saja ?" Erza bertanya, tentu saja menanyakan Noda hitam yang seringkali menyebar di tubuhnya itu.
"Tenang saja.. akhirnya aku bisa mengendalikanya, ini semua berkat ramuan dan terapi dari nenek Porlyusica" Gray lantas memunculkan Devil mark di lenganya lalu menghilangkanya kembali mencoba membuat Erza percaya.
Hening...
Tidak ada yang membuka pembicaraan, Erza sedang sibuk mengamati Gray.. memastikan jika tidak ada yang salah dalam dirinya. Gray yang dari tadi menyadari sedang diperhatikan merasa risih.
"Er.. apa ada sesuatu di wajahku ?" kata Gray, Erza yang ternyata tertangkap basah langsung salah tingkah, mukanya memerah..
"M-maaf aku tidak bermaksud.. aku hanya memastikan tidak ada yang salah denganmu.." kata Erza mencoba menutupi wajahnya yang kini kembali merona merah
"..." Gray hanya diam
"..dan sepertinya memang ada yang salah denganmu" Gray menghela nafas, Erza selalu saja bisa mengerti keadaanya jauh melebihi dirinya sendiri..
"Sudah kuduga, aku tidak pernah bisa menyembunyikan sesuatu darimu Erza" kata Gray, Erza hanya tersenyum dan membalas
"tentu saja kita kan sudah bersama sejak kecil.. "mereka menjadi teringat masa-masa kecil mereka di Guild, saat Gray menantangnya dan selalu kalah.. saat misi pertama mereka Berdua yang dipenuhi pertengkaran.. saat Gray menemui Erza yang sedang menangis di pinggir sungai..
"Jadi Nostalgia nih.. masa-masa yang menyenagkan, iya kan Erza ?" Erza tersenyum lebar mendengarnya.. 'Jadi Gray tidak melupakan masa-masa itu...'
"Kita bisa bernostalgia nanti.. sekarang kau bisa ceritakan apa yang salah denganmu" kata Erza, Gray yang sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan akhirnya menyerah dan menceritakan semuanya.
"...ini soal tubuhku, saat Fairy Tail dibubarkan.. saat sebelum Misi penyusupan kita.. aku habiskan beberapa bulan mencari Iblis di segala tempat-"
"Bukankah kau tinggal bersama Juvia" celetuk Erza
".. ayolah Erza aku serius..."
"Aku juga"
"Tch baik-baik, Juvia selalu mengikutiku jadi aku membodohinya dengan berpura-pura tinggal bersama, agar dia menjaga rumah dan aku bisa bebas berkeliling.. aku juga hanya pulang seminggu sekali" kata Gray, entah mengapa Erza jadi sedikit lega mendengarknya 'T-tunggu apa yang baru saja ku pikirkan !?'
"Hmm cukup masuk akal, lanjutkan ceritamu.."
"dasar.. oke, sampai dimana tadi ?"
"Kau berpetualang sendirian membasmi Iblis layaknya Van Helsing"
"... Sudah ratusan Iblis dari yang lemah sampai yang teramat kuat aku kalahkan.. aku menyerap Jiwa mereka, dan itu membuat Sihirku bertambah kuat seiring waktu.. tapi"
"tapi ?"
"terlalu banyak menyerap Jiwa mereka membuatku menjadi haus.. haus akan jiwa Iblis.. melihat Iblis atau Sihir dan kutukan yang berhubungan dengan Iblis akan membuatku Berserk, aku beritahu kau satu rahasiaku, sekarang ini aku berusaha menjauhi Mira.. karena jika sekali saja aku melihatnya Satan Soul nya, kemungkinan aku akan langsung hilang kendali dan mencoba membunuhnya tanpa pikir panjang" Erza seolah tak percaya mendengarnya.. Teman baiknya.. telah berubah menjadi Pembantai Iblis yang tak terkendali..
