Sebelumnya saya mau klarifikasi, sebernarnya ini FF adalah hasil remake FF yang pernah sayapublish pada pertengahan 2017 dengan judul sama namun dengan author yang berbeda. Karena saya lupa Paswordnya apa jadi saya tidak bisa masuk aku tersebut...
Selamat membaca...
~~~~~Because Of You~~~~~~~~
Chapter 1
Cast : Park Chanyeol as Park Chanyeol
Byun Baekhyun as Byun Baekhyun
Oh Sehun as Oh Sehun
Wu Yifan as Byun Yifan
Huang Zitao as Huang Zitao
Other Cast : Park Yoochun
Kim Junmyeon
Zhang Yixing
Kim Jongin
Do kyungsoo
Disebuah kedai kopi yang terletak dikawasan elit Gangnam, Universe CAFE. Terlihat seorang gadis berseragam pelayan kedai dengan wajah yang cantik dengan rambut sebahu berwarna coklat gelap yang sengaja ia ikat sedang mengelap meja dengan santainya, terlihat dari name tag gadis tersebut bernama Byun Baekhyun.
Tak jauh dari tempat Baekhyun berkerja duduklah seorang pria yang memiliki wajah bak seorang malaikat dengan rambut hitam rapi, berkemeja putih dengan lengan kemeja yang ditekuk sampai batas siku sedang mengamati Baekhyun berkerja.
"apa yang sebenarnya yang kau pandangi huh?" Baekhyun yang merasa diamati pun mengajukan pertanyaan tanpa menghentikan perkerjaannya.
"sikapmu tidak menunjukkan kesopanan terhadap bos mu! Aku hanya melihat seperti apa kau berkerja, apakah baik atau buruk? Itu saja" jawab pria tersebut.
"justru kau membuat aku tidak bisa konsentrasi oppa! Kau mau sebuah kafe kopi yang dimiliki pengusaha muda Kim Jun Myeon gulung tikar hanya karena satu satunya pegawainya tidak bisa konsentrasi berkerja?"
"kau menyumpahi ku huh?"
"apakah terlalu terlihat?" seketika mereka berdua tertawa bersama.
"ngomong ngomong apakah kau akan bersungguh sungguh mendaftar ke SMA sangmun?" Junmyeon mengubah topik pembicaraan yang tadinya penuh dengan candaan menjadi lebih serius.
Baekhyun memang berencana mendaftarkan di sekolah Sangmun high school yang notabenenya adalah sekolah untuk para kaum berada. Bayangkan saja tunjangan makan siang satu kali disana bisa Baekhyun pakai untuk membayar satu bulan uang gedung di sekolah sebelumnya
"aku bahkan bisa langsung masuk kekelas dua!" Baekhyun menghentikan perkerjannya lalu duduk didepan jun myeon. Memang dari segi uang Baekhyun tidak bisa masuk kesekolah itu, namun dalam segi otak Baekhyun mampu menyingkirkan beratus ratus siswa lain.
"kau pasti bercanda"
" aku bersungguh sungguh, mereka bilang aku lebih baik cepat lulus dari pada menjadi sampah masyarakat disana!"
"orang kaya memang semena mena dengan orang yang berada dibawahnya"
" justru aku sangat senang, dengan begitu aku dapat lebih cepat keluar sekolah lalu aku dapat berkerja sesukaku dengan begitu juga ibuku dapat berhenti berkerja lalu beristirahat dirumah dan yang terpenting agar ibuku berhenti memberi uang kakakku yang hanya dihabiskan untuk berfoya foya"
kehidupan Baekhyun memang sangat berubah 180 derajat ketika ayahnya ditangkap polisi dengan kasus korupsi dan dikenai hukuman 18 tahun penjara. Pada saat itu usia Baekhyun baru memasuki 3 tahun dan sang kakak laki lakinya Baek YIfan berusia 6 tahun, sejak saat itu kehidupan yang suram selalu mewarnai isi dari kehidupan keluarga mereka.
Ibunya, Han Jihee harus menafkahi dua orang anak yang masih butuh akan asupan gizi yang cukup. Lalu pada masa Yifan remaja dia berubah menjadi seorang berandalan yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan pada saat ini belum pernah Baekhyun ketahui apa yang di korupsi ayahnya hingga mendapat hukuman yang berat itu.
