"BAD"
lexabyun
CHANBAEK STORY
!BxB AREA!
.
.
summary'
"semua orang tau, SMA Xavier dan SMA Vilmerald merupakan musuh bebuyutan. Namun bagaimana jadinya jika adik dari ketua geng SMA Xavier justru bersekolah di SMA Vilmerald? inilah kisah Byun Baekhyun, seorang adik dari ketua geng Xavier yang berusaha bertahan hidup diantara persoalan pelik kakaknya dan sekolahnya".
..
..
WARNING!
CERITA INI DIAMBIL DARI NOVEL TERKENAL "BAD BOY" KARYA NATHALIA THEODORA.
HANYA SAJA AKU UBAH BEBERAPA HAL DEMI KESAMBUNGAN CERITA
.
.
Saat aku membuka mata dan melihat wajah Sehun, tak ada yang lebih kuinginkan daripada memukul kepalanya dengan panci. Untung baginya, saat ini didekat kami sedang tidak ada panci. Jadi, aku menahan hasrat untuk memukulnya.
Aku berbalik, bersiap kembali ke alam mimpi. Tapi Sehun pantang menyerah! Dia berpindah ke kaki ranjang dan mulai menggelitiki telapak kakiku ,membuatku hampir menendang mukanya. Ketika usahanya tidak membuahkan hasil, dia berjalan ke arah jendela dan membuka gorden. Cahaya matahari pagi pun menerangi kamarku.
Aku mengerang dalam hati. Aku berusaha menarik selimut untuk menutupi kepala, tapi dengan kejam Sehun mengambil dan malah membuangnya ke lantai agar aku tidak bisa menjangkaunya.
"Baek!" Serunya tak sabar. "Cepat bangun!"
Bersamaan dengan itu bekerku berbunyi. Aku mengeluarkan jerit frustasi. Tanpa membuka mata, aku meraba-raba nakas untuk mematikan beker. Hebat! Aku bahkan bangun lebih pagi dari bekerku.
Sejenak suasana hening. Namun tiba-tiba, aku merasa tubuhku terangkat ke udara. Aku membuka mata dan segera menyadari jika aku sedang berada didalam gendongan Sehun.
Aku memberontak. "Sehun!" Seruku. "Turunin gak!".
Sehun tidak memperdulikan aku. Dia terus berjalan kekamar mandi dan melemparkan ku kesana.
"Aduh!" Keluhku begitu kakiku menyentuh lantai kamar mandi yang dingin.
"Mandi sekarang!" Perintah Sehun. "aku bunuh kamu kalau sampai membuatku telat!"
Astaga! Pagi-pagi begini aku sudah mendapatkan ancaman pembunuhan bahkan dari kakak ku sendiri pula. Tapi aku segera menurutinya untuk cepat-cepat mandi. Aku tidak ingin membuatnya marah.
Selesai mandi, aku sibuk merapikan tampilanku. Aku menatap cermin, terpantullah bayangan seorang cowok ganteng yang manly dengan kulit seputih susu. Iya, itu aku. Aku sedikit merapikan rambutku. Hingga suara gedoran pintu kamar menyadarkan ku. Memang hanya sekali, namun nyaris membuat jantung ku melompat keluar dari rongga dada.
Pasti itu ulah Sehun.
Karena gedoran tadi, aku jadi terburu-buru menuju ruang makan. Disekeliling meja makan sudah duduk mama, papa, dan Sehun. Sehun sudah nyaris menghabiskan sarapannya ketika aku baru duduk diseberangnya. Dengan perlahan, aku pun memakan sarapan ku dengan tenang. Mata Sehun kontan melototi ku.
"Kalau kamu makan kayak anak cewek begitu, kamu akan membuatku telat!" Raungnya.
"aku kan tidak bisa makan cepat-cepat seperti kau!" Balasku.
Untung ada mama yang menengahi. "Sudahlah Sehun, biarkan baekki makan dengan tenang" katanya. "Lagipula, biasanya kamu juga gak perduli kan kalau telat"
"Iya! kau kan rajanya telat" dukungku
"Ada yang harus ku urus pagi ini" gumam Sehun, tanpa bersedia menjelaskan lebih lanjut.
Akhirnya, aku bisa makan dengan tenang. Aku hanya sesekali mendengarkan ketika mama memarahi Sehun karena tidak memakai seragam rapi.
Sehun memang selalu tampil urakan. Kemejanya tidak pernah dimasukkan dan dua kancing teratasnya selalu dibiarkan terbuka. Dibagian lengan ada bekas coretan spidol yang membentuk tanda tangan. Yang aku rasa jika itu adalah tanda tangannya sendiri, dia kan memang narsis.
