Ehem....... YA-HA

Hola minna, senpai, dan reader yang terhormat. Senangnya Fic satu ini telah selesai saya ketik. Entah mengapa terasa cepat dan mencekam. *lebay*

Ahahahahaha… ya sudah dari pada saya banyak omong, mending minna baca aja.

Yeah! Here we go!

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Masashi Kashimoto © NARUTO

Mihael Keehl Is Still Alive © Ghost at School

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Chara: Sai 'narsis'

Gender: Horror -merinding-

-

-

-

Selamat pagi! Perkenalkan namaku Sai. Dan kalian cukup memanggilku begitu. Namun, jika disekolah kalian harus meletakan kata 'sensei' dibelakang namaku. Ya tentu saja karena aku seorang guru. Guru di SMA Konoha.

Aku seorang guru seni rupa. Keahlianku lebih menonjol dibidang seni lukis. Walau sebenarnya aku juga menguasain bidang yang lain. Aku mengajari seluruh murid kelas dua. Baik dijurusan IPA ataupun IPS. Muridku baik dan lucu- lucu. Kepolosan mereka yang konyol tak jarang membuatku tertawa.

-

-

"Selamat pagi." Sapaku ketika sampai diruang guru. Tak ada yang menjawab. Namun itu sudah biasa. Guru- guru disini memang jarang sekali membalas salam orang. Kulihat sekelompok guru baik laki- laki maupun perempuan bergerombol disatu meja. Mereka tampak sedang membicarakan sesuatu. Tapi entah apa. Kemudian aku berjalan menuju mejaku yang berada tepat disamping meja yang sedang dukerubuni.

Aku diam dimejaku. Aku tak tahu apa yang akan aku lakukan. Akhirnya aku mengeluarkan buku sketsaku dan mulai mencari lembar kosong diantara lembar yang telah penuh dengan goresan pensilku. Dalam hening aku memulainya. Ditemani obrolan para guru yang tak sengaja kudengar.

-

"Ya. Mereka kali ini sudah keterlaluan. Dan ulah mereka kali ini sudah membakar habis seluruh kesabaranku. Aku akan mengadukan mereka pada Tsunade san." Kata seorang guru wanita berambut panjang. Dia bernama Kurenai. Seorang guru geografi.

"Menurutku anda harus bersabar Kurenai san. Walau bagaimanpun juga, mereka anak didik kita." Kata guru laki- laki yang duduk disebelahnya. Lelaki itu menopang wajahnya dengan tangan kanannya.

"Tapi bukankah kita tak pernah mendidik mereka untuk menjadi seorang pemberontak seperti ini bukan. Malah mungkin mereka sudah mirip dengan preman tak berpendidikan."

"Yah, mau apa lagi? Bukankah kelas itu memang kelas khusus murid yang bertipe sepeti mereka?" kata lelaki dengan masker yang tetap asik membaca buku mesum ditangannya.

Dan obrolan terus berlanjut.

-

Aku tahu siapa yang mereka bicarakan. Siswa- siswi kelas VI IPS 5. kelas tempat berkumpulnya murid- murid yang bernilai buruk dan berkepribadian buruk. Kelas mereka terletak paling ujung. Dekat dengan kamar mandi khusus pria.

Aku belum pernah mengajar dikelas ini. Karena setiap para guru masuk, termasuk aku, pasti terkena ide jahil mereka. Entah ada berapa macam. Tapi aku lebih sering terkena siraman larutan kapur. Kapur black board yang aku yakin mereka ambil dari ruang tata usaha dalam jumlah banyak. Tanpa sepengetahuan empunya.

Tapi kali ini aku sudah tahu apa yang akan mereka lakukan. Tanpa sengaja tadi pagi aku melihat mereka sedang memasang jebakan. Dan kali ini aku yakin aku akan mengajar dikelas ini. Aku kan tidak mau makan gaji buta.

Dengan segenap tekad yang membara, aku melangkah mantap menuju ruang kelas VI IPS V.

-

-

-

"Selamat pagi anak- anak!" sapaku ketika membuka pintu. Setelah pintu kubuka, aku mundur beberapa langkah. Dan seember air kapur kembali menyambutku. Hohoho. Tapi sudah pasti kali ini aku tak kena. Dan aku menangkap perasaan kecewa dari mata mereka.

