Blackleg Sanji,seorang siswa flamboyan kelas 3-A sma swasta terkemuka,putra tunggal dari pemilik restoran paling terkenal di kota GrandLine,julukannya di sekolah adalah Pangeran Cinta,dikarenakan hobinya mengencani dan memutuskan cewek sesuka hati. Ia berkulit putih,berambut pirang seperti Zeff,ayahnya,dan bermata biru. Tubuhnya langsing,kakinya panjang. Dilihat dari sisi manapun,ia memang tampan dan menarik. Hanya saja,ia memiliki kekurangan yakni alisnya sangat ikal.
Walaupun begitu,ia mempunyai 'pacar' bernama Roronoa Zoro kelas 2-C. Pemuda satu ini berambut hijau,berkulit coklat dan selalu membawa 3 pedang. Ia adalah ketua klub kendo disekolahnya dan selalu memenangkan turnamen yang diselenggarakan di Grandline. Sifatnya bertolak belakang dengan Sanji. Sanji adalah seorang yang ramah dan gentleman,sedangkan dia cool dan selalu menjadi pendiam jika berada di dekat wanita yang ingin mendekatinya. Dia adalah saingan Sanji ketika pertama kali masuk ke sekolah ini. Sanji yang lebih dulu masuk dan menjadi 'heart-throb' bagi siswi-siswi disekolah,teralihkan perhatiannya ketika siswi-siswi mulai membicarakan Roronoa Zoro,yang berpotensi menjadi heart-throb tapi memilih menjadi 'heart-killer' siswi-siswi yang cantik dan seksi. Bila Sanji membuka mata lebar-lebar dan menegakkan kuping setinggi mungkin bila salah satu dari siswi itu berbicara dengannya,Zoro mungkin akan memalingkan muka dan menutup kedua telinga. Karena sifat mereka yang bertolak belakang inilah mereka jadi tertarik pada satu sama lain. Mungkin memang aneh dan menjijikkan dan menggelikan,cowok berpacaran dengan cowok. Tapi di Grandline High School tidak melarang mengenai hal-hal seperti itu.
Sanji berjalan menyusuri koridor menuju kelas Zoro,mengucapkan salam sopan kepada para guru atau memuji-muji betapa cantiknya beberapa siswi,yang hanya terkikik salah tingkah.
Sampailah ia di kelas 2-C. Ia membuka pintu lebar-lebar dan mulai berteriak.
"Marimooo! Ayo pulang!"
Zoro,yang duduk di pojokan,hanya ber-'hn' seperti biasa,tapi mengambil tas dan pedang-pedangnya sekaligus menghampiri si koki genit. Sebenarnya Sanji bukan koki sih,hanya saja ia sangat suka memasak dan cita-citanya adalah menjadi koki yang mendirikan restoran,seperti ayahnya. Ia bahkan sudah bertekad akan menamai restorannya dengan nama 'All Blue'.
Sanji tersenyum ketika Zoro menghampirinya. Adik kelas tersayangnya satu ini hampir sama tingginya dengan dia. Tapi dia masih lebih tinggi beberapa senti.
Sanji menggandeng tangan Zoro. Ia menyukai rasa hangat yang Zoro berikan,dan sela diantara jari-jarinya menghilang ketika tangan Zoro bertautan dengannya. Bagi Sanji,Zoro seperti pengisi setiap kekosongan yang ada.
Zoro balik menggenggam tangan Sanji,kali ini lebih erat. Sanji tersenyum kecil dan mencium dahi si marimo dengan sayang. Menurutnya rambut Zoro sangat wangi. Zoro hanya bisa blushing melihat tingkah pacarnya,mengundang tawa dari orang-orang yang lewat.
"Hei,hari ini kau tidak sibuk kan?"
Tanya Sanji kepada Zoro.
"Tidak,memangnya ada apa? Kau mau mengajakku sparring?"
Sanji tersenyum puas.