"sekarang aku mengerti mengapa kau menolak membantu Mira tadi siang, dia sangat sedih tau.. setidaknya kau tak perlu sekasar itu" Erza mengingat kejadian saat Mira memegang tangan Gray untuk menghentikanya pergi, tapi Gray mendorongnya cukup keras..
"aku tidak punya pilihan dan Tolong jangan katakan padanya soal ini.. ini akan membuatnya lebih sedih, dan masih ada lagi..."kata Gray meneruskan ceritanya
'ada Lagi ?"
"..Ini saat Misi penyusupan di Avatar, saat Aku harus berpura-pura melawan Natsu dan Lucy.. Entah mengapa saat bertarung melawan Natsu.. membangkitkan Jiwa Iblis dalam diriku, untung saja saat itu Lucy menaparku dan berhasil membuatku sadar.. jika tidak aku pasti akan All Out Attack dengan Natsu" lagi-lagi Erza dibuat terkejut dengan pengakuan-pengakuan Gray
"K-kau pasti bercanda ?"
"Aku tahu ini kedenganranya Gila, tapi itulah yang sebenarnya"
"...Syukurlah itu tidak terjadi... jika kalian berdua bertarung dengan serius, salah satu diantara kalian akan mati" dalam hati Erza bersyukur Natsu mengajak Lucy waktu itu, jika tidak entah apa yang akan terjadi...
"..dan itu bukan aku" canda Gray
"yakin sekali kau, Natsu juga bertambah kuat kau tahu.." kata Erza, Gray menyeringai mendengarnya.
"ya ya aku tahu.. tapi perlu kau tahu, dia masih satu level dibawahku.. jika tidak memiliki Mode atau Jurus rahasia lagi" Erza menggelengkan kepalanya meladeni kesombongan rekannya itu.
"..jadi apa ada yang bisa kubantu untuk menolongmu ?" kata Erza mendadak serius, suasana kembali sunyi. Gray menghela nafas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Erza.
"..dengar Erza, dengan kondisi seperti ini.. akan lebih baik jika aku menjauhkan diri dari kalian-setidaknya sampai aku bisa mengontrol kekuatanku secara sempurna, aku ingin kau menutupi kepergianku.. kau bisa berpura-pura memberikanku misi S-Class jangka panjang seperti Gildarts atau semacamnya..." kata Gray
JDER ! bagaikan disambar petir, mendengar rencana Gray membuat Erza terguncang, sebenarnya langkah yang diambil Gray tidak sepenuhnya salah.. dia hanya ingin teman-temanya aman saja.. tapi tetap saja..
"G-Gray.. K-kau.." tenggorokan Erza terasa tersumbat sesuatu, sulit sekali rasanya untuk berbicara dengan jelas ditambah lagi bibirnya terus saja bergetar. Sahabat terbaiknya akan pergi ? Erza tidak mau membohongi diri sendiri.. dia benar-benar tidak rela jika Gray harus meninggalkanya untuk waktu yang lama.. atau malah tidak akan pernah kembali.
Hatinya perih terasa tertusuk serpihan kaca, bukankah mereka selalu bersama semenjak kecil ? bahkan saat Fairy Tail dibubarkanpun mereka masih tetap bekerja bersama.. lantas kenapa.. kenapa disaat semua keluarga besar Fairy Tail berkumpul kembali, dia ingin pergi meninggalkan semuanya.
"ini demi yang terbaik.. Erza" kata Gray dengan senyum sedih diwajahnya, semakin membuat Erza tidak kuasa, Erza mencoba mencari alasan agar Gray mengurungkan niatnya.
"Dan kau akan meninggalkan... Juvia ? bagaimana kau bisa" kata Erza, entah mengapa menyebut nama Juvia seakan menimbulkan perasaan tidak enak dalam hati Erza, kecemburuankah ?
"Juvia ? aku tahu dia memiliki perasaan lebih padaku.. dia sangat perhatian, baik dan juga.. cantik, tapi hatiku sudah berlabuh pada seseorang, aku lebih mengiginkan Juvia menjadi sahabat atau Saudara angkat saja.. dan tenang saja, aku pastikan untuk memberitahu tentang perasaanku padanya sebelum aku pergi " kata Gray sambil menunduk tanpa menatap mata sang Titania.
