Disclaimer: Kubo Tite
Back to Moon Chapter 1: Sunset & Bunny Bag
.
.
.
.
Mata hijaunya menatap datar jalanan yang lengang, sisa-sisa hujan masih membalut aspal hitam dan trotoar disisi jalan, seharian ini Ulquiorra menangani sisa-sisa kasus yang belum sempat ia dan timnya selesaikan, hanya beberapa kasus sepele yang diselesaikannya, seperti hak milik barang, kasus pencurian mobil dan serupa lainnya, ia heran kenapa semua orang begitu berlebihan menanggapi sebuah kasus sepele seperti itu, seperti siang tadi, ia ditemui seorang client wanita paruh baya yang mengaku harta yang masih menjadi hak miliknya telah dibawa kabur oleh suaminya yang resmi ia ceraikan tepat 4 jam setelah pengadilan menyatakan mereka telah bercerai, dengan mimik emosi yang terlihat jelas dari wajah yang tertutupi make up tebal itu, wanita paruh baya itu mendatangi Ulquiorra dikantor Kejaksaannya, sebenarnya ia tak ingin mengingat hal tersebut, yang membuat seluruh isi kantor Kejaksaannya kewalahan menangani emosi seorang wanita paruh baya yang gila harta.
Ia berharap waktu untuk sore ini dan kedepannya berguna untuk mendinginkan kepalanya yang telah terisi penuh oleh permasalahan-permasalahan orang lain yang memohon-mohon untuk segera diakhiri. Ia terus menancap pedal gas Chevrolet-nya, berharap ia segera menginjakkan kakinya di apartement-nya yang dengan bangga ia beli dengan usaha keringat sendiri. Bayang-bayang menikmati Wine dengan sekotak sushi yang ia pesan melalui delivery order sirna begitu saja saat mata hijaunya menangkap sesosok tubuh yang tergolek tak berdaya diatas trotoar yang lembab, ia menginjak remnya, membawa mobilnya ke bahu jalan dan segera mungkin menghampiri tubuh itu, ia melihat sekitar, ia yakin waktu yang telah menunjukkan senja tak akan ada banyak orang keluar dari rumah. Ia mendekat pada tubuh yang tergolek tersebut, rambut orange panjang yang menebar warna sama seperti awan senja sore ini mendobrak impuls kesadaran seorang Ulquiorra bahwa sesosok diatas trotoar tersebut ialah perempuan. Ia segera memastikan dengan menggoncang ringan tubuh tersebut apakah masih dalam kesadaran atau tidak, namun hasil yang tidak diharapkan muncul, tak ada respon. Mengeluarkan handphone-nya ia mencari nomor seseorang yang benar-benar dapat menolongnya,
"Retsu-san?, apakah Anda berada diklinik sekarang?"
"Apa?, tidak, tidak sekarang, aku masih berada di laboratorium. Memangnya ada apa?"
"A pakah masih lama?"
" Ini akan segera kuselesaikan, mungkin lima belas menit lagi aku akan kembali keklinik, kalau Ulquiorra-san mau menunggu, kunci klinik ada dikotak surat, anda bisa menunggu didalam"
" Baiklah, Terima kasih"
Memandang lagi sesosok perempuan yang identitasnya sama sekali tak pernah muncul dalam kehidupannya, Ulquiorra sama sekali tak mengenalnya. Mengangkat tubuh perempuan yang pingsan ditempat yang tidak tepat ini, Ia tidak bisa memikirkan apa jadinya kalau gadis dalam gendongannya ini tidak ditemukan olehnya, mungkin ia akan jadi sasaran empuk para kriminal yang haus akan tubuh wanita, makanan anjing-anjing yang kelaparan. Ah, dia semakin miris saja.
Mengendarai mobilnya kini, Ulquiorra merelakan waktu luang yang selama ini ia tunggu harus menghilang begitu saja, memandang lagi, wajah pucatnya dan matanya yang masih tertutup, 'Gadis ini, ada apa dengannya?', pertanyaannya itu terus berputar didalam otaknya, pertanyaan itu akan ia simpan sampai gadis ini kembali sadar. Menatap lagi jalan yang akan mengantarkan tujuan baru Ulquiorra 'Klinik Unohana'.