"kau seperti ini hanya untuk menghibur dirimu sendiri bukan? Kau bukanlah tipe orang yang pandai menutupi segala sesuatu dariku. Kau itu sudah ku anggap sebagai adikku sendiri Baekhyun–ah" Junmyeon berusaha memberikan kekuatan yang lebih lagi untuk Baekhyun dengan memegang kedua tangan Baekhyun.
"jangan seperti ini! Jika Yixing unnie tau dia bisa menamparku sekarang juga! ngomong ngomong dimana Yixing unnie sekarang? Bukankah kalian akan kencan malam ini?"
"kau tau darimana?"
"tadi dia mengirimku sebuah pesan untuk jangan menganggumu malam ini karna kau dan dia akan kencan begitu" Junmyeon tersenyum mendengar cerita Baekhyun. Dia cukup tau dengan sifat kekanak kanakan pacarnya yang satu itu.
"aku berencana melamarnya malam ini"
"benarkah? Kalau begitu cepat lama! jinakkan dia! Beri pengertian kepadanya bahwa aku sudah kau anggap adikmu sendiri, kau pikir aku tidak kewalahan dengan pesan yang dia kirim setiap hari untuk memperingatiku agar tidak berdekatan denganmu" Baekhyun mepoutkan bibirnya seolah dia adalah seorang adik yang tengah merajuk.
"baiklah baiklah! Aku pergi" dengan kasar Junmyeon mengacak rambut Baekhyun. Lalu pergi menginggalkan kedai kopi tersebut.
Seorang pria tengah mengamati seseorang pria tua yang tengah diwawancari disaluran TV dengan senyuman yang tidak luntur dari wajah tampannya, berdiam diri dikamarnya yang bisa dibilang luas namun tertata dengan rapi. Pria ini memilih duduk didepan TV untuk melihat kakek satu satunya tengah menghadiri talkshow tidak langsung di salah satu stasiun televisi. Namun suara decitan pintu membuat pria itu mengalihkan pandangannya kesumber suara.
"kakek!" ucap sang pria yang melihat sang kakek berdiri didepan pintu.
"apa yang kau lakukan huh? Belajarlah chan!" suara serak sang kakek mengintupsi si pria. Sang kakek pun mulai melangkahkan kakinya menuju sang cucu.
"aku sedang belajar menjadi sepertimu" jawab pria sambil memperlihatkan semua gigi rapinya dengan begitu ceria dan dibalas usapan lembut dikepala dari sang kakek.
Park Chanyeol demikian nama pria itu. Chanyeol dibesarkan dari kalangan orang berada yang hanya diasuh oleh sang kakek Park Yoochun setelah kepergian kedua orang tuanya Park Jungsoo dan Shin Hyeri saat Chanyeol belum genap berusia satu tahun.
Meskipun hanya diasuh oleh sang kakek kasih sayang yang dirasakan Chanyeol sudah seperti kasih sayang dari kedua orang tua kandungnya sendiri. Bagaimana tidak sebagai pemilik perusahaan terbesar dikorea tidak membuat Yoochun lupa akan tanggung jawabnya terhadap cucu semata wayangnya.
Dulu ketika Chanyeol masih duduk ditaman kanak kanak Yoochun selalu menyempatkan untuk menjemput Chanyeol mengantarkannya pulang lalu makan siang bersama, ketika ada acara apapun disekolah Chanyeol, Yoochun pun selalu menghadirinya itu semua sudah menjadi tugas rutin Yoochun.
Bahkan hingga saat ini Yoochun pun masih menyempatkan diri untuk makan malam bersama Chanyeol dalam keadaan apapun.
"buat apa belajar menjadi seperti ku? Kau seharunya menjadi dirimu sendiri Chan!" Yoochun berdiri disamping tempat Chanyeol duduk.
"aku penasaran jika ayah masih hidup apakah dia akan sepertimu?"
"itu pasti! hanya saja ada satu kebodohan ayahmu yang tidak akan pernah bisa menjadi sepertiku"
"aku rasa aku lebih mirip dengan ibu dibandingkan dengan ayah, mungkin suatu saat aku tidak akan memiliki kebodohan yang sama seperti ayah" Yoochun tersenyum mendengar kata kata yang keluar dari mulut Chanyeol.
