Ninetyfive and Ninetyfour
Wind
Ini cuma tentang angin yang mengganggu Luhan dan membuatnya sedih, contohnya kematian Sehun, angin kencang saat Sehun menaiki burung besi, angin yang mengganggu acara Jongin dan Luhan, atau angin yang mempertemukan Luhan dengan Hakkin
"Aku sudah menyukaimu lebih dari seratus detik, seratus menit, seratus jam, seratus hari, lalu aku memutuskan melupakanmu dan sedetikpun tak bisa, namun aku sadar itu semua sia sia. Jadi, aku pergi-
walaupun aku tetap menyukaimu."
"Kalau begitu berhenti melakukannya untuk seratus minggu, seratus bulan, seratus tahun, seratus abad kedepan agar aku dapat memutuskan aku salah bahwa-
semua darimu konyol, sampai aku tak bisa berhenti berfikir bahwa aku telah menyukaimu,"
pergi, pergi, semakin jauh, tetap pada opininya bahwa hanya dia yang benar. Sampai kepergian itu telah membuat lubang lubang duka pada manusia manusia yang setia padanya.
Unknown, 6 Februari 2013 06.17
Banyak dari mereka berlalu lalang lalu bersapa - sapaan. Disini suasana sedang hujan deras, seragam seragam itu ada yang basah terkena air mata sang dewa yang menangis di tahtanya, mungkin ia Psikhe yang menangis karena Cupid yang berselingkuh atau Akhelois- sudah seminggu bulan tidak tampak entah itu karena langit berawan atau gerhana bulan.
Dentingan bel manual yang masih menggunakan teknik kumparan dan magnet berbunyi, harus segera kekelas untuk memulai pagi yang dingin dan membosankan. Bahkan pengajar yang kadang tak berilmu tinggi, hanya mengacu pada buku sebagai pedoman masih bermalas malasan disinggasana mereka sambil bercakap cakap, atau sekedar tidur.
"Bagaimana dengan hari ini? Terdengar lebih baik untukmu?" Tanya seorang siswi dengan rambut yang di ombre biru dengam catkuku senada.
"Apa maksudmu? Hujan? Apa yang baik? Pelajaran olahraga tertunda, apa yang baik, jangan berbicara macam - macam!" Ujar temannya dengan muka merah padam.
"Santai saja, maksud Hyorin mengingatkan itu hanya untuk menyuruh kita agar berdoa untuk Sehun. Agar ruh-nya tenang disurga," timpal temannya yang lain sambil menahan tawanya yang sangat kentara, begitu juga beberapa anak perempuan lain.
"Baekhyun! Lionel! Hyorin! Sungguh, kematian Sehun bukan suatu yang dapat kalian olok olok! Apalagi tepat setahun setelah kematiannya! Aku tau kalian membenci Sehun!" Siswi itu mendengus dan berpindah tempat duduk di sebelah sahabat dari orang yang mereka bicarakan.
"Jongin," ujar siswi yang kesal atas candaan mengenai seseorang yang telah mati.
"Luhan, sudah lama kita semua berteman, dari junior high school kan?" Luhan, siswi itu mengangguk, "dan sejak saat itu aku, Sehun dan nama benda langit yang secara kebetulan itu bersahabat. Maaf ya, jika Suho dan Seokjin selalu mengucilkanmu yang menyukai Sehun," Luhan terlihat seperti kehilangan kecerdasan untuk beberapa saat, "bodohnya aku, apa terlihat seperti anak perempuan? Aku akan pergi kerumah Sehun pulang sekolah dan Suho juga menyempatkan hadir, apa kau juga akan ikut?" Luhan menggeleng lemah.
Pelajaran dimulai sebagai tanda bahwa guru olahraga mereka melangkah penuh api berjalan dilantai lantai kelas mereka dengan sebuah memory dikalungkan seperti liontin berharga. Ia memulai pelajaran dengan penuh ketangkasan menjadi sejarah yang meletihkan mata dan otak, menyetel format format video tentang kematian -lagi- olahraga di arena yang tragis.
Angin mencumbui kulit putih langsat milik Luhan yang sedang duduk di halte. Terkadang ia melirik riak riak genangan air yang tertampung saat hujan dan tanah tanah kotor. Disebelahnya Baekhyun yang menarikan jari tangannya pada keyboard smartphonenya. Luhan sendiri hanya menatap kosong jalanan yang sangat ramai dengan deru deru mesin motor dan percakapan manusia manusianya, ia mendengus lalu beberapa menit kemudian mendengus lagi terus begitu saja, sampai Baekhyun menyapanya.
"Ada apa? Masih terfikir tentang Sehun? Apa aku harus berharap agar Sehun muncul didepanmu sekarang?" Omongan Baekhyun di acuhkannya, "oh Tuhan yang maha agung! Datangkanlah Sehun-Alpha- agar sang Luhan-Venus- bisa mengorbit padanya, bukan dengan gravitasi, tapi dengan kekuatan cinta!" Setelahnya Baekhyun tertawa kecil, "maaf, maaf! Seseorang seperti Sehun memang pantas mati kok! Kan kau sendiri yang bilang jika karma itu berlaku."
Luhan mendelik kepada Baekhyun, "tapi, ini kematian Baek!"
"Kau hanya masih menyukainya! Astaga itu cinta monyet!" Baekhyun memasuki bus bersama Luhan dan mendudukan mereka berdua.
