Mozart-Turkey March
Mengalun indah dalam ruangan kerja klasik. Mengiringi gerak tangan seorang pria, menorehkan tinta di selembar kertas. Secara berkala ia mengambil tinta dalam wadah dengan sehelai bulu, ketika ia merasa tulisan tangannya tidak dapat dilihat dengan jelas.
Sesekali ia menghela napasnya, bersandar dalam kursi kerjanya yang empuk, dan kembali menulis. Sebuah mesin tik tua, dengan kertas yang masih ada di sana, nampaknya ia belum selesai apa yang harus diketiknya, membiarkannya begitu saja. Meja kerjanya tempat ia menulis saat ini berserakan dokumen-dokumen, nampaknya. Namun yang paling menarik perhatian adalah sebuah buku kuno, iya, kuno, serta sepucuk surat tersegel dengan lambang elang yang begitu eksotis, mengingatkan era 40an, mungkin.
"Permisi, tuan."
Terdengar bunyi pintu diketuk beserta suara samar perempuan.
"Masuk."
Setelah mendapat persetujuan, perempuan itu masuk. Seolah seperti kebiasaan, ia langsung mematikan gramofon sebelum menghadap ke pria yang merupakan majikannya.
"Ada surat datang, tuan."
Pria itu melihat surat yang dipegang oleh pelayannya, melalui celah atas kacamata berbingkai lingkaran yang dikenakannya.
"Enigma lagi?"
Pelayan tersebut mengangguk.
"Letakkan disitu saja, Miria. Akan kubaca nanti."
Pelayan yang bernama Miria meletakkan surat tersebut di atas meja kerja tuannya.
"Anda tidak membacanya."
Miria mengatakan tersebut sesaat setelah meletakkan surat yang dibawanya. Ia melihat sekilas surat yang sama di atas meja kerja tuannya masih tersegel dengan rapi.
"Tanpa membacanya pun aku sudah tahu isinya," Pria tersebut meletakkan pena bulu, membiarkan ujungnya terendam dalam tinta, kemudian ia melepaskan kacamata yang ia kenakan.
"Apakah tuan akan bergabung?"
"Belum kupikirkan," Pria tersebut bangkit dari duduknya, serta mengambil buku kuno yang ada di atas meja.
Ia memandangi lekat-lekat buku yang dipegangnya saat ini. Buku berbahasa Perancis gaya abad ke 15. Tulisan tangan asli, bisa dibilang inilah yang autentik. Dicetak mulai abad 18,dikenal sebagai kisah sang tokoh, padahal isinya hanya pemikiran idealis dari penulis itu sendiri.
"Tapi untuk saat ini jujur aku tertarik untuk bergabung dengan mereka."
Ia meletakkan buku tersebut, di antara salinan autentiknya yang berbahasa Jerman dan Inggris.
Highschool DxD (Ichiei Ishibumi)
Naruto (Masashi Kishimoto)
Kuasa Manusia
sebuah proyek prototype (AU)
oleh
Arata Gocharenko
…
Menelusuri dibalik peranan manusia di dunia fana ini, dunia yang dipenuhi oleh berbagai macam keyakinan, bersatu di bawah nama cita-cita perdamaian. Sebuah cerita dari idealisme seorang manusia yang mengaku dirinya sebagai 'pahlawan'.
"Kau yakin? Dengan datang langsung ke rumahnya?"
"Kita perlu membujuknya secara langsung," Pria berambut pirang tersebut melepaskan sarung tangannya, kemudian menekan bel sesaat sebelum pintu mansion terbuka.
"Baru saja saya menekan pintu rumah bel anda, Tuan Ladius, benar?" Kata Pirang dengan ramah.
Asia, Kaukasian, dalam batin pria pemilik mansion di pinggiran kota Leicester.
"Ya. Peter Ladius. Ada perlu apa dengan saya?"
"Saya akan membicarakan beberapa hal dengan anda," Aksen pria pirang tersebut begitu khas sehingga membuat Ladius sang pemilik mansion mengerutkan dahinya.
"Cukup lama?"
"Bisa dibilang, iya."
"Bisakah kita berbicara di taman? Saya ingin menikmati udara sore disana. Jika anda semua berkenan."
Pria satunya mengangguk.
"Baik, mari tuan-tuan," Ladius mempersilahkan tamunya, menuju ke taman yang tak jauh dari mansion miliknya. Salah satu taman yang berada di kota Leicester, terletak di pinggiran kota dengan pemandangan pusat kota yang nampak indah dari kejauhan.
"Anda nampaknya dari Enigma, benar?" Ladius memperhatikan logo elang tersulam dengan rapi di sarung tangan kiri milik pria berambut pirang.
"Dengan begini kita bisa mempersingkat pembicaraan. Namun sebelum itu," Pria pirang tersebut mengambil sikap hormat, "Naruto Uzumaki, Oberst der Enigma."
"Joe Cooper, Hauptmann der Enigma," Pria yang menyertainya melakukan hal yang sama.
"Jadi anda akan merekut saya?"
"Benar. Bisa dibilang ini adalah permohonan," Uzumaki melepaskan topi visor-nya dan merapikan rambutnya yang dipotong pendek.
"Jadi, jika saya bergabung dalam kesatuan militer multilateral ini, dimanakah saya akan ditempatkan?" Ladius menatap serius wajah Uzumaki.
