Gomennasai, barusan ada error di document nya, semoga yang ini baik-baik saja!
.
Gintama©Sorachi Hideaki
Orang Menilai dari Apa yang Kentara
.
Kabuki-cho, Edo, 28 Desember
Kagura berjalan di jalanan Kabuki-cho. Suasana sedang ramai. Stan-stan penjual jajanan, aksesori, tumpah ruah di sepanjang jalan. Anak-anak berlarian, memakai pakaian main terbaik mereka, sebagian memakai ikat kepala warna-warni, sebagian lagi—anak perempuan, sibuk memamerkan yukata mereka ke teman sepermainan. Perayaan festival musim dingin di Kabuki-cho sedang diadakan hari ini.
"Halo Soyo-chan, aku sedang menuju ke stan nomer delapan belas, kau sudah di sana? Ah ya, baiklah, tunggu aku ya!" Kagura berbicara dengan Soyo di telefon, mematikan HP, lalu memasukkannya ke dalam tas selempang bergambar kelinci miliknya. Tas itu hadiah dari Anego ketika ia berulang tahun ke lima belas bulan November lalu.
"Kagura-chan, apa tidak apa-apa meninggalkan Gin-san di rumah?" Shinpachi rewel.
"Gin-chan bilang dia sedang malas keluar, kan, yang penting kita pulang membawakannya permen kapas kesukaannya, bukankah itu cukup?" tanya Kagura sambil celingukan mencari stan nomor 18 tempatnya akan bertemu dengan Soyo-chan.
"Ya, saya sudah di tempat yang Anda minta, Hime-sama, apa yang harus saya lakukan? Apa? Diam saja sampai seseorang mendekat? Baiklah, dimengerti, Hime-sama"
"Oi Shinpachi, kau lihat stan nomor 18?"
Shinpachi geleng-geleng kepala, apa Kagura berlagak bodoh? Jelas-jelas mereka sudah ada di depan stan nomor 18, di sana ada seorang pemuda memakai yukata dengan syal berwarna cokelat muda, senada dengan warna rambutnya.
"Kagura-chan kita berdiri di depan stan nomor 18 sekarang"
"Iia, iia, Soyo-chan tidak memotong rambut dan mengecatnya dengan warna yang sama dengan Polisi Brengsek itu, kau tahu siapa?" sudah jelas Shinpachi tahu, siapa lagi kalau bukan Okita Sougo—pemuda yang sedang berdiri di stan nomor 18.
Empat buah sudut siku-siku muncul di pelipis pemuda itu. Apa ini yang dimaksud perintah dari adik Shogun untuk menemaninya berjalan-jalan di festival musim dingin? Oi, oi, dia diberi tahu untuk menjaga adik Shogun karena ada stalker sinting yang berniat mengganggunya di festival—sedangkan Soyo tetap ingin pergi, maka kakaknya meminta Shinsengumi untuk mengirimkan salah satu anggota mereka untuk melakukan tugas mulia ini. Awalnya Yamazaki diajukan untuk ini, tapi karena ia terkena demam tinggi sejak pagi, maka sore ini, Si Sadis yang melakukannya. Mengetahui bahwa Sougo yang menggantikan Yamazaki, bukannya pergi ke festival, Soyo malah berencana mempertemukan Sougo dengan Kagura.
"Oi, China, bisa kau perhatikan tata krama ketika berbicara?" Sougo menyentak, melipat tangan di depan dada dan melirik kesal.
"Shinpachi, kau dengar bisikan-bisikan aneh dari stan itu? Apa Soyo sudah dimakan sejenis setan penunggu?"
"Ku-kurasa sebaiknya, kau jangan memicu pertengkaran sekarang, Kagura-chan" Shinpachi komat-kamit melihat muka Sougo yang berubah muram.
"Yo, Kusomegane, apa kabar?" sapa Sougo sambil melemparkan seringaian tipis. S-ssss-sasuga Sadis… batin Shinpachi masih komat-kamit. Dia bisa merasakan ada aura kegelapan menyelimuti Kagura dan Sougo.
Tiba-tiba aura tidak karuan itu diputus oleh suara HP Sougo.
