Title : waiting for you
Cast : oh sehun, park jinri, oh luhan
Author : white2doh

Tit… tit…
Bunyi mesin pendeteksi jantung masih berbunyi. Itu artinya, jantung itu masih berdetak detik demi detik.
Sehun masih memandangi mesin itu. Berharap orang yang berada di sampingnya bangun, dan bisa bersamanya lagi.
Benar. Bukan sehun yang tertabrak mobil itu. Melainkan jinri-lah yang tertabrak atau tepatnya menyelamatkan sehun dari mobil itu.
#flashback
Jinri yang melihat mobil itu melaju ke arah sehun langsung berteriak. "Sehun! Awas!"
Sehun menoleh ke arah mobil itu dan tinggal beberapa meter lagi dia tertabrak serta dia hanya bisa menutup matanya membayangkan betapa sakitnya ditabrak oleh mobil itu.
Namun, sehun salah. Seseorang telah mendorongnya ke sisi jalan yang lain. Dan menyebabkan orang itu-jinri- yang tertabrak mobil itu. Jinri terlempar setidaknya 2 meter. Kepalanya penuh darah. Sehun langsung membawanya ke rumah sakit.
Jadi, sekarang, 5 hari kemudian. Jinri masih tidak sadarkan diri. Dia mengalami koma.
Dan sehun dengan setia menemani jinri.
"Kenapa kau melakukan ini?" Terdengar suara lemah sehun. Luhan yang baru akan masuk mendengarnya dan akhirnya tidak jadi masuk.
Mata sehun tertuju pada sebuah bungkusan di sebelahnya. Gaun pengantin jinri. Yang tadinya akan di pakainya pada hari bahagia mereka. Namun, sekarang, baju itu hanya berada dalam kantong kertas itu dan terdapat sedikit bercak merah.
"Seharusnya aku yang tertabrak"
Hampir sudah seminggu jinri berada di ranjang itu tanpa menunjukkan tanda2 kesadaran. Dia masih setia menutup matanya.
Dan sehun hampir tidak pernah pulang ke rumah. Meskipun luhan yang memintanya.
"Sehuna. Ayo pulang."
Sehun tetap diam. Menatap kosong wajah jinri. "Hyung, lihat. Kenapa wajahnya begitu damai? Apa dia sedang menungguku disana?"
"Sehuna.. sudahlah.."
"Hyung, jangan paksa aku untuk pulang." Lirih Sehun. "Aku harus menjaga wanita ini."
"Tapi.. kau bahkan-"
"Sudahlah. Aku ingin kopi. Bisakah kau membelikannya untukku?"
Luhan diam. Lalu bangkit. "Baiklah."

"Kenapa kau tersenyum damai? Kenapa? Tolong bangun dan katakan kau mencintaiku dan tak akan pernah meninggalkanku. Apa kau sedang menungguku disana? Tolong beritahu cara untuk aku bisa menjemputmu dari sana." Terdengar lagi suara sehun ketika luhan masuk. Sepertinya sehun tidak menyadari kedatangan luhan.
Setetes air mata turun ke pipi Luhan. Bukan. Bukan karena dia cengeng. Melainkan dia sedih melihat adiknya bertindak seperti ini.

9 hari jinri koma
Sehun tertidur sambil mengenggam tangan jinri. Namun sehun bisa merasakan tangan yang ada digenggamannya bergerak pelan.
"Jinri-ya?" Sehun bangun lalu melihat ke jinri yang matanya bergerak2. Tetapi masih dalam keadaan tertutup.
Perlahan, mata itu terbuka. Lalu memandangi sehun.
"Kau.. kau sadar?"
Mata itu beralih ke tangannya.
"Siapa kau?"
"Apa?"

"Dapat dipastikan pasien bernama Park Jinri mengalami hilang ingatan. Ini diakibatkan oleh benturan keras Yang mengenai kepalanya."
"Apa.. dia bisa ingat kembali?"
"Saya tidak tahu, tuan oh. Bisa atau tidaknya itu hanya kehendak tuhan. Saya tidak bisa memastikan apa dia akan mengingat kembali atau dia akan kehilangan semua ingatannya."
Sehun keluar dari ruangan dokter kim. Berjalan gontai ke arah kamar jinri.
Ketika dia masuk, luhan yang ada di dalam memperingatinya. "Sstt.. dia sedang tidur."
Sehun mengangguk pelan. Lalu duduk di sebuah kursi.
"Dia hilang ingatan."

Sehun terbangun. Dia pagi hari rabu. Terlihat jinri yang masih tertidur. Sehun membereskan beberapa pakaiannya. Lalu memakai pakaian yang baru.
Tanpa sehun sadari, jinri terbangun sambil memegangi kepalanya yang sakit.
"Kau tidak apa2?"
"Siapa kau?" Tanya Jinri takut2.
"Aku sehun, oh sehun. Kau tidak ingat padaku?"
Jinri hanya diam menatap sehun. Tidak lama kemudian rasa sakit itu muncul kembali. "Sa-sakit sekali."

"Apa yang terjadi pada jinri?"
"Dia perlu berinteraksi."
"Sampai kapan dia harus seperti ini?"
"Saya tidak tahu."
"Tolong jawab, dok." Sehun mencengkram leher baju dokter kim. "Tolong jawab kapan jinri bisa ingat kembali."
"Tenangkan dirimu, tuan oh." Kata dokter kim dengan suara lembut.

"Keluar kau! Aku tidak mengenalmu!" Teriak jinri sambil memegangi kepalanya yang sakit.
"Jinri-ya." Panggil sehun lalu memeluk jinri. Namun, jinri tetap berteriak.
"Siapa kau? Aku tidak mengenalmu!"

