Aku hanya ingin bebas! Keluar dari istana ini! Melihat dunia luar yang lebih luas, lebih baik, yang berkilauan dan lebih menarik. Ayo, bantu aku keluar dari istana ini! Aku menunggu seseorang yang bisa membawaku keluar dari rumah ini, segera...

Eyeshield 21 Fanfiction

Disclaimer: Eyeshield 21 by: Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata

Aladdin by: Walt Disney

Story: Iin-chan and Pichi-chan

Warning: Gaje-ness, Ooc-ness, Sangat beda dengan cerita Aladdin yang asli, AU, sisanya kalian yang nilai dah…

Don't like? Don't read.

Author POV

Kerajaan Deimon, kerajaan yang begitu kaya akan sumber daya alam dan memiliki banyak tenaga bantuan dari Kerajaan lain, sangat sejahtera jika dilihat dari rumah-rumah yang ada. Sangat elit jika dilihat dari jauh, tetapi jika kita selidiki lebih dalam lagi, disana terdapat sebuah bangunan tua yang sudah hancur. Itu akibat dari insiden beberapa tahun silam. Disana tinggal seorang pemuda pendek berambut coklat caramel berpakaian kaos putih berlengan, menggunakan celana polos se-lutut berwarna biru dan pemuda tinggi berambut spike pirang dengan menggunakan baju kaos turtle neck berlengan panjang 5cm di atas siku dan celana polos 5cm di bawah lutut. Mereka adalah saudara baik. Yang pendek bernama Hiruma Sena dan yang satu lagi bernama Hiruma Youichi. Mereka sangat akur, karena Sena selalu mengalah dari Kakaknya. Bagaimana tidak? Kalau saja dia tidak patuh Kakaknya sudah membuatnya malu didepan umum, atau dicincang menggunakan katakana yang selalu dibawa oleh Youichi untuk berkeliling, untuk mengancam orang tentunya. Mereka mendapatkan makanan dengan mengancam para penjual.

(Di tempat mereka berada)

Terlihat Youichi sedang mengambil katakananya dan buku ancamannya. Dia menyeringai dan menoleh, membalikkan kepalanya 180 derajat kea rah Sena dan berkata, "Adik sialan, cepat ikut aku! Kalau tidak, kau akan kujadikan santapanku nanti!" bentak Youichi pada Sena.

"Ha… Hai, Aniki!" Sena berlari mendekati Youichi.

"Kekeke, aku tidak sabar melihat reaksi Dagang sialan itu jika mengetahui bahwa rahasia sialannya sudah kucatat di buku ini," Youichi pun menyeringai setan dan terjun dari lantai dua bangunan itu lalu mendarat dengan tepat dan juga selamat. "Hoi Adik sialan! Cepat turun!"

Karena Sena tidak berani melakukan sesuatu yang dilakukan oleh Kakaknya, Sena memilih memutar lalu menuruni tangga di bangunan itu dengan kecepatannya.

"A... Aniki, kita mau kemana?" tanya Sena setelah ia sampai di bawah.

"Tentu saja mencari makan, baka!" dan Youichi berangkat dan Sena mengikutinya dari belakang.

Diperjalanan, terlihat kedua saudara itu berbincang-bincang.

"Aniki, aku ingin bertanya. Kenapa Aniki tidak mengancam kerajaan saja untuk menyerahkan tahtanya kepada kita. Jadi, kita tidak perlu mengancam orang lagi untuk mencari makan dan kita bisa mendapatkan kekuasaan yang melimpah. Benarkan?" entah kenapa Sena bisa berpikir mengancam kerajaan Deimon untuk membebaskannya dari kehidupannya yang tidak mencukupi itu.

"Keh, kalau aku mau aku juga bisa. Tetapi, apa artinya hidup tanpa tantangan? Cara yang membosankan! Kekeke," Youichi terkekeh mendengar perkataan adiknya itu.

"Oh, begitu ya? Hem, aku ingin bertemu dengan perempuan yang penuh semangat dan unik. Tapi, kurasa itu hanya sebuah impian belaka," Sena meratapi nasibnya yang kurang beruntung.