"Hime-sama, jangan bermain-main dengan saya"
"Ara, ara, Okita-san? Sudah ada orang yang mendekat, apa warna rambutnya jingga? Baiklah, pastikan kau menikmati festival dengan orang itu, aku akan menagih laporanmu setelah ini, jika kau tidak melakukan apa yang kuminta, ingat perjanjian kita tadi siang"
Sougo tampak kesal, ia buru-buru mematikan HP nya. Dasar Sadis, tidak peduli siapa yang menelfon, biarpun itu adik Shogun, ia tak akan segan, lagipula bukankah Soyo juga Trio Sadis bersama Kagura dan Nobume? Dan… perjanjian tadi siang? Ah ya, Sougo baru ingat kalau Soyo akan menyuruhnya melakukan hal-hal konyol lain, tidak usah disebutkan, yang jelas cukup untuk membuat seorang Pangeran Sadis bertekuk lutut karena malu. Sialan benar Tuan Puteri satu ini, dia menggunakan kekuasaannya untuk menjahili Sougo.
"Saa, China, Kusomegane, aku mendapat perintah dari Hime-sama untuk mengantar kalian berkeliling, jadi, bagaimana?" Sougo berjalan mendekat sambil memasukkan tangan ke dalam saku bawahan yukatanya.
"T-t-terserahmu, aru"
Jadilah Sougo berjalan di samping Shinpachi dan Kagura berada di depan mereka, berhenti di setiap stan yang menarik matanya. Membuka dompet kecil dari tasnya, mengeluarkan beberapa uang untuk membeli makanan.
Sougo berulangkali menguap, mengajak bicara Shinpachi pun ia juga malas, lebih menyenangkan melihat gadis China di depannya menghabiskan begitu banyak makanan. Seorang glutton tulen ada di depan matanya.
Suasana baik-baik saja itu tidak bertahan lama. Suara teriakan, bom, orang berlari ketakutan, dan asap bercampur aduk di Edo. Melihat ada masalah di hadapan mereka, Kagura buru-buru mengunyah takoyaki terakhirnya, membuang tusuknya, lalu melompat di tengah hiruk pikuk orang berlari, Sougo dan Shinpachi juga bersiap dengan senjata mereka masing-masing, menyusul Ratu Kabuki-cho yang peka situasi.
"Gin-chan!" panggil Kagura saat melihat Gintoki sudah di baris paling depan dengan Katsura, Hijikata, dan Kondo.
Tanpa diminta, Kagura, Sougo, dan Shinpachi langsung bergabung. Beberapa tembakan parasol Kagura melumpuhkan sekelompok alien, tapi sial, alien ini tidak ada habisnya, bahkan mereka bisa meregenerasi tubuh mereka setelah hancur belepotan ke tanah, ini mengerikan, sekaligus menjijikkan.
Alien-alien itu tidak ada habisnya. Sebagian besar sarana kota sudah dikuasai, stasiun kereta api, bandara, menara Bakufu, bahkan istana Shogun pun sudah penuh dengan makhluk abstrak. Ada yang bermata banyak, berlendir, berwarna hijau neon, berbau seperti gas metan, ada pula yang bermulut lebar dengan gigi runcing mengerikan. Gintoki bergidik ngeri, bukan karena takut, bukan, hanya karena mereka terlalu menjijikkan.
"Singkirkan rasa jijikmu Gintoki, matamu menjelaskannya padaku" Katsura melirik.
"Bodoh, kurasa lebih menjijikkan seorang teman yang berkhianat daripada alien ini, fuh" Gintoki mendaratkan ayunan pedang Danau Toya ke seekor alien besar dengan tubuh penuh bulu. "yang satu ini kalau bulunya dimohawk pasti lebih bagus, ne, Zura?"
"Ooh, aku setuju, hahahaha" Katsura melemparkan sebuah bom sambil menghunuskan pedang. "Eh, tidak setuju untuk Zura nya. Bukan Zura, tapi Katsura!"
"Heh, Shiroyasha-danna, sebaiknya kita buat strategi dulu, mereka tidak bisa dikalahkan dengan senjata biasa" Hijikata tiba-tiba berkata. "ada bangunan kosong di depan sana, ayo kita diskusikan dulu"
Trio Yorozuya ditambah Katsura dan tiga pentolan Shinsengumi memasuki sebuah gedung tua.
"Aku sudah menghubungi lembaga penelitian kota untuk mengirimkan data terkait cara mengalahkan alien busuk ini, mereka juga sudah siap mensterilkan kota dengan menggunakan zat kimia, dan blablabla, sementara mereka bertindak, kita harus memastikan bahwa para alien tidak mengganggu. Kondo-san dan si Mata Empat akan menyerang dari arah Utara, di sana ada banyak bangunan pemerintah dan pastinya ada banyak orang yang kebingungan, aku, Katsura, Sougo, dan Gintoki akan menyerang arah sisanya, China musume, kau bertugas mengamankan penduduk dan membawa mereka jauh dari Edo. Apa ini jelas?"