.
.
.
.
Sesampainya ia didepan 'Klinik Unohana', Ulquiorra mencari kunci klinik yang dikatakan oleh sang pemilik, "Didalam Kotak surat" Ulquiorra bergumam. Setelah menemukannya ia segera membuka pintu kaca klinik. Setelah membaringkan tubuh gadis itu, baru Ia sadari gadis itu membawa sesuatu, tas mungil berbentuk kepala kelinci. Ulquiorra melepas tas mungil itu dari sang empunya, memandang sejenak barang yang ada digenggamannya, membuka secara perlahan resleting dan dia menemukan beberapa barang didalamnya.
.
.
.
.
Lonceng gereja berdentang kerasnya, burung-burung merpati mengepakkan sayapnya seiring bunyi lonceng semakin bersemangat berdentang. Didalam gereja sorang lelaki menyilangkan tangannya didepan altar, berdiri dengan tegas dan menatap tanpa ragu kearah patung sang Bunda Maria yang bertudung dan tersenyum, "Kali ini tak akan kubiarkan kau memberi kesempatan yang menyakitkan lagi baginya.", seusai mengatakan kalimat yang bahkan tak seorangpun mengetahuinya, pria itu melenggang keluar dari Gereja megah itu, mantel hitam pekatnya serta rambut panjangnya berayun seiring pergerakan halusnya.
"Orihime, akan kuakhiri semua ini".
.
.
.
.
"Maaf jika membuat Anda menunggu, Ulquiorra-san?" Unohana Retsu, dokter pemilik Klinik ini baru saja sampai setelah menangani praktek di Rumah sakit, ia terkejut saat Ulquiorra tiba-tiba menghubunginya tepat saat dia akan menyelesaikan prakteknya diLaboratorium.
"Jadi…ada apa, Ulquiorra–san?, bukan karena Anda meminta vitamin lagi, 'kan, anda tiba-tiba saja menghubungiku?" Tentu saja tidak. Ulquiorra merasa kalau Unohana-san yang selama ini ia kenal semakin jauh saja dari kata 'Respektif' .
Ulquiorra hanya menelengkan kepalanya kearah ruang perawatan Klinik yang sudah terisi oleh seorang gadis yang baru ketahui namanya adalah Orihime Inoue.
"Aku menemukannya ditrotoar, bisakah anda memeriksanya, Retsu-san?, aku khawatir dengan luka lebam didahinya." Dengan perkataan yang cukup singkat itu, Unohana mengerti apa yang selanjutnya harus ia kerjakan.
Setelah menyuruh Ulquiorra menunggu diruang tunggu pasien, dokter berkepala tiga itu langsung tanggap menangani gadis yang tak berdaya yang sampai saat ini belum ada tanda-tanda dapat membuka kelopak matanya. Diruang tunggu pasien, Ulquiorra hanya bisa memandang barang yang terbuat dari plastik yang merupakan salah satu petunjuk untuknya siapakah sebenarnya gadis bernama Orihime Inoue ini, siswi pelajar Karakura Highschool. mau tak mau otak jaksanya akan mulai bekerja kembali.
"Mungkin dia akan kembali sadar dalam dua jam kedepan". Setelah menangani Orihime ,Unohana memberitahukan kalau keadaannya tidak begitu mengkhawatirkan, hanya lebam pada dahinya tidak begitu mengkhawatirkan.
"Begitu"
"Jadi, apa yang akan anda lakukan setelah gadis itu kembali sadar?" Unohana langsung bertanya kepada Ulquiorra tentang bagaimana nasib gadis itu, tetapi Ulquiorra memasang wajah tenang seperti biasanya.
"Entahlah"
.
.
.
