Ne! Ini FF pertama author. Semoga readers ga bingung bacanya yah..
soalnya kadang author juga bingung bacanya *ditendang readers*
Yah, pokoknya happy reading~!
OoOoOoOoOoOoOo
CHAPTER 1
A Friendship
Prolog
"Aku akan terus menjagamu", ujarnya disebuah taman kecil didekat rumah sambil menggengam tanganku.
"Pembohong… Besok pasti kau sudah lupa dengan perkataanmu ini. Apa yang kau makan tadi pagi saja, pasti sudah kau lupakan juga", sergahku dan memalingkan wajah darinya.
"Tidak aku pasti akan meningat janji ini seumur hidupku", tukasnya dengan wajah serius.
"Janji…", tambahnya menyodorkan jari kelingking kepadaku.
"Baiklah, semoga janjimu ini, tidak kau langgar", jawabku sambil tersenyum dan menyambut jarinya dengan mengaitkan jari kelingkingku dengannya.
Setelah itu kami berdua pulang bersama-sama kerumah, sambil bergandengan tangan dan melewati salju yang telah meumpuk.
OoOoOoOoOoOoOoOoOoOo
-12 tahun kemudian-
"Hei! Kau ingin pergi jam berapa? Kita bias terlambat masuk kelas! Hari ini yang mengajar itu Jun Soo seongsaeng! Kalau terlambat, habislah nilai kita!", teriak seorang pria dengan nada penuh amarah.
"Baiklah, baiklah! Sebentar lagi aku akan turun!", teriakku dari dalam kamar.
Dengan cepat aku menguncir rambut coklatku, mengambil beberapa buku untuk mata kuliah hari ini, memasukkannya kedalam tas dan bergegas memakai sepatu. Usai memakai sepatu, aku segera keluar dari rumah dan ternyata pria yang meneriakiku, telah menunggu didepan pintu.
"Lee So Haen, kau telah membuatku menunggu lebih dari 1 jam. Apa yang kau lakukan didalam, hah?", tanyanya sambil berdiri sok angkuh dengan wajah agak kesal.
"Hey! Asal kau tahu Kim Jong Woon! Rumahku tidak ada siapa-siapa! Tidak seperti rumahmu yang penuh dengan pembantu, sampai-sampai kau tidak pernah mengurus keperluanmu dan membersihkan rumah!", jawabku dengan kesal.
"Jangan panggil aku Jong Woon! Itu mengingatkanku dengan burung tetangga kita yang mati tertembak", ujarnya marah-marah, karena tidak senang dipanggil dengan nama aslinya.
"Sudahlah. Ayo kita pergi sekarang Jun Soo seongsaeng bisa mengamuk nanti", tukasku ingin menghentikan perkelahian yang selalu terjadi saat kami berdua ingin ke kampus.
"Cih! Baiklah! Ayo kita pergi sekarang", katanya kesal, lalu pergi ke sebuah mobil merah yang telah terparkir didepan rumahku. Aku hanya bisa menghela napas melihatnya.
*Di dalam Mobil*
"Hey Jong Woon aku…", kataku ingin mengatakan sesuatu namun dipotong olehnya.
"Yesung! Panggil aku Yesung! Jika kau memanggilku Jong Woon lagi, akan kutinggalkan kau disini So Haen!", potongnya sambil marah-marah.
"Baiklah… Baiklah… Yesung, semalam aku bermimpi", ujarku kepada Yesung yang dari tadi menyetir mobil sambil marah-marah. "Apa?", tanyanya.
"Aku bermimpi tentang janjimu saat kita berumur 6 tahun, ditaman saat turun salju",ujarku padanya.
"Hah?", jawabnya, sebuah jawaban yang singkat dan jelas namun mengandung arti bahwa ia sudah lupa dengan janji itu.
"Janji? Bukannya aku sudah menepati janji itu?", jawabnya keheranan.
Awalnya aku cukup senang, karena ia masih mengingat janji yang telah berlalu 12 tahun lamanya, namun kesenangan itu hancur ketika ia melanjutkan kata-katanya. "Janji yang aku harus makan paprika dan wortelkan?", lanjutnya.
Aku terdiam memandangnya, tak menyangka ia telah melupakan janji yang begitu penting. "Sudahlah… Lupakan…", ujarku menghela napas, kecewa dengan jawabannya.
Tak lama setelah itu, gerbang Goryeo Daehakgyo (Korea University) telah terlihat dan akhirnya kami sampai di kampus. Kami berdua turun dari mobil dan pergi kekelas bersama.
Semua orang tidak ada yang heran melihat kebersamaan kami, maklum sejak kecil kami selalu bersama-sama. Sehingga orang-orang selalu berpikir dimana ada aku, disitulah ada Yesung. Jurusan yang kami pilih pun sama, Jurusan Kesenian.
