standard disclaimer applied.
|| 0068 || 779910 || 217 || 61412 || 9488 ||
"Juugo!" panggilku keras. "Kau di mana?"
Masih hening, tak ada jawaban.
Ayolah ini tidak lucu.
Jika ini lelucon, bukan aku yang seharusnya menjadi korban lelucon ini.
"Juugo!"
Aku mendengarkan sungguh-sungguh. Ruangan ini sunyi senyap.
Ke mana orang-orang yang sedang berpesta tadi?
"Juugo!" panggilku belum mau menyerah. "Ini tidak lucu, Baka! Hei, keluarlah!"
Percuma.
Suaraku memantul di dinding keramik kuning ini.
Mataku memandang ke sekeliling. Ke atas meja di sisi ruangan yang kosong.
Seharusnya Juugo ada di sini, menemaniku untuk berjalan ke kebun nanti.
"Juugo! Hei, siapa pun!"
Gema suaraku sendiri yang menyahut, diekori oleh keheningan.
Tubuhku mulai meremang.
Ayolah, Suigetsu.
Juugo dan yang lainnya ada di suatu tempat. Mereka akan tertawa jika tahu betapa takutnya kau sekarang.
Ketakutan?
Aku?
Kenapa aku harus takut?
Tubuhku merinding lagi.
Aku memutuskan keluar dari ruangan ini dan kembali ke koridor yang penuh dengan lukisan.
Tak ada masalah.
Tak ada yang perlu dicemaskan.
Mereka sudah berada di lantai bawah.
Koridor itu tak berubah.
Aku berjalan beberapa langkah, dan sejenak aku merasa tersesat. Di mana pintu menuju ruangan selanjutnya?
Aku menggeleng-gelengkan kepala.
Dan melihat pintu itu.
Di samping kiri.
Aku membelok.
Tiba-tiba, kakiku terpeleset di lantai yang licin.
'Brugh.'
Aku jatuh.
Mendarat keras di atas lantai keramik
Aku merasakan tanganku basah oleh cairan.
Sial!
Siapa yang menjatuhkan minuman di atas lantai seperti ini?
Namun ketika aku menatap tanganku. Aku tak menemukan warna limun yang bening di tanganku.
Aku menemukan warna pekat, merah.
Darah.
Da-darah?
'Tes, tes, tes!'
Deg.
Aku merasakan cairan hangat jatuh di pipiku.
Aku mengusapnya.
I-ini juga merah.
Aku menengadah, dan–
"GYAAAAAAA!"
.
.
.
.
.
.
Sesosok tubuh tergelantung di atasku.
Kulit punggungnya sobek karena kait besi yang menahan tubuhnya.
Di kedua tangannya terpasang kait yang sama, tepat menembus telapak tangannya.
Darah menetes-netes dari dadanya yang berongga.
Terlihat tulang rusuk yang kosong tanpa isinya.
Dan kepalanya… kepalanya…
Kepalanya terbelah.
Aku mengenali rambut cepak itu.
Juugo.
Aku beringsut mundur hingga membentur dinding dingin di belakangku.
Aku tidak ingin melihat dan menutup mata rapat-rapat.
Berharap Karin segera datang. Atau siapa pun.
Aku tidak ingin melihat ini sendirian.
Tubuh telentang di atas.
Kepala terpuntir.
Tapi aku tidak bisa berpaling.
Aku tidak bisa mencegah diriku untuk tidak membayangkan apa yang terjdi.
Dada berlubang.
Kulit punggung yang sobek.
Tulang leher yang patah.
Aku yakin ini bukan lelucon.
Cepatlah datang…
'Brug'
Sesuatu yang berat menimpa tubuhku.
Perlahan aku membuka mata.
Mataku membulat sempurna melihat layar netbook milik Juugo yang menyala di pangkuanku.
Window menunjukkan suatu halaman suatu situs yang terkenal.
Unleashfiction. Net…
Dengan tulisan…
"33 Souls" review submitted.
Review ke 231…
Jeritanku kembali memecah hening melihat layar netbook yang tepat berada di atas tubuhku.
Karya ini…
"Lucifer Soul…"
…
"Kau percaya hal ini, Sasuke? Sebuah berita kematian karena menjadi pe-review ke-33 dan kelipatannya pada karya seorag author?" tanya seorang lelaki yang tengah membentangkan surat kabar di tangannya. "Hebat sekali author misterius itu membuat sensasi…"
Lama.
Tak ada jawaban dari sosok yang tengah terpaku di depan notebook-nya. Jemarinya bergerak sesekali menggerakkan mouse untuk meng-scroll window di depannya.
"Sasuke-teme?" Sang pemuda di depan surat kabar berusaha menarik kembali perhatian pemuda bernama Sasuke itu. "Kau ingin menyelidiki kasus ini?"
"Entahlah, Dobe."
"Korbannya sudah tujuh orang. Terakhir adalah seorang pemuda bernama Juugo. Ditemukan oleh temannya sudah tak bernyawa dan cara matinya sangat mengenaskan." Pemuda itu menjelaskan panjang. "Ngomong-ngomong kau sedang melihat apa?"
Terdengar bunyi kemeresak pelan saat pemuda itu menutup surat kabarnya dan bergegas mendekati Sasuke.
Tubuhnya membungkuk mencoba menyejajarkan dengan tinggi notebook hitam itu tergeletak.
"Kau membaca cerita misterius itu, eh?" Pemuda bernama Naruto yang dipanggil 'Dobe' itu tersenyum mengejek.
Sasuke tak menjawab.
Di layar notebook-nya tertera sebuah karya yang 'bisa membunuh'.
"33 Souls".
Sebuah karya hard angst nan gelap.
Sayangnya kegelapan itu menyebar dalam dunia nyata….
"Aku penasaran bagaimana isi dan alur cerita dari "33 Souls" itu…"
.
.
.
.
.
Author itu memiliki nama pena; "Lucifer Soul"
Author misterius di salah satu situs ternama dengan karyanya yang selalu bertema gelap, sedih, muram, dan angst-tragedy yang kuat.
Lucifer Soul terkenal.
Sangat terkenal malah.
Walau readers-nya tak mengenal sosoknya.
Namun…
Namanya mendadak berkali lipat lebih terkenal sejak karyanya yang berjudul "33 Souls".
Sebuah karya hard angsty yang 'bisa membunuh' reader yang tak sengaja menjadi pe-review ke 33 dan kelipatan dari angka tersebut.
Siapa "Lucifer Soul" sebenarnya?
Benarkah karyanya benar-benar bisa membunuh?
Atau hanya sebuah kebetulan yang unik?
Kau! Pe-review ke 33!
Berhati-hatilah!
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG...