"kau tidak bertanya apa satu kebodohan ayah mu itu?"
"buat apa? Kau pasti tidak akan mengatakanya sama seperti tentang kematian mereka"
"kau tidak makan huh? Dari yang kuperhatikan hanya badanmu yang bertambah tinggi setiap harinya!" Yoochun mengubah topik pembicaraan yang menurutnya sudah membuat Chanyeol merasa kecewa.
"aku tidak lapar kek, lagi pula aku sedang sibuk melihat pria tua yang ada disana" Chanyeol menunjuk televisi tanpa menoleh ke arah Yoochun.
"apakah aku begitu keren di tv huh?" candaan Yoochun membuat Chanyeol tertawa.
"bukan! hanya saja saat kau di tv kau adalah seorang pembinis yang aku kagumi, sedangkan diluar kau adalah kakek yang aku hormati" Chanyeol memeluk erat Yoochun dengan cengiran yang tidak luntur dari wajahnya.
"kau ingin membunuhku dengan pelukan mu ini huh?" Yoochun mencoba melepaskan pelukan Chanyeol, namun Yoochun sudah kalah umur dari Chanyeol otomatis hanya bisa pasrah dengan pelukan Chanyeol. Melihat hal tersebut Chanyeol pun tertawa dengan lantang diikuti Yoochun yang juga tertawa karena dari Chanyeol kecil yang bisa dia lakukan adalah mengalah.
Sebuah motor sport memasuki halaman rumah mewah yang luas milik keluarga Oh. Setelah memasuki area garasi, sang pengendara motor mematikan mesin lalu melepas helm dan turun dari motor sportnya, jika dilihat motor tersebut bukanlah motor dengan harga yang murah.
Pria dengan tinggi badan yang bagus dengan rahang tajam serta tatapan elang yang dimilikinya memberikan kesan yang berkharisma namun dengan sentuhan bad boy dimana mana. Dia adalah putra kedua dari keluarga Oh, Oh Sehun. Sehun memasuki ruang tamu disambut oleh aroma akhohol yang menyengat, Sehun tau siapa orang yang melakukan hal ini.
Siapa lagi jika bukan ayahnya sendiri, Oh Hyunbin.
"kau baru pulang? Kau tau sekarang jam berapa huh?" suara berat mengintrupsi langkah sehun, namun Sehun tetap tidak menghiraukan suara tersebut dan terus melangkahkan kakinya melewati ruang tamu yang sangat luas dengan arsitektur dan prabotan yang mahal.
"dari manapun aku itu bukan urusanmu, berhentilah mengoceh dan lanjutan kegiatan mu sendiri" ucap Sehun namun tetap berjalan dengan sinisnya.
"Ck, semakin hari kau mirip dengan ibumu yang jalang itu rupanya" langkah Sehun terhenti mendengar Hyunbin yang notabenenya ayahnya sendiri mengatai ibunya, Kim Yeonsuk. Yang telah pergi meninggalkan rumah sejak Sehun berusia 8 tahun.
"lalu kau sendiri juga baru pulang setelah meniduri jalang jalang bukan? Lalu apa bedanya kau dengan aku huh?" Sehun menatap sinis Hyunbin.
"kau selalu bisa mengejutkanku dengan kata kata mu" Hyunbin meletakan gelas winenya lalu berjalan mendekati Sehun dengan langkah pelan.
"ck, anggap saja ini sebuah kado dari seorang anak kepada ayahnya yang sukses membuat kehidupan keluarganya sendiri hancur 10 tahun silam. Oh ya kau selalu mengurusi kehidupanku seperti kau memang layaknya seorang ayah yang memperhatikan anaknya, apakah itu pekerjaan baru sekarang oh hyunbin?" Sehun memberikan penekanan pada nama ayahnya itu.
"AKU MEMBESARKANMU BUKAN UNTUK MENJADIKANMU SESEORANG YANG BERANDALAN SEPERTI INI OH SEHUN!" teriak Hyunbin yang mengema diseluruh ruang pada subuh dini hari waktu korea itu.