Keheningan menyapa mereka dalam singgasananya yang agung, sebelumnya yang berada dalam tangan kegelisahaan dan rasa egois. Hujan kembali datang menginjak atap bus, entah sekarang siapa yang menangis, dewa dewi itu tidak begitu penting. Keheningan masih menduduki tempatnya antara Luhan dan Baekhyun, bahkan hujan tidak mengusik secuilpun jubah sang keheningan. Sampai Luhan turun, keheningan itu baru sirna dari tempat duduknya, Luhan menyapa Baekhyun. Luhan lalu membuka payung dan berjalan diantara hujan memasuki Apartemennya. Ia melihat ada beberapa orang penyewa baru dari Asia timur, kulit mereka sangat putih dan muka mereka sangat oriental.
Luhan memasuki ruangannya, lalu Luhan mendudukan dirinya pada kursi kayu mahoni yang diukir di puncak sandarannya. Ia menatap meja belajarnya, matanya kosong menerawang jauh.
Unknown, 12 Agustus 2010 13.40
Bunga bunga berjatuhan begitu saja, melepaskan rindu pada tanah dengan memeluknya. Angin berlari larian di udara yang cukup dingin. Cuaca yang buruk tak menghalangi niat rombongan para remaja untuk melihat panorama pinggiran hutan kota yang indah.
"Berjalan sebentar lagi akan ada lahan luas bekas yang pernah digunakan untuk latihan futsal atau basket," ujar salah satu anak berambut merah.
Anak anak yang lain hanya mengikuti saja sambil berbincang bincang, beberapa dari mereka sibuk mencari signal, dan menatapi jalanan. Jumlah mereka tak lebih dari 15, tidak hanya remaja laki laki saja, tapi perempuan juga ada.
"Wah! Itukan tanah lapangnya?!" Seru seorang perempuan dengan rambut sebahu.
Beberapa dari mereka berlari dan mendudukan diri mereka dipinggir lapangan. Beberapa lagi masih berjalan santai.
"Angin lalu mengatakan jika band band Jepang akan kesini bulan besok!" Seru Luhan.
"Lalu?" Seokjin memutar bola matanya.
"Apa tidak tertarik?! Itu keren!" Camomile secara tidak langsung meng-iyakan perkataan Luhan.
"Dan?" Tambah Seokjin.
"Aku ingin sekali menontonnya!" Luhan tidak bisa berhenti berteriak.
"Ayahku sudah memberikan izin dan tiketnya!" Camomile berteriak mengikuti Luhan.
"Ugh- aku tidak diperbolehkan," ucapan Luhan terdengar sangat lirih.
Suho, Palapa dan Seokjin tertawa, "kau kan anak perempuan yang ceroboh, jelas sekali," Ucap Suho dan diberi anggukan oleh Palapa dan Seokjin.
"Kalian anak laki laki yang menyebalkan! Kalian sendiri Gamers!"
"Hey, setidaknya Gamers di Jepang lebih dipuja dari band band kalian yang norak itu!" Seokjin menyaut.
Mereka akhirnya duduk dan beristirahat sebentar sebelum bermain basket atau sekedar berfoto.
"Hey! Lihat sebelah sana!" Ujar Europa, "itu siswa kelas 8-2 kan?"
Di sebrang lapangan ada dua anak laki - laki dengan topi lidah dibelakang, memakai baju dengan karakter Eren, celana pendek selutut, jaket biru. Ia bersender pada batang pohon yang rimbun sambil menekan nekan keyboardnya laptopnya. Sedangkan yang satunya lagi sedang membaca buku.
"Hey!" Teriak Lionel.
"Li, apa yang kau lakukan?" Ujar Baekhyun melihat Lionel yang sedang lari kearah anak laki laki itu. Baekhyun-pun menyusul, mereka lama mengobrol disana, entah tentang apa.
"Teman temanmu tidak tau malu apa? Itukan laki laki," ujar Palapa pada Luhan sambil mengendlik lalu mengeluarkan basket hitam dari tas basketnya. Ia memantulkan bola itu agar mencium tanah, dan mendaratkannya pada cincin sebesar bola itu. Seperti biasa, Palapa terlalu mencintai olahraga itu. Yang lain-pun bergabung untuk bermain.
Tidak lama dua anak laki laki disebrang sana berjalan mendekat kearah mereka
"Hi! Ini teman baru kita," ujar Lionel pada anak anak yang sedang beristirahat, kelihatannya mereka enggan untuk peduli,"mereka gamers!" Seokjin, Palapa dan Suho menengok.
"Seokjin Exo Gerulion!"
"Palapa Dermintos!"
"Suho Glise Kystus"
Ujar mereka kompak, anak laki laki itu seperti menemukan hadiah baru.
"Aku Jongin Bux Trojan dan yang pakai kaca mata- kau tidak mau mengenalkan namamu?"
Seorang yang memakai kaca mata itu menengok dengan dahi yang berkerut, "Sehun Alpha Century," ujarnya pada mereka semua.
"Nama kalian semua adalah benda benda langit!" Ujar Hyorin.
"Yang perempuan dengan kacamata itu Hyorin, lalu yang sedikit pendek itu Camomile, yang mempunyai rambut blonde itu Kyungsoo, yang jangkung itu Europa dan yang sedang memegang basket itu Luhan," jelas Lionel.
"Bagaimana jika berbicara tentang pertandingan Dota sebentar," Seokjin menggiring mereka menjauhi anak perempuan.
"Oh god! Mulai lagi!" Europa mengambil basket dari tasnya dan mencoba melakukan slamdunk dan three point.