"Hmm Syukurlah.." gumam Erza tiba-tiba
"Hah ?" Gray bingung mendengar perkataan Erza, Erza yang baru sadar akan apa yang dia katakan segera menutup kedua mulutnya 'S-sial..!"
"Uh-oh.. M-maksudku ! Er.. syukurlah kau m-mau bicara dengan J-juvia.. sebelum kau p-pergi.." kata Erza sedikit panik, dalam hati Erza mengutuki mulutnya yang sembarangan nyeplos memberikan dia kesulitan seperti ini.
"Oh.." entah mengapa Gray juga sedikit kecewa mendengar penjelasan Erza, mungkin dia berharap lebih ?
Sunyi..
Lagi-lagi tidak seorangpun dari mereka memulai pembicaraan, mereka hanya diam untuk beberapa saat.
"Aku tahu aku tidak bisa menghetikanmu.. tapi setidaknya coba kau pikirkan lagi, begitu mereka menyadari jika kau meninggalkan Guild dengan alasan seperti itu, bisa kau bayangkan bagaimana sedihnya semua orang.. Mira akan terus dihantu rasa bersalah karena berpikir dialah penyebab kepergianmu.. Lucy akan sedih satu-satunya teman yang menghargai novelnya akan pergi, Cana akan kehilangan teman baiknya, Wendy akan kehilangan Big Brother nya, Natsu.. akan kehilangan rival abadinya, belum lagi Lyon, dan aku..."
"kau... ?"
"aku akan kehilangan orang terpenting dalam hidupku.. bagaimana kita tidak sedih !"
"Erza.. ini demi-"
"yang terbaik ? apa kau pikir membuat semua orang sedih adalah hal terbaik yang bisa kau lakukan ? apa membuat orang yang menyukaimu menunggumu selamanya adalah hal terbaik ?"
"..." Gray diam tidak menjawab pertanyaan dari Erza.
"kami adalah keluargamu Gray.. kau tidak bisa melepaskan dirimu dari kami begitu saja, jika kau memiliki masalah seharusnya kau terus terang pada kami.. bagaimanapun caranya kami akan berusaha membantumu, kami akan usahakan semaksimal mungkin untuk membantumu mrngontrol kekuatanmu... jadi pikirkanlah kembali rencanamu itu.."
"..."
"..."
"aku.."
"..?"
"aku... perlu waktu untuk memikirkanya.. jika aku sudah mendapatkan keputusan akhir aku akan memberitahumu secepat mungkin" begitu gembiranya hati Erza mendengarnya, walaupun tidak menyetujui secara langsung permintaan Erza tapi setidaknya dapat mempengaruhi Gray untuk mempertimbangkan keputusanya untuk pergi.
Entah reflek atau disengaja, tangan Erza bergerak menggapai sang Devil Slayer diikuti dengan tubuhnya, Gray yang tidak menyangka akan dipeluk oleh Erza sangat.. sangat terkejut.
Hangat...
Semenjak Gray menerima takdirnya sebagai Devil Slayer untuk membunuh END, tak pernah rasanya Gray merasakan kehangatan seperti ini.. sejak saat itu hanya dingin yang bisa dia rasakan.. tapi saat ini, kehangatan yang sempat menghilang darinya kembali.. rasanya hatinya juga ikut meleleh.
"Terimakasih.."
"E-Erza.."
"Aku sangat berharap kau bisa tinggal.. tapi jika kau memang ingin meninggalkan Guild, berjanjilah kalau kita bisa sering bertemu..A-aku.. tidak bisa bayangkan hidup t-tanpamu.. " kata Erza, Erza sudah tidak ingin menutup-nutupi lagi jika dirinya memang peduli dan membutuhkan Gray, Gray dilain sisi masih sedikit ragu.. tapi akhirnya mengiyakan permintaan Erza
"Akan kuusahakan... Erza"
Erza yang semula membenamkan wajahnya di pundak Gray kini memberi sedikit jarak agar wajah mereka bisa saling menatap..