"apa? Kau membesarkanku? DENGAN APA KAU MEMBESARKAN AKU HUH? SUDAH KUBILANG BERAPA KALI HUH? JANGAN BERPRILAKU LAYAKNYA AYAH AYAH LAIN DILUAR SANA! Karna itu sama sekali bukan gaya mu! bahkan seokjin hyung pun kau jadikan robot mainanmu, dan kau masih tidak malu berkata kau membesarkan anak? Jika kau menyesal membesarkan ku seharusnya kau membuangku sama seperti kau membuang ibu 10 tahun lalu. KARNA AKU TIDAK MAU HIDUPKU KAU JADIKAN SEPERTI MAINAN! AKU TIDAK SEBODOH SEOKJIN HYUNG" ucap Sehun dengan mengepalkan kedua tangannya. Lalu pergi menuju pintu utama rumah meninggalkan Hyunbin yang masih mematung ditempat.
Tanpa disadari oleh keduanya dibalik pintu kamar dilantai dua sepasang manik mata milik Seokjin melihat mereka bertengkar dengan tatapan sedih yang tidak bisa disembunyikan.
Sehun menuju tempat dimana motor sport kesayangannya terparkir, lalu menyalakannya dan mengendarainya dengan brutal entah kemana, Sehun sekarang benar benar dalam keadaan yang tidak baik yang dia butuhkan sekarang hanyalah menghilangkan rasa stress dikepalanya.
Hari pertama sekolah menjadi suatu yang sangat ditunggu siswa maupun siswi karena bertemu dengan teman sebaya dan bercerita dimana mereka liburan pada musim panas itu merupakan suatu kewajiban, namun tidak untuk Baekhyun. Masuk sekolah menandakan perkerjaan paruh waktu nya berkurang dan otomatis pundi pundi uangpun menjadi sedikit, ditambah lagi Baekhyun sekarang masuk ke sekolah yang elit.
Walaupun dengan jalur beasiswa dan langsung masuk kekelas dua, Baekhyun tetaplah dikenakan biaya untuk pelajaran tambahan yang diberikan pihak sekolah kepada siswa untuk persiapan masuk perguruan tinggi.
Baekhyun melihat pantulan bayangan dirinya dicermin berukuran sedang dikamarnya, dilihatnya seragam baru yang tampak elegan dan sangat cantik dipakainya. Baekhyun mulai mengikat rambut sebahunya lalu mengambil tas yang digantung di belakang pintu dan keluar kamar.
Dilihatnya rumah sudah kosong tidak ada orang kecuali dirinya disana, kakaknya mungkin saja tidak pulang kerumah kemarin malam atau mungkin sang kakak menghabiskan waktu dan uangnya diwarnet sepulang sekolah dengan teman temannya yang lain.
Tanpa mengambil pusing dengan urusan kakaknya, Baekhyun berjalan menuju dapur dan dilihatnya dua gelas susu sudah tersedia dimeja makan dengan catatan kecil disebuah kertas
"aku membelinya saat pulang berkerja kemarin, jika sudah dingin kalian bisa menghangatkannya"
Baekhyun tau ibunya pasti yang membuatkan ini untuknya dan kakaknya. Tanpa peduli hangat atau tidaknya susu tersebut Baekhyun meminumnya sampai habis sedangkan satu gelas lain yang tersisa dia biarkan begitu saja diatas meja makan tersebut.
Baekhyun segera menuju pintu rumah lalu mengambil sepatu dan memakainya dengan posisi berdiri lalu pergi kesekolah barunya.
.
.
.
Sesampainya di sangmun high school pemandangan yang pertama kali dilihat Baekhyun adalah semua siswa disini benar benar kaya. Pergi dengan mobil dan supir yang membawa mereka, tidak ada satupun dari mereka yang memakai transportasi umum seperti Baekhyun.
Tas yang harganya bisa untuk membayar uang sewa rumah untuk tiga tahun yang ditempati keluarga Baekhyun, sepatu yang bagus tentunya dengan merek ternama bahkan beberapa siswapun memakai sepatu dengan merek internasional. Semua itu seperti bumi dan langit untuk Baekhyun. Sekarang Baekhyun sadar seberapa elit dan megahnya SMA ini, ini jauh dari perkirannya.