Banyak cewek yang suka sama Sehun. Hal itu jelas menguntungkannya karena dia memang playboy. Entah sudah berapa banyak cewek yang dia pacari kemudian dia campakkan begitu saja.
Sama sepertiku, Sehun juga dianugerahi fisik yang menarik. Hanya saja Sehun lebih tinggi dan aku akui lebih manly dibandingkan diriku. Tubuhnya tinggi besar dengan otot-otot nya yang lumayan besar karena dirinya suka berlatih ke tempat gym setiap hari. Tidak heran kalau cewek-cewek sampai harus membawa ember untuk menampung air liur ketika melihatnya.
Begitu aku selesai sarapan, Sehun langsung menyeretku dari meja makan. Mama mengikuti kami untuk membuka pintu gerbang.
Aku dan Sehun segera memasuki nissan juke putih yang terparkir di carport. Mobil itu diberikan papa kepada Sehun dengan syarat dia harus mau mengantar-jemputku kesekolah. Tentu saja karena aku belum bisa mengendarai mobil. Kalau dia sampai menolak, papa pasti akan mengambilnya kembali.
Aku membuka kaca mobil untuk melambaikan tangan kepada mama, sedangkan Sehun dengan cuek melajukan mobil meninggalkan rumah. Mungkin dia masih kesal karena dimarahi mama.
Setengah perjalanan, Sehun menepikan mobil. Dia berhenti didekat sebuah kawasaki ninja hitam yang familier. Sehun membuka kaca mobil ketika pengemudi itu mendekati kami.
"Hun!" Sapanya pada Sehun yang hanya menganggukkan kepala.
Pengemudi motor itu adalah Kai-salah satu teman Sehun. Dia memiliki kulit lebih gelap dibanding Sehun, dan juga senyuman yang menawan.
"Turun dari mobil" perintah Sehun kepada ku.
"Hah? Kenapa?" Tanyaku bingung.
"Pindah kemotor Kai" perintah Sehun lagi. "Dia yang akan nganterin kamu kesekolah hari ini"
"Emangnya kau mau kemana?" Tanyaku
"Udah aku bilang kan. Ada yang harus aku urus. Cepat pindah, atau aku lempar kamu dari mobil!" Ujarnya dengan tidak sabar.
Aku segera turun begitu mendengar ancaman Sehun. Dan tanpa mengatakan apapun dia langsung memacu mobil. Aku kesal sekali dengan sikap Sehun itu. Tetapi kekesalan ku sedikit terobati karena setidaknya aku bisa bersama Kai. Karena Kai jauh lebih baik dibanding Sehun dan bisa ku anggap sebagai saudara.
Kai menyerahkan helm kepadaku. "Ayo berangkat nanti kamu telat" ajaknya sambil tersenyum kepadaku. Aku pun menerima helm itu dan mengikutinya naik ke motor.
Rasanya sangat cepat sekali kami tiba. Dia menurunkan ku ditempat biasa Sehun menurunkan ku- agak jauh dari sekolah. Tentu saja mereka memiliki alasan tentang hal itu.
Aku membuka helm dan menyerahkannya kembali pada Kai.
"Mmm.. Kak" panggilku. "Apa kakak tau urusan yang dimaksud Sehun?"
"Tentu. Ada anggota geng kami yang dipukuli dan dia gak bisa pulang kerumah semalaman karena takut dimarahi orang tuanya. Jadi, sehun yang membantu mengurusnya"
Aku mengerutkan keningku. "Gimana caranya Sehun bisa mengurusnya?"
"Sehun akan berbohong kalau anggota geng kami itu menginap dirumahnya" jelas Kai. "Dia juga mengurus pengobatan dan mencari orang yang memukul teman kami itu. Sebagai ketua geng, itu memang tugas Sehun"
Pantas saja uang jajan Sehun selalu terkuras habis. Ternyata dia menggunakannya untuk membantu anggota geng nya. Aku tidak pernah mengerti hobi Sehun yang satu itu. Dia selalu membanggakan statusnya sebagai ketua geng. Mungkin dia merasa status itu keren dan bisa membuatnya mendapatkan lebih banyak cewek.
Aku berterima kasih kepada Kai dan segera berjalan ke arah pintu gerbang.
Entah kenapa, bulu kudukku mendadak meremang. Seakan-akan ada yang sedang mengawasi ku. Tapi mungkin itu hanya perasaanku.
"Baekhyun!" Aku mendengar namaku dipanggil. Aku menoleh dan melihat temanku, Luhan. Ia sedang berlari mendekati ku dari arah berlawanan.