Cahaya senja masih bertahan saat Ulquiorra memilih menunggu dua jam untuk gadis bernama Orihime Inoue ini kembali sadar, setelah membuatkan Ulquiorra segelas kopi, Unohana kembali lagi kerumah sakit setelah salah satu rekan kerjanya menghubunginya bahwa rumah sakit membutuhkannya. Sebelumnya Unohana menitipkan beberapa barang kebutuhan wanita untuk Orihime, ia tak yakin Ulquiorra sanggup memenuhinya diantara jam-jam berpikirnya sebagai Jaksa dan menyuruhnya mengunci kembali klinik apabila kembali pulang. Memilih masuk kedalam ruang rawat pasien setelah mendengar suara lenguhan dari atas ranjang, Ulquiorra memeriksa keadaan gadis itu, tak banyak hal yang berubah dari gadis yang terbaring diatas ranjang ini, One Piece basah yang tadi ia kenakan sudah berganti dengan piyama kebesaran yang Ulquiorra yakini sudah Unohana ganti saat pemeriksaan tadi, lebam didahinya sudah tertutupi oleh perban yang melilit. Menelaah dan juga memeriksa keadaan gadis itu melalui telapak tangannya, ia menyentuh permukaan wajah gadis itu, ia yakin lenguhan yang tadi ia dengar adalah suara dari gadis ini, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi laju udara kehidungnya agar ia bisa lega bernafas, ia takjub terhadap apa yang disuguhkan didepannya kini, Ia rasa wajahnya tak semenawan ini saat ia menemukan tergeletak ditrotoar tadi.
'Tunggu, apa yang aku lakukan?'
Tak sadar wajah datar yang sejak tadi ia perlihatkan berubah dengan adanya semburat tipis yang tak mampu ia tutupi oleh ekspresi cool-nya. Ia menarik lagi tangannya menghindari hal yang tidak ingin ia lakukan pada gadis ini, diruangan gelap Ini, berdua saja, dengan seorang gadis yang hanya memakai piyama, 'Ini sama sekali tidak baik', cahaya matahari tenggelam tak baik untuk keadaannya saat ini. Mencari saklar lampu berharap dengan menemukannya dapat menolongnya keluar dari keadaanya saat ini, 'klik', akhirnya dapat ia temukan segera.
Sesuatu yang terang memaksa matanya untuk membuka, lenguhan ringan mengganggu keadaan orang yang ada satu ruangan dengannya, dengan mengerjapkan beberapa kali matanya ia mampu mengubah ekspresi wajah Ulquiorra menjadi tegang, masih terbaring, gadis itu memperhatikan sekelilingnya , lampu terang yang mengusik kesadaraanya tadi, menelengkan kepalanya seakan sedang mencari sesuatu. Dengan tiba-tiba ia mengubah posisinya menjadi terduduk, Ia menelengkan kepalanya beberapa kali seolah-olah kebingungan.
"Aw,….sshh" gadis itu menyentuh dahinya yang terasa nyeri, sedangkan Ulquiorra hanya terpaku tetap pada posisinya
"Kau sekarang diklinik, aku menemukanmu pingsan ditrotoar" mencoba mencari pengakuan.
Gadis itu hanya kebingungan mendengar penuturan pria didepannya ini, " A-ano, Anda siapa? Dan kenapa aku ada ditempat ini?"
Berdeham, membenahi kelakuannya lagi yang sempat tersentak karena gadis didepannya.
"Ehm, aku menemukanmu pingsan ditrotoar"
"Anda…menemukanku, ditrotoar?" gadis itu terlihat kebingungan
"Apa kau tidak apa-apa?, nona Orihime Inoue"
"Trotoar?..."
"Nona Inoue?"
"Inoue?"
"Nona…Inoue?" Ulquiorra semakin khawatir saja dengan keadaan gadis ini, ia bahkan kebingungan saat dia memanggil namanya sendiri.
"Apa kau baik-baik saja, Nona?"
" A-a-apa ini, aku…aku"
"Kau, tidak apa-apa , kan?" Tanya Ulquiorra kembali, ia mengambil tempat tepat disamping ranjang.
"Dikepalaku, aku tidak ingat sama sekali…" gadis itu menatap Ulquiorra, meminta untuk Ulquiorra dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengannya..
.
.
.