Dengan langkah penuh keyakinan Baekhyun memasuki area halaman depan sekolah yang luasnya tidak dapat diukur dengan hanya menatap ujung sudut halaman dengan melihat sudut halaman lainya dengan langkah dibuat sesantai mungkin, namun tetap terlihat guratan kecanggungan diwajahnya dengan earphone yang terpasang dikedua telinganya.
Setelah beberapa waktu lamanya Baekhyun berjalan tak tentu arah melewati halaman yang seperti lapangan golf itu. Akhirnya Baekhyun menemukan pintu masuk kedalam ruangan sekolah tersebut, Baekhyun menyebrang jalan yang dipakai untuk para supir menurunkan majikannya namun tali sepatu yang membingkai kaki Baekhyun terlepas dan membuat Baekhyun harus berjongkok lalu membenarkan tali sepatunya.
Namun yang tidak disadari Baekhyun, Baekhyun benar benar berhenti ditengah tengah jalan dan tanpa Baekhyun ketahui dari arah ada sebuah sepeda motor sport yang sangat cepat, sang pengendara sepeda motor yang panik melihat seseorang yang berjongkok tepat ditengah jalan pun mengerem dengan kuat kuat motor yang ditumpanginya.
Beruntung dewi fortuna masih berpihak di kehidupan keduanya, sepeda motornya berhenti sebelum menabrak Baekhyun yang saat itu masih belum sadar apa yang terjadi karena earphone yang dia pakai.
Sehun sang pengendara motorpun melepas helm yang dia pakai namun tidak berniat turun dari motornya, menatap gadis yang sedang membenarkan tali sepatu didepanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Dengan santainya setelah membenarkan tali sepatunya Baekhyun berdiri lalu berjalan lagi seperti tidak terjadi apa apa yang menimpanya. Sedangkan disebrang jalan Chanyeol berdiri melihat kejadian itu disamping mobilnya, kejadian itu memang tepat berada disamping mobil Chanyeol, sehingga mau tidak mau Chanyeol melihat kejadian itu.
Tak lama pandangan Chanyeol dan sehun bertemu, pandangan yang dari dulu sama sama mempunyai aura dingin namun menambah kesan berkharisma dari keduanya. Setelah menyelesaikan acara menatap stau sama lain Sehun memutuskan memakai helmnya lagi lagu melaju pergi dengan kecepatan diatas rata rata.
.
.
.
.
"isi semua formulir ini lalu pergi kekelas yang sudah aku katakan tadi! Oh ya kau berada disini karena otakmu, kau jangan sombong dengan itu. Kau taukan sekolah ini bukan untuk kaum sepertimu? Jika bukan karena ingin dipandang baik diluar sana aku tidak mau mengambil siswa sepertimu"
"nde" Baekhyun terus mengisi beberapa lembaran formulir dengan pena yang sudah disiapkan dimeja kepala sekolahnya tersebut.
Baekhyun mengisinya dengan amat cepat bahkan belum ada 5 menit sudah selesai. Ucapan kepala sekolahnya tidak membuat Baekhyun sakit hati toh... memang benar kalau dia disini itu untuk menambah kouta murid sekaligus untuk pancingan agar semua orang bahwa sekolah ini memang terbaik dari segi mana pun.
Baekhyun keluar dari ruang kepala sekolah dan lekas ke ruang guru guna mencari wali kelas dari tingkat 2 kelas 2 , bukankah Baekhyun sudah bilang kalau dia langsung masuk dan menjadi murid tingkat 2?
Saat akan menaiki tangga pandangan Baekhyun terpaku dengan seorang siswa perempuan yang membawa buku melebihi kapasitas pada tangannya yang juga hendak menaiki tangga. Cantik dengan tubuh yang bagus, rambut sepinggang berwarna coklat tanpa poni yang menutupi dahinya. Kaos kaki hitam bermotif dua garis putih di ujung atas yang dia pakai hingga selutut, aksesoris yang mewah menambah kesan elegan pada gadis tersebut.