So Close... muka mereka hanya berjarak beberapa senti satu sama lain.. Erza bahkan bisa merasakan hembusan udara dingin-nafas Gray.. ditatapnya mata pemuda itu,pupilnya memang berubah semenjak mendapat kekuatan itu ... tajam namun indah, penuh dengan ketulusan dan kasih sayang, benar-benar jauh dari kata demonic
"hei Gray.. sejak kapan kau menjadi sekeren ini" kata Erza, kali ini dengan kehendaknya sendiri. Gray di lain sisi sudah tidak begitu terkejut lagi. Gray hanya menyeringai membuat wajahnya semakin keren
"Hmm mungkin kau baru menyadarinya.. tapi aku sudah keren sejak lahir" Erza hanya tersenyum.. dalam hati tertawa terbahak-bahak mendengar candaan Gray. Atau mungkin dia benar ? semenjak mereka kecil Erza tidak pernah benar-benar memperhatikan wajah Gray sampai sedekat ini..
"tanpa kebiasaan telanjangmu.. mungkin aku bisa menyadrinya lebih awal"
"Tch jangan bicarakan kebiasanku.."
".."
".."
Entah apa yang ada di pikiran mereka sekarang, tapi muka mereka terus mendekat satu sama lain bagaikan tertarik gaya magnet.. melihat apa yang akan terjadi pipi Erza segera memerah hampir menyamai warna rambutnya. Tapi dia tidak berhenti.. dia terus mendekatkan wajahnya.
Gray merasakan jangtungnya berdegup kencang.. bukan karena sihirnya lepas kontrol..tapi karena membayangkan apa yang akan terjadi, walaupun sempat ada sedikit keinginan untuk berhenti.. tapi perasaan lain dalam diri Gray terus mendorongnya..
'setelah ini.. apa kita masih bisa bersikap seperti biasa ? ah, aku tidak peduli yang jelas aku mengiginkan ini' batin Erza
'Apakah setelah ini.. aku sanggup meninggalkan Erza ? lupakan.. aku tidak bisa mengecewakanya, dan ini yang diinginkanya kan ?' kata Gray dalam hati
Perlahan-lahan jarak diantara mereka mulai menipis.. hanya tinggal satu Inci jarak bibir mereka.. mereka berhenti, mereka saling bertatap mata, mencari keraguan atau apapun itu karena mereka ingin memastikan bahwa inilah yang mereka berdua inginkan..
Setelah yakin bahwa mereka berdua setuju dengan ini, akhirnya dengan sekali dorongan bibir mereka bertemu.. ciuman biasa dan hanya sebentar, begitu polos namun terasa manis.. setelah merasakan bibir satu sama lain akhirnya ciuman kedua pun dimulai.. kali ini mereka lebih berani membuka mulut mereka.. mereka benar-benar terlarut dalam ciuman itu.. mereka baru melepaskan ciuman mereka saat meyadari udara di paru-paru mereka sudah kosong, walaupun kenyataanya hanya beberapa menit tapi bagi mereka rasanya bagaikan berjam-jam.. dahi mereka bersatu hidung mereka bersentuhan, dengan nafas mereka terengah-engah
"itu bukan jenis ciuman yang diberikan kakak kepada adiknya..." kata Gray, ya.. sejak dulu Erza seolah-olah bersikap seperti Big sister kepada Gray dan Natsu, tidak pernah terbayangkan mereka akan melakukan hal seperti ini..
"Aku sudah bosan menjadi kakakmu , aku ingin lebih.." kata Erza, bertahun-tahun sudah Erza meyakinkan dirinya untuk menjadi seorang kakak bagi Natsu dan Gray.. bukan hanya karena dia lebih tau satu tahun dari mereka, tapi fakta bahwa Erza memiliki sifat dewasa dibandingkan dengan kedua sahabatnya itu yang terkadang masih bersikap bodoh dan kekanak-kanakan.