Sehun terduduk di ruang tunggu. Jika harus jujur, hatinya sangat sakit melihat jinri bertingkah seperti itu.
Sehun kembali ke kamar jinri. Dan menemukan jinri sedang bersama luhan.
"Oppa, siapa dia? Kenapa dia sangat mirip denganmu?" Tanya jinri.
"Dia adikku."
"Pantas saja. Kalian sangat mirip. Apa dia ada hubungannya juga denganku?"
Luhan menatap sehun. Lalu beralih ke jinri. "Dia jauh lebih mengenalmu daripada aku."
"Apa?" Tanya jinri.
"Sebentar. Aku ingin membeli kopi dulu." Pamit Luhan meninggalkan jinri dan sehun berduaan di ruangan itu.
"Kau mengenalku?" Tanya jinri.
"Sangat." Jawab sehun lirih.
"Aku juga mengenalmu?"
"Tentu saja."
"Begitu?" Jinri menggaruk2 kepalanya. "Kata Luhan oppa, aku mengalami kecelakaan untuk menyelamatkan orang. Benarkah?"
"Benar. Seharusnya kau biarkan saja dia tertabrak."
"Kenapa?"
"Dia sudah membuatmu seperti ini."
"Kau marah padanya?"
"Sangat. Sampai aku ingin membunuhnya sekarang."
Jinri terdiam mencerna kata2 sehun. "Bagaimana dengan orang yang menabrakku?"
"Melarikan diri."
"Begitu?" Suasana canggung muncul diantara mereka.
"Ngomong2.. apa hubungan kita?" Tanya jinri. Sehun tersentak. Dia bingung harus menjawab apa.
"Hubungan? Kita.. kau bisa menanyakannya pada Luhan."
"Untuk apa bertanya pada luhan padahal kau ada disini?"
"Aku ingin buang air kecil dulu." Pamit sehun.

Pada hari sabtu pagi, jinri merengek pada sehun untuk minta ditemani ke taman.
"Temani aku ke taman. Aku ingin kesana. Aku lelah memandanginya dari atas terus."
"Tapi pagi ini cuacanya sangat dingin."
"Tapi aku ingin…"
"Baiklah." Kata sehun pasrah.
Sehun mendorong kursi roda jinri ke arah taman.
"Aku baru pertama kalinya kesini. Tapi serasa aku pernah kesini."
"Kau memang pernah kesini." Sahut sehun.
"Benarkah?" Tanya jinri sambil memperhatika bunga2. "Sendirian?"
"Denganku."
"Mendengarnya, sepertinya hubungan kita cukup dekat." Celetuk jinri.
"Lebih dari itu." Lirih sehun.
"Apa?" Tanya jinri.
"Bukan apa2. Ayo kita berhenti disitu."
"Kau sangat rajin mengunjungiku kesini. Apa kau tidak bekerja?"
"Aku? Aku ceo di sebuah perusahaan. Tapi terkadang tugas itu dikerjakan oleh Luhan hyung."
"Ceo? Wah.. kau hebat." Puji jinri. "Kau mengenalku? Ceritakan padaku apa yang kau tahu."
"Aku mengenalmu sekitar 6 tahun yang lalu. Waktu itu kita bertemu di tepi sungai han. Kita bersekolah di tempat yang sama, bekerja di tempat yang sama," sehun menghela napas. "Sampai akhirnya aku pergi ke amerika."
"Kau pergi ke amerika? Untuk apa

"Kau akan tahu nanti."
"Kau terus2an merahasiakan sesuatu dariku. Hm… Bagaimana dengan orangtuaku?"
"Orangtuamu? Mereka sudah meninggal. Sejak kau kecil." Bohong sehun.
"Begitu? Hm.."

"Pasien bernama park jinri boleh pulang." Kata dokter park setelah memeriksa jinri.
"Benarkah?" Tanya jinri berbinar2.
"Tuan Oh tolong ikuti aku." Pinta dokter sambil keluar ruangan.
"Oh luhan? Oh sehun?"
"Keduanya."

"Jangan paksakan jinri untuk mengingat. Biarlah dia perlahan untuk mengingat. Jika dia berpikir dengan sangat keras, dia akan mengalami sakit kepala yang sangat hebat."
"Apa akibatnya jika dia terus memaksakan dirinya?" Tanya Luhan.
"Dia akan merasakan sakit yang hebat. Dan.. kemungkinan terburuk semua ingatannya hilang."
Sehun terkulai lemas. Dia tidak bisa membayangkan jika jinri tidak akan mengenalnya selamanya.
Luhan menatap sehun iba. "Ayo pulang." Ajaknya

Jinri kembali ke apartemen nya. Dan hampir setiap waktu sehun terus berada di sampingnya.
"Kau tidak bosan terus bersamaku? Bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya jinri. Sehun tersenyum lemah.
'Aku tidak akan bosan menemani orang yang kucintai.'
"Kau tidak suka?"
"Bukannya begitu. Kupikir kau masih punya aktivitas yang lebih penting daripada menemaniku." Jawab jinri. Kemudian matanya tertuju pada cincin yang ada di jarinya. "Ngomong2, sudah lama aku ingin menanyakan ini padamu. Kata luhan oppa kau tahu mengenai ini."
"Apa itu?"
"Cincin ini." Kata jinri sambil menunjukka telapak tangan kirinya. "Cincin apa?"
"Itu.."
"Dan kenapa kau juga memakainya?"
"Aku ingin kebelakang sebentar." Sehun berlari ke arah toilet. Dia benar2 tidak tahu harus menjawab apa.
Jinri yang penasaran melepas cincinnya dan menemukan sebuah simbol di bagian dalam cincin itu. 'S J'

To be continued