Luhan menatap orang itu, orang yang aneh, yang tidak banyak omong dan sangat cuek. Bahkan dengan laki laki. Ia tertawa saat memperhatikan laki laki itu.
Sudah sangat sore dan ini sore yang dingin, jadi mereka memutuskan akan pulang, sebelumnya mereka berfoto - foto dengan Camera yang Seokjin bawa.
"Hey," panggil Luhan dengan lembut. Pria itu menengok dan Luhan memekik dengan suara yang amat pelan, "iya! Kau!" Pria itu sekarang berdiri didepan Luhan.
"Siapa namamu? Aku lupa," ujar Luhan mengawali ucapannya.
"Sehun Alpha Century, mmm- bagaimana denganmu? Aku tadi tidak mendengarkan."
"Luhan Venus Guerje. Jadi tuan Century, apa bisa kudapatkan kontakmu?" Tanya Luhan hati hati sambil melihat kearah tanah yang disemen.
Sehun menulis sesuatu dikertas dan memberinya pada Luhan. Sehun pergi begitu saja menarik tangan Jongin yang sedang berbincang dengan Palapa, mengambil peralatannya dan hilang di pepohonan.
"Hey apa yang kau bicarakan dengan Sehun?" Tanya Suho.
"Nothing, aku tidak tau dia akan takut kutanyai namanya."
Awal yang canggung bagi Sehun dan Luhan.
Unknown, 6 Februari 2013 16.24
Hujan mengetuk jendela jendela di sana dan memasuki tanah, seakan tau waktunya petir ikut meloncat loncat dalam wujud bunga api listrik, terkadang ia menyentuh tanah maka terjadilah kilat dengan suara indahnya yang maha dahsyat. Mereka menyanyi dengan suara yang merdu dan senada mengikuti hujan.
Luhan bersiap dengan celana denim, mantel, sepatu, tas dan payung-nya. Ia keluar bertemu pemuda pemuda oriental itu, mengingat sekali ketika dulu ia akan berteriak histeris melihat orang orang seperti mereka.
"Hajimemashite! Watashi wa Luhan Venus Guerje desu" Seru Luhan melewati kamar para pemuda oriental itu, pintu mereka selalu terbuka dan menampakan wajah mereka yang sedang berbincang. Sekarang mereka menatap Luhan, satu dari mereka seorang laki laki dan dua sisanya adalah perempuan. Salah satu dari perempuan itu memakai jaket dengan leher sampai menutupi hidung dan topi, terlihat keren.
"Hajimemashite! Watashi wa Hatsu Kenji desu," Ucap perempuan keren itu.
"Watashi wa Hokutoo Aibara desu," dia adalah satu satunya laki laki.
"Watahi wa Niji Kaze desu. Yoroshiku onegai shimasu," yang ini kelihatan manis dan anggun.
" Sepertinya kalian orang baru diapartemen ini." Ucap Luhan dengan Bahasa Jepang yang aksennya berantakan.
"Ah, kami bisa bahasa-mu. Masuk dulu," salah satu dari mereka menyuruh Luhan masuk.
"Tidak usah, ini ada sesuatu untuk kalian untuk ucapan selamat datang pulang nanti akan kuambil mangkuknya, jangan sungkan jika butuh pertolongan aku ada di dua ruangan setelah ini," Luhan memberikan tiga mangkuk soup cream dengan peterseli diatasnya, "masih hangat kok."
"Arigatou Gozaimasu!"
"Dooitashimashite. Aku akan pergi. Sampai bertemu lagi."
"Hati hati Kinsei-san!" ujar satu satunya laki laki disana.
Luhan berjalan pergi, dia akan menuju tempat itu.
Lama ia menunggu di halte tadi, sekarang waktu sudah berlari di indahnya bintang dan Luhan baru akan menekan bel rumah raksaksa yang sangat mewah. Ia masuk setelah dari intercom muncul seorang paruhbaya yang menangis. Luhan menyusuri rumah besar itu sampai ia bertemu dengan Jongin dan- Suho juga Seokjin dan Palapa.
"Hay!" Sapa Luhan dengan menundukan wajahnya.
"Si panas -Planet Venus- ini akhirnya datang juga! Ini sudah malam, perempuan sepertimu harus berhati hati, apalagi kau perempuan kedua yang disukai Sehun-" jeda yang cukup lama, "setelah ibunya."
"Suho mabuk berat dengan kakaknya Sehun," ujar Jongin yang memapah Suho. Seokjin sendiri memapah Danield, kakak dari Sehun, "keruang tengah saja. Disana ada ayah Sehun."
Luhan berjalan keruang tengah dan mengambil kitab disana. Ia lalu membaca kitab itu bersama ayah Sehun yang tidak hentinya berdoa, "Mr. Century, apakah kau sudah lama berdoa disini?" Luhan mencoba mengakrabkan diri.
"Ya, begitulah," ayah Sehun tertawa, "sudah lama aku berdoa agar anak itu kembali sewaktu waktu dalam keadaan hidup," ayah Sehun menghela napas, "aku belum tenang jika mayat Sehun belum ditemukan," ayah Sehun mulai menangis.
"Mr. Cerntury, anda harus kuat. Sekalipun Sehun mati, dia pasti ada disurga tuhan sekarang. Jika Sehun masih hidup, dia pasti mencoba datang ke kita," Luhan sendiri mencoba mengalahkan dirinya yang sudah ingin menangis.
"Luhan kau sebaiknya pulang sekarang. Ini sudah sangat malam. Aku berharap aku bisa mengantarmu pulang, namun aku masih ingin disini. Atau kau mau menginap?"