Akhirnya, kami tiba dikelas. Tiba-tiba Yesung berhenti "Ssstt…", bisiknya "… sepertinya Jun Soo seongsaeng telah dating! Suaranya terdengar samar-samar! Habislah kita!", kata Yesung pelan.
"Heh? Yang benar? Coba kita intip dulu", tukasku, padahal aku sendiri juga ketakutan jika beliau telah ", datang.
Dan ternyata benar! Jun Soo seongsaeng sudah ada dikelas. "Ne, kita sudah sampai disini, mana mungkin kita bolos. Masuk diam-diam yah?", ujar Yesung berpendapat.
"Mmm… Baiklah, tapi kau yang masuk duluan", tukasku.
Perlahan-lahan namun pasti, kami berdua merangkak dari arah pintu masuk dan kebetulan Jun Soo seongsaeng sedang menulis dipapan.
Seluruh mahasiswa-mahasiswi dikelas pun membantu kami, seperti saat Jun Soo seongsaeng menoleh kebelakang, salah satu dari mereka memberikan isyarat untuk kami agar berhenti dan kebetulan tempart duduk kami ada didepan, sehingga membuat kami sedikit kesulitan untuk masuk. Saat sudah hamper sampai ditempat kami, tiba-tiba aku melihat Yesung yang berada didepanku, kepalanya dilempar sebuah spidol.
"Kim Jong Woon-sshi, Lee So Haen-sshi, apa yang kalian lakukan disitu?", tanyanya sambil memperbaiki letak kacamatanya. Yesung melirik kearahku yang masih merangkak dilantai, tatapannya seperti mengatakan
"Habislah kita!". Dengan cepat aku segera berdiri, melihat Yesung yang telah berdiri.
"Ka…Kami…", jawabku gagap, jujur saja, aku jarang dimarahi dosen, bahkan aku termasuk siswi kesayangan.
Hal ini bisa membuat reputasiku hancur dimata para dosen.
"Kemarin malam, kami membuat suatu karya seni bersama, sehingga kami telat bangun. Mianhamnida seongsaeng", ujar Yesung lalu membungkuk.
Aku pun ikut membungkuk, awalnya aku berpikir beliau akan marah, ternyata tidak!
Ia malah menepuk punggung kami berdua, "bagus-bagus, teruslah berkarya Jong Woon-sshi! So Haen-sshi! Hahahahahaha…", kata beliau. Lalu kami segera duduk dibangku kami.
"Pssst…! Sebenarnya kalian berdua ngapain? Sampai kurang tidur", Tanya Eun Sa. Kim Eun Sa adalah temanku semasa SMA, ia memiliki rambut hitam yang tergerai indah.
"Kim Eun Sa, kami tidak melakukan apapun tadi malam, itu hanya alasannya saja agar tidak dimarahi oleh seongsaeng", jawabku.
"Ne! Kalian berdua diam! Seongsaeng mulai waspada tuh!", peringat Kim Ryeowook yang duduk dibelakang Eun Sa. Kebetulan Eun Sa duduk disampingku sehingga ia lebih leluasa untuk berbicara denganku.
"Ish! Berisik sekali kau Ryeowook!", sergah Eun Sa kesal. Setelah 2 jam, akhirnya kelas Jun Soo seongsaeng usai, sebelum ia keluar kelas, ia sempat berbicara dengan Yesung.
"Apa yang dia katakan?", tanya Kim Jaejoong yang sedang duduk-duduk. Yesung segera mengambil posisi duduk disebelahku, ia berkata," Dia mau karya seni kita".
"Hah? Memangnya apa yang mau kita berikan kepadanya?", tanyaku.
"Ucapannya sih, tidak usah terlalu dipikirkan", jawab Yesung dengan santai.
"Astagaaa…! Kaaauuu!", ujarku ingin marah, karena kelakuannya. "Aigoo… Kalian berdua ini selalu bersama, tapi tidak pernah akur. Contohlah kami berdua dan kami akur-akur saja", kata Tae Ra.
Jung Tae Ra adalah temanku semasa SMA, ia berparas elok dan tinggi, tingginya melebihi kami tentunya. Ya… ucapannya benar. Ia bersama kekasihnya Lee Hyukjae atau biasa kami panggil Eunhyuk, telah lama bersama, mereka kuliah di jurusan kesenian juga.
Bahkan mereka berdua sama-sama model, jadi tak heran, mereka selalu menghabiskan waktu berdua. "Kami tidak seperti kalian berdua", ujarku menghela napas.
"Kalian berdua seperti tidak pernah diasuh oleh orang tua saja", tutur Eunhyuk sambil tertawa kecil dan merangkul Tae Ra.
DEG! Aku mengerti maksud Eunhyuk hanya bergurau, tapi perkatannya benar.