"permisi bisakah kau membantuku membawa sebagian buku ini?" Baekhyun terpaku dengan perkataan sang gadis tersebut. Ini baru pertama kalinya seorang murid sangmun yang mau berbicara kepadanya. Bukan rumor lagi bahwa Baekhyun adalah murid dari kalangan keluarga miskin disekolah ini, sehingga banyak murid murid lain yang tidak mau berbicara dengan Baekhyun, jangan kan bicara menatap saja sudah jijik.
"hey kenapa kau diam huh?"
"hah?"
"kau mau membantuku?"
"baiklah aku akan mem..." sebelum Baekhyun menyelesaikan perkataannya lima tumpukan buku sudah beralih ketangannya. Sedangkan lima buku lainya masih ditangan gadis tersebut.
"hanya ditangga ini saja, setelah itu kau bisa menyerahkan kembali padaku" senyum gadis itu dengan ramah tidak ada sedikitpun guratan kebencian dari mata gadis itu. Tidak seperti siswa lain yang menatapnya seperti ingin membunuh Baekhyun. Baekhyun dan gadis itupun menaiki tangga dengan hati hati.
"nah sekarang kau bisa meletakannya lagi ditangganku" sang gadis tersebutpun menepati janjinya kepada Baekhyun.
"tak apa, aku akan membantumu sampai ketempat dimana kau akan menaruh buku buku ini ehmm"
"Zitao, Huang Zitao. Murid tingkat 2 disini, kau yakin bisa membawa buku ini sampai perpustakaan?" Baekhyun mengangguk semangat.
"siapa namamu?" masih dengan senyum yang tidak pudar dari wajah cantik Zitao. Baekhyun masih tidak percaya akan ada seorang murid yang mau berbicara panjang kepadanya.
"Baekhyun, Byun baekhyun. Aku murid baru disini seharusnya aku satu tingkat dibawahmu tapi kita sekarang sama sama tingkat 2" setelah memperkenalkan diri Baekhyun melangkah untuk mencari dimana perpustakaan yang akan menjadi tempat buku buku ini nantinya.
"jadi kau anak excel itu? banyak anak anak yang membicarakanmu! Yak, kau terkenal Baekhyun – ah" Zitao mengikuti langkah Baekhyun.
"mungkin aku terkenal karena murid termiskin, menjijikan, tidak tau malu begitu bukan?"
"aissh, mereka itu hanya iri kepadamu. Mereka mempunyai uang yang banyak namun tidak sepandaimu. Kau itu pintar jelas semua orang didunia ini iri dengan orang pintar" perkataan Zitao membuat Baekhyun sedikit lega, walaupun perasaan gugupnya masih mendominasi didalam hatinya.
gugup membuat Baekhyun tidak sadar bahwa sekarang dia berapat tepat didepan perpustakaan, namun perkataan Zitao kembali membuatnya sadar dari lamuananya.
"nah sudah sampai terimakasih atas bantuan mu kepadaku Baekhyun-ah" Zitao mengambil buku ditangan Baekhyun dengan senyum di wajah Zitao terus mengembang, membuat baekhyun membalasnya dengan anggukan juga senyuman yang kalah manis.
"ehm... Zitao-ssi apakah kau bisa menunjukan ku dimana ruang guru? Sekolah ini terlalu besar untukku"
"tentu! dari sini kau bisa langsung lurus lalu ketika kau melihat ada persimpangan beloklah ke kiri lalu disana kau akan menemukan ruangan bertuliskan ruang guru"
"terimakasih Zitao-ssi" Zitao membalasnya dengan anggukan. Baekhyunpun mulai melangkahkan kaki menuju tempat yang ditunjukan oleh Zitao tadi.
.
.
.
"oh kau yang mendapatkan excel itu?" Baekhyun menganggukkan kepala kepada guru laki laki sekaligus wali kelas barunya tersebut.
Baekhyun sempat menjadi tontonan di ruang guru karena status sosial yang disandangnya berbeda dengan murid lain. Tatapan para guru guru disanapun mengisyaratkan ketidak sukaan pada Baekhyun.