"Pagi, Luhan" sapaku begitu dia tiba di dekatku.
"Pagi" balas nya sambil merapikan seragamnya yang sedikit kusut karena berlari. Dia melihat jauh ke belakangku. "Apa kak Sehun udah pergi?"
Aku langsung memasang tampang bete. Kami baru saja bertemu dan dia langsung menanyakan Sehun?. Dia memang sangat menyukai Sehun. walaupun ia laki-laki, sama seperti Sehun.
"Bukan Sehun yang nganterin aku"
Mata Luhan yang seperti rusa itu membola kaget. "Kenapa? Apa dia sakit?" Tanya nya khawatir.
"Bukan. Dia cuma lagi ada urusan gengnya"
"Oh, dia cool banget ya"
"Hannie, aku lagi gak mau ya dengar kamu memuji-muji Sehun begitu"
Kami memasuki sekolah yang bergedung tiga lantai. Sekolah ku, SMA Vilmerald. Termasuk salah satu sekolah terbaik dijakarta. Aku beruntung bisa bersekolah disini, meskipun ku akui otak ku tidak terlalu encer.
Awalnya orang tua ku ingin mendaftarkanku ke SMA Xavier- sekolah Sehun. Tapi aku menolaknya. Aku memilih SMA Vilmerald karena tidak ingin dipisahkan dengan Luhan yang memang diharuskan mendaftar disekolah ini karena tradisi turun menurun keluarganya.
Awalnya Sehun marah besar mendengar keputusan ku, itu wajar karena SMA Vilmerald dan SMA Xavier adalah musuh bebuyutan. Keduanya memiliki tradisi saling benci selama bertahun-tahun.
Itulah sebabnya Sehun maupun Kai tidak bisa menurunkan ku di depan gerbang. Mereka bukan hanya murid SMA Xavier, tapi juga merupakan ketua dan wakil geng dari sekolah itu. Jika sampai ada anggota geng disekolah ku yang melihat mereka, pasti akan terjadi perkelahian.
Tragis memang, karena adik dari ketua geng SMA Xavier justru bersekolah di SMA Vilmerald. Tentu saja Sehun sudah berkali-kali meminta kepada orang tua kami untuk memindahkan ku ke SMA Xavier, tapi mereka tidak mengabulkannya. Untung saja, sebab sampai kapan pun aku tidak mau disuruh pindah dari SMA Vilmerald.
Pada jam istirahat, aku dikejutkan oleh kehadiran wakil ketua geng sekolahku dikantin. Sebelumnya aku tidak pernah berbicara dengannya, makanya aku kaget ketika dia menghampiri mejaku dan luhan. Aku hanya tau dia bernama Jongdae. Dia cowok yang memiliki suara cempreng yang hobi cengengesan. Tapi saat ini dia tampak sangat serius.
"Bos pengen bicara sama kamu, ayo ikut saya" katanya. Aku langsung menghentikan keasyikanku memakan siomay dan bertanya heran. "Kalau dia emang mau bicara sama aku, kenapa bukan dia aja yang datang kesini?"
Jongdae menampilkan wajah ngeri. "kamu menyuruh bos datang kesini buat bicara sama kamu? Emangnya kamu pikir kamu itu siapa?" Serunya tak percaya.
Aku agak tersinggung mendengar ucapannya. Memangnya pangkat ketua geng disekolah ini setinggi apa sampai-sampai aku harus hormat kepadanya.
Aku mengingat-ingat. Kalau tidak salah, ketua geng sekolahku adalah anak kelas dua belas yang bernama Park Chanyeol. Aku tak tau banyak tentangnya. Yang kutahu, dia itu cowok tajir dan- sama seperti Sehun. Punya banyak penggemar. Aku tak tertarik karena ia mengingatkan ku tentang Sehun.
Aku tidak pernah berurusan dengan Chanyeol sebelum ini. Jadi, aku tidak tahu apa yang diinginkannya dariku. Jongdae juga tidak mau memberi tahuku. Sehingga dengan terpaksa aku meninggalkan Luhan untuk mengikuti Jongdae kesalah satu ruang kelas.
Awalnya kupikir ruangan kelas itu kosong, tapi ternyata ada seorang cowok yang duduk di kursi guru dengan gaya sok. Kaki panjangnya disilangkan diatas meja.
Jongdae segera melapor. "Bos, saya sudah membawa Byun Baekhyun kesini"
Cowok di meja guru itu hanya menggerakkan sebelah tangannya dengan gaya mengusir. Jongdae pun langsung pergi dari kelas.