Sedangkan Ulquiorra hanya menyuruhnya ikut dengannya setelah menghubungi Unohana kalau ia dan gadis yang ia temukan memilih untuk pulang ke apartement, dan Unohana hanya mangatakan untuk jangan terlalu mengabaikan keadaan gadis itu. Dan ia kini mencoba menghadapi gadis yang sama sekali tak mengingat apapun diotaknya, menyeret gadis yang tidak ia kenal dan hanya memakai atasan piyama yang kebesaran ia terpaksa akan membawanya ke apartementnya, ia tak mau melihat gadis itu makin panik didalam klinik.
"A-ano… Tuan, anda mau membawaku kemana?..."
"….dan, apa aku harus memegang benda ini?"
" Ya, mungkin saja kau akan ingat."
Didalam Mobil, Ulquiorra telah tak tahan mendengar pertanyaan-pertanyaan yang tak masuk akal yang terus-menerus keluar dari gadis ini. Dengan memegang kartu identitas pelajar Orihime Inoue yang diberikan Ulquiorra, Orihime hanya menyimpan pertanyaan yang akan ia tanyakan lagi kepada pria yang punggungnya saja tak dapat ia lihat karena tertutup oleh kursi pengemudi.
Sorotannya kembali pada kartu identitas digenggamannya "Perempuan ini, sepertinya aku ingat dengan wajahnya."
Apalagi sekarang?. ' Tentu saja itu dirimu' Ulquiorra hanya mengembuskan nafas beratnya.
"Itu adalah dirimu, Orihime Inoue adalah dirimu, nona." Ulquiorra meninggikan suaranya berharap dengan itu gadis ini berhenti berkata seolah-olah di sedang mengalami Amnesia akut.
"Oh, benarkah?"
.
.
"Kau bilang 'tak perlu khawatir' huh?, dia seperti kehilangan ingatannya sekarang!"
"Aku akan menyerahkannya kepada polisi, dia harus kembali pada keluarganya!"
'Apa anda yakin akan menyerahkannya pada polisi, dengan keadaannya yang seperti itu?, anda seorang jaksa, bukan?'
"Jaksa tidak akan menjawab semuanya, Retsu-san"
' Aku akan kesana, aku akan memeriksanya sekali lagi' nada putus lalu menyahut.
Apa yang akan dia lakukan dengan gadis ini?.
.
.
Inoue hanya takjub melihat keadaan tempat pria yang baru saja membawanya. Tidak heran, apartement Ulquiorra terlalu mewah untuk disebut mewah, Ulquiorra bukan hanya Jaksa biasa, Kejaksaannya adalah Kejaksaan yang memiliki pamor tinggi didunia Hukum Jepang. Terkenal Loyal dalam memuaskan client-nya, penyelidikannya hampir selalu akurat, tak hanya dunia hukum, dunia bisnis properti ia sanggup menerjunkan diri, Ulquiorra adalah tuan muda yang cemerlang.
"Wah, Tuan. Rumah anda sangat menakjubkan!" mata Orihime berbinar senang, tak peduli pada tatapan Ulquiorra yang menganggapnya sebagai manusia yang aneh.
"Sebenarnya, aku tidak terlalu suka menerima tamu yang tidak aku kenal disini" nada dingin pada suaranya mulai kembali lagi.
"Apa….bukannya tadi tuan yang mengajakku kemari?"
"Aku, telah menyesal…setelah melihat tingkahmu yang seperti itu…nona" Orihime lalu menghentikan aktifitasnya mengagumi isi apartement dari pria yang menatapnya tajam.
"Ma-maaf…" Orihime menunduk lesu.
"Apa ini milikmu?" menyerahkan tas mungil berkepala kelinci dan Orihime menerimanya dengan sedikit keraguan.
"Apa kau juga tidak mengingatnya, nona?"
"A-a-apa?"
"Ada apa denganmu sebenarnya? Aku tidak begitu yakin dengan 'Amnesia-mu' itu."
"A-a-ano…" Orihime tidak mengerti apa yang dimaksud oleh tuan didepannya ini, akan mengatakan sesuatu tetapi tatapannya terlalu cepat menyergap segala kebingungan Orihime. Gugup.