"Tidak, terima kasih Mr. Century. Terima kasih sudah menerimaku disini untuk beberapa waktu. Aku punya sedikit bingkisan untuk anda sekeluarga," Luhan mengeluarkan suatu yang dibungkus dalam tas ranselnya, "aku permisi dulu."
Setelahnya Luhan berpamitan dengan Danield dan ibu Sehun. Ia pulang sambil-
menangis.
Malam ini jalanan cukup lengang, Luhan melalui jalanan pulang. Luhan berhenti. Ada 2 sampai 3 motor harley menjegalnya. Luhan terlihat takut dan mengambil stungun.
"Serahkan yang ada dalam tasmu!" Titah salah satu dari mereka.
"Bagaimana jika dirinya juga?" Timpal yang lainnya.
"Ambil saja uangku!" Luhan berujar dengan tidak baik.
"Hey, kau tidak boleh begitu, kau itu wanita yang cantik," yang lainnya berucap seperti anak kecil.
Luhan menangis, tubuhnya gementar.
"Hey cantik, kau baik baik saja?" Salah satu dari mereka menyentuh Luhan dan langsung ditepis Luhan.
"Berani kau! Bawa dia!" Mereka menarik Luhan dan membawanya naik kemotor.
Luhan memberontak dan membuat motor itu kurang stabil. Akhirnya Luhan di bius.
Unknown 7 Februari 2013 09.23
Pagi yang indah dengan harum kayu kulit jeruk. Ia membuka penglihatannya, menapak matanya pada cahaya dan perbedaan yang ada. Ia mulai terbiasa.
"Ohayou Kinsei-chan!"
"Ah! apa yang terjadi padaku!" Luhan langsung duduk dengan muka shock, mungkin ia ingat apa yang terjadi, "apakah aku-" Luhan menggantung kalimatnya.
"Malam itu aku dan Hakkin pulang sekolah dan bertemu orang orang itu yang sedang mencoba membuka bajumu di area taman kota yang kosong. Yasudah kami lawan saja. Hiyat hiyat! Aku dan Hakkin jago Hapkido dan Judo!"
"Arigatou Kaze! Aku sangat berterima kasih. Maaf sudah merepotkan! Ini kamarku kan? Dari mana kau bisa buka apartemenku?"
"Aku bertanya pada orang administrasi!" Niji menatap kamar Luhan.
Luhan mengangguk, "Kaze! Hakkin itu yang mana?" Luhan melirik Niji yang masih memperhatikan kamarnya.
"Kinsei-chan aku pergi dulu ya! Aku harus mengerjakan pekerjaan rumah atau kakak kakakku akan marah. Bye Kinsei- chan!"
Luhan menatap pintu kamarnya. Ia mengambil handuk lalu menuju kekamar mandi. Mungkin ia butuh menyegarkan dirinya.
"Konnichiwa!" Sapa Luhan sambil mengetuk pintu kamar orang orang Jepang itu.
"Konnichiwa, kau siapa?" Ucap orang jepang itu dengan bahasa Jepang. Ia memakai masker dan topi.
"A- Watashi wa Luhan desu," Luhan terlihat bingung.
"Yang tadi malam? Ada apa?" Orang itu mulai mengikuti bahasa Luhan.
"Aku hanya mau memberi ini! Sebagai terimakasih pada Kaze-san dan Hakkin-san. Mereka menolongku tadi malam."
"Watashi wa Hakkin Kori desu."
"Ah! Arigatou Gozaimasu Kor-"
"Panggil saja kami langsung tidak usah dengan nama belakang. Kita kan sudah bertemen," ujar Hatsu.
Hakkin segera pergi dengan pakaian yang serba tertutup.
"Kalian aku sangat berterima kasih, terutama Niji! Aku membawakan sedikit hadiah. Hanya delivery pizza kok! Sebentar lagi pasti datang!"
"Yaampun Kinsei- kun terima kasih! Sebenarnya tidak usah, tapi bolehlah ini pagi yang lapar! Masuklah Kinsei- kun" Ujar Hokutoo. Luhan pun masuk dan berbincang bincang. Hatsu memakai jaket yang sama dengan kemarin dan memakai kacamata.
"Tidak baik begitu Hootuko! Sopanlah sedikit, kita orang baru disini. Gomenasai Kinsei-kun!" Hatsu menyikut Hootuko
"Tidak apa kok. Lagipula jarang sekali bisa langsung akrab. Ini sangat kebetulan yang mendadak ya? Apa lagi yang tadi malam. Aku merasa kalian seperti malaikat penyelamat!" Ujar Luhan membuat mereka tersenyum canggung.
"Ah Kinsei- kun bisa saja!"
"Hakkin pergi kemana? Kemarin aku juga tidak melihat Hakkin."
"Ah! Hakkin pergi ke-" Niji melirik ke Hootuko dan Hatsu.
"Hakkin pergi berkencan!" Ujar Hatsu.
Unknown, 14 Februari 2013 10.21
Hari Valentine, hari yang kasih sayang dimana coklat, bunga dan -sex toys terjual lebih di tanggal ini. Banyak meja meja dipesan untuk sepasang merpati muda yang mengemudikan perjalanan mereka seuumur jagung atau malam bintang ditaman taman yang indah. Atau kau duduk dan menunggu seseorang yang tidak jelas membuang coklat pada lockermu.
Luhan!" Panggil Baekhyun pada Luhan yang menempelkaan dagunya pada meja.
"Hm?"
"Aku- aku akan berkencan dengan Taehyung hari ini."