"Itu dia target kita!" sentak Youichi sambil mengeluarkan buku ancamannya.

"Hi… Hiruma bersaudara datang!" teriak salah satu pedagang.

"Bagi yang menutup dagangannya akan aku bunuh!" ancam Youichi sambil memegang katakananya. Dan dalam seketika suasana menjadi hening.

TAP…

Youichi menghentikan langkahnya di depan dua pedagang muda.

"Aku ingin ambil ini," kata Youichi santai.

"Seribu yen tuan," kata Pedagang yang berambut Hitam.

"Ma… Maaf, kami tidak akan membayarnya!" kata Sena sembari meminta maaf.

"Apa!" bentak Pedagang yang satu lagi.

"HIE!" Sena memekik ketakutan.

"Yohei Satake-kun dan Kenta Yamaoka-kun, kekeke. Kalian pasti pendatang baru disini kan? Pindahan dari Kerajaan Kyoshin ya?" dan Youichi membuka buku ancamannya.

"Da… darimana kau mengetahui itu?" teriak lelaki berambut hitam, Satake.

"Bukan itu saja! Hm, Satake-kun suka mengintip gadis mengganti baju ya? Kekeke, dasar Pengintip sialan. Dan, oh! Yamaoka-kun suka mencium lukisan wanita idolanya ya? Kekekeke," Youichi tertawa lepas mengetahui ekspresi mereka yang berubah menjadi pucat pasi.

"Baiklah! Bawa semua yang kau inginkan! Asalkan jangan menyebarkan itu semua!" kata Yamaoka ketakutan.

"Tapi karena diantara kami tidak ada yang bisa memasak jadi tolong anda yang memasaknya," kata Sena sopan.

"Hei kau! Lelaki yang membawa katakana!"

"Eh?" merasa ada yang memanggilnya, Youichi menolehkan pandangannya kearah suara itu berasal. Dilihatnya seorang wanita menggunakan baju berwarna biru muda dengan bagian perut terbuka dan menggunakan celana balloon berwarna biru muda juga. Sepatunya berwarna emas, berbentuk slipper dan menggunakan kalung emas di lehernya. Menggunakan cadar dan jubah untuk menutupi identitasnya. Mata yang berwarna biru terlihat jelas oleh mata yang berwarna hijau. Mata biru itu memancarkan ekspresi tidak senang atas prilaku yang Youichi lakukan terhadap para pedagang disana.

"Aniki, siapa dia?" bisik Sena pada Youichi.

"Kekeke, kau mau apa Cewek sialan?" tanya Youichi pada perempuan itu dan mengacuhkan Sena.

"Aku ingin kau melepaskan mereka!" kata perempuan bercadar itu.

"Boleh saja, asalkan kau memasakkan makanan untuk kami," Youichi menyeringai.

"Baiklah!" Perempuan bercadar itu mulai memasak. Terlihat bahwa ia telah mahir. Dan jadilah bento yang sangat menggugah selera.

"Arigatou!" kata Sena lalu mengambil bento itu.

"HOI! ITU DIA!" teriak seseorang yang menggunakan pakaian kerajaan dan berkaca mata kepada teman-temannya. Mereka adalah pengawal kerajaan. Kazuki Juumonji, Koji Kuroki dan Shozo Togano.

"Heh," tiba-tiba saja Youichi menyeringai dan menarik tangan wanita bercadar itu.

"Hei! Apa yang kau lakukan?" protes gadis itu.

"Adik sialan! Selamatkan bento itu! Kalau tidak, kau yang akan aku jadikan makananku!" ancam Youichi.

"HIE!" Sena berlari menuju bangunan tua yang disebut rumah itu.

"Kekeke, Adik sialan baka," kata Youichi sambil menyeringai.

"Aku tidak suka caramu! Siapa namamu?" tanya gadis itu.

"Aku Hiruma Youichi dan kau Anezaki Mamori, iya kan?" Youichi menyunggingkan senyum kemenangan sambil berlari.