"Kalau begitu,nanti malam aku jemput kau dengan mobil ya,kita nge-date. Lagian besok kan libur."
Alis Zoro terangkat. Tumben sekali si pirang ini bersikap romantis. Maksudnya,bersikap romantis kepada Zoro. Ia terlalu sering bersikap romantis kepada para ladies dibandingkan pacarnya sendiri. Kadang Zoro mengeluhkan hal itu tapi tidak pernah bicara apa-apa.
"Tumben sekali kau mengajakku jalan-jalan. Memang kita mau kemana?"
Sanji tertawa sambil hendak mengacak rambut hijau Zoro,tapi Zoro menghindar sehingga tangan Sanji hanya mengenai udara kosong.
"Sekalian aku mau menginap di apartemenmu saja,soalnya Zeff mau menginap diluar. Katanya sih mau kencan dengan cewek ingin mengajakmu ke suatu tempat. Tidak salah kan?"
Zoro cemberut. Memang selalu cemberut,tapi yang ini agak terlihat manja di mata Sanji.
"Hm. Siapa yang bilang salah?"
Katanya agak sinis,membuat Sanji agak heran.
"Hei,hei,kau kenapa?"
"Yah,biasanya kau selalu sibuk mengurusi cewek-cewek itu untuk diajak ke tempat tidur. Sekarang,tumben sekali kau memikirkanku."
Sanji nyengir,ternyata itu yang membuat Zoro ngambek! Ternyata, rumput laut ini ada manisnya juga sedikit. Sanji merangkul Zoro dengan tangan kanannya.
"Tentu saja tidak,mereka memang cantik,tapi aku hanya memikirkanmu,bodoh. Oh,dan aku belum pernah mengajak seseorang ke tempat tidur kecuali...pacarku satu ini."
Sanji tersenyum menggoda dengan mesum. Wajah Zoro memerah,ia menekap mulut dengan satu tangan.
Ia melepaskan diri dari pelukan Sanji,dan siap menghunuskan pedangnya pada si koki cinta. Tapi Sanji terlalu gesit (seperti biasa) dan sudah mengambil langkah seribu sambil tertawa-tawa.
"Kau tidak akan pernah berhasil,bodoh!" Teriak Zoro.
Sambil berlari Sanji balas berteriak,"Kita lihat saja nanti!" Mendapatkan hadiah lemparan sandal dari ibu-ibu karena terlalu berisik.
XXXXXXXXXXXXskipskipXXXXXX
17.00 PM
Zoro baru selesai mandi ketika handphonenya berdering,menandakan ada pesan baru. Sambil melingkarkan handuk di kepalanya,ia mengambil hp nokia 5630 xpress music model candy bar,hadiah dari Sanji saat ia berulang tahun. Layar hp-nya menunjukkan tulisan "one new message" jarinya mengklik 'open' sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk.
'Hey babe,I've been thinking 'bout u. What're u doing now?'
Begitulah isi pesan dari Sanji.
Zoro melepas handuknya dang berbaring di tempat tidur apartemennya. Zoro tinggal sendirian di apartemen yang lumayan besar di Grandline. Orangtuanya sudah meninggal dan ia tidak mempunyai keluarga lain. Ia membiayai kehidupannya sehari-hari dengan bekerja menjadi guru kendo di dojo milik teman ayahnya. Teman ayahnya sangat menyayangi Zoro layaknya anak sendiri,terutama setelah putrinya,yang teman dekat Zoro juga,meninggal dalam kecelakaan. Zoro sering menerima bonus gaji walaupun ia lebih sering menolak dibanding menerima dengan ramah. Teman ayahnyalah yang membiayainya sekolah sejak SMP di Grandline. Jika tidak,mungkin ia akan terdampar di sekolah negeri macam SMP dan SMA Konoha yang notabene dibawah SMP dan SMA Grandline.
Kepalanya sudah beristirahat dengan nyaman di bantal,sementara jarinya mengetik pesan baru untuk dikirimkan.