Luhan menengok kearah Baekhyun, "Taehyung itu bukan lelaki yang bisa dijamin kebaikannya! Dia kemarin juga habis berkencan dengan Viona."
"Kemarinkan bukan valentine, sekarang valentine, mungkin Taehyung serius denganku."
"Baekhyun Lucy Lyxyx aku sudah memberitaumu!" Luhan melipat tangannya di dada.
"Guerje, aku bercerita untuk sekedar cerita. Aku tidak meminta pendapatmu!" Baekhyun meninggalkan kelas.
"Hyo! Li! Taehyung mengajakku berkencan!" Teriak Baekhyun pada Hyorin dan Lionel.
"Astaga! Hebat sekali, bagaimana bisa?" Luhan memutar matanya.
Ia kembali pada mejanya. Guru entah sudah bersekongkol dengan hari valentine untuk melakukan rapat agar siswanya jengah. Hari ini free time dan tidak diliburkan.
"Han," panggil seseorang yang langsung mendudukan dirinya pada kursi disebelah Luhan.
Luhan hanya menengok masih dengan muka yang ditempelkan di meja.
"Sehun-" Jongin memberi jeda cukup lama, "aku melihatnya disekitar pusat kuliner di kota ini dengan baju seragam sepulang dari rumah Sehun, Seokjin juga melihat," ucap Jongin dengan cepat
Luhan terduduk tegap, ia langsung menatap Jongin, "kau tidak mabuk kemarin? Kau tau aku speechless," cukup lama tiba tiba Luhan menangis keras, "bisa saja itu orang yang mirip dengan Sehun. Jika itu Sehun kenapa ia tidak pulang?" Luhan masih dengan sesegukan berusahan menampik jika Sehun masih hidup.
Jongin menatap Luhan sambil menggaruk kepalanya. Pilihan yang salah jika ia memberitau Luhan tanpa kepastian dan kejelasan dari perkataannya. Jongin mengigit bibirnya, "Han, jangan menangis begitu, nanti semuanya berfikir aku membuatmu menangis."
"Memang benar bodoh! Kau memberiku harapan kosong!" Luhan sudah mulai mereda. Ia pergi ke kamarmandi untuk sekedar membasuh muka, lalu kembali lagi kekelas.
"Maaf Han! Tapi aku tidak bohong. Aku takut bilang padamu awal minggu karena baru peringatan satu tahun hilangnya Sehun. Aku takut jika kau shock."
"Sekarang aku sudah shock Jongin!" Luhan meremas rambutnya.
"Pastikan saja hari ini!" Seru Jongin.
"A- aku-"
Unknown, 14 Februari 2013 19.12
Malam ini angin mendayu dayu dijajanan kuliner yang tempatnya terbuka. Aroma makanan menusuk hidung dan membuat pilihan yang sulit di malam yang cerah ini.
"Ini coklat untukmu, hari Valentine-kan hari kasih sayang. Kita teman!" Ucap Jongin sambil memberi satu coklat batang yang lumayan besar.
"Jadi, kita disini menunggu Sehun atau berkencan sih?" Luhan mulai jengkel.
"Dua duanya lah," Jongin tersenyum dipaksakan.
"Jongin kau membuang waktuku. Aku sedah senang mendengar Century kembali, tapi aku dibodohi. Itu lucu hah?"
"Han! Maaf, dengarkan dulu, duduk," Jongin menarik Luhan duduk kembali di kursinya.\
"Sehun itu menyukaimu. Mungkin dia bisa saja cemburu setelah kita merayakan hari Valentine dan jika Sehun bukan dia yang kemarin ada, apa kau tidak bosan menunggu Sehun? Kan ada aku. Setidaknya marilah berbagi sesaat, ketika Camomile pindah ke Singapore aku mulai menyukaimu tau!"
"Okay Jongin, aku akan disini, terserah apa alasanmu. Paling tidak berharap keberadaan Sehun itu baik, maksudnya bukan aku menyukainya, orang tuanya bisa saja senang."
"Han, kau mau makan apa?" Jongin memberikan daftar menu pada Luhan.
"Aku- air putih dan- Sehun! Jong itu Sehun!" Luhan berdiri menunjuk laki laki dengan rambut platina dan perempuan dengan rambut blonde.
"Jangan di kejar Luhan! Kita ikuti saja," Jongin menarik bahu Luhan.
"Maaf kami tidak jadi makan," ucap Jongin pada seorang waiter. Waiter itu mengumpat dan pergi, begitu juga dengan Luhan dan Jongin.
Luhan berada enam meter dibelakang Sehun, "Sehun!" Luhan berteriak memanggil dan berlari ke arah Sehun, namun Sehunnya
-lari dengan perempuan itu
seperti dibawa angin. Luhan berusaha mengejar dengan Jongin, namun Sehun dan perempuan itu terlalu cepat.
"Kenapa kau memanggilnya! Kan sudah kubilang diikuti dulu!" Jongin berteriak, suaranya keras dan beberapa orang melihat mereka, namun diabaikan setelahnya.
"Jangan berteriak Jongin! Aku- tidak tahan! Aku merindukan Sehun!"
"Kalau sudah begini, bagimana jadinya?! Memang kau saja yang merindukan Sehun?!"
"Besok kan bisa," Luhan kelihatan takut.
"Pasti jika dia Sehun, besok dia tidak akan melewati jalan ini lagi!" Kai hampir saja memukul Luhan, "maaf," Kai pergi begitu saja.
"Kai! Maaf!" Luhan berteriak, namun Kai tetap berjalan.