"Hhh, kenapa kau mengetahuiku? Aku kan tidak pernah keluar rumah," kata Mamori

"Tentu saja aku tahu. Setiap ada yang bertanya padaku 'kau siapa' itu artinya dia adalah orang sialan yang tidak pernah keluar rumah. Dan itu adalah kau, Putri kerajaan baka!" katanya lalu berhenti.

"Hhhh…. Hhhh… hhh…," Mamori mengambil nafas terengah-engah karena lelas berlari.

"Kurasa aku tidak sopan kepada seorang putri, kekeke," dan Youichi melingkarkan tangannya di pinggang Mamori, menarik ke pelukannya dan melompat zig-zag untuk memanjat sebuah bangunan.

"APA YANG KAU LAKUKAN!" teriak Mamori sambil melepaskan pelukan Youichi.

"Menggendongmu naik ke bangunan agar aku tidak perlu menunggu lama di atas," kata Youichi santai.

Setelah mereka sampai di atas, Mamori bertanya,

"Lalu?" Mamori kebingungan dengan tindakan Youichi.

"Selamat tinggal," dan Youichi kembali terjun dari bangunan itu.

"Apa maunya?" Mamori berbicara sendiri dan…

"Mamori-sama! Untung anda baik-baik saja, kemana perginya penculik tadi? Aku baru mendapatkan satu!" kata Pengawal Kuroki sambil menyeret Sena.

"Aku… baik-baik saja," kata Mamori dengan wajah lesu.

"Ayo kita kembali ke Kerajaan Mamori-sama," kata Juumonji memimpin jalan.

Klotak, klotak, klotak, klotak

Datanglah kereta kuda lalu turun seseorang dari dalam kereta itu.

"Ya! Mamo-nee! Kemana saja?" tanya seorang gadis berambut biru dengan warna mata yang senada dengan rambutnya. Wajah yang manis menggunakan sandal biru muda dengan dress selutut berwarna putih.

"Suzuna-chan!" kata Mamori

"Kawai," bisik Sena.

"Eh?" kata gadis yang dipanggil Suzuna dan menoleh kearah Mamori dan Sena berada. Tanpa sengaja mata mereka saling bertemu. Sena dan Suzuna, wajah mereka memerah bersamaan.

"Oh, ayo kita masuk ke dalam kereta, Suzuna-chan dan uhm…"

"Hiruma Sena, panggil saja Sena," kata Sena seakan tahu apa yang ada dalam pikiran Mamori.

"Baiklah, Sena-kun. Ayo kita masuk," Mamori pun masuk bersama Sena dan Suzuna ke kereta yang ditunggangi oleh Tetsuma sebagai pemegang kendali dan Kid yang menjadi pemberi Instruksi kepada Tetsuma.

Sepanjang perjalanan Sena hanya diam dan memandang keluar.

"Uhm, Sena. Kenapa kau bisa tertangkap?" tanya Suzuna memberanikan diri untuk membuka pembicaraan.

"A… Uhm… A… Ano, aku sedang ber… berbelanja dengan Aniki," kata Sena gugup dan mungkin sedikit berbohong. Karena yang sebenarnya dia sedang mengancam bersama Kakaknya.

"Oh, kasihan. Nanti akan Saya bicarakan kepada Raja Yuki agar membebaskanmu," kata Mamori ramah.

"Arigatou Anezaki-sama," ucap Sena.

[di tempat Youichi]

"Pasti Adik sialan tertangkap. Dasar payah! Ho?" Youichi melihat ada bento di meja makan mereka. Youichi merasa ingin tertawa karena tingkah polos adiknya yang mengorbankan dirinya agar bento itu selamat. Dalam sekejap Youichi bisa mengetahui itu.

"Kekeke, Adik baka sialan."

'Wanita tadi… menarik juga. Aku harus menemuinya! Kekekekeke' pikirnya dalam hati dan Youichi memakan bento itu.

[Di Kerajaan Deimon]

Mamori turun dari kereta kudanya dan berjalan perlahan memasuki Istana.

Datanglah kelima penasihat Raja mendekati Mamori.

Mereka adalah Taka, Yamato, Agon, Takami dan Riku.