Tapi semakin lama bersama dengan Gray.. perasaan baru pun tumbuh, tapi Erza tidak memperdulikanya dan tetap bersikap layaknya seorang Saudara di depan Gray.. hingga lama kelamaan perasaan yang terpendam itu terus tumbuh dan berhasil mempengaruhi pandangan Erza terhadap sang Ice Mage itu.. dan hari ini adalah puncaknya.
"heh , kurasa aku mengerti apa yang kau maksud..." kata Gray dengan seringai di wajahnya.
"kalau begitu aku tidak perlu mengatakannya kan ?"
"Erza.."
Yap, mereka memulai ronde tiga mereka, kali ini.. kita bisa sebut mereka sedang beradu lidah... sungguh gairah muda mereka benar-benar meluap-luap, tanpa mereka sadari mereka sudah berbaring di lantai dengan Erza menindih tubuh Gray, Ciuman Erza pun sudah menjadi ganas dan liar, merambat menyusuri leher Gray, sementara Gray.. tanganya sudah ikut bermain..
Tangan Erza sudah berada di dada Gray bersiap melepas kancingan kemeja Gray.. tapi tangan Gray menghentikanya. Erza menatap Gray dengan bingung.
"Erza.. kita sedang di Gereja..." rupanya Gray lebih hebat dalam mengontrol Hormonya, Erza yang menyadari tempat mereka segera bergegas berdiri, wajahnya sudah semerah tomat.. 'bagaimana bisa aku yang hilang kendali ? biasanya pria kan ?' kata Erza dalam hati.
"Geez.. seandainya kau bisa mengendalikan kekuatanmu seperti kau mengendalikan hormonmu.." kata Erza sembari mengulurkan tangan untuk Gray
"Hah.. Sebagai seorang Master kau seharusunya tidak terbawa semudah itu.." kata Gray sambil menyambut uluran tangan Erza.
"Um.. kita harus kembali Guild.. teman-teman pasti mencari kita" kata Erza mencoba tidak membahas soal apa yang barusaja mereka lakukan 'tadi itu memalukan !'
"Hm ? aku pikir kita bisa menghabiskan waktu berdua saja.." kata Gray sedikit mengoda Erza
"kau yang bilang ini di gereja kan ? dan.." Erza kembali blushing
"..selama kau masih ada di Fairy Tail.. kita bisa menghabiskan waktu sebanyak yang kau mau, Gray" kata Erza dengan pipi merah wajahnya menatap kearah lantai sembari memainkan kaki kananya. 'How cute..' Gray tidak pernah mengira sang Titania yang menyeramkan bisa menjadi semanis ini, ini momen langka..
Mendengar itu kenapa Gray menjadi ragu-ragu dengan rencananya, memang.. jika dia tetap tinggal hubunganya dan Erza akan berkembang.. itu yang selalu Gray inginkan kan ?, tapi disisi lain dia masih mencemaskan kondisinya saat ini... 'kurasa malam ini aku harus memikirkanya dengan serius...'
"pergilah duluan Erza.. aku akan menyusulmu" kata Gray
"Kau berjanji ?" Erza masih tidak yakin, bagaimana kalau Gray pergi tepat setalah ini ?
"aku berjanji.." kata Gray sambil memberikan kecupan hangat di dahi Erza..
.
Fairy Tail, Guild Hall
"Erza-san !" teriak Wendy melihat siapa yang muncul dari balik pintu.
"Oi, darimana saja kau.. kami tidak bisa memulai pesta tanpamu" kata Natsu, Erza sedikit bingung dengan perkataan Natsu.
"Pesta ?" kata Erza bingung, Mira muncul dari belakang dan merangkul sang titania.
"Pesta untuk merayakan Master baru kita.. Erza Scarlet" kata Mira, seluruh penghuni Guild pun bersorak-sorai dan bertepuk tangan, terlihat banyak sekali makanan dan minuman di meja-meja dan ruanganya pun sudah dihias dengan cantik
"selamat Erza~"
"Erza is a MAN !"