Luhan membanting dirinya di kasur. Ia terlihat lelah. Lalu, ia tidur. Besok adalah hari libur dan Luhan sepertinya sudah berencana untuk tidur lebih lama.
Sekarang sudah jam sebelas, matahari mulai selesai mendaki langit. Angin tetap menandakan ia akan terus ada, membuat sebagian kecil orang terlalu baik dalam bunga bunga tidurnya dan sepertinya kehendak mereka untuk bangun lebih kecil.
Ketukan pintu mengakhiri semuanya dalam mili sekon, Luhan terlihat dapat mengontrol dirinya. Ia bangun dan mencuci muka sebentar lalu membuka pintu.
"Ah! Konnichiwa Niji-kun! Ada apa? Masuklah!"
"Konnichiwa Kinsei- chan! Hakkin mengamuk, Hootuko dan Hatsu sedang menenangkannya. Biasanya Hakkin akan diam jika digoda," ucap Niji sambil melangkahkan kakinya masuk ke ruangan Luhan.
"Oh- Niji-kun aku akan mandi, tunggulah. Dikulkas ada ice cream. Aku akan cepat," Luhan mandi dengan benar benar cepat.
"Kinsei-chan, yaampun! Hanya 3 menit!" Ujar Niji yang melihat Luhan berlari menuju kamarnya dengan bathrobe dari kamar mandi.
Luhan segera keluar dan melihat Niji yang sedang melihat lihat ruangan Luhan, "Niji!"
"Ah! Kinsei- chan, maaf jika aku berputar putar ruangan."
"Tidak apa, oh ya aku akan makan dulu. Kau mau Omlet? Atau telur rebus? Aku juga punya sosis dan kentang."
"Tidak terima kasih Kinsei- chan, aku bisa lari dari amukan Hakkin kesini saja sangat senang."
"Okay kalau begitu. Niji menurutmu kenapa kita sangat cepat akrab? Itu kebetulan sekali? Ini baru tiga hari," Luhan membawa omlet sosis dan ice cream kehadapan Niji dan menyalakan TV.
"Mungkin karena dulu kau menyukai JPop?"
"Ya, bisa saja."
"Apa yang membuat Hakkin marah?"
"Aku mengodanya tentang pacarnya yang selingkuh."
"Yaampun, Hakkin jelas marah Niji. Kita harus selesaikan ini. Kau harus minta maaf pada Hakkin," Luhan memakan habis sarapannya-makan siang, mengobrol sebentar dan menyeret Niji ke apartemen Niji.
"Konnichiwa," ucap Niji pada Hootuko.
"Konnichiwa, Niji kau dari mana? Hatsu cerewet sekali, mencarimu. Hakkin sudah ditenangkan sekarang mereka sedang makan siang. Kinsei- kun mau ikut makan siang?"
"Tidak usah, aku baru saja makan. Hanya mengantarkan Niji dan menyuruhnya agar minta maaf pada Hakkin kok."
"Kau sebaiknya masuk sebentar,kami menyajikan beberapa masakan khas Jepang. Kau tidak akan menyesal."
Niji mendekati Hokutoo dan berbisik, "tapi jika Kinsei ada keperluan tidak apa."
"Ah sepertinya begitu. Yasudah Konnichiwa Hotukoo dan Niji."
"Luhan!" Panggil Hakkin.
"Ada apa Hakkin?" Luhan yang awalnya berniat keluar kembali lagi.
"Tidak ada-" Hakkin berdiam, "hanya hati hati saja. Jangan pulang malam dan jangan percaya siapapun. Kemarilah jika butuh bantuan, ini nomor ku!"
"Bagaimana bisa aku menerima nomor handphone-mu jika rupamu saja tertutup masker terus- bercanda," Luhan tertawa, "terima kasih Hakkin dan yang lainnya. Aku senang kita dapat akrab sangat cepat."
Unkown, 18 Mei 2013 05.23
Angin melambaikan pohon pohon dan menendang dedaunan. Membuat demuanya pergi atau bergerak. Karena angin itu selalu merusak semua hubungan. Menyedihkan, ia terlihat keren dan kuat, namun ia jahat dan bengis.
Waktu terus berjalan begitu saja. Perempuan itu Luhan, seakan menghilang dari sekolah. Datang paling lama dan pulang paling cepat. Ia terlihat menarik diri dan menutup muka, bahkan dengan teman seperjuangannya. Nampaknya rasa kesal Luhan pada temannya yang menganggap kematian Sehun Itu benar dan Baekhyun yang tidak mau mendengarkannya, salah satu faktor pendukung dan faktor utamanya- Hakkin.
Luhan menuruti kata Hakkin semenjak mereka bertujar kontak. Menjaga dirinya dengan baik, tidak dekat dengan laki- laki dan sering bermain di apartemen Hakkin walau Hakkin tidak memunculkan dirinya, Luhan sendiri belum pernah melihat wajah Hakkin. Seperti orang buta yang sedang jatuh cinta. Tidak tau Hakkin, tapi menurutinya.