"Mamori-sama, kenapa anda keluar Istana? Itu dapat membahayakan keselamatan anda 'kan?" kata Penasihat Takami

"Mamori-sama, apakah anda merasa bosan berada di Istana?" tanya Penasihat Yamato.

"Mamori-sama, ada apa?" pertanyaan singkat dari Penasihat Taka.

"Apa ada yang salah dengan Istana ini Mamori-sama?" tanya Penasihat Riku santai, disini dia adalah Kakak Suzuna.

"Apakah ada yang salah Mamori-sama," tanya Penasihat Agon.

Penasihat yang paling senior adalah Agon, kedua Takami, ketiga Yamato, keempat Taka dan kelima Riku.

"Saya tidak apa-apa, sekarang saya hanya ingin menuju kamar saya. Permisi," Mamori berlalu.

"Anak muda jaman sekarang," kata Penasihat Takami.

"Itulah wanita, sangat sulit dimengerti," kata Penasihat Yamato.

"Tapi kalau Karin-chan mudah dimengerti kan?" tanya Penasihat Riku dengan polosnya.

"Tentu saja! Karena aku sudah mengerti hatinya!" kata Penasihat Yamato sambil nyengir.

"Kalau urusan wanita sih aku yang jago!" kata Penasihat Agon menyombongkan diri.

"Pembicaraan yang tidak penting," kata Penasihat Taka.

"Menurutmu pasti lebih penting membaca bukukan?" kata Penasihat Riku.

"Hhhh...," sedangkan Penasihat Taka hanya menghela nafas.

"Kami akan membawa penculik ini ke penjara, permisi tuan-tuan," kata Juumonji.

"Silahkan bawa sampah itu ke penjara," kata Penasihat Agon.

Lalu para penjaga berlalu dengan menyeret Sena.

"Suzuna-chan, kenapa tidak menyusul Mamori-sama?" tanya Penasihat Riku pada adiknya. Tetapi tidak ada respon. Adik kecilnya menatap sendu kearah tempat Sena akan dikurung, "Suzuna-chan? Kau… suka sama pemuda tadi ya?" kini Penasihat Riku dengan jahil mengejek Suzuna. Seketika, Suzuna tersadar dari lamunannya.

"Ti… Tidak kok!" elak Suzuna

"Sanah, bertugas kembali sebagai Penasihat Putri," kata Penasihat Riku pada Suzuna. Ya, Suzuna adalah Penasihat Putri yang paling dekat dengan Mamori, alias Putri itu sendiri. Mamori memiliki banyak penasihat, penasihat Wakana, Julie, Karin dan Suzuna. Yah, sebenarnya itu hanya akal-akalan Raja. Seharusnya yang mempunyai penasihat hanyalah Raja, penasihat untuk Mamori, hanyalah teman bermain untuknya agar tidak bosan berada di dalam Istana.

[Di Tempat Lain]

Youichi's POV

Aku terus berlari menuju Istana untuk bertemu dengan Mamori dan menyelamatkan Sena. Sesampaiku di gerbang istana aku melihat ada dua pengawal. Ayolah aku mengenal mereka berdua, mereka adalah Aki Reisuke A.K.A Achilles dan Hera Kureji A.K.A Heracles.

Tap Tap Tap

Aku melangkahkan kakiku dengan santai

"I… itu Hiruma Youichi! Tidak! Ini gaswat!" kata Achilles.

"Yang benar itu gawat Achilles bukan gaswat," kata Heracles membenahi perkataan Achilles.

"Aku mau masuk, SEKARANG!" bentakku

"Baik, Hiruma-san!" dan kedua penjaga itu membukakan aku pintu gerbang.

"Minta kunci penjara bawah tanah," kataku santai

"I… Ini Hiruma-san," dan Heracles sambil memberikan kuncinya padaku.

Tap Tap Tap

Aku melangkah menuju penjara bawah tanah.

[Sesampainya Di Penjara Bawah Tanah]

Sena's POV

Aku duduk disini, sendirian. SERAM!

"Hohoho, Sampah kecil, sedang apa kau disini?" tanya seseorang kepadaku.