"Hhhhhhh, aku harus istirahat" melangkahkan kakinya melewati Orihime yang berdiri mematung, Ulquiorra menuju ke mini bar yang berada diseberang ranjangnya mengambil satu gelas, lalu satu gelas lagi . Membuka penutup botol Orange jus dan menuangkannya.
"Sampai kapan kau akan berdiri seperti itu, nona?" sedikit berteriak dibalik meja bar, Orihime terbuyar dari pikirannya yang berkeliling, Ulquiorra menghampiri.
"Disampingmu itu ada kursi, kenapa kau tidak duduk saja, No-na?" menekankan kata Nona.
"A-a-ano, ka-karena anda tidak menyuruh.." gugup masih tersisa.
Ulquiorra menyeringai, "Kau…ini", menyerahkan segelas Orange Jus kepada Orihime yang sekarang duduk dikursi beludru, lalu ikut bergabung dengannya.
"Kau membuatku beberapa kali mengeluarkan nafas berat…"
"Selama aku menangani kasus,belum sekalipun aku mengeluarkan nafas berat sesering ini…" Orihime hanya memandangi cairan Orange Jus yang mantulkan sinar dari lampu gantung megah diatasnya. Ia sama sekali tidak mengerti kata-kata yang terucap dari pria disebelahnya ini.
'Tunggu….apa tadi barusan aku mengutarakan perasaanku pada orang lain?' batin Ulquiorra, sekali lagi Ulquiorra tersentak.
Orihime menyadari kalau orang disampingnya kini sedang dalam perasaan yang risau dan bingung dengan keadaanya sendiri "Apa anda baik-baik saja, tuan?, anda kelihatan….kebingungan".
Ulquiorra sadar dan memasang wajah tak ber-ekspresinya lagi. Tak lama kemudian bel apartement-nya berbunyi.
.
.
"Ini aneh, cidera dikepalanya hanya sebuah lebam kecil, kenapa bisa membuat dia seolah Amnesia?"
"Dia hanya membuat semua orang kebingungan"
"Ya, dan Anda membuatku mangkir dari tugas dokter yang mencoba baik pada pasiennya"
"Jadi…"
"Tak ada hal yang serius, itu hanya lebam kecil, satu, dia hanya membentur batu trotoar yang bahkan tak mampu membuatnya meneteskan darah setetes-pun, dua, tidak ada kata Amnesia pada Gadis itu, tiga dan tidak ada lagi pertanyaan yang akan ditujukan kepada seorang Dokter yang resmi selama 13 tahun, apakah itu sudah sangat membantu anda mengerti,Tuan Muda Cifer?"
"Iya, tapi dia tetap membuatku bingung"
"Cobalah mengerti, Ulquiorra-san, artinya sekarang gadis ini adalah tanggung jawab anda"
"He-hei, bukan berarti dia akan tinggal disini, bukan? Aku ini adalah…"
"Hei..hei.. tunggu dulu apakah barusan Unohana yang tua ini melihat ekspresi tuan muda yang dikenal 'muka batu' ini kalap dalam menghadapi seorang gadis yang akan menjadi tanggung jawabnya?"
'Apa?, apa barusan dia menggodaku?'
"Pasti anda juga ragu untuk melepaskannya pada kepolisian, bukan?"
"Iya, tapi…aku seorang Jaksa, 80 persen waktuku ada dikantor, pasti tidak akan sempat memperhatikan keadaannya!" sergah Ulquiorra.
"Jaksa tidak akan menjawab semuanya, Ulquiorra-san. Benar begitu?"
Ulquiorra hanya bisa menyerah, melawan kata-kata dari orang yang memiliki umur diatasnya memang tidak ada gunanya. Menyerahkan tugasnya menyiapkan makan malam dadakannya karena kedatangan anggota baru di apartement-nya pada Unohana, Unohana dengan senang hati menerima keinginan Ulquiorra, sedangkan Ulquiorra memilih menyegarkan diri dengan mandi.