"Setelah Erza.. akulah yang akan menjadi Master !"
Teman-temanya pun mulai bergantian member selamat, mulai dari Lucy, Natsu, Mira dan semua penyihir Fairy Tail lainya.
Melihat teman-temanya begitu peduli padanya, Erza terharu.
"Semuanya.. Thanks"
.
-21:00-
Suasana masih ramai, para laki-laki sudah mulai kebiasaan mereka, penyihir-penyihir wanita juga sedang asyik mengobrol sambil minum dan makan masakan spesial buatan Mira.. semua orang tampak senang
Tapi Erza.. masih merasa ada yang kurang.. Gray, walaupun pesta ini sangat menyenangkan tapi tanpa kehadiran Gray-
KREEKK !
Pintu Guild terbuka, semua orang menjadi hening...
"Gray-sama.." kata Juvia
"its about time you showed up.. Stripper.." kata Natsu, tapi pandangan Gray sama sekali bukan pada mereka.. hanya tertuju pada Master baru Fairy Tail.. Erza Scarlet.
"senang kau menepati janjimu Gray.." kata Erza dengan senyum penuh arti, Gray hanya balas tersenyum lantas berlari kearah Natsu, Natsu yang tidak siap menerima pukulan super dingin milik Gray terlontar menabrak tembok.
BRUAK !
"Hoi... siapa yang kau panggil Stripper, Flame Brain!" 'Gray kembali Normal...' batin Erza, semua orang kembali bersorak dan meneruskan kegiatan mereka.
"Geheee ,1-0 buat Gray" kata Gajeel sambil tertawa melihat Natsu
"baiklah ! Bersiap ronde dua Gray !"
"Tunggu.." kata Gray, Natsu menjadi binggung, belum pernah sekalipun Gray menghentikan pertempuran seperti ini
"aku kelaparan , Aku akan akan melawanmu.. setelah aku mengisi perutku" kata Gray sambil berjalan kearah meja penuh dengan makanan, Natsu hanya mendengus kesal, sementara Erza.. dia tahu sebenarnya Gray sedang menghampiri Juvia yang berada di dekat meja makan. 'dia serius mau bicara dengan Juvia ?'
.
-03:00-
Semua orang sudah kembali ke rumah mereka masing-masih, Erza pun kini sudah berada di kamarnya di Fairy Hills. setelah selesai mandi Erza belum beranjak tidur, hatinya masih gelisah. Dengan ditemani kopi hangat Erza memandangi hujan salju yang tengah turun di balik jendela kamarnya.
"Kira-kira apa yang akan Gray lakukan ya..."
.
"aku ingin tinggal bersama Fairy Tail.. bersamamu, tapi aku sadar..."
"dengan kondisi seperti ini.. aku hanya menyusahkan orang-orang yang dekat denganku saja" kata Gray tangan kirinya memengang erat lengan kananya. 'jadi benar.. perkelahian dengan Natsu tadi benar-benar menjadi pemicunya.. jika begitu aku sudah tidak memiliki pilihan'
"sebelum aku bisa mengendalikan kekuatanku secara penuh... aku akan pergi jauh, jauh hingga kalian tidak akan bisa menemukanku.."
"jangan khawatir.. aku yakin aku akan kembali, walau harus memakan waktu bertahun-tahun, tapi aku akan kembali.. jadi kumohon, tetap bukalah gerbang Fairy Tail untukku"
"Selamat tinggal semuanya..." 'selamat tinggal Erza..'
.
Salju mulai mereda, memberi gambaran jelas pemandangan di luar jendela Erza. Erza melihat kearah gerbang Fairy Hills.. kaget, melihat seseorang berdiri di sana.