'nothing special. koki genit gombal. Love u.'
Sent.
Baru beberapa detik,hp Zoro kembali bergetar.
'Hahaha :D. Love you too. I'll pick u up at 7 pm. See you,dear. Kiss.'
Zoro tersenyum melihat layar hp-nya. Ia bersyukur mempunyai pacar yang romantis dan penyayang seperti Sanji. Ia bangkit dari tempat tidur dan menaruh hp-nya di meja kecil disebelah tempat tidurnya.
Zoro melangkahkan kakinya ke dapur mencari sake. Ia sangat suka sake,bahkan sake murah sekalipun. Dan memang ia hanya mampu membeli sake murah,setelah penghasilannya digunakan untuk bayar apartemen dan makannya sehari-hari.
Setelah mengambil sebotol sake,ia duduk di balkon,mengagumi pemandangan sore kota Grandline sambil menghabiskan sakenya.
Ketika berjalan masuk ke kamarnya,jam digital di samping tempat tidurnya sudah menunjukkan pukul 6:15. Ia segera membuang botol sake yang sudah kosong dan berganti pakaian.
6.30 PM.
Sanji mengemudikan mobil alphard-nya kearah apartemen Zoro. Ia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam dengan sedikit semprotan parfum Calvin klein.
Tangan kanan memegang setir,tangan kirinya meraih blackberry gemini white yang ada di sakunya. Menekan beberapa nomor dan tombol hijau.
Ia menempelkan blackberrynya ke telinga,mendengar beberapa nada sambung sebelum terdengar suara bass yang dikenalnya .
"Halo?"
"Hei,aku sedang di jalan. Siap-siap ya,marimo! Jangan berdandan jelek."
"Sudah siap. Kau yang lama. hn."
"Oke,tunggu sebentar,aku mau cari parkir. Love you so much."
"Iya,cepatlah sedikit. love you too."
Sanji memutuskan sambungan. Matanya berkeliling mencari tempat parkir yang masih kosong.
Setelah memarkirkan mobil dan dirinya dengan aman(seorang gembel yang mengaku bernama Brook terus mengikutinya! Mencurigakan),Sanji membawa tas yang berisi beberapa potong bajunya sambil melangkahkan kaki ke lobby. Tangannya menekan tombol lift ke lantai 3.
Sanji berjalan kearah ruangan nomor 38. Zoro memilih nomor ruangan itu karena sama dengan tanggal Sanji 'menembak'nya. Tanggal 3 bulan agustus 3 tahun lalu,saat Zoro masih duduk di kelas 2 smp dan Sanji kelas 3 smp.
Sanji menekan bel.
Ting-tong!
Terdengar suara orang bergerak dari dalam ruangan,kemudian muncullah Zoro.
Sani tersenyum kepadanya kemudian menjatuhkan tas dan memeluknya dengan posesif. Asal tahu saja, Sanji adalah orang yang mudah cemburu.
Zoro balas memeluknya untuk beberapa saat,menaruh kepalanya di pundak Sanji dan melingkarkan tangannya di leher Sanji. Sanji melepaskan pelukan mereka dan mecium bibir Zoro yang menggoda dengan bersemangat. Zoro membalas ciuman itu dengan sama bersemangatnya. Ciuman maut Sanji adalah salah satu yang terbaik di dunia Zoro. Zoro merasa otaknya tersedot keluar dan digantikan dengan kembang api. Sanji selalu mendominasi Zoro,tapi bukan berarti Zoro tidak menyukai hal itu.
Ketika mereka saling melepaskan diri,Zoro dapat merasakan nafas Sanji agak terengah-engah. Ia pun merasakan nafasnya menjadi lebih cepat dan jantungnya berdebar-debar. Hormon memang mempengaruhi.
"Ayo masuk."
"Terimakasih,sayang,"
"Jangan memanggilku seperti itu."
