Creating Love (Again?!)

Author: Grace Jung a.k.a Jung Eun Hye

Main Cast:

Kim Jaejoong

Jung Yunho

Support Cast:

Park Yoochun

Lee Donghae

Cho Kyuhyun

Choi Minho

Seohyun

Genre: Romance, Drama, Family

Warning:Genderswitch! typo(s), gaje, dll.

DON'T LIKE? DON'T READ THEN!

LIKE? ENJOY READING^^

.

.

CHAPTER 1

.

.

.

"Lalu semua ini apa, hah?!"

Jaejoong melempar tumpukkan foto ke arah namja di depannya dengan kasar. Amarahnya benar-benar sudah memuncak. Namja itu hanya menghela nafas.

"Berapa kali ku bilang hubungan kami hanya sebatas rekan kerja! Dan ini.." namja itu meraih satu foto yang terjatuh di lantai dan memperlihatkannya pada Jaejoong. "Apa bisa makan malam bersama dianggap selingkuh?!"

Jaejoong terdiam dan menatap namja itu nanar. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Kalau saja hanya satu kali, dia masih bisa memaafkan. Tapi kenyataannya ini sudah berkali-kali dia memergoki suaminya itu pergi dengan wanita lain, yang tak lain adalah rekan kerjanya, teman seprofesinya. Belum lagi dengan adanya gosip keduanya yang sedang memanas saat ini, membuat dirinya semakin kesal.

"Begitu? Kau yang super sibuk dan bahkan tak pernah mengajak istrinya keluar malah bisa pergi ke taman hiburan, bioskop, dan makan malam dengan yeoja lain? Suami macam apa kau?!"

Namja itu hanya menatap Jaejoong dengan mata sayunya, tidak merespon ataupun membela diri seperti yang di harapkan Jaejoong. Jadi gosip itu benar?

Namja itu membuang nafas, lalu beranjak dari tempatnya berdiri.

"Sudahlah Joongie-ya, aku lelah. Biarkan aku istirahat," ujarnya seraya berjalan melewati Jaejoong.

"Ya! Jung Yunho!"

Namja itu tidak mengacuhkannya. Ia masuk ke dalam kamar dan menutup kembali pintunya.

Jaejoong sudah tak tahan. Air mata perlahan jatuh mengaliri pipinya. Kenapa.. kenapa jadi begini? Apa Yunho sudah tak mencintainya lagi? Wae?

"Aku muak melihat wajahmu! Ingin rasanya menghapus dirimu dari ingatanku!" serunya keras, yang ia yakin masih didengar Yunho.

"Aku benci kau!"

Jaejoong mengusap air matanya dan beranjak keluar rumah, setelah sebelumnya membanting pintu dengan keras.

.

..GJ..

.

Kriiiinnnngggggggggg~

Bunyi alarm memenuhi isi kamar, tapi tak urung membuat pemiliknya bangun dari tidurnya. Sang ibu yang sudah tidak tahan dengan bunyinya bergegas masuk ke kamar sumber suara. Dimatikannya alarm itu dan dibukanya selimut yang masih membungkus si pemilik kamar.

"Joongie-ya, ayo cepat bangun," si ibu menggoyang-goyangkan badan Jaejoong, membuat yeoja itu sedikit menggeliat.

"Hhmmmm," Jaejoong bergumam gaje lalu menarik selimutnya lagi, membuat si ibu tambah semangat mengguncang-guncang badannya.

"AYO CEPAT BANGUN!"

Jaejoong buru-buru bangun sebelum ibunya kembali berteriak dan membuat telinganya berdarah.

"Ye, eomma!"

Jaejoong segera bangkit dari tempat tidur dan memeriksa jam wekernya. Jam setengah delapan tepat. OMO!

"Tunggu!" Jaejoong berlari mengejar bus yang baru saja meninggalkan halte. Bus berhenti, Jaejoong bergegas masuk dengan nafas terengah-engah, tak lupa membungkuk pada kondektur.

"Gamsahamnida, ahjussie."

Tak sampai 15 menit, bus sampai di halte berikutnya. Jaejoong turun dan mulai berlari lagi hingga akhirnya sampai di depan sekolahnya.

"Hosh.. hosh.."

Jaejoong masih sibuk mengatur nafas ketika sebuah suara sedikit membuatnya tersentak.

"Semuanya angkat yang tinggi! Kalian pikir sekarang jam berapa baru berangkat, huh?"