"baiklah sekarang aku adalah wali kelas mu yang baru. Namaku Shim Woohae. Aku yakin ini tidaklah mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang menurutmu baru ini, tapi aku akan membantu mu untuk menghadapi semuanya. Jika ada yang membuatmu bingung kau bisa bertanya kepadaku. Kau mengerti?" Baekhyun hanya bisa mengiyakan ucapan dari Shim seonsaengnim. Tidak seperti guru lain, Shim seonsaengnim adalah satu satunya guru yang tidak memandang sebelah mata pada Baekhyun.
Dengan mata teduhnya, suara yang lembut serta tidak ada guratan kebencian membuat Baekhyun senang setidaknya ada satu guru yang masih menganggap Baekhyun murid, bukan orang buangan.
"baiklah! Sekarang ayo kita kekelas dan perkenalkan dirimu keteman temanmu" Shim seonsaengnim berdiri lalu berjalan menuju kekelas sambil membawa beberapa buku sebagai materi pembelajarannya nanti.
.
.
.
Baekhyun memasuki ruangan bertuliskan tingkat 2 kelas 2. Seluruh murid yang ada disana seketika menghentikan semua kegiatan mereka. Sebelumnya ada murid yang asyik bergerombol membicarakan suatu hal.
Park Chanyeol yang merupakan salah satu murid yang berada dikelas tersebut memilih untuk mendengarkan music di pojok kelas dengan mata yang menatap keluar kelas melalui jendela kelas yang berada di lantai 3 tersebut.
"oke disini bapak membawa seorang teman baru untuk kalian! Jadi mohon perhatiannya sebentar" ucap Shim seonsaengnim dengan Baekhyun yang berdiri disampingnya.
"eoh Baekhyun-ah" ucap salah satu siswi yang bergerombol dibangku paling belakang kelas. Zitao menatap Baekhyun dengan wajah yang sumringah sambil melambaikan tangan kepada Baekhyun. Baekhyun membalasnya dengan senyuman yang sangat manis.
"kalian saling kenal?" ucap salah satu murid lain dan dibalas anggukan oleh Zitao.
"Baekhyun kau bisa memperkenalkan diri kepada temanmu!" Shim seosaengnim mempersilahkan baekhyun untuk memulai acara perkenalan.
"halo nama saya Byun Baekhyun. Saya_"
"sebentar!" belum sampai Baekhyun menyelesaikan perkenalannya salah satu murid berdiri dengan mata bulatnya menyela ucapan perjumpaan mereka.
"Baekhyun? Bukankah itu nama murid yang hanya memenuhi kouta disekolah ini? Jadi kau rupanya." sambung siswi tersebut.
"yak Do Kyungsoo! Kenapa kau seperti itu hah?" Zitao yang tidak suka dengan cara bicara Kyungsoo pun terbawa emosi dan ikut berdiri.
"kanapa? Semua murid disekolah ini pun tau kalau dia hanya seorang yang tidak berguna disekolah ini! Kau punya masalah eoh?" Kyungsoo yang tak mau kalah pun meninggikan suaranya.
"ya aku punya masalah dengan kau! Memangnya kau siapa huh? Kau bisa berpakaian seperti ini karena uang orang tuamu. Kau bangga dengan itu?" Zitao juga mulai meninggikan suaranya.
"kau benar! Aku bisa memakai semua aksesoris ini karena uang orang tuaku. Lalu kenapa aku bangga? Karena jelas aku berada jauh diatas dia!" Kyungsoo menujuk kearah Baekhyun.
"setidaknya derajat orang tua ku membuat ku dapat membeli aksesoris ini! Sedangkan dia bisa apa huh?"
"kau tidak seharusnya membawa bawa kasta disekolah ini Kyungsoo-ssi!" sebuah suara baritone dari pojok ruangan pun mengintrupsi Zitao dan Kyungsoo yang sedang berdebat.
"kau memanglah putri saat kau dirumah ataupun ditempat umum lainya! Namun kau tetaplah murid jika kau berada disekolah" Chanyeol mengucapkan kalimatnya tetap dengan menutup mata sambil earphone masih ditelinganya.
BRAKK
Tepat setelah Chanyeol menyelesaikan perkataannya. Pintu kelas itu terbuka dengan cukup keras. Pelakunya bukan lain adalah Sehun. Dengan langkah yang santai Sehun memasuki ruangan, bahkan Baekhyun dan Shim seonsaengnim dilewatinya dengan langkah yang sangat santai. Sehun melangkahkan kakinya menuju bangkunya yang terletak dipaling belakang. Bukannya duduk seperti siswa lainnya Sehun malah memposisikan tangan dan kepalanya diatas meja lalu memejamkan mata.
