Judul : My Idol, My Love

Author : Bubudeer

Cast : Sehun, Luhan (GS), other.

Genre : Romance, General, little bit sad/hurt.

Don't Plagiat my Fanfiction! Be a good reader!

Seorang gadis menyeruput milkshake choco nya dengan santai. Sesekali ia melihat jam tangan coklat yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Ia mulai mendengus malas.

"Luhan-ie," gadis bernama Luhan itu memutar bola matanya dengan kesal.

"Kau terlambat." Orang yang memanggilnya tadi mendengus. Hei, ia hanya terlambat beberapa menit dan temannya itu sudah begini.

"Huh, aku hanya terlambat beberapa menit Luhan cantik. Dan apakah kita akan berangkat sekarang?"

Luhan mengangguk, "Tiga puluh menit lagi acara akan dimulai. Sebaiknya kita bergegas."

Gadis bertubuh mungil dengan paras cantik tersebut menyeruput lagi milkshake nya kemudian berdiri. Diikuti temannya, Hwang Kyungsoo. Mereka berdua keluar dari café itu lalu masuk kedalam mobil Audi silver milik Kyungsoo.

"Sudah sangat ramai," Kyungsoo hanya mengangguk, lalu keluar dari mobil.

"Oh, untung saja kita dapat tiket VVIP, tidak perlu berebut tempat duduk jadinya." Gumam Luhan.

"Hmm. Syukurlah,"

Beberapa saat kemudian terdengar riuh suara orang-orang berteriak. Tak ingin kalah dengan yang lain, Luhan dan Kyungsoo pun ikut berteriak. Memanggil nama idola mereka. EXO,

Yah, benar sekali! Mereka berdua adalah penggemar dari boy group yang tengah naik daun tersebut.

"Annyeong haseyo, aku adalah EXO – Sehun. Senang bertemu kalian, aku mencintai kalian. Terima kasih sudah datang di acara fansign hari ini."

Luhan memekik tertahan. 'Oh, suaranya lembut sekali.' Gadis itu tak sabar ingin segera meminta tanda tangan Sehun, biasnya di EXO. Yah, sambil sesekali melontarkan pertanyaan. Hihi…

"Annyeong haseyo," Luhan tersenyum dengan lembut. Ia sangat gugup saat ini. Bagaimana tidak? Didepannya ada seorang Sehun, ini pertama kalinya ia bertatap muka dengan jarak sedekat ini. Biasanya ia hanya akan melihat dari tv saja.

Sehun membalas senyum Luhan. "Halo, siapa namamu?" tanya Sehun ramah. "Aku Luhan. Xi Luhan."

"Manis sekali. Cha! Terima kasih sudah datang," Sehun tersenyum lagi sambil menyerahkan Photobook miliknya yang sudah lengkap dengan tanda tangan Sehun. "Terima kasih," Luhan merona, Sehun mengatainya manis. Huh, ini terasa seperti mimpi.

Gadis dengan surai coklat itu segera menghampiri temannya, Kyungsoo. "Kyungie, aku senang sekali."

Dahi Kyungsoo berkerut, "Apa? Aku tahu kau baru pertama kalinya menghadiri acara fansign seperti ini." Luhan mendecih, membuat Kyungsoo terkekeh. "Ok, Ok. Aku hanya bercanda. Jadi ada apa, eum?"

Luhan tersenyum lebar, "Sehun, ia mengatakan jika aku manis." Uh, pipinya lagi-lagi merona. Tuhan, ia senang sekali. "Wah, beruntungnya Luhan kita ini. Kau harus memamerkannya pada Woo Hyun oppa." Luhan mengangguk dengan semangat sambil menyunggingkan smirk yang lucu di bibirnya. "Pasti oppa akan sangat terkejut. Huh, dia selalu mengejekku yang suka berandai-andai tentang Sehun."

"Kyaaa…. Kim Jong In manis sekali." Luhan menoleh kearah Kyungsoo, "Ya! Kau mendengarkanku tidak, sih? Ishh… menyebalkan." Kyungsoo memutar malas bola matanya, kemudian terkikik pelan. "Maaf, ok? Sebaiknya kau memperhatikan Sehun. Sayang sekali kan jika kau mengabaikannya."