"Aku sedang duduk sendiri," jawabku polos

"Apa kau ingin bebas?" dia bertanya

"Ehm," aku membalas dengan anggukan kecil.

"Ada lampu ajaib yang bisa mengabulkan semua permohonanmu," kata orang itu

"Hoi Adik Sialan!" aku mendengar suara Kakak memanggilku

"Aniki! Lihat tuan! Kakakku datang untuk menyelamatkan kita!" kataku girang pada seseorang yang aku ajak berbicara tadi.

"Baka! Kenapa bisa tertangkap?" akhirnya Kakak muncul dari balik kegelapan.

"Karena aku menyelamatkan bento itu!" kataku, "Aniki, hm… orang itu menawarkan kita kebebasan! Dan dia mengatakan padaku ada lampu ajaib yang bisa melakukannya! Apa Aniki tertarik akan hal itu?" kataku pada Kakak.

"Cih, mana orang sialan itu?" tanya Kakak

"Itu dia!" aku menunjuk orang itu. Berambut ungu, menyeramkan, rambutnya gimbal dan panjang.

"Hoo, Penasihat Raja sialan yang sudah senior ya? Kekeke, artinya anda sudah tua! Penasihat tua sialan!" kata Kakak sembari memberikan nama baru untuk orang itu.

"Namaku Agon!" kata orang yang ternyata bernama Agon itu, "sampah!" lanjutnya.

"Sialan!" balas Kakak

"Sampah!"

"Sialan!"

"Sampah!"

"Sialan!"

"Sampah!"

"Sialan!"

"SAMPAH!"

"SIALAN!"

"Cukup! Aku bukan anak kecil sepertimu!" akhirnya Agon menyerah

"Kekeke! Tentu saja kau bukan anak kecil! Karena kau sudah tua! Penasihat tua sialan!" kata Kakak sembari tertawa.

"Jika aku bisa, akan kuremukkan tulangmu!" ancam Agon.

"Kau tidak akan meremukkan tulangku karena kau tidak akan bisa! Kekekeke!" lagi, Kakak tertawa. "Okay, back to topic," kata Kakak pakai bahasa Inggris.

"Jika kalian tertarik akan kutunjukkan jalan pintasnya," kata Agon menawarkan.

"Kami tertarik, cepat tunjukkan jalan sialan itu!" kata Kakak.

"Kemari anak-anak kecil, kukuku," lalu Agon menekan-nekan dinding dan…

GREEEEKKKK

Terbukalah sebuah pintu yang menembus ke gurun pasir.

"Pergi! Carilah lampu ajaib itu!" teriak Agon pada kami.

"Ba… Ba… Baik!" seruku tergagap.

Kami berjalan menyusuri gurun itu. Disana terlihat sebuah gua yang menyerupai mulut anjing yang sedang menganga. Aku berjalan mendekatinya dan mebaca sebuah papan yang bertuliskan 'Gua Cerberus'. Papan itu adalah tempat nama Gua misterius ini.

"Kekeke! Nama yang lucu!" seru Kakak sambil terkekeh.

"Si… siapa yang akan masuk Aniki?" tanyaku pada Kakak.

"Tentu saja kau yang masuk baka! Aku menunggu di luar saja!" kata Kakakku.

"Baiklah," aku berjalan masuk ke gua itu. Lalu aku melihat ada papan peringatan.

'Ambil barang yang kau perlukan saja! Jangan menyentuh harta kekayaanku yang lain! Atau, hidupmu di dunia ini akan segera berakhir dengan gigitan anjing ini!"

Peringatan yang aneh, tetapi aku tetap saja masuk karena ini perintah Kakak.

Sesampainya aku di dalam, aku melihat sangat banyak harta karun. Ingin rasanya aku mengambil ini dan segera pulang lalu menjualnya dengan harga yang tinggi. Dan aku bisa menjadi kaya! Lalu Suzuna akan menikah denganku! Tapi, kurasa itu mustahil jika aku digigit oleh anjing yang sebenarnya gua ini.

Saat aku berjalan, tanpa sengaja aku menginjak permadani. Syukurlah kecerobohanku ini tidak membawakan dampak buruk untuk keselamatanku.