"Baik"
Ketujuh orang itu keluar dari gedung. Trio Yorozuya berpisah. Sougo hampir keluar gedung ketika pundaknya ditarik oleh Kondo.
"Sougo, ikutlah bersama gadis China itu"
"Kenapa, Kondo-san? Hijikata-san memerintahkan kita untuk turun tangan kan?"
"Apa kau tega membiarkan seorang gadis pergi sendirian?"
"Dia bahkan tidak bisa dikatakan seorang gadis lagi Kondo-san, dia itu monster keturunan Yato, ayahnya seorang pemburu alien, bahkan dirinya sendiri cukup untuk melindungi seluruh penduduk kota"
"Aku tahu kau itu Pangeran Sadis dari Planet Sadis, tapi setidaknya, jangan egois dan anggaplah dia manusia" Hijikata kali ini ikut berargumentasi.
"Jadi kalian tidak percaya kemampuanku?"
"Kami percaya dengan kemampuanmu, maka lindungilah gadis China itu dan selamatkan penduduk kota, ini perintah komandanmu, Sougo, jangan kembali sebelum kondisi Edo aman, jangan pernah" Kondo menatap Sougo lekat-lekat.
Sougo diam saja, dia pergi tanpa berkata apa-apa, berlari menuju pusat pertokoan Edo, melihat rambut vermillion berlari di tengah kekacauan, ia lalu menarik tangan Kagura dan membawanya ke pusat pemukiman penduduk, memandu mereka untuk lari sejauh-jauhnya dari Edo. Sembari membawa ratusan penduduk, Sougo dan Kagura membersihkan jalan dari alien yang menghadang.
"Kondo-san, jika kita mati mempertahankan Edo, apa kita bisa berharap pada Sougo untuk membangunnya lagi nanti?" ujar Hijikata sepeninggal Sougo.
"Kalau kau punya waktu untuk memikirkan seperti apa jadinya kota ini setelah kau mati, sebaiknya simpan saja nanti, kurasa yang terbaik sekarang adalah percaya bahwa kita akan menang, Toshi" Kondo menarik pedang dari sarungnya, berlari menebas alien di depannya satu per satu. Baik-baiklah, Sougo, China musume… Kondo mengangguk mantap.
.
Kagura tidak banyak bicara, pun mengumpat, selama parasol ungunya berdansa dengan cairan-cairan yang keluar dari tubuh para alien ketika peluru parasolnya meledak. Sougo juga hanya fokus dengan bagaimana, kemana, mereka akan pergi membawa penduduk dalam jumlah banyak yang berlari panik di belakang mereka. Hingga mereka tidak sadar bahwa langkah kaki yang diambil membawa mereka ke Bushu, tempat Sougo lahir dan menghabiskan masa kecilnya.
.
"Minnasan, kita akan menetap di Bushu sampai kondisi Edo stabil, kalian carilah rumah kosong untuk beristirahat, jangan khawatir tentang alien itu, Bushu tidak memiliki apa yang mereka incar, tempat ini juga jauh dari Edo" Sougo memberi komando. Orang-orang di depannya tampak kelelahan, pucat pasi, bagai tulang dan sekelumit daging dengan nyawa tinggal separuh.
Bushu sedang senja hari itu. Burung-burung beterbangan menyambut kedatangan penghuni Edo yang berhasil menyelamatkan diri. Capung, kumbang, dan jangkrik hutan mengitari kepala-kepala di bawah mereka.
"Oi China, setelah memastikan kalau orang-orang Edo ini aman, ayo kembali untuk membantu Kondo-san dan yang lainnya" Sougo menghela nafas.
"Tentu saja!" Kagura bangkit dari duduknya, mengacungkan parasolnya pada langit. "rasanya aneh untuk pergi ke sini, seperti kabur dari medan perang, seperti pengecut"
"Makanya kubilang kita harus kembali, Teme!" Sougo mencebikkan bibir. Kagura menggertakkan gigi.
"Kau masih punya tenaga juga, Sadis"
"Sialan" Sougo ikut bangkit dan memasang kuda-kuda untuk bertarung. Rasanya, mereka hanya berpindah tempat untuk melakukan rutinitas ini. Sebelumnya di jalanan atau taman Kabuki-cho, maka sekarang, mereka adu mulut dan adu fisik di Bushu. Tidak ada bedanya.
.
Yahooo! Tadi salah, error maksudnya. Maafkan.
Jadi... ini fic keempat, padahal masih ada tiga lainnya yang ongoing. Maafkan huhu T_T
Saran dan kritik sangat diizinkan, karena itu yang membantu saya untuk semakin baik dalam menulis.
Terima kasih.
Salam bahagia.
Furuchisa
