LOST STARS

"And I'm tired of being all alone, and this solitary moment makes me want to come back home"- your call.

Prologue

.

.

SeHun terduduk, ia tidak pernah merasa seburuk ini, tidak. Ia tidak pernah merasa selemah ini sebelumnya. Bahkan ketika ayahnya meninggal karena serangan jantung 2 tahun lalu, ia tidak menangis, walaupun hatinya hancur melihat orang yang ia cintai pergi mendahuluinya.

Melihat ayahnya meninggal, menyusul ibu tercintanya yang lebih dulu pergi 7 tahun lalu.

Tapi lihat lah ia sekarang?

Bagaimana ia menyiksa dirinya dengan sebuah gunting, mengoyak paksa pergelangan tangan kirinya dengan benda tajam itu, membuat setitik-titik darah mulai mencair keluar. Membuang sebuah cicin emas putih yang mengikat di jari manisnya, sebuah harapan yang pernah ditawarkan oleh seseorang.

Kim JongIn.

Pria itu pemicunya, kim JongIn yang membuatnya menjadi sekarang. SeHun yang lemah dan tak bisa apa-apa, JongIn yang berdiri diatas, mengendalikan segala ruang geraknya. SeHun tahu, tak seharusnya ia memberikan segala kelemahannya pada JongIn.

Hidupnya seakan rumit, tali yang membelitnya semakin mencekik segala ruang geraknya, SeHun tahu dirinya salah, dan SeHun tahu tidak seharusnya ia melakukan ini, dirinya dan JongIn tidak sepenuhnya saling memiliki. Mereka hanya partner.

Dan nyatanya, pria tan itu sudah memiliki seseorang yang mengisi hidupnya, dan wanita itu mengandung. Mengandung bakal seorang kim JongIn. Lihatlah, bagaimana bahagianya hidup seorang kim JongIn, dan SeHun, hanya sebuah parasit kecil yang harus mati dan menghilang dari sisi pria itu.

—lagi— dahulu SeHun tidak selemah ini, bagaimana sikap congkaknya terbang tinggi dan sifat antagonisnya yang membuatnya kuat, disegani, dipatuhi. Dan seorang kim JongIn mengubah segalanya, membuat dirinya lemah, membuat dirinya harus menggunakan topeng congkak itu hanya didepan orang lain, bersembunyi dari perihnya hati.

SeHun ingat bagaimana uniknya mereka bertemu, 3 kali ditempat yang berbeda dengan lagu yang sama, hingga alkirnya mulai saling menganal lebih dekat, karenamenurut merka ini adalah sebuah takdir;

takdir yang sudah tuhan persiapkan.

3 tahun lalu.

.

.

Akhir musim gugur. Walmart, new York. 2013

Pertemuan pertama.

SeHun berjalan mendorong trolleynya, hari ini ia harus belanja lebih banyak, karena ia mengadakan farewell party, ia akan kembali ke tanah kelahirannya, seoul. Setelah berkelana ke negeri jauh untuk mendapat gelar yang pantas.

Mengambil botol-botol beer, chips, dan daging-daging untuk di panggang. Mendengar alunan music fix you-coldplay yang mengalun nyaring sepanjang ia berbelanja,

"eh I'm sorry, where did you found that?" sebuah suara menyapanya dari samping, menunjuk sebuah box snack yang SeHun beli,

"ah? on the 3rd row" ia tersenyum,

"uh, don't mind if you accompany me, because, i- I don't know this place" pria itu tersenyum canggung menggaruk tengkuknya.

"don't mind" dan SeHun heran engan kata-kata yang ia ucapkan barusan, kata itu tiba-tiba saja slip out.

"thank you, sir" SeHun memutar arah trolleynya, mulai menyusuri rak-rak mencari rak ketiga dimana ia menemukan snack yang pria tan itu cari.

"sorry, but you look like Korean" pria tan itu memecah keheningan,

"I'm Korean"

"oh, benahkah?" JongIn melirik SeHun, matanya memancarkan aura,

"ya, begitulah"

.

.

Seseorang membuka pintu kamar bernuansa abu-abu dengan paksa,

"SeHun!" ia melirik pria lain didepannya, berlari dari pintu dan mensejajarkan dirinya, berjongkok.

"astaga!" mengelus lembut puncak kepala SeHun, merengkuh pria pucat itu, SeHun terlihat sangat mengenaskan, kamarnya pun.

SeHun pucat, kulitnya yang pucat semakin pucat, SeHun kurus, kantung matanya besar dan bengkak, terlalu banyak menangis, hanya mengenakan sweater kuning pucat dengan celana pendek, tengan kirinya penuh luka dan titik darah, berjongkok disamping ranjangnya, menyembunyikan wajahnya pada lutut, menutupnya dengan pergelangan tangannya yang menjambak-jambak rambutnya.

SeHun terlihat hancur.

"chan-SeHun! Ya tuhan!" satu lagi pria berambut abu-abu terlonjak panic dengan pria pucat yang terduduk seperti kehilangan semangat hidupnya,

"SeHunnie" pria bersurai abu-abu itu ikut berjongkok, berkata dengan lirih.

Tak ada gemingan dari SeHun, pria itu hanya menunduk mengintip dari surai poninya 2 pria lain yang sedang didepannya,

"jangan seperti ini, hun" BaekHyun—pria surai abu-abu— memeluk SeHun dengan lembut, menghantarkan energy positif pada temannya, teman yang sudah ia anggap seperti adiknya, yang ia paham betul hanya bersembunyi dipalik topeng sandiwara.

"jika ini tentang—"

"—JongIn" SeHun berujar lirih, memotong kalimat ChanYeol.

"hunnie" BaekHyun menangis, merelakan tetesan airmatanya untuk SeHun, ia mengerti, bagaimana SeHun selama ini berjuang menjadi yang terbaik, menurunkan harga dirinya didepan JongIn agar pria itu tetap bersamanya.

"berhenti melukai dirimu sendiri" ChanYeol membuang gunting di tangan SeHun. ChanYeol marah, bagaimana mungkin jadi seperti ini? Pria didepannya tidak boleh depresi hanya karena seorang bajingan macam JongIn. JongIn yang memberikan harapan setinggi langit tentang hidup mereka, membuat SeHun yang kuat menjadi lemah, lemah akan kim JongIn. Dan meninggalkan begitu saja, memberi luka dalam 2 tahun yang sudah mereka jalani.

"SeHunnie, kita kembali ke new York saja? Bertemu luhan, kendall, kris, callum, taylor dan masih banyak lagi yang menunggu SeHun disana?" BaekHyun mengusap pergelangan tangan SeHun, miris melihatnya, bagaimana dengan mudah SeHun menoreh luka-luka itu, terlihat bayangan jelas antara luka yang kering dan belum.

SeHun terdiam, pikirannya kosong, dibayangannya hanya ada putaran memori, potongan potongan memori bersama JongIn, bersama teman-temannya.

Sampai kepalanya tergerak sendiri mengangguk.


haloo! kao akhirnya memutuskan membawa ff sedih-sedihan alias angst(?)

harus dilanjut? tell me on review ya! :3