Aku berdiri ditengah kelas sambil memperhatikan cowok itu. Ya, dia lah Park Chanyeol. Aku bisa mengenali nya karena hanya dia satu-satunya murid yang berani mengecat rambutnya disekolah ini. Warna merah pula. Dia memiliki rahang tegas, hidung mancung, dan bulu mata panjang. Namun sayang, ia memiliki telingan caplang yang tampak seperti Yoda dimataku. Gaya berpakaiannya juga sama dengan Sehun, urakan dengan kemeja yang tidak dimasukkan dan dua kancing teratas dibiarkan terbuka.
Ada apa sih dengan kedua cowok ini? Kenapa hobi sekali memamerkan dada? Aku saja tidak.
Tapi, ku akui dia memang ganteng. Tidak heran banyak juga cewek yang suka kepadanya. Namun, dia sangat arogan dan memiliki darah pemberontak. Tapi ntah kenapa justru hal itu menambah daya tariknya.
Chanyeol tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memandangku dengan meremehkan. Aku tidak suka ditatap begitu! Tatapan itu terlalu mengintimidasiku.
"Kenapa kak?" Akhirnya aku memberanikan diri bertanya.
Chanyeol tetap diam selama beberapa detik. Kemudian dia menurunkan kakinya dari meja dan berdiri. Aku terpana melihat betapa tingginya dia. Seperti nya dia sedikit lebih tinggi dari Sehun.
"Baekhyun? Salah satu anggota geng ku melihat kamu diantar Kai anak Xavier kesekolah tadi pagi. Apa itu benar?" Kata Chanyeol akhirnya.
Aku langsung tercengang. Aku sudah berusaha berhati-hati ,tapi masih ada yang melihat? Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Mungkin ini karena Kai naik motor, sedangkan Sehun selalu terlindungi oleh gelapnya kaca mobil. Pantas saja tadi aku merasa jika ada yang mengawasiku. Ternyata memang benar, ada anggota geng sekolah ku yang melihatku bersama kai.
"Gimana?" Tanya Chanyeol. Dia terlihat tidak sabar menanti jawabanku.
"Itu bukan Kai kok" aku berbohong karena bingung. Jika aku jujur maka Sehun bisa berada dalam masalah. Dan parahnya aku pasti akan ikut terkena masalah.
"BOHONG!" seru Chanyeol sambil menggebrak meja. Untuk kedua kalinya hari ini, jantungku hampir melompat dari rongga dada. Sialan ,aku kaget sekali! Kenapa sih dia harus menggebrak meja segala?
"Saya gak bo-"
"Anggota geng ku tidak mungkin memberikan info yang salah. Jadi, itu pasti Kai anak Xavier"
Kalau dia sudah segitu yakin, kenapa masih menanyakan nya kepada ku?
"Apa kamu mata-mata?" Pertanyaan Chanyeol itu langsung membuatku melotot.
"Yang benar aja, ya mana mungkin lah kak!" Jawabku cepat.
"Terus kenapa kamu berteman dengan musuh?"
"Saya gak berteman dengannya! Saya gak kenal dia kok sungguh"
Chanyeol mulai mendekati ku, tanpa melepaskan tatapan mengintimidasi itu dariku. Aku ngeri melihatnya.
"Kamu lihat saja Baekhyun! Mulai saat ini, aku akan mengawasimu"
Aku langsung gemetaran. Apa dia serius?
"Sekarang keluar!" Perintahnya.
Tanpa berpikir dua kali, aku langsung ngacir dari ruangan. Diluar, aku hampir menabrak Sunbin. Dia sedang berdiri didepan pintu kelas- jelas sekali sedang berusaha menguping.
Kami saling mengernyit. Sunbin yang cantik ini teman sekelasnya Chanyeol. Sudah bukan rahasia lagi kalau dia jatuh cinta mati-matian kepada Chanyeol.
Sifat Sunbin sangat buruk. Bahkan dia sering membuat orang-orang kesal. Pernah sekali kami berantem karena suatu hal yang sepele. Waktu itu aku sedang bercanda dengan Luhan, tanpa sengaja ketika tertawa aku melihat kearahnya. Dan dia malah mengira jika aku menertawainya. Hingga dari situ ia mulai mencari-cari masalah kepada ku.
"Apa yang kau bicarakan dengan Chanyeol?"
"Bukan urusan kau"
"Pasti kau sedang berusaha mendekati Chanyeol! kau sengaja ngajak ketemuan diruang kelas yang sepi buat menggoda dia kan? Tapi sayangnya Chanyeol itu straigh!"
"Jangan asal nuduh ya! Dia tuh yang ngajak aku ketemuan"
Dia tertawa- jelas sekali jika dibuat-buat. Suara tawa nya mengingatkanku kepada suara hyena.