.
.
"Nyonya sangat dekat dengan Tuan tanpa senyum itu, apa nyonya Ibunya?." Tiba-tiba saja Orihime mencoba membuka pembicaraan dengan Unohana yang sedang sibuk mengecek apakah Pasta-nya sudah matang, dan Unohana meresponnya dengan senyuman keibuannya,
"Bukan juga,tapi saya menganggapnya seperti anak saya sendiri, dan maafkan sikapnya jika tidak begitu mengenakkan untuk nona"
"Tuan sangat baik, dia tampan tapi dia tidak suka tersenyum" Unohana hanya menahan tawanya saat mendengarkan perkataan yang baginya polos dari bibir gadis yang terduduk disisi ranjang itu.
"Dulu dia suka tersenyum, namun sekarang dia jarang menunjukkannya…" sambil memotong beberapa buah tomat Unohana teringat bagaimana masa lalu Ulquiorra yang masih sangat terang dan berwarna.
"…dia tetap tersenyum walau dia tak mengenal sosok ayahnya sekalipun, tetapi dia mempunyai ibu yang sangat hebat"
"Ibunya pasti seorang ratu, pasti sangat cantik" Unohana melihat gadis yang kini berdiri disampingnya.
"Dia sangat menawan…mungkin seperti malaikat, nona Orihime." Ia mengakui Orihime bukanlah gadis biasa, di terlalu berbeda dengan gadis biasa yang ia tahu, cara bicara dan penampilannya tidak sepolos apa yang ia lihat pada diri gadis lain.
"Oh…lihat, apa anda belum mengganti piyama anda dengan pakaian yang saya beri?"
"Apa?"
.
.
Setelah mengganti pakaiannya yang Unohana titipkan pada Ulquiorra, Orihime langsung bergabung dimakan malam dadakan yang dipersembahkan untuk menyambutnya di apartement Ulquiorra, bahkan Ulquiorra sendiri tidak menyetujuinya. Bagi Ulquiorra ini hanya makan malam biasa dan Orihime bukan tamunya.
Orihime terlihat lagi-lagi menganggap makan malam ini sebagai hal yang hebat.
"Apalagi?, apa kau juga lupa cara memakai garpu dan sendok ,nona?" sahut Ulquiorra.
"Ulquiorra-san" Unohana mencoba memecah ketegangan yang Ulquiorra coba buat.
"Pakai baju seperti itu saja tidak bisa, dasar aneh" menyindir dengan dingin, Ulquiorra tak peduli bagamaimana perasaan Orihime yang duduk diseberang meja. Memang benar Orihime tadi meminta bantuan lagi kepada Unohana untuk membantunya memakaikan One Piece yang diberikan Unohana diklinik tadi, tapi Ulquiorra menganggap Orihime adalah seorang gadis yang benar-benar kehilangan akalnya.
Tapi Orihime tak mau ditindas begitu saja oleh Ulquiorra lagi, berdiri dan menggebrakkan tangannya pada permukaan meja, Orihime akan mencoba membela dirinya "Maaf saja ya Tuan, tapi memang memakai pakaian ini tidak sulit, tapi sesuatu didalamnya membuatku kesulitan, aku perlu mengaitkan B…b…." bingung, Orihime berhenti memprovokasi yang bahkan Ulquiorra tak merasa dirinya diprovokasi atau malah lebih melihat seseorang yang membuat bingung dirinya sendiri.
"Orihime-chan, sudahlah, itu akan membuat anda bingung, duduk dan nikmatilah Pastanya!" Orihime mengiyakan perkataan Unohana dan melepaskan emosinya seiring dia kembali duduk. Mereka memulai makan malamnya.
"Tapi nyonya, apa anda bisa mengatakan apa nama benda yang menutupi dadaku? Tadi anda sudah mengatakannya tapi aku tidak ingat."
Oh ya Tuhan. Apa membahasnya disaat menikmati makan malam? "Tidak sekarang, Orihime-chan" menusuk bola daging dan memperlihatkannya pada Orihime "Waktunya mengisi perut."
.
.
.
.