Kami bukannya tidak pernah diasuh orang tua, tapi kami kekurangan kasih sayang orang tua. Hubungan kedua orang tuaku tidak harmonis, sejak kecil aku selalu melihat mereka bertengkar dari balik pintu, namun mereka tidak pernah menyadari keberadaanku.
Keesokan paginya mereka berdua tidak bertegur sapa, namun aku hanya bisa diam. Lain halnya dengan Yesung, kedua orang tuanya sibuk pulang pergi keluar negeri, sehingga ia jarang bertemu dengan kedua orangtuanya, dan segala keperluannya diurus oleh seorang ahjussi kepercayaan orang tuanya.
Dan hanya Yesunglah yang mengetahui keadaan keluargaku ini, aku tidak ingin orang lain mengetahuinya.
"Diam kau monyet gunung!", ejek Yesung ke Eunhyuk.
Walaupun terlihat berkelahi, namun sebenarnya mereka berdua hanya bergurau.
"Manusia dingin lebih baik ke kutub! Main bareng beruangnya!", timpal Eunhyuk.
Ketika mereka sedang asyik berdebat, tiba-tiba Eun Sa berkata, " So Haen! Harusnya kau merasa beruntung".
"Beruntung? Beruntung kenapa?", tanyaku heran.
"Kau tahu? Yesung itu banyak penggemarnya. Dia cukup tampan, pintar, kaya lagi. Dan baik tentunya",tutur Eun Sa.
"Hah? Baik? Mustahil! Hampir setiap hari kami berkelahi", jawabku kaget. "Yaah… Tapi tadi ia melindungimu dari Seongsaeng kan? Lalu pergi denganmu setiap hari", kata Eun Sa dengan yakin.
Namun aku hanya bisa diam saja. Diam-diam aku melirik kearah Yesung yang duduk disampingku.
Wajahnya memang tampan, rambutnya panjang hingga sedikit melewati kerahnya. Gaya berpakaiannya pun cukup fashionable. Tapi yang membuatku heran, ia tidak pernah dekat dengan wantita manapun selain dengan ketiga temanku.
"Apa lihat-lihat?", tanya Yesung yang menyadari kalau dirinya dari tadi aku pandang dan membuatku terbangun dari lamunanku.
"Eh… Emm… Tidak ada apa-apa", jawabku memalingkan wajah.
"Kalian berdua memang aneh", ujar Jaejoong. "Kau lebih aneh!", sahut Yesung langsung membuang muka.
"Mulut tajam seperti ini dibilang Eun Sa baik? Mungkin Eun Sa salah makan tadi pagi", kataku didalam hati. "Mana Ryeowook dan Young Sun?" tanya TaeRa.
"Mereka sedang kekantin", jawabku singkat. Lalu kami segera keluar, ketaman untuk duduk-duduk.
Saat ini kami tengah menikmati indahnya taman kampus kami, dibawah sebuah pohon rindang.
Tertanam berbagai jenis pohon, ada angin sepoi-sepoi, suasana yang sangat mendukung untuk bersantai.
Tiba-tiba Young Sun dan Ryeowook datang sambil membawa kantung besar. Shin Young Sun adalah temanku semasa SMA. Ia berambut pendek namun selalu dikuncir 2 dan memiliki mata yang indah.
"Ayo Ryeowook! Masa cuma membawa 10 kaleng minuman, wajahmu sudah terlihat letih?", tanya Young Sun.
"Kau pikir ini ringan, hah? Bagaimana kalau kau yang menggantikanku membawanya", jawab Ryeowook dengan napas tersengal-sengal karena membawa banyak barang ditambah lagi dengan buku-buku yang dibawanya didalam ransel hitamnya.
"Dasar lemah…!" ejek Young Sun.
"Sini biar aku bantu", kata Eunhyuk menghampiri Ryeowook.
"Phew… Rasanya tanganku mau patah. Dia sama sekali tidak mau membantuku, padahal ia hanya membawa tas berisi buku-buku pelajaran", keluh Ryeowook sambil mengambil posisi nyaman dibawah pohon.
"Kau mau tanganku patah? Kim Ryeowook sungguh tega! Kau tega!", kata Young Sun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Hah? Ja… Jangan menangis! Aku hanya bergurau!", kata Ryeowook panic dan duduk mendekati Young Sun.
"Ya ampun Young Sun, hanya gara-gara itu kau menangis? Yang benar saja?" ledek Tae Ra yang sebenarnya ia juga khawatir kalu Young Sun benar-benar menangis.
Sejujurnya kami benar-benar kaget saat itu, Young Sun terkenal tidak gampang menangis, bahkan saat dirumah hantu festival sekolah, ia tidak ketakutan sedikit pun, sampai-sampai si hantu mengikutinya karena penasaran.
"Young Sun, Ryeowook tidak...", bujuk Jaejoong.