Suara Lee Sonsaengnim. Dengan cepat Jaejoong bersembunyi di dinding sebelah pintu gerbang. Diintipnya barisan murid-murid sial yang sedang berjongkok sambil mengangkat kedua tangan mereka tinggi-tinggi, sementara di depan mereka Lee Sonsaengnim tengah menatap tajam mereka satu persatu sambil mengayunkan penggaris kayu panjang di tangannya.

Jaejoong mengerutkan keningnya. Aish, bagaimana caranya bisa masuk?

Jaejoong sibuk berpikir, sampai akhirnya sebuah ide terlintas di otaknya. Dia senyam-senyum gaje kemudian berlari ke pagar samping. Dia membuka tasnya, mengeluarkan sebuah celana olahraga panjang. Beruntung hari ini ada pelajaran olahraga.

Jaejoong tengok kanan kiri, memastikan tidak ada orang sebelum akhirnya memakai celana itu. Dipanjatnya pagar yang lumayan tinggi itu, dan.. HUP! Mendarat dengan sempurna.

"Hebat juga kau, gadis tengik."

Jaejoongmendongak, dan mendapati Lee Sonsaengnim sudah berdiri di depannya dengan wajah penuh kemenangan.

Aish! Jaejoong menunduk sejenak, lalu menatap guru itu dengan cengiran lebar. KABUURRRR!

"Ya! Berhenti!"

Terjadilah kejar-kejaran di antara mereka. Jaejoong berlari dengan cepat mengelilingi hampir semua tempat-tempat di sekolah. Hingga akhirnya sampai di depan perpustakaan...

"AWAS!" seru Jaejoong pada sesosok namja dengan setumpuk buku yang baru saja keluar dari perpus. Tapi terlambat, Jaejoong tak bisa mengerem kakinya begitu saja.

BRUK!

Jaejoong terpental dan jatuh terduduk, begitupula dengan namja itu. Buku-buku yang dipegangnya berjatuhan.

"Ya! Kau!" seru namja itu kesal.

"Aduh..." Jaejoong meringis. Belum sempat dia membalas ucapan namja itu, sebuah tangan menjewer telinganya keras.

"Auw, sakit!"

"Ayo cepat bangun! Dasar bocah," Lee Sonsaengnim masih dengan jeweran di telinga Jaejoong menarik yeoja itu agar berdiri dan membawanya pergi.

"Sonsaengnim.."

"Diam!"

Jaejoong menunduk, lalu melirik namja di belakangnya yang kini tengah menatapnya sinis.

"Awas kau, Jung Yunho!"

.

..GJ..

.

CASSIE YUNHO BERPACARAN DENGAN TIFFANY?!

Jaejoong menatap nanar judul headline beserta foto keduanya yang terpampang jelas di depan matanya. Diremasnya tabloid sialan itu dengan kedua tangannya dan dibuangnya ke tong sampah terdekat. Tanpa sadar air matanya menetes, tapi dengan cepat dia mengusapnya kasar.

"Jangan lagi jadi yeoja bodoh, Kim Jaejoong! Cukup sampai disini!"

Jaejoong meraih tas yang tergeletak di sofa dan bergegas keluar dari ruang kerjanya, membuat Seohyun, asistennya, bingung.

"Anda mau kemana, sajangnim?"

Jaejoong menoleh sekilas. "Oh, aku ada urusan sebentar. Tolong suruh Tuan Shin menunggu sebentar jika dia datang nanti. Ada proyek drama yang ingin kudiskusikan dengannya."

Seohyun mengangguk. "Ne, sajangnim."

Jaejoong menyalakan mesin mobilnya dan membawanya dengan gesit ke jalan raya. Berbagai pikiran menumpuk di kepalanya, membuatnya tidak konsentrasi menyetir. Dia melirik map cokelat yang ada di jok sebelahnya. Sebagian kertas di dalamnya menjembul keluar memperlihatkan sebuah huruf bercetak tebal.

SURAT CERAI

Yah, dia sudah memikirkannya masak-masak sejak beberapa hari yang lalu, hari dimana dia bertengkar dengan Yunho.

Mungkin orang luar akan menganggapnya kekanak-kanakkan karena menceraikan Yunho hanya karena terpengaruh gosip. Tapi Jaejoong tidak peduli, karena di matanya hal itu terlihat nyata.