Luhan bangun, biasanya ada Niji yang menginap untuk saling berbicara saja. Luhan membuka smartphone-nya dan melihat massage maupun aplikasi chat. Pesan pada Hakkin belum dibalas dan chatnya belum di baca. Luhan mandi dan makan pagi, menjalankan aktifitasnya seperti pagi pagi sebelumnya. Handphone-nya berbunyi, kebiasaan baru Luhan dan pamannya. Menyapa setiap pagi. Luhan adalah gadis yatim piatu ayahnya dan ibunya bercerai dengan ayahnya, setelah itu ayahnya seperti menghilang bak bulan menjelang fajar, sedangkan ibunya meninggal karena demam tinggi. Luhan dari awal memang lebih dekat dengan paman dan neneknya dari ibunya, jadi dulu mereka tinggal bersama setelah ibu Luhan meninggal. Paman Luhan adalah seorang programmer ia sekarang melanjutkan kuliahnya di havard dan membuat nenek Luhan ikut ke London, karena Luhan ingin tinggal disini jadi pamannya memberikan sebuah apartemen yang tidak besar.
"Hi, uncle! Pagiku baik. Bagaimana dengan uncle dan nenek?" Jawab Luhan setelah pamannya menyapanya lebih dulu, "pagi ini aku makan dengan sosis dan omlet lagi," pamannya kembali bertanya lewat sebrang Line, "iya, aku akan makan dengan baik. Uncle, akan ada diskon beberapa brand minggu depan-" Luhan diam sejenak, "uncle hebat, tau apa yang aku mau! Okay sampai jumpa, aku harap hari uncle dan nenek lebih menyenangkan."
Sebuah dering tidak lama berbunyi setelah Luhan menutup panggilannya. Jongin.
"Pagi, ada apa?" Luhan terlihat senang, "tidak apa apa itu memang salahku, sampai sekarang aku masih menyesal," ia nampak seperti orang berfikir, "okay cepat ya? Sampai jumpa!"
Tidak lama deru motor yang halus menari melewati udara dan menelusup pada telinga Luhan berdamaan dengan itu ada chat dari Jongin yang mengatakan jika ia telah tiba.
"Jongin tumben sekali, ada apa?" Luhan keluar apartemen dan sekedar menyapa Jongin.
"Aku hanya e- minta maaf? Ya aku ingin minta maaf saja soal yang bulan februari. Hanya mengenai Sehun saja seperti ini, maafkan aku jika berlebihan. Nanti malam, aku, Suho, Palapa, Seokjin, Baekhyun dan yang lain akan karauke, kita sepakat mengajakmu."
"Akan kufikirkan Kai. Aku takut pulang malam. Ada geng motor di jalan persimpangan yang disana ketika malam," Luhan menunjuk daerah yang bersebrangan dengan toko toko pecinaan.
"Akan kuantar pulang nanti malam," ujar Kai final.
Luhan menaiki jok belakang motor Kai. Kai pun mulai menjalankan motornya dengan medium. Diperjalanan angin angin menyapa rambut Luhan dan menari bersama. Membuat Luhan harus menyisir rambutnya, tarkadang Luhan merasa pagi ini sangat dingin ketika angin itu berkali kali mengecup kulitnya.
Unknown, 18 Mei 2013 19.31
Sore yang indah dengan warna kelabu dan semburat jingga pada langit. Angin berhembus dan memeluk semuanya dengan erat menambah hawa sejuk yang berlebihan. Penghat penghat di nyalakan dalam mode maksimal di rumah rumah manusia. Beberapa binatang berdarah panas mungkin cukup membenci ini karena tidak mempunyai pemanas ruangan, mereka akan memasuki koran bekas atau kain kain kotor bekas.
"Luluie!" Panggil seorang perempuan saat melihat temannya turun dari motor, ia segera keluar ruangan dengan pemanas itu dan berlari kearah temannya, "Luluie! Aku merindukanmu!" Dia memeluk Luluie dengan erat.
"Lyxyx ini sangat erat, jangan membunuhku!" Luluie membalas memeluk Lyxyx.
"Disini sangat dingin ayo masuk Lu," Lyxyx menarik tangan Luluie.
"Baekhyun! Luhan! Bagaimana denganku?" Seorang laki laki melipat tangannya dan memasang wajah masam.
"Ayo Jongin!" Baekhyun-Lyxyx menarik Jongin masuk.
Mereka berjalan masuk lewat lorong lorong dan memasuki ruang yang sangat besar. Sudah tersedia mic, televisi, dan remote juga sofa dan makanan.
"Hi Nona Century!" Ujar Seokjin.
"Jangan membuat Luhan badmood. Aku benci Sehun, tapi Luhan temanku. Jadi bisa berhenti?"
"Baekhyun tidak seru!" Ujar Suho.
"Lu aku ingin cerita sesuatu, sebelumnya maaf tidak mempercayaimu tentang Taehyung," ujar Baekhyun disela sela karaoke.
"Ada apa?"
"Taehyung, n- bagaimana ya memulainya? En- begini. Taehyung dan aku pacaran sebulan, kami putus karena aku melihat Taehyung bersama Hyorin berciuman. Maaf karena aku didekatmu ketika membutuhkan saja. Aku hanya gelap mata waktu itu," Baekhyun memajukan bibir bawahnya.
"Hyorin? Benar benar Hyorin? Sudah minta konfirmasi?"
"Sudah Lu, makanya aku sangsi jika Hyorin ikut kesini. Itu benar benar Hyorin, "Baekhyun makin merajuk dan menceritakan hari hari sebelumnya tanpa Luhan. Mereka terlihat saling manja dan bersenang senang.
"Lu, apa kau pacaran dengan Jongin? Aku melihat kalian pergi ke pusat kota dengan motor Jongin saat valentine," mendadak ruangan itu menjadi hening.
"A- Jadi begini- En-"
"Kami berkencan, bukan berarti kami pacaran. Aku hanya berusaha mendekati Luhan," ujar Jongin yang nampak jujur dan malu malu.