"Aku tidak punya kewenangan untuk menetapkan hal itu. Saya di sini hanya sebagai perwakilan dari cabang Jepang, dan juga ingin melihat wujud pemuda yang begitu diinginkan oleh Enigma. Sebenarnya ini tugas dari Hauptmann Cooper."
"Oberst dari Jepang yang mengambil alih. Saya perwakilan Britannia Raya."
Ladius tertunduk, ia memikirkan tawaran yang dinilainya cukup membuatnya bimbang ini.
"Kami membutuhkan anda, Tuan Peter. Keluarga anda begitu dihormati dengan pelayanannya dalam militer untuk kerajaan, serta terkenal dengan kemampuan sebagai penyihir," Sang Kapten berusaha membujuk Ladius untuk bergabung.
"Sebaiknya anda segera dalam memutuskannya, ada indikasi bahwa fraksi pahlawan juga berusaha akan merekrut anda. Saya yakin anda pasti mengetahu fraksi pahlawan dari sekolah sihir anda dulu, kan?"
"Maksud anda, Oberst, dia pernah belajar di sekolah sihir rahasia di balik Royal Military Academy?"
"Sebenarnya ia satu almamter denganmu, Cooper, mantan Kapten SAS," Uzumaki tertawa ringan.
"Baiklah, aku akan menerimanya. Ini lebih baik daripada bekerja untuk gereja," Ladius menerima tawaran dari Naruto Uzumaki dan Joe Cooper.
"Baiklah. Sudah diputuskan," Uzumaki menjabat tangan Ladius sebagai selamat bergabungnya di Enigma.
"Anda tinggal membawa surat undangan yang telah dikirimkan untuk anda ke markas besar kami di Berlin," Cooper menambahkan.
"Baik. Dan maaf karena saya tidak bisa menjamu anda di mansion saya."
"Tidak apa-apa, anda telah menjamu kami dengan pemandangan indah dan menyejukkan," Naruto Uzumaki memasukki mobil Rolls-Royce, yang telah dibukakan pintunya oleh sopir, sementara Joe Cooper telah memasuki mobil tersebut, mengambil kursi depan.
"Selamat Sore, tuan-tuan."
Ladius terus mengamati surat undangan dari Enigma, yang sedari tadi ia bawa, sambil membuka gerbang mansion.
"Selamat datang, Tuan…."
"Peter Ladius, sayang kau telah menerimanya," Seorang pria muncul begitu sang pelayan menyapa Ladius.
"Pahlawan!" Miria dengan cepat merapalkan mantra sihir penyerangan.
"Tahan, Miria," Ladius menahan tangan Miria untuk menyerang, "Ada perlu apa? pahlawan tiga kerajaan?"
"Sebenarnya aku ingin mengajakmu bergabung denganku, keturunan legenda yang tak dikenal. Namun kau nampaknya sudah menerima penawaran dari Organisasi sok itu."
"Lebih baik aku bergabung dengan organisasi sok daripada perkumpulan tak jelasmu," remeh Ladius.
"Itu memalukan bagi keturunan pahlawan terhomat sepertimu," Pria tersebut memainkan senjata tombak yang dibawanya.
"Kalau begitu, anda tidak punya alasan untuk datang ke sini."
"Aku punya," Pria tersebut menerjang Ladius. Tombaknya siap menerjang secara telak dada Ladius.
Leonhardt!
"Apa?!"
Tombaknya berhasil tertahan dengan sempurna. Tombak dengan legenda serta kekuatan yang sangat terkenal serta diakui itu berhasil tertahan dengan sempurna oleh pedang panggilan biasa, membuat pemiliknya terkejut bukan main.
Esplosione!
Miria berhasil membuat serangan daya ledak tinggi ke pria pahlawan tersebut, membuatnya terpental beberapa meter, sebelum….
Transporto!
Dilenyapkan dari mansion oleh kombinasi sihir Miria.
"Kau kirim kemana, Miria?" Ladius menghilangkan pedang yang tadi dipanggilnya.
"Muztagh Ata, Tuan," Jawab Miria dengan sopan.
"Yah setidaknya masih di dalam negeri asalnya," Ladius menampakkan senyum pahit.
"Jadi, Tuan, Anda menerima undangannya?"
"Ya," Ladius menampakkan wajah cukup serius, "Tolong urus mansion ini, dan juga Ellis."
"Baik, Tuan."
Ladius mengadahkan wajahnya, menatap langit berlukiskan lembayung merah yang indah, sambil menggumamkan nada Turkey March.
~Bersambung~
Halo :)
Dengan segala hormat saya telah mempersembahkan sebuah cerita yang ditulis di dalam waktu kesenggangan pelepas stres untuk pembaca semuanya :)
Saya mohon maaf sebesar-besarnya jikalau ada kesalahan dalam cerita ini. Dan juga cerita ini, OC berperan sebagai tokoh utama berpatner dengan Naruto seiring berjalannya cerita.
Untuk pembaca yang telah atau akan atau memiliki niat untuk mefavorit serta me-follow cerita ini, Saya ucapkan banyak terima kasih :)
Dan juga saya meminta kritik dan saran untuk cerita ini :) Saya sangat menghargainya :)
Kesan-kesan dan pesan pun juga saya terima dengan senang hati :) Pertanyaan pun juga saya jawab :) XD
Akhir kata, terima kasih telah membaca cerita ini dan tunggu kelanjutannya tidak dalam waktu dekat ini XD
Salam Hormat,
Arata Gocharenko