Sanji tertawa kecil. Ia masuk ke kamar Zoro dan menaruh tasnya sembarangan. Zoro sudah duduk di sofa. Kemudian Sanji ikut duduk di sofa sambil mengecup pelan bibir pacarnya. Zoro langsung memeluk Sanji. Tangan Sanji pun menemukan jalan ke pinggang ramping milik Zoro.
Mereka terdiam seperti itu untuk beberapa saat,menikmati keheningan yang nyaman.
"Katanya kau mau mengajakku ke suatu tempat?" Tanya Zoro.
"Oh iya,hampir saja aku lupa. Ayo kita berangkat!"
"Ng,apa tidak masalah jika aku berpakaian seperti ini?"
Sanji mengerlingkan matanya ke tubuh Zoro,ia mengenakan kaus hitam polos yang mengikuti lekuk tubuhnya dan jeans hitam yang mengikuti lekuk kakinya pula. Matanya mengawasi tubuh pacarnya yang menarik itu selama beberapa saat.
"Tidak apa-apa! Bukan tempat yang sangat spesial kok,jangan terlalu senang."
"Siapa bilang aku senang?"
"Tidak ada."
Sanji menarik tangan Zoro keluar dari kamar apartemennya. Zoro mengunci pintu depan dan menaruh kuncinya dibawah pot bunga. Metode ini tidak akan bertahan dua menit jika diterapkan di Indonesia,tapi itulah yang membuktikan keajaiban Grandline.
Zoro menaiki mobil alphard milik Sanji dengan agak ogah-ogahan.
"Memangnya kita mau kemana sih?"
Sanji tersenyum sambil memperhatikan pacarnya yang duduk di sebelahnya di kursi kemudi. Kemudian mencondongkan tubuhnya sedikit kedepan untuk mencium pipi Zoro. Zoro tidak bisa menahan senyum melihat tingkah Sanji.
"Lihat saja nanti,sekarang kau diam dan ikut saja."
Mereka berjalan cukup lama hingga Zoro tertidur. Sanji terkikik melihat air liur yang turun dari sudut bibir Zoro dan tidak bisa menahan dorongan untuk tidak menjilat bibir itu. Ketika lampu merah,Sanji menjilat ujung bibir Zoro. Zoro bergerak sedikit sambil menggumamkan kata-kata yang sulit dimengerti. Tapi Sanji yakin tadi ia mendengar Zoro memanggil namanya. Tiba-tiba Sanji mengerem.
"Nah,sudah sampai!"
"Zzzz..."
"..."
Sanji mengguncang pelan badan Zoro kekanan dan kekiri. Tidak ada balasan.
TING!
Ide nakal muncul di pikiran Sanji.
Sanji mulai mendekati Zoro,kemudian menempelkan bibirnya di bibir pacarnya,lidahnya menguak sedikit mulut Zoro yang memang sudah terbuka. Lidahnya mempermainkan lidah Zoro.
Tangannya mencari celah ke kaus hitam yang dikenakan Zoro. Setelah berhasil masuk,ia mencari tonjolan kecil dan mulai memelintir dan menekan tonjolan tersebut. Ujung jari telunjuknya mengelilingi tonjolan milik Zoro,sebelum memilinnya dengan lembut.
Zoro bereaksi. Ia mendesah kedalam mulut Sanji.
"Nnnh..mmfh.."
Plop. Sanji melepaskan bibirnya dari bibir Zoro. Ia juga mengeluarkan tangannya dari dalam baju Zoro. Kelopak mata Zoro mulai terangkat sampai benar-benar terbuka.
"Apa yang kau lakukan?" Katanya agak kehabisan nafas.
"Mencoba membangunkanmu."
Zoro setengah tertawa,setengah mendesah,matanya masih terlihat mengantuk. Ia menguap lebar-lebar.
"Dimana kita?"
"Di pantai Sunny."
Zoro benar-benar terbangun.
"Apaaaa?"
Continue