"Jongin, Sehun itu temanmu bagaimana bisa? Apa apaan ini? Dasar kau!" Ujar Palapa sambil menggeleng geleng.
"Wah benar benar Jongin. Aku juga melihat Jongin dan Luhan sering turun dari motor Jongin bersama saat sampai disekolah. Aku kira hanya teman saja."
"Memang masih teman saja!" Luhan sudah memajukan bibir bawahnya dan merajuk.
"Masih? Berarti bisa berganti? Wah tanda itu, Jongin! Lampu hijau!" Ujar Suho semangat.
"Yaampu Lu! Jong! Kalian benar benar berselingkuh dibelakang Sehun?" Ujar Baekhyun melihat Luhan yang sedang menaiki jok belakang motor Jongin.
"Lyxyx! Kau ini! Bukan begitu. Ada geng motor di persimpangan didepan jalan masuk apartemen."
"Peluk Jongin, Han! Kau bisa jatuh dari motor jika Jongin mengebut!" Suho kelihatan semangat sekali.
"Sudah sudah, Luhan malu begitu!" Ujar Jongin.
"Kau ini! Sudah ayo pulang, malam bertambah dingin," Luhan mengeratkan syal dan mantel dengan erat. Angin seperti baru saja menghembuskan napas jahatnya.
"Jongin kau harus hangatkan Luhan, itu tanda!" Kali ini yang berbicara Palapa.
"Sudahlah! Kami pulang! Kalian hati hati, okay?"
"Hati hati!" Ucap mereka semua pada Jongin dan Luhan.
"Sial Jongin! Itu geng motornya!" Luhan sedikit memekik.
"Tenang saja," Jongin tetep mengendarai motornya.
"Berhenti!" Ujar seseorang yang sama dengan orang yang menjegat Luhan tiga bulan lalu, "turun! cepat turun!"
"Hey! Dia perempuan yang waktu itu kak!" Ujar seseorang yang masih muda.
"Wah benar! Hey! Kubilang turun! Kau hitam cepat turun, serahkan dompet dan ponselmu! Dan kau perempuan cepat kemari!"
"Jongin dengan mantap berkelahi dengan beberapa orang geng motor itu. Beberapa kali ia terjatuh, namun ia bangun lagi. Sedangkan Luhan menjaga jarak, ada seorsng geng motor yang mendekati Luhan dari beblakang.
"Luhan belakangmu!" Ujar Jongin memperingatkan Luhan. Naas Jongin lepas kendali dan dihantam kepala belakang oleh seorang geng motor.
"Jongin!" Luhan dibius lagi. Ini seperti monoton sekali.
Unkonwn, 19 Mei 2013 09.21
Entah kenapa pagi ini terasa gerah, pengap dan panas. Tidak ada hawa sejuk yang suka mengecup kulit Luhan, mengucapkan selamat pagi. Atau dedaunan yang menengok di jendela. Ruangan ini tanpa jendela. Ada tiga buah ranjang single bad.
Luhan bangun. Ia kelihatan bingung, panik dan senang. Ia menengok ke kanan. Jongin di kanannya dan Hakkin sepertinya berbaring dipaling ujung.
"Hakkin? Ini ada di apartemen pemuda Jepang itu?" Luhan tertawa, "thanks god. Engkau telah memberika malaikat penyelamat," Luhan berjalan kearah Jongin, "apa mama Jongin sudah tau? Jongin diperban kepala belakangnya? Separah itu kenapa tidak dibawa kerumah sakit? Tapi seperti Jongin oke oke saja," Luhan berjalan kearah Hakkin, "kau juga terluka karena ku? Sama sama di kepala belakang? Baik sekali kau Hakkin. Bahkan ketika masih belum sadar masih pakai masker. Memang penyakitmu yang tidak jelas bisa menular saat tidur."
"Kinsei kau sudah bangun? Kau baik? Tadi malam aku sudah mengirimi pesan pada temanmu Baekhyun dan tentang mama laki laki itu aku sudah memberi tau jika ia menginap dirumah teman baru Jepangnya bersama Kinsei juga agar mamanya tidak khawatir. Lukanya akan sembuh nanti siang."
"Ah terima kasih Niji, bagaimana dengan Hakkin?"
"Dia baik. Ah aku lupa membawa dia kekamarnya. Hokutoo! Hatsu! Bantu aku membawa Hakki kekamarnya. Hokutoo! Hatsu! Kalian dimana? Tunggu sebentar Kinsei. Jangan kemana mana dulu. Tidurlah di ranjangmu. Jangan berbuat yang aneh aneh," Niji pergi mencari Hokutoo dan Hatsu. Luhan mengerutkan dahinya lalu mengendik.
Luhan melihat Hakkin, "harusnya masker mu dilepas. Apa ini tidak mengganggu ?" Luhan melepas maskernya. Luhan melotot, ini menyeramkan. Seperti ia melihat ada yang salah dengan mulut Hakkin. Seperti berdarah atau robek. Yang pasti Luhan kaget dan speechless. Ia bahkan terjatuh ke lantai. Luhan takut, ia ingin lari dan menangis, namun takut membangunkan orang yang mengerikan ini
.tobecontinue.
A.N
Sorry kalo typo, gue buru buru post. hehehe
Hi, gue Sembilan. Gue disini newbie, harap dibantu, ini juga first ff gue sih, jadi maaf aja kalo masih salah.
Tentang ff ini, jujur gue gasuka sama Jepang, bukan gasuka cuma kayak, "oh Jepang," jadi bilang aja kalo salah dan lain lain.
Thanks, jangan lupa review.