Waktu menunjukkan 9.46 malam, Orihime terlihat kecewa saat Unohana mengatakan ia tidak akan tinggal dan memilih pulang keklinik yang juga merupakan rumahnya, lagi pula apartement Ulquiorra hanya memiliki satu ranjang itu tidak mungkin membuat Unohana akan menginap dengan satu alasanpun kecuali kecurigaan yang besar tentang apa yang dilakukan seorang lelaki 23 tahun yang membawa seorang gadis berumur 17 tahun yang terlantar dan memastikan kalau Ulquiorra tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, namun Unohana tidak menganggap Ulquiorra adalah tipe lelaki yang suka mengambil kesempatan.
.
.
"Tuan…?"
"Hn."
"Apa anda sudah tidur?"
"…" diam.
"Jika anda tidur disana, lalu aku akan tidur dimana?"
"…" tetap diam.
"Tuan?"
"…" tak ada respon.
"Tuan, aku takut gelap…"
"…"
"Tu…"
Muncul dari selimut tebal yang sebelumnya menutupi tubuhnya "Apa kau tidak bisa diam, nona?...dan berhentilah memanggilku Tuan!" Ulquiorra kesal, gadis ini sangat mengganggu, "Aku mencoba beristirahat." Melihat sosok yang diselimuti kegelapan diseberang ranjangnya.
Orihime tetap ditempatnya, kegelapan ini…"Aku takut gelap."gemetar, Ulquiorra menghembuskan nafas, bangkit dari tempat tidurnya, kini Ulquiorra mencoba mengait saklar lampu.
Terang. "Sudah?" kembali lagi ke ranjangnya.
"Lalu aku akan tidur dimana?" tanyanya lagi.
"Apa kau tidak melihat disampingmu ada sebuah sofa?" Orihime melihatnya, disampingnya memang ada sebuah sofa, tapi…
"Disana…masih ada tempat yang cukup luas, apa aku boleh tidur disana?"
'Apa?'
Orihime menghampiri sisi ranjang.
"Aku ingin tidur disini, disini nyaman" menaiki tubuh ranjang dan membaringkan tubuhnya. Tapi Ulquiorra bangkit "Apa ada yang salah, Tuan? Kenapa kembali bangun?"
"Kau…kau ini, kau baru tiga jam disini, tapi seolah semua ini milikmu" Ulquiorra frustasi, ia hanya ingin beristirahat, sorenya sudah ia korbankan untuk mengawasi gadis ini diklinik Unohana, Wine tak jadi ia nikmati, dan sekarang ada seorang yang memaksanya membagi ranjangnya? Ini….
Tak ingin membuang emosinya, ia memilih untuk tidur disofanya daripada mengorbankan waktu malamnya juga untuk meladeni gadis ini.
"Tuan? Apa anda yakin akan tidur disitu?"
"Hn." Membaringkan tubuhnya disofa yang sama sekali tidak bisa menyamai kenyamanan yang ia temukan diatas ranjangnya.
"Tuan, apa anda tidak tidur disini, ini masih sangat luas untukku"
"Tidurlah, nona! Ini sudah malam"
"Tuan…"
"Berhenti memanggilku Tuan."
"Selamat malam."
Jauh didalam ruangan hati Ulquiorra, ada yang perlahan terisi dan tumbuh, yang dulu gelap dan dingin, mulai menghangat dan terkembang, hanya terlalu sedikit. Mulai senja hadir, gadis yang ia temukan ini dengan Tas mungil kelincinya, tanpa sadar Ulquiorra akan membutuhkannya, menginginkannya disaat hari berputar dalam kehidupannya, entah sejak kapan dan sampai kapan, namun untuk sekarang ia belum menyadarinya dan memahaminya.
'Selamat malam juga….'
'Nona'. Tapi mungkin tidak akan lama lagi
Karena dia adalah tanggung jawabnya sekarang
Karena dia adalah takdirnya sejak dulu, yang belum pernah dia temukan dalam hidupnya
Dalam lembaran takdirnya yang terdahulu.