"Ugh, tumben gagal." Seorang anak berambut hitam panjang bergumam. Aku tak tahu siapa namanya. Tentu saja! Aku kan sudah bilang kalau aku belum pernah mengajar dikelas ini! Ingat?

Tersirat rasa bangga dihatiku. Lihat! Aku satu- satunya guru yang bisa masuk kelas tanpa cairan putih setetespun ditubuhku. Ini hebat!

"Oke anak- anak, kita mulai pelajarannya. Karena hari ini adalah hari pertama aku mengajar, dan hiri ini aku berhasil menghindar dari kejailan kalian, aku akan memberikan kalian tugas praktek yang mengasikkan." Seruku bersemangat. Dan aku berharap mereka turut bersemangat.

TAPI! Ternyata tak ada seorang pun dari mereka yang memperhatikanku. Mereka terus sibuk dengan kegiatan mereka. Tak peduli, aku tetap membagikan kertas sketsa untuk masing- masing murid. Setelah selesai membagikan kertas sketsa, aku kembali kemejaku dan duduk. Namun, ketika aku kembali memperhatikan mereka, mereka sama sekali tidak menghiraukan kertas sketsa yang aku berikan. Kurang ajar. Ternyata benar apa kata- kata guru yang lain. Mereka sama sekali tak menggambarkan pribadi seorang pelajar!

Dengan sedikit kesal aku mencari cara bagaimana caranya agar mereka kembali fokus pada tugas yang aku berikan. Satu persatu murid kuperhatikan. Tanpa sadar kuhitung jumlah mereka. Empat puluh dua orang? Lebih banyak lima orang dari kelas lainnya. Ternyata disekolah ini banyak sekali murid berandalnya!

Lalu kulihat buku absensiku. Kulihat halaman dimana tertulis nama- nama siswa kelas ini. "Loh? Kok ada yang aneh?" aku bergumam. Kembali kulihat dan kuhitung jumlah murid dikelas ini. Benar kok empat puluh dua orang. Tapi kok disini hanya ada tiga puluh sembilan? Ada yang aneh… apa baru saja ada murid baru?

Aku merasa heran dan pusing tentu saja karena kelas ini sangat rebut. Aku merasa tak dihargai. Makin lama keributan dikelas ini semakin menjadi.

Brak brak

Kupukul mejaku dua kali. Seketika kelas hening. Hoo.. ternyata seperti ini ampuh juga. Tapi tanganku sakit....

"Aku minta kalian diam dan kerjakan tugas kalian!" perintahku pada murid- murid bebal itu. Tapi mereka mengacuhkanku dan kembali ribut.

"Apa kalian tidak bisa diam?" tanyaku membentak seraya kembali memukul meja. Sekali lagi suasana hening.

Hening

Hening

Hening

Masih hening.

"Sepertinya dia marah." Terdengar bisik- bisik dibelakang sana. Tapi mereka masih pada posisi mereka. Berdiri dan berkeliaran.

"Sebaiknya kalian diam dan segera kerjakan tugas yang aku berikan. Sekarang kalian duduk dikursi masing- masing dan jangan ada yang berdiri!" perintahku. Dan semua murid berlomba- lomba kembali kebangku masing- masing.

Huuh. Apa mereka pikir aku takut pada mereka sehingga aku tak berani membentak mereka? Tidak!

Pandanganku kembali pada anak- anak itu. Semuanya telah duduk. Tunggu! I-ini… kenapa masih ada yang berdiri?

"Hei! Apa kalian sudah duduk semua?" tanyaku lagi.

"Sudah paak…" jawab mereka kompak. Terdengar nada seakan aku ini aneh. Aku termenung. Lalu, itu…

"Ya sudah. Sekarang kerjakan tugas yang aku berikan. Jangan ada yang berdiri. Dan berkeliaran!" kataku mengulang perintahku. Dan kali ini mereka menurut. Tapi kudengar seseorang berbisik kesal.

"Perintahnya tak perlu diulang berkali- kali. Memangnya kami tuli?" loh? Bukannya kalian memang tuli?

-

Pandanganku kembali memperhatikan sesuatu. Aku merasa ada yang aneh dan tidak wajar. Entah hanya perasaanku atau bukan. Kenapa ada tiga orang yang berdiri dipojok sana? Kenapa mereka tak ikut bergabung dengan yang lainnya? Dan... apa mereka tidak mendengar perintahku?