Tiffany, adalah seorang artis pendatang baru yang terkenal mendadak berkat keikutsertaannya pada sebuah proyek drama besar sebagai aktris utama, bersanding dengan Yunho yang juga baru memulai debut aktingnya sebagai aktor utama.

Jaejoong yang awalnya tidak terlalu ambil pusing dengan banyaknya pemberitaan miring terkait Yunho dan Tiffany menjadi panas saat melihat akun twitter milik Tiffany dipenuhi dengan foto-foto kedekatannya bersama Yunho selama proses syuting. Belum lagi tweet-tweet yang ditulisnya, selalu tentang Yunho, Yunho, dan Yunho. Jaejoong yang terkadang menonton syuting mereka secara diam-diam pun melihat dengan jelas bentuk kedekatan itu.

Mereka selalu berbincang dan tertawa bersama saat break, disaat kru-kru lainnya makan bersama mereka berdua malah makan terpisah, dan bahkan Jaejoong pernah melihat Yunho mengusap-usap rambutnya, menyingkap rambutnya ke belakang telinga, mengantarnya pulang, dan yang membuat Jaejoong tambah panas adalah melihat mereka bergandengan tangan.

Seakan semua itu belum cukup, Jaejoong pernah beberapa kali memergoki mereka berdua makan di kafe, menonton di bioskop, dan pada saat Jaejoong secara tidak sengaja mengikuti mereka, dia melihat mereka pergi ke taman hiburan, tempat Yunho menyatakan perasaan padanya beberapa tahun silam sebelum mereka menikah.

Ya, mereka menikah setahun yang lalu, disaat usianya baru menginjak 25 tahun dan Yunho 26 tahun. Tapi tentu saja pernikahan mereka tidak dipublikasikan, karena yang tahu hanyalah pihak keluarga, SMEnt, dan juga pihak lain yang terpercaya karena pernikahan mereka sudah didaftarkan alias sah secara hukum.

Dan yang membuat Jaejoong gemas adalah fakta bahwa Tiffany adalah aktris asuhan SM. Tiffany tahu bahwa Yunho telah menikah dengannya, dan dia tetap berusaha mendekatinya.

Jaejoong masih ingat jelas percakapan terakhir mereka.

"Jelaskan padaku, kalian berdua hanya bermain-main atau..."

"Maaf eonni, aku mencintainya. Aku mencintai Yunho oppa."

Jaejoong menginjak pedal gas kuat-kuat, membuat mobilnya melaju kencang di jalanan. Mengingat itu semua selalu berhasil membuatnya emosi. Yah, mungkin perceraian ini adalah jalan yang benar. Nikmati kebebasanmu Yunho, karena setelah ini aku tidak perlu repot-repot untuk memikirkan dan mengingatmu lagi.

Jaejoong kembali melirik surat cerai itu. Hatinya pedih, tapi sayang keputusannya sudah bulat.

Jaejoong kembali menolehkan kepalanya ke depan, tepat ketika sebuah sepeda motor berbelok ke arah mobilnya. Jaejoong terkesiap. Dengan kecepatan mobil yang masih penuh dia langsung membanting stir ke kanan, yang malah membuatnya tambah naas karena langsung berhadapan dengan truk yang datang dari arah berlawanan.

CIIITTTT

BRUUKK!

.

..GJ..

.

"Apa yang bisa diharapkan fans dari album ini?"

"Saya tidak pernah memikirkannya selama mempersiapkan album. Saat kami memutuskan konsep album, kami lebih fokus untuk membiarkan setiap orang mengetahui lebih banyak tentang keunikan Cassie daripada memproduksinya dengan tujuan tertentu. Dari imej...blablabla..." Donghae mulai berkoar-koar ngalor ngidul, sementara para wartawan di depannya sibuk menyimak.

Sehari setelah peluncuran full album kelima Cassie, mereka mengadakan jumpa pers pertama mereka dengan para wartawan yang berlokasi di gedung SMEnt. Hampir 1 jam penuh mereka melayani pertanyaan wartawan, seiring dengan itu pun pertanyaan-pertanyaan berani mulai banyak dilontarkan.

"Bagaimana dengan Tiffany, Yunho-ssi?"

Yunho menghela nafas sejenak. Dia bisa merasakan keempat anggota lainnya menegang karena begitu pun dengannya. Sudah dia duga akan ada pertanyaan seperti ini. Ingin sekali dia membantah, tapi sesuai instruksi manajemen dia tidak boleh berkomentar apapun. Dan nampaknya yang namanya paparazzi memang tidak pernah puas bertanya sampai mulut mereka kering sebelum jawaban yang mereka inginkan keluar dari mulutnya.