"T-E-R-T-I-P-U", kata Young Sun sambil tertawa jahil karena dapat menipu semuanya.
"Kau! Aku khawatir bodoh!", tutur Tae Ra kesal.
"Hebatkan aktingku? Nanti aku akan mencoba ikut casting! Hahahahhaha…", kata Young Sun penuh kemenangan "… tapi kau tidak suka melihatmu mengeluh seperti itu Ryeowook", tambahnya.
"Uuh… Baiklah… Mianhe", ujar Ryeowook mengacak-acak rambutnya, mungkin karena stress.
"Ne! Eun Sa, So Haen, Tae Ra! Sepulang ini, ayo pergi kerumahku, ada yang ingin kuceritakan", ajak Young Sun.
"Tidak bisa! So Haen harus pergi bersamaku!", sergah Yesung. "Memangnya kita mau kemana?", tanyaku heran. "Mm… Entahlah. Tidak tahu", jawab Yesung kebingungan.
"Kalau begitu biarkan So Haen kerumahku!", ujar Young Sun.
Yesung menatap Young Sun dan Young Sun membalas tatapannya dengan tajam, hingga akhirnya Yesung berkata, "Baiklah… Kau boleh pergi So Haen".
"Kau tidak mengajak kami Young Sun?", tanya Eunhyuk.
"Laki-laki dilarang datang hari ini! Weeeek!", jawab Young Sun yang dengan sukses membuat Eunhyuk ngambek.
Seusai menghabiskan minuman yang dibawa Young Sun dan Ryeowook, aku, Tae Ra, Young Sun dan Eun Sa , pergi meninggalkan ke-4 namja yang masih duduk-duduk dibawah pohon.
-Dirumah Young Sun (tepatnya dikamarnya)-
"Ne, Young Sun, apa yang mau kau ceritakan?", tanya Eun Sa yang sedang bersantai.
Kamar Young Sun terhitung cukup besar dengan berbagai macam buku didalamnya. Young Sun mempunyai motto "Hanya sekedar dikelilingi buku-buku, aku bisa merasakan kehebatan dari ilmu pengetahuan", dan hal ini memang bisa dibuktikan oleh Young Sun, ia adalah seorang siswa yang cerdas.
"Kalian kenal Heesica dari jurusan Ilmu Politik?", tanya Young Sun.
"Aah… Heesica. Aku tahu, dia cukup populer. Kenapa?", tanyaku.
"Kudengar ia menyukai salah satu dari ke-4 namja yang selalu bersama-sama kita", tutur Young Sun serius. "MWOO?", teriak kami ber-3,kaget karena ada yang mau dengan salah satu namja itu.
"Yang pasti dia tidak akan mengincar Eunhyuk kan? Dia milikku dari dulu, sekarang sampai kapan pun!", kata Tae Ra agak panic takut kekasihnya berpindah hati.
"Kurasa Heesica tidak akan menyukai Eunhyuk. Itu mustahil", ujar Eun Sa.
"Ne? Eunhyuk itu tampan, seorang model lagi, wajar ia punya banyak penggemar", kataku singkat.
"Ya, dia memang tampan. Tapi sikapnya itubenar-benar seperti monyet. Apalagi kalau kita sudah kenal dekat dengannya", jawab Eun Sa dengan bangga.
Seketika Eun Sa dilempari dengan boneka-boneka yang ada dikamar Young Sun oleh Tae Ra.
"Lalu kenapa kau jadi khawatir dengan gosip seperti itu?", tanyaku pelan dan Tae Ra serta Eun Sa menghentikan tingkahnya. "Sebenarnya aku..", ujar Young Sun malu-malu.
"Kau menyukai salah satu dari mereka kan?", tanya Tae Ra.
Wajah Young Sun memerah seketika.
Karena terlalu lama menunggu jawaban dari Young Sun, Tae Ra memakan kue, aku menyeruput secangkir the dan Eun Sa menuangkan the kecangkirnya.
"Ya… Aku memang menyukai salah satu dari mereka. Yaitu Jaejoong", ujar Young Sun malu-malu
. Secara spontan aku meyemburkan minumanku, Tae Ra tersedak, dan the Eun Sa menjadi luber.
"Beneran? Serius?", tanyaku sembari mengelap bibirku.
"Aku…", tutur Young Sun denag wajah serius.
"… Aku…", kami ber-3 mendengarkan dengan seksama.
"Aku berhasil menipu kalian semua", kata Young Sun dengan nada penuh kemenangan.
OoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOo
Gimana?
Bingungkan? Masih geje? Ga ngerti alurnya? Panjang? *Ya iyalah, ada 2000 lebih karakter
Sama author juga bingung *plak*
maaf, kalo kurang memuaskan, maklum, masih pertama kali! XD
masih ada chapter ke-2 nya...
Yang uda baca harap review yaah~! Biar tau letak salahnya
Gomawo