Tak ada lagi yang harus dilakukan oleh Luhan. Ia hanya bisa mengerucutkan bibirnya sambil menggerutu. "Jangan menggerutu terus. Kau mau cepat tua, heh?"

'Menyebalkan,' batin Luhan. Matanya terus melirik kakak laki-lakinya itu. "Apa tidak bisa jika aku dirumah saja?" Luhan terus saja membujuk. Ia tak mau pergi, ia sedang sangat malas.

"Sayang… kau tidak mau melihat konser group kakakmu? Kau tidak kasihan melihat wajahnya yang melas itu," kata Nyonya Xi dengan sedikit candaan untuk Woo Hyun. "Ibu," rengek Woo Hyun.

Nyonya Xi hanya melirik anak laki-lakinya itu dan mengisyaratkan agar diam. "Aku malas, Bu. Lagipula, ini bukan pertama kalinya Infinite menggelar konser, kan?"

Tuan Xi berdeham, "Ini hari pertama dan merupakan pembukaan konser, sayang. Kita harus menyemangati kakakmu, heung?" Luhan mendengus kesal. Tapi kemudian ia tersenyum aneh, "Baiklah. Tapi….,"

Tuan dan Nyonya Xi serta Woo Hyun mengerutkan kening, menunggu Luhan meneruskan kalimatnya. "Aku ingin Ayah membelikanku boneka rusa yang besar. Bagaimana?" Luhan menaik-turunkan alisnya. "Hanya itu?" Tanya Tuan Xi meyakinkan. Luhan mengangguk, "Oppa, sebaiknya kau mempersiapkan diri supaya tampan saat konser nanti. Aku tidak mau menangggung malu karena mempunyai Oppa jelek." Gadis itu memeletkan lidahnya sebelum berlari menuju kamarnya yang ada dilantai dua.

"Ya! Xi Luhan, kesini kau!" Tuan dan Nyonya Xi terkekeh geli melihat kelakuan dua anaknya itu. Sudah besar, masih saja suka bertengkar. Tapi, itu malah membuat mereka semakin manis sebagai kakak-adik. "Kau tidak kembali kedorm, Sayang?" Woo Hyun mengalihkan pandangannya pada Ibunya. "Ibu mengusirku,?" tanya Woo Hyun dengan nada yang sungguh melas. Nyonya Xi mengusak rambut Woo Hyun gemas, "Bukan begitu. Tapi, kau harus bersiap-siap, bukan? Kami akan menemuimu di backstage nanti."

Woo Hyun tersenyum, "Aku mengerti, Bu. Aku hanya bercanda tadi, hehe. Baiklah, aku pergi dulu." Pemuda manis itu mengecup pipi ibu dan ayahnya secara bergantian lalu beranjak pergi untuk kembali kedorm, mempersiapkan diri untuk konser group-nya malam nanti.


Luhan menekuk mukanya. Hah! ia bisa mati bosan jika begini caranya. Ayah dan ibunya sedang mengobrol dengan teman se-grup kakaknya, dan ia merasa ter-asingkan disini. Hanya bermain dengan smartphonenya tidak cukup membuat rasa bosannya hilang begitu saja. Sebelum suara kakaknya yang sangat menyebalkan itu membuatnya mendongak bersamaan dengan matanya yang bersinggungan dengan mata laki-laki yang begitu ia kagumi. "Wah… aku tidak menyangka kalian akan datang."

Jantung Luhan berdetak begitu kencang. Tiba-tiba saja ia merasa gugup. Sehun, ia berada disini. Bersama teman se-grupnya, tidak semua memang. Hanya beberapa seperti Kris, Chanyeol, Suho dan Chen. "Oh, Luhan-ie…. Kau tidak ingin menyapa mereka? Bukankah kau mengagumi mereka."

'Woo Hyun gila!' Tidak, ia merasa semakin gugup saja saat ini. Wajahnya sudah memerah layaknya tomat yang sudah matang dengan sempurna. Dengan canggung ia mendekat, "Kau kenapa, hah? Oh, kau malu pada Se- ," dengan tidak elitnya, Luhan segera membekap mulut ember kakaknya itu.