"Ada pertanyaan lain?"

Para wartawan terlihat kecewa dengan jawaban Yunho. Yoochun yang melihat itu segera menyelamatkan situasi.

"Chogi, bukannya lebih baik membicarakan karyanya daripada gosipnya? Saya rasa Yunho ingin menyampaikan banyak tentang drama yang dibintanginya."

Satu persatu wartawan pun mulai menanyakan perihal drama Yunho, meski sedikit tidak antusias karena masih kecewa sekaligus penasaran dengan Tiffany.

Setengah jam kemudian jumpa pers akhirnya berakhir. Semua orang langsung membubarkan diri, kecuali Yunho yang masih terduduk di kursinya. Dia menangkupkan kedua telapak tangan ke wajahnya dan mendesah panjang.

Dia sungguh membenci situasinya sekarang. Orang-orang ramai menggosipkannya dengan yeoja lain, sementara gara-gara itu dia harus bertengkar dengan istrinya yang bahkan keberadaannya pun tidak diketahui publik. Dan yang lebih parahnya lagi dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia sudah terlalu lelah. Akhir-akhir ini emosinya mudah meledak jika berhadapan dengan Jaejoong, membuat beberapa minggu terakhir ini mereka lalui dengan pertengkaran dan ketegangan.

Sekali lagi Yunho mendesah, tepat ketika sebuah tangan menepuk bahunya. Yunho menoleh dan mendapati Yoochun tengah tersenyum padanya, begitu pula member lain yang berada di belakangnya.

"Sudah jangan terlalu dipikirkan. Nanti juga akan menguap dengan sendirinya," nasehat Yoochun. Donghae, Kyuhyun, dan Minho ikut mengangguk.

"Betul hyung, kurasa Jae noona juga mengerti," sahut Kyuhyun.

Yunho hanya tersenyum menanggapinya. Dia benar-benar merasa bodoh saat ini, karena tentu saja mereka bahkan tidak tahu apa yang terjadi dengan rumah tangganya.

Tiba-tiba ponsel di saku Yunho bergetar. Yunho mengambilnya dan agak mengernyit ketika mendapati sebuah nomor asing.

"Yeoboseo?"

"..."

"Ya, saya sendiri. Ada apa?"

"..."

"MWOO?!"

Wajah Yunho berubah panik. Dia menutup telepon dan langsung berlari keluar. Yoochun, Donghae, Kyuhyun, dan Minho saling berpandangan bingung sebelum akhirnya ikut berlari menyusul Yunho.

.

..GJ..

.

Jaejoong memasuki ruang klub teater, satu-satunya klub yang diikutinya. Kosong, cocok sekali untuk tidur siang selama istirahat. Jaejoong menarik kursi dan hendak duduk ketika matanya mendapati meja penuh dengan berkotak-kotak kado.

Ckck.. Jaejoong geleng-geleng kepala melihat itu. Sepertinya tidak sulit menebak kado-kado itu ditujukan untuk siapa. Jaejoong mengambil salah satu kado dan membaca kartu ucapan yang tergantung di pita. Benar saja.

Saengil chukae, Yunho sunbae.. semoga kau suka hadiah pemberianku.. mohon disimpan ya ^^

Jaejoong meletakan kembali kado itu. Oh, jadi hari ini dia ulang tahun? pikirnya.

Jung Yunho adalah sekretaris klub teater dan satu tingkat diatas Jaejoong. Meski satu klub tapi mereka tidak begitu dekat, karena Yunho memang tidak pernah dekat dengan siapa pun. Yah, bisa dibilang tipe namja cuek, tapi populer. Belum lama ini dia baru debut sebagai member boyband bernama Cassie.

Pintu terbuka, membuat Jaejoong kaget setengah mati. Yunho masuk dan tanpa menghiraukan Jaejoong dia mulai membuka-buka laci meja komputer.

Jaejoong yang bingung hanya memainkan kedua tangannya gaje. Kenapa dia jadi gugup begini ya?

"Ngg.. aku.. aku datang memeriksa jadwal piket. Mmm iya itu," Jaejoong menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, agak menyesal telah membuka mulutnya. Babo, apa yang kau katakan barusan? rutuknya dalam hati.

Yunho menoleh sekilas.