-Gadis senja, Orihime Inoue- Saat hujan berhenti turun, Langit senja bersinar dan Bulan mulai terbit-
.
.
.
.
Sedangkan itu, didunia yang lainnya
"Apa kau belum menemukannya juga, Byakuya-sama?, kasihan sekali kau."
"Kau tidak perlu ikut campur, Kepala Penghukuman."
"Apa aku bisa membantumu? Barangkali penghianat itu bisa kutemukan dengan cepat"
"Dia bukan penghianat, Ichimaru"
"Benar juga ya?, dia itu sangat manis, lalu kau sebut apa kejahatannya itu, Byakuya-sama?"
"Bagaimanapun aku tidak menerima keikutsertaanmu dalam pencarian Orihime"
"Benarkah? Apa kau yakin, kau sudah turun kedunia manusia namun kau tidak bisa menemukannya"
"Cukup tuan-tuan!" suara pria tua menginterupsi, dari arah Pintu yang berukir megah muncul sesosok pria tua dengan beberapa orang dibelakangnya.
"Kepala bagian Penghakiman." Dua orang pria yang sebelumnya berseteru membungkuk memberi hormat secara bersamaan.
"Kepala Penghukuman, dan Kapten Byakuya Kuchiki aku memanggil kalian berdua tidak untuk saling membicarakan masalah pribadi kalian disini." Dari caranya berbicara dia memang orang bijak yang patut dihormati.
"Maafkan atas kelancangan yang telah saya perbuat, Jendral Yamamoto Genryuusai-sama."
"Aku mengumpulkan kalian berdua disini untuk memastikan laporan Kapten Kuchiki Byakuya yang masih belum menemukan Kehendak Bulan…"
"… tentu anda sudah mengerti Kapten Byakuya, dengan ketidakberhasilan anda melakukan pelacakan secara akurat terhadap Kehendak Bulan mungkin anda sudah membiarkan hal yang tidak diinginkan muncul, maka dari itu dengan kesukarelaan hatinya, Kepala Penghukuman Gin Ichimaru melapor kepadaku bahwa dia akan melibatkan dirinya untuk misi Pencarian Kehendak Bulan…"
"Dengan partisipasi Kepala Penghukuman Gin Ichimaru, aku berharap Kapten Byakuya dapat menjalankan tugasnya kembali dengan lebih baik lagi"
"Baik, Genryuusai-sama, saya akan menjalankan tugas dengan baik" pria bernama Gin Ichimaru berucap.
Dengan ini pencarian yang kedua kali akan dimulai, pengharapan juga obsesi besar bercampur aduk dalam misi ini, Gin Ichimaru tidak akan membiarkan berlian yang menggiurkan-Orihime Inoue berkeliarian lebih lama lagi didunia manusia, dan Byakuya Kuchiki berharap dapat membawanya kembali dan memohon pengampunan pada Kepala Penghakiman untuk murid sekaligus tunangannya Orihime Inoue.
Bagi Byakuya, Orihime bukanlah seorang kriminal, dia adalah seorang Putri yang terlalu naïf untuk sebuah tanggung jawab yang diberikan, seorang Wanita yang baginya terlalu kasar untuk disebut sebagai Penjahat dikalangan Dewa. Bagi Byakuya, ini bukan kesalahan Orihime, ini kesalahan lalai yang ia derita.
-Putri Bulan,Orihime Inoue- Bulan bersinar, Matahari Tenggelam- Angin berhembus, Panas Menghilang-
.
.
.
.
=To Be Continued=
Ini merupakan fanfic pertama saya, maka saya mau meminta maaf atas segala kekurangan yang saya tulis pada fanfic Back to Moon Chapter 1: Sunset & Bunny Bag, memang belum sempurna, bukan fanfic yang cukup bagus untuk dibilang bagus, tapi saya akan mencoba belajar untuk menjadi seorang Penulis fanfic yang baik. Maka dari itu saya mohon kepada para Reader sekalian untuk memberikan Review-nya, saran dan kritik sangat dibutuhkan.
-Don't be a Silent Reader, Review Please!-
-PooCha-chan-