"Hoi Adik sialan! Lama banget sih!" kudengar suara Kakak di belakangku.

"A… Aniki, aku harus membaca peringatan dulu sebelum masuk," kataku membela diri.

"Sudahlah! Dasar lambat!" Kakak berlari meninggalkanku.

Srak Srak Srak

Kudengar derap langkah mengikutiku.

Set

Aku menoleh ke belakang, tidak ada apa-apa. Hanya… hei! Kenapa permadani itu ada di belakangku! Kurasa tadi aku sudah jauh meninggalkannya.

Aku berjalan lagi tanpa menghiraukan kejadian tadi.

Syu… Syu… Syu…

Aku rasa ada yang melayang di atasku.

Set

Kudongakkan kepalaku ke atas, melihat ada apa di atasku. Tetapi tidak ada siapa-siapa.

Baiklah, aku berjalan perlahan-lahan dan saat aku mendengar suara aneh, aku memundurkan langkahku. Dan yak! Tertangkap! Aku menginjak sesuatu!

Aku menoleh dan melihat ada permadani yang aku injak.

Sret!

Permadani itu bangun dan terbang dengan sendirinya

"HWA!" teriankku

"Dasar lamban!" teriak Kakakku dari kejauhan.

"ANIKI! Tadi, ada permadani yang bisa terbang- hya!" tiba-tiba permadani itu terbang menuju kakiku, lalu setelah berhasil menjadi penengah antara telapak kakiku dengan permukaan tanah, permadani ini mengangkatku terbang dan mengarah ke Kakak.

Terlihat Kakak menyeringai lalu permadani ini berhenti.

"Bagus, bisa tunjukkan kami, dimana lampu ajaib itu berada?" kata Kakak.

Lalu permadani itu mendaratkanku lalu menuntun kami menuju tempat lampu ajaib itu.

"Itu dia," Kakak menyyeringai puas saat melihat sebuah lampu ajaib.

Saat aku menolehkan pandanganku, aku melihat ada patung emas yang mirip dengan Suzuna. Tiba-tiba aku berhalusinasi bahwa itu adalah Suzuna. Tanpa sengaja aku menyentuhnya.

Drrrrrr…

Drrrrrrrr...

Getaran demi getaran aku rasakan dan juga gemuruh-gemuruh terdengar. Oh tidak! Aku telah menyentuh benda yang tidak aku perlukan!

"BAKA!" teriak Kakak. Lalu, entah kenapa muncul lahar yang kami tidak tahu berasal darimana.

Dengan cekatan permadani itu menolong Kakak dan melayang kearahku. Baik, aku sudah naik! Kakak sudah membawa lampu itu.

Karena lahar mengejar kami, terpaksa kami berlomba-lomba dengan lahar itu untuk mencapai sebuah ruang yang dibatasi oleh garis horizontal. Karena, setelah kami melewati garis itu, lahar tidak akan bisa menyusul kami.

Swesh!

Dan, kami berhasil melewati garis horizontal itu!

Getaranpun terjadi! Dan itu meruntuhkan jalan keluar kami! Astaga! Jalan keluarnya sudah tidak ada! Bagaimana kita bisa pulang?

"Aniki, bagaimana ini?" tanyaku cemas.

"Hm…," dan Kakak sedang berpikir keras untuk jalan keluar kami.

Tsuzuku…


Iin: YA! Minna, this is the first time I make the multichap story! *prok-prok-prok*

Pichi: Tidak penting *tatapan sinis*

Iin: Hiks, hiks...

Hiruma: Sejak kapan cebol sialan jadi adikku?

Iin: Sejak kalian ada dicerita ini.

Mamori: No coment

Sena: Hiruma Sena? Bagus juga.

Monta: Kapan aku muncul?

Iin: Nanti ada saatnya.

Pichi: Okey, langsung ke intinya aja! Review please!

Iin: Akan saia usahakan untuk mengupdate kilat.

Pichi and Iin: Sampai jumpa di chap depan!

Happy Quiz: Siapakah yang akan menjadi jin? Monta muncul sebagai apa? Ya! Mohon dijawab! :D

Mind To Review?