"Tidak ada yang menanyakanmu," ujarnya cuek lalu kembali menghadap laci.

Jaejoong menutup wajahnya. Aish, memalukan!

Yunho mengambil sebuah kertas dari laci dan berbalik pergi. Tapi tiba-tiba ia berhenti begitu melihat tumpukkan kado di meja. Dia berjalan mendekat dan menatap kado-kado itu dengan tatapan malas.

Yunho meraih sebuah kotak besar bewarna merah kemudian membukanya, memperlihatkan di dalamnya cookies-cookies cokelat yang menggiurkan.

Jaejoong menelan ludahnya melihat itu. Kelihatannya enak.

Rupanya Yunho menyadari tatapan kepengin Jaejoong. Dia mendongak dan menyodorkan kotak cookies itu.

"Mau makan?" tawarnya.

Jaejoong yang sedang menatap cookies itu terperanjat, sadar bahwa lagi-lagi dia terlihat memalukan.

"Ah, anii. Memangnya aku pengemis, kenapa harus memakan makanan orang lain," jawabnya berusaha se-cool mungkin, padahal dalam hati dia berteriak, memalukan!

"Tidak mau ya sudah," Yunho beranjak pergi. Dia meletakkan kotak cookies yang bahkan belum disentuhnya itu ke tempat sampah sebelum akhirnya keluar dan menutup pintu.

Jaejoong menatapnya tak percaya. Benar-benar...

Mood-nya untuk tidur mendadak hilang.

"Joongie-ya, temani aku yaaa," Boram menarik-narik lengan blazer Jaejoong begitu bel pulang berbunyi, membuat Jaejoong yang tengah menghapus papan tulis mau tak mau menoleh.

"Namja sok seperti itu apa bagusnya sih," komentarnya tak habis pikir.

"Jangan menyebutnya sok. Beri aku dukungan, aku mohon," dan tanpa menunggu jawaban Jaejoong, Boram langsung menarik lengan yeoja itu keluar kelas.

"Ya!"

Jaejoong bersandar di dinding gudang olahraga sambil melipat tangan dan berdecak, mengamati Boram dan Yunho yang berdiri tak jauh darinya.

"Ngg... ini! Aku membuatnya sendiri," Boram menunduk seraya mengangkat kedua tangannya, mengulurkan sebuah kotak kecil berwarana putih dengan pita abu-abu.

Yunho menatapnya tanpa ekspresi. Dia hanya berdiri diam sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana, sama sekali tak berniat menerima pemberian Boram.

Boram yang menyadari reaksi Yunho menjadi tambah gugup. "K-kudengar hari ini kau ulang tahun. Aku hanya ingin memberimu hadiah, terimalah.."

Kedua tangan Boram masih terulur ke arah Yunho, tapi Yunho tetap tak bergeming dari posisinya, membiarkan tangan Boram menggantung di udara.

Boram makin gugup. Dia kembali membuka mulutnya.

"Sebenarnya, a-aku... aku..."

"Kau menyukaiku?" potong Yunho tepat sasaran. Boram terlihat ragu sejenak, lalu menganggukkan kepalanya mantap.

"Aku tidak menyukaimu," balas Yunho langsung. Tanpa berkata apa-apa lagi dia membalikkan badannya dan berjalan menjauh, meninggalkan Boram yang kini sudah terduduk lemas.

Jaejoong yang menyaksikan itu hanya mangap-mangap tak percaya. Kurang ajar sekali namja itu! Jaejoong melirik penghapus papan tulis yang masih digenggamnya lalu beralih pada punggung Yunho yang makin menjauh. Evil smile menghiasi wajahnya.

"JUNG YUNHO!"

Yunho menoleh.

Jaejoong mengambil ancang-ancang, kemudian dengan sekuat tenaga dilemparnya penghapus itu ke arah Yunho. Yunho terkesiap lalu segera menunduk.

PLUKK!

Lee Sonsaengnim kaget bukan main saat tiba-tiba sebuah penghapus mendarat di wajahnya. Dia menatap sangar si tersangka utama yang langsung gelagapan. Jaejoong menggigit-gigit jarinya, nyengir, lalu buru-buru berbalik untuk kabur. Tapi...

"AWAS!"

Jaejoong mendongak, tepat ketika sebuah bola basket menghantam keras kepalanya. Badannya limbung, matanya berkunang-kunang, dan setelah itu semuanya gelap.

.

.

.

To be continue...