Jangan- jangan.....

Buru- buru aku membuka kembali buku absensi. 'Bagaimana aku absen mereka satu persatu?' tanyaku pada diri sendiri.

"Oke, sekarang sambil berlalu aku akan mengabsen kalian. Asuma, Chiba,…" aku mulai mengabsen satu persatu.

'Astaga! Ini benar- benar aneh! Semua yang duduk telah kuabsen. Lalu, mereka siapa?' Tanyaku pada diri sendiri.

Sekali lagi kuperhatikan tiga orang yang merdiri dipojok kelas. Pakaian mereka putih dan dua diantara mereka adalah permpuan berambut panjang, dan seorang lagi adalah seorang lelaki dengan potongan rambut ala harajuku. Aku terus memperhatikan mereka tanpa sedetik berpaling. Tiba- tiba mereka membalas menatapku. Aku terkejut melihat pandangan mereka yang dingin dan menusuk. Kuperhatikan wajah mereka dengan cermat. Disekitar mata mereka terdapat lingkar mata tebal disekitar mata dan kulit wajah mereka yang pucat mengingatkanku akan sesuatu. Aku terus mencoba meyakinkan diri sendiri. Aku terus mencermati mereka. Dan pandangan mereka yang menusuk seolah menelanjangiku. Dipandangi seperti itu aku makin merinding.

Setelah cukup lama, otakku mulai memberikan respon. OH!

'Astaga! Mereka bukan manusia!' aku menjerit dalam hati.

Tapi mereka masih terus memperhatikanku. Sedangkan aku sendiri menunduk agar tak memandang 'sesuatu' yang tak wajar. Tapi aku sedikit melirik. Menunduk. Kembali melirik. Menunduk dan seterusnya. Dan terus berlanjut. Tak berhenti selama aku masih merasa kalau 'mereka' masih memperhatikan aku.

"Kalian harus mencari tema yang menarik untuk dilukis." Kataku pada seluruh murid. Kecuali tiga orang itu. Aku sedang berusaha mencairkan suasana hatiku.

"Ya…" mereka kembali menjawab serentak.

"Tugas ini harus terkumpul hari ini." Pesanku. Tapi mereka tak merespon.

Sedangkan aku masih terus melanjutkan aktivitas mencekam tadi. Antara aku dan 'mereka'. Hingga akhirnya mereka bergerak. Maksudku berjalan. Atau lebih tepat melayang? Kearah pintu. Begitu perlahan. Seakan sedang menguji jantungku. Hingga kapan jantung ini akan tahan untuk terus berdetak. Apakah hingga mereka keluar dari ruangan ini? Perlahan- perlahan dan masih perlahan. Akhirnya pintu terbuka dan mereka keluar dari ruangan ini.

"Fyuuh…." Aku menghela nafas lega. Jantungku perlahan kembali berdetak normal.

"Kenapa pak?" tanya seseorang. Terdengar degitu dekat. Ketika kuangkat kepalaku, kulihat wajah 'mereka' bertiga didepanku. Wajah pucat yang mengerikan. Terlebih lagi aku melihatnya dengan jarak yang dekat. Dan.....

"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!"

-

-

~*~*~*~*~*~*~*~*~

FIN

~*~*~*~*~*~*~*~*~

Astaghfirullah!!!!!!!

Uhuhuhuhuhuhuhu -nangis takut-

HUANGGG...... kok berani- beraninya saya bikin ini?! Malem- malem lagi....... apakah setelah ini saya bisa tidur?

Semoga bisa amin~~*sambil doa dengan khusuk*

Saya tak bisa berkata- kata (lah terus yang diatas apa?)

Oh ya, saya mau bilang makasih sama sir Trois (nama disamarkan)-halah-

Atas cerita anda yang sukses membuat saya meremas tangan Yuki (teman sebangku saya) dengan keras sampai dia meringis. Untung Yuki nggak ngamuk.

Selalu! Salam persahabatan dariku buat Nate River!!!!! YA-HA

Silahkan di review. Saya berhak membuat. Anda berhak membaca. Namun berkewajiban me-review. *dibom*

(jah pelajaran kewarganegaraan nih)

Yeah~~~

Review ya??????

Please............

(pasang puppy eyes no jutsu)