"kau telat lagi Oh Sehun" ucap shim seonsaengnim.
"baiklah kalian tenanglah! Baekhyun apakah ada yang ingin kau ucapkan lagi dengan teman temanmu? Jika tidak bangkumu dibaris sisi kanan sendiri nomer tiga dari belakang!" tambah Shim seonsaengnim.
"kalian tidak perlu khawatir! Aku disini tidak akan memerlukan bantuan kalian, kalian juga tidak perlu repot repot berteman denganku, aku juga tidak akan merepotkan kalian. Aku akan mengurus semuanya sendiri. Aku tau kalian dengan aku memang tidak sederajat." Sehun dan Chanyeol membuka mata mereka karena terkejut dengan perkataan yang baru saja Baekhyun lontarkan. Namun itu tidak lama karena setelah menyadari apa yang dilontarkan Baekhyun seulas senyum tipis tercipta dibibir kedua lelaki tersebut.
Seluruh siswapun terkejut dengan apa yang Baekhyun lontarkan, kecuali Zitao yang terlihat bangga dengan apa yang dilakukan Baekhyun.
Baekhyun berjalan menuju bangku yang ditunjuk oleh Shim seonseangnim. Zitao yang tadinya bergerombol dibelakang kelas, kini mulai kembali ke bangkunya yang tepat dibelakang Baekhyun. Lalu menyenggol lengan Baekhyun sambil membisikan sesuatu.
"aku suka gayamu Baekhyun-ah" Baekhyun membalasnya dengan senyuman tipis namun tetap terkesan manis.
.
.
.
Sudah kebiasaan Sehun untuk berkeliaran dimalam hari. Bahkan sering sekali Sehun tidak pulang kerumah. Sama seperti hari ini. Hari sudah hampir subuh namun Sehun belum memutuskan untuk pulang. Sudah pasti karena ayahnya yang mungkin saja membawa wanita jalang kerumah mereka, atau ayahnya yang sedang minum di ruang tamu seperti yang Sehun jumpai seminggu yang lalu.
Kebingungan kemana dia akan pergi, Sehun pun memutuskan menghabiskan hari ini dijalanan penuh. Melewati gang gang kecil dengan kecepatan sedang, menikmati udara yang masih sejuk serta melihat lihat jalanan yang nampak sepi yang berhias lampu jalan menambah kesan indah kota seoul saat malam hari.
Ini adalah gang kecil ketujuh yang Sehun lewati pada malam ini. Setalah akan melewati persimpangan Sehun menghentikan motornya lalu membuka kaca helmnya, ketika melihat seseorang yang dikenalnya tempo hari sebagai murid baru dikelasnya sedang meletakan kotak perkotak susu keseluruh rumah digang tersebut.
Baekhyun mengendarai sepeda mungil yang keranjangnya diisi dua kotak susu yang dibagikan keseluruh pelanggan didaerah tersebut. Ini sudah rutinitas Baekhyun sejak beberapa tahun terakhir. Berangkat subuh lalu pulang untuk membersihkan diri dan pergi ke sekolah itu keseharian hidup Baekhyun.
Sehun yang mengetahui hal itu pun mengambil ponsel yang berada disaku jaket kulitnya. Lalu diarahkannya ponsel yang sudah dibukanya mode kamera kearah Baekhyun yang sedang berkerja tersebut, lalu diambil beberapa foto Baekhyun.
Setelah selesai dengan kegiatannya memotret Baekhyun sehunpun melajukan kembali motor kesayangannya, kembali membelah jalanan seoul dini hari itu. Namun tanpa sehun sadari dibalik gang yang lebih kecil yang hanya dapat dilewati oleh pejalan kaki, tadi disana juga ada yang mengambil foto Baekhyun secara diam diam.
.
.
.
TBC
Hai hai hai! Ini ff udah aku remake semoga suka ya yorobun! Jangan lupa review!
Jika ada kesalahan mohon dibantu yaa...