"Chanyeol ngajakin kau ketemuan? kau lagi mimpi ya?"
"Terserah kalau kau ngak percaya!"
Tepat pada saat itu Chanyeol keluar dari dalam kelas. Dia berhenti saat melihat ku dan Sunbin.
"Channie..." Seru Sunbin dengan suara manja.
Aku menatap Sunbin tidak percaya. Dasar hyena bermuka dua! Bisa-bisanya dia mengubah suara dalam waktu sesingkat itu.
"Jangan sentuh aku!!" Chanyeol memperingatkan ketika Sunbin akan meletakkan tangannya di lengan cowok itu.
Gerakan Sunbin langsung berhenti seketika. Dia terbengong-bengong karena dibentak Chanyeol. Nyaris saja aku tertawa melihat itu.
Chanyeol melirik ku sekilas, lalu segera berjalan melewatiku. Sunbin mengikutinya. Aku lega dengan kepergian dua orang menyebalkan itu. Tapi rasa legaku hanya bertahan sebentar. Aku teringat ancaman Chanyeol tadi. Apa dia benar-benar akan mengawasiku?
Aku bertanya-tanya apa yang harus aku lakukan. Jika chanyeol memang mengawasi ku, Sehun tidak boleh menjemputku nanti. Aku pun langsung mengeluarkan ponsel ku dari saku celana untuk menelpon Sehun.
"Ya?" Jawab Sehun pada dering kelima.
"Hun! kau yang menjemput ku nanti?"
"gak!" Jawabnya.
Seketika aku lega. Aku tidak perlu mengkhawatirkannya meskipun Chanyeol mengawasi ku nanti.
"Kai yang jemput kamu nanti" lanjut sehun.
"Apa? gak! Batalkan itu! Jangan sampai dia-"
"Jangan bicara lagi, aku sibuk" potong Sehun. "Udah ya" dan tanpa menunggu jawabanku lagi, dia langsung menutup telpon.
Huaaa... Kenapa ditutup? Dengan panik aku berusaha menelpon Sehun lagi, dan dia sudah mematikan ponselnya. Dasar Sehun keparat! Kenapa disaat sepenting ini dia justru mematikan ponsel nya?!
Aduh bagaimana ini? Aku tidak tau nomor Kai atau teman Sehun lainnya. Tidak ada cara untuk memperingatkan Kai agar tidak menjemputku.
Aku tidak bisa berkonsentrasi sepanjang sisa pelajaran. Sebentar-bentar aku menelpon Sehun untuk mengecek apakah dia sudah menyalakan ponselnya. Tapi hasilnya nihil.
Saat tiba waktu pulang, aku menunggu di tempat aku biasa dijemput dengan perasaan gelisah luar biasa. Aku mengedarkan pandangan kesekeliling, melihat apakah Chanyeol atau salah satu anggota gengnya mengawasiku. Tapi sejauh ini tidak ada siapa-siapa. Mungkin tadi dia hanya menggertak.
Ketika Kai akhirnya datang, aku langsung terburu-buru memakai helm. Aku baru saja akan naik keatas motor ketika tiba-tiba sebuah BMW metalik merah berhenti didekat kami. Pintu pengemudi terbuka dan kulihat Chanyeol melangkah keluar dari mobil itu.
Mendadak tubuhku terasa kaku. Aku tidak bergerak meski yang kuinginkan saat ini adalah melompat ke motor dan berteriak menyuruh Kai untuk memacu motornya. Namun, Kai pun tampak sama terkejutnya dengan ku. Dia pasti tak menyangka kami akan ketahuan.
Ini benar-benar gawat! Bukan hanya Chanyeol mengetahui kebohongan ku, tapi justru dia sendiri yang memergoki ku.
Chanyeol tersenyum sinis kearah ku. "Jadi kamu benar-benar tidak kenal Kai ya abaekhyun?" Sindirnya.
Aku menelan ludah gugup. Untung aku dibebaskan dari keharusan menjawab karena Kai sudah bersuara.
"Park Chanyeol!" Ujarnya dingin.
Aku tidak pernah mendengar Kai berbicara dengan suara sedingin itu. Sama sekali tidak ada senyuman diwajahnya. Dia hanya menatap Chanyeol dengan wajah penuh kebencian yang tampak begitu jelas.
Chanyeol menatap Kai balik dengan tatapan setajam laser. Atmosfer disekitar kami mendadak mencekam. Aku berdiri dengan canggung diantara mereka, sementara mereka tampak sedang berencana untuk saling membunuh.
-TBC-