Erza tidak bisa mengenali orang itu.. tubuhnya tertutup jubah hitam dan wajahnya tidak terlalu jelas karena jarak mereka cukup Jauh, Erza berniat turun dan menghampiri orang tersebut tapi sayang.. orang itu segera berbalik dan bersiap pergi tapi beruntung tiupan angin menyibakan Jubah orang tersebut, mengekspos lengan kananya.
Erza membeku.. dia mengeli lengan itu.. lengan dengan bercak hitam.. hanya satu orang yang memiliki itu.. Gray !
"Sedang apa Gray disini.. jangan-jangan !"
Erza segera berlari secepat kilat menuruni tangga, menghabur ke pintu depan.. sayang sekali Gray sudah menghilang dalam kegelapan..
"..."
"...jadi begitu ?"
"Gray.. aku mengerti apa keputusanmu..." kata Erza hatinya dipenuhi rasa kecewa
"kau memilih pergi ya.. " Air mata pun sudah tak dapat terbendung lagi.
.
30 Days Later..
Gray berdiri diatas tebing di pinggir laut,matanya menyongsong deretan pulai di seberang lautan. 'Fairy Tail.. mereka tak akan bisa menemukanku disini'
"kangen rumah ya.. Gray" seorang wanita menghampiri Gray dari belakang, Gray tidak mengalihkan pandanganya dari lautan.
"benua Aracitacia.. sangat berbeda dengan kampung halamanku" kata Gray
"Hmm, apa yang berbeda di Ishgar ?" Gray akhirnya berbalik menatap wanita Itu..
"Entahlah.. aku tidak ingin menceritakan soal itu" wanita itu hanya tersenyum
"jangan sok cool begitu Gray.."
"Kenapa kau disini.. mencariku ?"
"..Aku harus pergi ke kerajaan, kaisar membutuhkanku.. sepertinya ada tamu penting dari Ishgar, kau tetaplah disini.. aku akan segera kembali" kata wanita berambut Blonde itu
"tamu penting ? apa salah satu penyihir Suci ?"
"jangan banyak Tanya, aku sudah terlambat !"
"caramu bicara.. oh bukan hanya itu, caramu berpakaian, cara mereka memanggilmu, mengigatkanku pada seseorang" kata Gray, tentu saja yang dia maksud adalah Erza Scarlet..
"Oh ? apa dia mantanmu ?"
"..Tch, sudahlah cepat pergi sana Dimaria ! "
"Oke.. oke aku pergi, see you later Mr Cool" kata wanita yang dipanggil dimaria itu
"Tunggu.."
"Apa lagi ? tenang saja aku pasti pulang malam ini"
"Bukan.. bukan itu, aku mau Tanya, apa nama kerajaan yang kau bicarakan itu"
"..Alvarez"
.
The End ?
.
.
Tadaaa, selesai deh Oneshot ku yang pertama, aku nulis ini karena fanfic aku yang satunya lagi Stuck(Writer Block sialan..) eits tapi tenang men... Ice Shell akan segera Update juga kok, ini udah setengah jadi Chapter 13 nya, GrayZa buat pembukaan (my OTP yes !).. DAT ENDING ! Gray ada di Alvarez.. dan bersama Dimaria Yesta WTF ! karena ini Oneshot nggak akan aku buat sequelnya (kecuali ada yang minta hehehe, ntar jadi twoshots dong)
Alasan kedua aku bikin Fic ini karena aku pengeeen banget nulis Fanfic dengan Setting Manga akhir-akhir ini.. (Avatar Arc-Alvarez Arc) yang masih lama sekali muncul di Ice Shell.
Buat Chapter 2 aku mau bikin pairing yang Jaraaangg banget ada, Gray and... Angel, yap Gray x Angel (yang nonton Key of the Starry Sky Arc, pasti tau kenapa aku masangin mereka) buat Chapter 3 ada yang mau request ? (no Gruvia, Graylu, Graytear untuk sekarang... aku ingin sesuatu yang beda seperti Grayxkagura atau GrayxBrandish )
Thanks udah baca dan..
Tolong di riview ya, aku pengen lihat respon kalian soal Fic Oneshot aku..