"Woo Hyun-ie, jangan menggoda adikmu terus. Kau tidak lihat mukanya, hah?" Suara Nyonya Xi menyahut. "Ibu…," tamatlah dia, Sehun melihatnya merengek. Ini memalukan, ia berharap ada lubang yang menghisapnya agar tak terlihat lagi. Luhan menggembungkan pipinya kesal saat orang-orang disana tertawa. "Jadi?" suara Sungyeol membuat tawa mereka terhenti, digantikan oleh tanda tanya yang yang langsung menyeruak begitu saja dipikiran mereka, tak terkecuali Luhan. Gadis cantik bak barbie tersebut mengangkat alisnya bingung, "Kau tidak mau memperkenalkan diri?" Sungyeol melanjutkan kalimatnya.

Luhan mengusap tengkuknya canggung, "Ehm… namaku Luhan, adik dari orang yang sangat menyebalkan itu." Woo Hyun mendengus lalu mencebikkan bibirnya, "Bilang saja jika aku tampan, tak usah malu seperti itu."

"Tidak, kau jelek, wlee.." Luhan memeletkan lidahnya. "Oh, kau yang datang di fansign itu, kan?" Luhan beralih menatap Sehun dengan jantung yang tak bisa tenang. 'Sial' batinnya kesal.

"Iya, ia bahkan bercerita padaku jika kau mengatakan ia manis." Luhan membelalakkan matanya terkejut. Oh, kakaknya itu benar-benar bermulut ember, bahkan melebihi wanita. Tuhan, salah apa dia selama ini. Seingatnya ia tidak sombong dan selalu membantu orang yang kesusahan. Tapi, kenapa? Ingatkan dia untuk mencekik Woo Hyun menyebalkan bermulut ember itu.

Wajah Luhan sudah sangat merah, membuat semua yang ada disana terkekeh. Begitupun dengan Sehun. Darahnya berdesir saat melihat wajah malaikat adik dari temannya itu. Baru pertama kalinya ia merasakan yang seperti ini. Aneh tapi menyenangkan. "Tapi, ia memang benar-benar manis." Ucap Sehun.

"Ehmmm,,," Luhan menatap tajam kakaknya. Tapi, tak bisa ia pungkiri jika ia merasa senang, sangat senang malah. Sehun mengatakan ia manis, lagi. Ia ingin pingsan sekarang.


Pagi yang sangat cerah di Chunkuk High School, semua murid terlihat bergerombol dengan teman masing-masing. Membicarakan kegiatan mereka, entahlah, yang pasti mereka tak jauh dari kata gosip. Namun, berbeda dengan yang lainnya, Luhan terlihat menggerutu karena kesusahan membawa hadiah dari siswi-siswi disekolahnya untuk kakak tercintanya itu. Yah, meskipun menyebalkan, tapi Woo Hyun tetaplah kakaknya yang sialnya sangat tampan. Penggemar kakanya itu menitipkan semua hadiah atau apapun itu pada dirinya. Beginilah, nasib menjadi adik dari salah satu anggota boy group se-tenar Infinite.

Ia membawa semua hadiah dan semacamnya itu ke loker miliknya. Sebagian ia bawa kekelasnya untuk ia masukkan kedalam tasnya. 'Merepotkan,' tapi, ia bergidik ngeri ketika penggemar kakaknya itu murka apabila ia tak memberikan semuanya pada Woo Hyun. Jadi, yah, terpaksa!

"Butuh bantuan?" suara Kyungsoo menyapa gendang telinga Luhan. Gadis itu mendnegus sebal. "Kenapa tidak dari tadi, huh?" namun, ia tetap memindahkan beberapa hadiah dari tangannya ke tangan temannya itu. "Aku baru saja datang, Luhan sayang."

"Kau ini, selalu saja datang saat bel masuk akan berbunyi." Kyungsoo hanya nyengir tidak jelas. "Akan ku usahakan untuk datang lebih pagi. Tenang saja," mereka berdua terus berbincang sampai mereka tiba dikelas mereka, 2-B. "Kau melihat konser Woo Hyun oppa kemarin?" Luhan mengangguk sambil mendudukkan dirinya dikursi. Bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. "Sebenarnya aku sangat malas. Tapi, aku meminta boneka rusa baru pada ayah." Kata Luhan dengan senyum lebar.

"Kau tau tidak-"

"Tidak," Luhan menggeram. "Ya!"

Kyungsoo terkekeh geli, merasa puas karena telah membuat Luhan merasa kesal dengan wajah lucu seperti itu. "Maaf, lanjutkan." Tapi, Luhan malah menelungkupkan wajahnya pada meja dihadapannya. "Tiba-tiba saja aku malas," gumam Luhan.

Kyungsoo mendesah, "Kau marah?" tanyanya pada Luhan. Tak ada sahutan dari temannya itu, membuat Kyungsoo jengah. "Aku akan mentraktirmu milkshake choco saat istirahat nanti," Luhan langsung menegakkan duduknya. Kepalanya menghadap pada Kyungsoo dengan mata berbinar penuh minat. "Benarkah?" tanyanya memastikan. "Heumm.." gumam Kyungsoo.

"Baiklah, tapi aku akan cerita nanti karena guru Ahn sudah datang." mereka langsung membenarkan cara duduk mereka dan bersiap untuk mengikuti pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pertama mereka hari ini.

Mereka terus berkutat dengan buku mereka hingga bel tanda istirahat berbunyi. Mendesah lega karena bisa keluar dari kelas meskipun hanya tiga puluh menit. Tapi, setidaknya itu bisa membuat otak mereka kembali fresh. "Ayo, kau berhutang milkshake choco padaku," Kyungsoo mendecih mendengar perkataan Luhan. "Dan kau berhutang cerita padaku," jawab Kyungsoo. Mereka mendudukkan tubuh mereka dikursi yang ada dipojok cafetaria. Menurut Luhan itu adalah tempat paling strategis untuk bercerita, dan Kyungsoo hanya menurut. "Tadi malam aku sangat beruntung, tapi aku juga merasa sangat malu." Kata Luhan memulai ceritanya, sesekali ia menyeruput milkshake nya. "Wae?" pipi Luhan terasa hangat. "Aku bertemu Sehun oppa tadi malam. Ia bersama anggota lain juga melihat konser Infinite. Mereka datang ke backstage, dan saat itu aku tengah disana bersama ayah dan ibu."

"Benarkah? Apa ada Kai oppa disana?" Kyungsoo cemberut melihat Luhan menggeleng. "Tidak, hanya ada Sehun oppa, Chanyeol oppa, Kris oppa, Suho oppa dan Chen oppa." Kyungsoo mengangguk mengerti, "Mungkin Kai oppa sedang berlatih dance untuk live performnya nanti bersama Taemin oppa."

"Dan apa yang sudah membuatmu malu, kau berteriak tidak jelas disana?" tanya Kyungsoo dengan nada sok polosnya. "Tidak. Aku tidak sepertimu yang akan berteriak heboh karena bertemu Kai oppa. Hanya saja, Woo Hyun oppa membuatku malu." Gadis itu menunduk, oh, kenapa ia bisa menjadi malu seperti ini bahkan hanya saat cerita. "Dia membeberkan pada semua yang ada disana, jika aku pernah bercerita padanya jika Sehun oppa pernah mengatakan aku manis. Uh, aku malu sekali. Mereka semua tertawa, bahkan Sehun oppa juga, ayah dan ibuku juga." Kyungsoo tertawa. Konyol sekali memang hubungan kakak-adik satu itu. Dirinya lalu mencubit pipi Luhan dengan gemas, membuat Luhan mengaduh sakit. Ia memegangi pipinya yang bahkan berbekas merah karena cubitan Kyungsoo. "Kenapa malah mencubitku?" tanya Luhan sewot, merasa tidak terima dengan tingkah temannya itu.

"Salah sendiri, kenapa kau begitu cerewet. Dan juga, kau sangat menggemaskan, Luhan-ie," Luhan mendengus, Kyungsoo aneh, pikirnya.

TBC